Anda di halaman 1dari 23

BELAJAR SOCIAL SEBAGAI DASAR

BEHAVIORAL REHEARSAL
NADIYA ANDROMEDA S.PSI., M.PSI

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,m M.Psi


BELAJAR SOSIAL SEBAGAI DASAR TEHNIK
KONSLEING BEHAVIORISTIK

 Istilah Konseling Behavioristik berasal dari istilah bahasa Inggris


Behavioral Counseling, yang untuk pertama kali digunakan oleh John D.
Krumboltz (1964), untuk menggarisbawahi bahwa konseling diharapkan
menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku klien. Krumboltz
adalah promotor utama dalam menerapkan pendekatan behavioristik
terhadap konseling, meskipun dia melanjutkan suatu aliran yang sudah
dimulai sejak tahun 1950, sebagai reaksi terhadap corak konseling yang
memandang hubungan antarpribadi (personal relationship) antara
konselor dan klien sebagai komponen yang mutlak diperlukan dan
sekaligus cukup untuk memberikan bantuan psikologis kepada seseorang.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,m


M.Psi
 Aliran baru ini menekankan bahwa hubungan antarpribadi itu tidak dapat diteliti
secara ilmiah, sedangkan perubahan nyata dalam perilaku konseli memungkinkan
dilakukan penelitian ilmiah. Tokoh-tokoh seperti Dollard dan Miller (950), Wolpe
(1958), Lazarus (1958), dan Eysenck (1952) meletakkan dasar aliran baru ini, yang
akhirnya dipromosikan sebagai pendekatan baru terhadap konseling dan
kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh seperti Thoresen (1966),
Bandura (1969), Goldstein (1966), Lazarus (1966), Yates (1970) serta Dustin dan
George (1977). Dalam buku Counseling Methods (1976) Krumboltz dan
Thoresen sudah tidak menggunakan istilah Behavioral Counseling, karena mereka
menganggap kesadaran akan perlunya perubahan dalam perilaku konseli sudah
tertanam dalam kalangan para ahli psikoterapi dan konseling.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,m


M.Psi
 Teori belajar Behaviorisme mengandung banyak variasi dalam sudut pandangan.
Oleh karena itu, pendekatan Behavioristik dalam konseling mengenal banyak
variasi dalam prosedur, metode, dan teknik yang diterapkan. Meskipun demikian.
jajaran pelopor pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada
keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar
dan, karena itu, dapat diuoah dengan belajar baru. Dengan demikian, proses
konseling pada dasarnya pun dipandang sebagai suatu proses belajar

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,m


M.Psi
PANDANGANTERHADAP MANUSIA

 . Konseling Behavioristik berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat . manusia, yang
sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu:
a. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai
potensi untuk bertingkah laku baik atan buruk, tepat atau salah. Berdasarkan bekal keturunan atau
pembawaan dan berkat interaksi antara bekal keturunan dan lingkungan, terbentuk aneka pola
bertingkah laku yang menjadi suatu ciri khas pada keprihadiannya.
b. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya,
dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
c. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri suatu pola tingkah laku yang baru
melalui suatu proses belajar. Kalau pola yang lama dahulu dibentuk melalui belajar, pola itu dapat
pula diganti melalui usaha belajar yang baru.
d. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh perilaku orang
lain.
 Keyakinan tersebut itu, sebagaimana pernah dirumuskan oleh Dustin dan George, dikutip dalam
buku karangan George dan Christiani: Theory. Methods, and Processes of Counseling and
Psychotherapy (halaman 108). Sejalan dengan keyakinan mendasar itu. bagi seorang konselor
behavioristik perilaku konseli merupakan hasil dari keseluruhan pengalaman hidupnya dalam
berinteraksi dengan lingkungan
 Konselor behavioral menganggap semua manusia sama, tidak ada yang baik dan tidak ada yang
jahat. Masing-masing mempunyai potensi seimbang ke arah menjadi sama ada baik ataupun jahat.
Hasilnya, ahli-ahli teori tingkah laku tidak sepenuhnya memberikan definisi tabiat asas kemanusiaan
itu yang boleh membantu teori-teori mereka sendiri.
Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,
M.Psi
KONSEP TENTANG TINGKAH LAKU

