Anda di halaman 1dari 25

PENGETAHUAN

PEKERJAAN SOSIAL KOMUNITAS

OLEH