 . Menurut Taufik (2009 : 155), terdapat tiga asumsi dasar yang mendasari teori Skinner mengenai
tingkah laku, yaitu :
 1. Tingkah laku itu ditentukan oleh aturan-aturan/hukum-hukum, yang artinya adalah upaya
urutan terjadinya tingkah laku dalam kaitannya dengan suatu kejadian.
 2. Tingkah laku dapat diramalkan, artinya ada upaya yang tidak hanya menguraikan tingkah
laku, namun juga untuk memprediksi tingkah laku yang akan tampil di masa yang akan datang.
 3. Tingkah laku dapat dikontrol/dikendalikan; dalam arti individu dapat mengantisipasi atau
mengetahui terlebih dahulu keluasan aktivitas atau perilakunya.

 Mengenai tingkah laku yang ditentukan oleh tujuan, behaviorisme memandang bahwa tujuan
merupakan kebutuhan yang ingin dicapai melalui proses belajar. Tujuan yang semula diasosiasikan
dengan penguatan fisiologik, akan mencapai kemasakan seiring dengan interaksi manusia
terhadap lingkungannya. Jika kebutuhan yang satu telah dicapai, maka kebutuhan lain akan
muncul sebagai pengiring bagi kebutuhan selanjutnya, sekaligus merupakan hasil asosiasi dari
tujuan sebelumnya. Melalui proses yang sedemikian ini, akan dipahami bahwa kebutuhan yang
dipelajari itu berkembang dan membentuk diferensiasi dan tergeneralisasi dari yang spesifik
(primer) sampai pada kebutuhan yang umum (sekunder). Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,
M.Psi
PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU SALAH SUAI

 . Kalau perilaku klien ditinjau dari sudut pandangan apakah perilaku itu tepat dan sesuai
dengan situasi kehidupannya (well-adjusted) atau tidak tepat dan salah suai (maladjusted), harus
dikatakan bahwa baik. tingkah laku tepat mauptin tingkah laku salah sama-sama merupakan hasil
belajar. Karena tingkah laku salah merupakan hasil belajar, tingkah laku yang salah itu juga dapat
dihapus dan diganti dengan tingkah laku yang tepat melalui suatu proses belajar.
 Dengan kata lain, kalau seseorang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri (adjustment),
hal itu disebabkan karena orang itu telah belajar bertingkah laku yang salah. Di masa yang
lampau orang belajar dalam interaksi dengan lingkungannya, lebih¬lebih orang lain (Lingkungan
sosial). Dia telah berhadapan dengan sejumlah rangsangan (Stimulus, disingkat S) dan telah
bereaksi pula dengan cara tertentu (Response, disingkat R). Cara bereaksi itu lama-kelamaan
akan dapat membentuk suatu pola bertingkah laku. yang sesuai dengan situasi kehidupannya
pada saat tertentu. Suatu pola bertingkah laku yang dahulu mungkin sesuai, di waktu kemudian
dapat tidak sesuai lagi karena situasi kehidupannya telah berubah. Kalau pola berperilaku yang
dipelajari dahulu tetap dipertahankan, meskipun situasi kehidupan telah berubah, akan ada
kesulitan, alias orang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
 Ukuran tingkah laku yang salah suai hanya terdapat jika tingkah laku tersebut berada pada
derajat tingkah laku yang dapat mengecewakan individu atau lingkungannya. Oleh sebab itu,
keberadaan budaya akan sangat menentukan sebagai refleksi pertimbangan kesesuaian.
Ketepatan atau ketidaktepatan perilaku akan sangat bergantung pada determinasi pemenuhan
kebutuhan yang disandarkan kepada kondisi lingkungan dan budaya. Karena itu pula,
interaksi dengan kebudayaan akan berguna sebagai pembelajaran dan dalam merangking
hirarki khasanah tingkah laku Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,
M.Psi
TUJUAN KONSELING

 . Tujuan konseling menduduki tempat yang sangat penting dan ditentukan oleh konselor
dan klien sejak permulaan proses konseling. Menurut Taufik (2009 : 156), tujuan umum
adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi belajar (semua perilaku dipelajari),
membantu menolong diri sendiri (self-help), peningkatan keterampilan sosial, dan tujuan
membantu klien dalam mengembangkan suatu sistem pengaturan diri (self-management),
sehingga klien dapat mengontrol nasibnya (self-control) baik di dalam maupun diluar situasi
konseling.
 Krumboltz (dalam Hansen, 1977) memberikan karakteristik tujuan konseling yang patut
diperhatikan konselor, yaitu :
 1. Tujuan harus diinginkan klien,
 2. Konselor harus berkeinginan membantu klien,
 3. Tujuan memungkinkan untuk dinilai pencapaiannya oleh klien,
 4. Tujuan memperbaiki perilaku salah suai, belajar tentang proses pembuatan
keputusan, dan pencegahan timbulnya masalah.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
TEKNIK KONSELING

 . Teknik-teknik dalam melangsungkan konseling dengan pendekatan


konseling behavioral tidak hanya tertuju pada hukum-hukum belajar, akan
tetapi dapat diterapkan dengan pemaduan pendekatan lain yang muaranya
sama pada batasan perubahan tingkah laku nyata, baik dalam menampilkan
tingkah laku baru maupun menghilangkan tingkah laku yang tidak
diinginkan. Adapun teknik konseling behavioral dikelompokkan dalam tiga
bagian yaitu

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
1. MODELLING

 Penggunaan model dalam konseling ini bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru dengan mengamati model dan
mempelajari keterampilannya. Teknik ini juga diperuntukkan bagi klien yang telah memiliki pengetahuan tentang penampilan
tingkah laku tetapi belum dapat menampilkannya. Proses terapeutik dalam bentuk Modelling ini akan membantu/mempengaruhi
tingkah laku yang lemah atau memperkuat tingkah laku yang siap dipelajari dan memperlancar respon. Teknik konseling
Modelling ini dapat berupa :
 a. Proses Mediasi, yaitu proses terapeutik yang memungkinkan penyimpanan dan recall asosiasi antara stimulus dan
respon dalam ingatan. Dalam prosesnya, mediasi melibatkan empat aspek yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik, dan insentif.
Atensi pada respon model akan diretensi dalam bentuk simbolik dan diterjemahkan kembali dalam bentuk tingkah laku
(reproduksi motorik) yang insentif.
 b. Live Model dan Symbolic Model, yaitu model hidup yang diperoleh klien dari konselor atau orang lain dalam bentuk
tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap, dan nilai-nilai keahlian kemasyarakatan. Keberadaan konselor pun dalam keseluruhan
proses konseling akan membawa pengaruh langsung (live model) baik dalam sikap yang hangat maupun dalam sikap yang dingin.
Sedangkan symbolic model dapat ditunjukkan melalui film, video, dan media rekaman lainnya.
 c. Behavior Rehearsal, yaitu latihan tingkah laku dalam bentuk gladi dengan cara melakukan atau menampilkan perilaku
yang mirip dengan keadaan sebenarnya. Bagi klien teknik ini sekaligus dapat dijadikan refleksi, koreksi, dan balikan yang ia
peroleh dari konselor dalam upaya mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan dan ia katakana.
 d. Cognitive Restructuring, yaitu proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negatif pemikiran
tertentu terhadap tingkah laku, dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistic dan lebih cocok.
Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang korektif, belajar mengendalikan pemikiran sendiri,
menghilangkan keyakinan irrasional, dan menandai kembali diri sendiri.
 e. Covert Reinforcement, yaitu teknik yang memakai imajinasi untuk menghadiahi diri sendiri. Teknik ini dapat
dilangsungkan dengan meminta klien untuk memasangkan antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan sesuatu yang
sangat negatif, dan memasangkan imaji sesuatu yang dikehendaki dengan imaji sesuatu yang ekstrim positif.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
2. TEKNIK MEMPERKUAT TINGKAH LAKU

 a. Shaping, adalah mengganjarkan tingkah laku dengan terus menerus melakukan


aproksimasi dan membuat rantai hubungan. Shaping dilakukan melalui sejumlah
pendekatan yang berangsur, dan dalam prosesnya akan terdapat tingkah laku yang
direinfors dan ada yang tidak. Pada setiap tahap, konselor diharapkan dapat
memberikan reinfors sampai pada tahap perilaku yang diinginkan itu muncul.
 b. Behavior Contract, yaitu kontrak tingkah laku yang syarat mutlaknya terdapat pada
batasan yang cermat mengenai problem klien, situasi dimana hal itu diekspresikan, dan
kesediaan klien dalam prosedur. Konselor hendaknya merincikan tugas yang mesti
dilakukan klien dan kriteria sukses yang direinforcement. Caranya adalah dengan
menyatakan kontrak dalam kalimat positif, mengatur tugas dan kriteria yang mungkin
dicapai, memberi penguatan secepat mungkin, mendorong individu untuk
mengembangkan self-reinforcing, dan menggunakan kontrak bertingkat yang mengacu
pada tugas, kemudian diikuti hadiah yang menimbulkan kontrak baru, dan seterusnya.
 c. Assertive Training, yaitu latihan ketegasan, dengan menggunakan teknik latihan
permainan peran. Proses shaping terjadi apabila tingkah laku baru mendekati tingkah
laku yang diinginkan.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
3. TEKNIK MELEMAHKAN TINGKAH LAKU

 a. Extinction, yaitu proses mengurangi frekuensi terjadinya suatu tingkah laku dengan menghilangkan
reinforcementnya.
 b. Reinforcing Incompatible Behavior, yaitu proses memperkuat tingkah laku positif dengan memberikan
reinforcers pada respon yang diinginkan dan mengurangi tingkah laku yang negatif dengan cara
mengabaikannya.
 c. Relaxation Training, yaitu teknik rileksasi untuk menanggulangi tekanan-tekanan (stress) yang
ditimbulkan oleh keadaan hidup sehari-hari. Teknik ini diberikan kepada klien agar memperoleh pengenduran
otot-otot dan mental yang terganggu tersebut.
 d. Systematic Desensitization, yaitu prosedur terapeutik yang dipakai dalam berbagai keadaan yang
berhubungan dengan kecemasan, ketakutan, dan reaksi phobia. Dalam teknik ini, klien dilatih untuk rileks
selama kurang lebih 30 menit, dan kemudian klien menyusun situasi stimulus yang didalamnya mereka
mengalami cemas. Sedangkan konselor membantu mengidentifikasi dan menyusun situasi dari pengalaman
yang tingkat kecemasannya rendah sampai yang tertinggi. Setelah klien benar-benar rileks, konselor dapat
memulai teknik terapeutik dengan cara meminta klien memejamkan matanya dan konselor mulai
menggambarkan seri-seri adegan dan meminta klien untuk membayangkan dirinya dalam setiap adegan
tersebut. Konselor bergerak secara progresif ke hierarki sampai klien memberikan tanda mengalami
kegelisahan. Adegan dihentikan apabila klien mampu tetap rilek dalam reinforcement yang sebelumnya
dianggap menggelisahkan.
 e. Satiation, yaitu proses memberikan reinforcement yang berlebihan sehingga reinforcement kehilangan
nilainya sebagai penguat. Satiation dapat dilakukan dengan membanjiri klien dengan stimulus yang sama
hingga stimulus tidak lagi direspon.
Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,
M.Psi
BEHAVIOR REHEARSAL

 1. Pengertian Teknik Behavioral Rehearsal Behavioral Rehearsal adalah salah satu


diantara banyak teknik yang berasal dari terapi perilaku. Menurut Thorpe &
Olson behavioral rehearsal adalah (latihan/gladi prilaku) salah satu di antara
banyak teknik yang berasal dari terapi prilaku tetapi teknik ini telah diadaptasi
oleh berbagai menggunakan pendekatan belajar sosial. Teknik ini, yang awalnya
disebut behavioristic psychodrama (psikodrama behavioristik), adalah campuran
“terapi conditioned reflex (reflex terkondisi) dari salter, teknik psikodrama dari
Moreno, dan fixed role therapy (terapi peran tetap) dari Kelly”.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
PERAN KONSELOR DALAM BEHAVIORAL
REHEARSAL

 Konselor professional biasanya menggunakan behavior rehearsal dengan klien


yang perlu menjadi sadar sepenuhnya akan dirinya. Teknik ini adalah suatu
bentuk bermain peran dimana klien mempelajari suatu tipe perilaku baru di luar
situasi konseling.
 Behavioral rehearsal memasukkan beberapa komponen kunci :
 1. menirukan perilaku,
 2. menerima umpan-balik dari konselor, dan
 3. sering mempraktikkan/melatih perilaku yang diinginkan.
 4. Upaya yang dilakukan bersama dalam satu kelompok, dengan tujuan untuk
memberikan pengalaman belajar bersama dalam penanganan masalah
gangguan perilaku tersebut.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
MENGIMPLEMENTASIKAN TEKNIK BEHAVIORAL
REHEARSAL MENURUT THORPE & OLSON

 Ketika mengimplementasikan behavioral rehearsal, peristiwa-peristiwa yang


terjadi dalam kehidupan sehari-hari dimainperankan oleh klien dan konselor
profesional sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan apa pun yang dialami
klien ketika mengekspresikan dirinya. Klien bertindak sebagai dirinya, dan
konselor memainkan peran orang dengan siapa klien memiliki kecemasan.
 a) Konselor mengintruksikan untuk mengkomunikasikan perasaannya tentang
orang atau keadaan yang mengakibatkan kecemasan.
 b) Klien menggunakan suara kuat dan mengulang-ngulang sebuah pertanyaan
tentang perasaan atau perilaku yang tepat guna.
 c) Sementara itu konselor memberikan umpan balik kepada klien d) Klien terus
berlatih sampai konselor mengatakan bahwa pertanyaan tersebut telah
dikomunikasikan secara efektif.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
IMPLEMENTASI TEHNIK BEHAVIOR REHEARSAL

 Konselor dan klien seharusnya mengupayakan dan menguasai keterampilan-


keterampilan sederhana terlebih dahulu, baru pindah ke keterampialan- keterampilan
yang lebih kompleks.
 Langkah-langkah yang diberikan oleh Naugle dan Maher untuk digunakan konselor
dalam mengimplementasikan teknik behavioral rehearsal.
 a) Praktikum perilaku dicontohkan melalui modeling
 b) Bangun motivasi klien melalui strategi-srategi reinforcement (penguatan) positif
 c) Beri klien banyak umpan balik konkrit terfokus untuk membantu klien menguasai
keterampilan yang dimaksud.
 d) Berbincang sebagai orang pertama, dengan menggunakan kata saya secara regular. e)
Menyetujui pujian konselor
 f) Berimprovisasi hidup untuk saat ini
Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,
M.Psi
VARIAN TEKNIK BEHAVIORAL

 . Varian Teknik Behavioral Rehearsal Naugle dan Maher mengeklaim bahwa


behavioral rehearsal membuat penanganan bahkan lebih efektif lagi dengan
membantu klien terlibat dalam prilaku yang diinginkan dalam sebuah ranah
alamiah. Mereka memperingatkan bahwa konselor harus memberikan komentar
dan umpan balik yang spesifik untuk prilaku yang diinginkan klien. Setelah
keberhasilan awal, tugas-tugas prilaku diberikan oleh konselor dibuat semakin
sulit secara progresif dan dipraktekkan diluar sesi konseling.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
KEGUNAAN TEKNIK BEHAVIORAL REHEARSAL TUNER, CALHOUN, DAN ADAMS
MENYEBUTKAN BEHAVIORAL REHEARSAL

 1. mengatasi kemarahan, frustasi, kecemasan, fobia, serangan panic, dan depresi.


 2. klienklien yang mengalamikesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain dalam
 3. situasi-situasi tertentu yang sudah diantisipasi
 4. untuk mencapai katarsis, perubahan sikap, atau perilaku-perilaku tertentu.
 5. behavioral rehearsal berguna ketika menangani orang-orang yang mengalami
kecemasan sosial.. lalu kecemasan adalah salah satu faktor yang menghambat rasa
percaya diripeserta didik adalah salah satunya mengalami kecemasan. Maka dari itu
teknik behavioral rehearsal diharapkan mampu meningkatkan rasa percaya diri peserta
didik
 6. Menurut Alvord & Grados behavioral rehearsaljuga telah digunakan dengan
orangorang yang telah diberi tahu apa yang tidak boleh dilakukan dan tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Konselor dapat membantu menghentikan perilaku yang tidak
tepat dan membuat klien menggatinyadengan perilaku prososial yang tepat. Dengan
menggunakan teknik ini, orang memahami bahwa kesalahan wajar dilakukan dan
bahwakita semua dapat belajar darinya dan memperbaiki perilaku yang tidak
semestinya.
 7. Menurut Alvord & Grados behavioral rehearsaljuga telah digunakan dengan
orangorang yang telah diberi tahu apa yang tidak boleh dilakukan dan tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Konselor dapat membantu menghentikan perilaku yang tidak
tepat dan membuat klien menggatinyadengan perilaku prososial yang tepat. Dengan
menggunakan teknik ini, orang memahami bahwa kesalahan wajar dilakukan dan
bahwakita semua dapat belajar darinya dan memperbaiki perilaku yang tidak
semestinya. Meskipun hanya ada sedikit peneliti empiric yang memfokuskan pada
teknik behavioral rehearsal, ini adalah metode yang digunakan secara luas dikalangan
konselor professional untuk berbagai alasan. Teknik ini tidak berbahaya bagi klien,
teknik ini diasosiasikan dengan resiko substansial apa pun
 Menurut Naugle & Maher Teknik behavioral rehearsal efisien dalam kaitannya
dengan waktu dan bekerja dengan banyak populasi, termasuk yang mengalami
tantangan kognitif, sosial, dan emosional. Implementasi teknik ini cukup
sederhana, dan perubahan dapat dilihat dengan cepat, kadang-kadang bahkan
hanya dalam beberapa sesi.

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
HAMBATAN BEHAVIOR REHEARSAL
 . Akan tetapi, Naugle & Maher memperingatkan pada para konselor professional untuk
berhati-hati ketika menggunakan teknik ini dengan klien-klien yang Tidak dapat
bertanggung jawab atas perilakunya :
 a. Takut akan konsekuensiny, terlepas dari apakah konsekuensi itu nyata atau tidak
 b. Tidak mau mempraktikan latihannya
 c. Tidak mau menyelesaikan tugas-tugas diluar sesi
 d. Mengalami krisis harian
 e. Mengalami agistasi atau retardasi psikomotorik berat.
Dalam suatu penelitian yang dilaksanakan oleh kantor dan Shomerpeneliti mempelajari efek-
efek sebuah program manajemen stress pada gaya hidup berpartisipan. Behavioral rehearsal
adalah salah satu sumber daya copying yang diajarkan kepada peserta. Sementara itu, program
itu efektif pada beberapa bidang evaluasi, perbedaan dalam sumber daya coping tidak signifikat
dan statistik. Tampaknya partisipan tidak menggunakan secara konsisten teknik-teknik yang
diajarkan kepada mereka. Hasil-hasil penelitian ini mengingatkan para konselor professional
tentang perlunya klien untuk sering mengulang-ulang behavioral rehearsal dan sering
menerima umpanbalik spesifik.
Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,
M.Psi
PERBEDAAN

 Teknik Behavioral Rehearsal Perbedaannya tidak jauh dari teknik-teknik seperti


modeling, role play, sosiodrama sama sama bermain peran. Lalu yang
membedakan yaitu cara pengimplementasikan atau langkah-langkah pada teknik
behavioral rehearsal. 1. Praktikum perilaku dicontohkan melalui modeling
(seseorang yang menjadi model) 2. Membangun motivasi klien dengan
pengutan yang positif 3. Konselor banyak memberikan umpan balik konkrit
berfokus pada klien agar mengusai keterampilan yang dimaksud dengan baik. 4.
Berbincang sebagai orang pertama, dengan menggunakan kata saya 5.
Menerima pujian dari konselor 6. Melakukan sesuatu perilaku untuk hidup yang
saat ini akan diperbaiki

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,


M.Psi
CONTOH

Oleh Nadiya Andromeda S.Psi ,

Anda mungkin juga menyukai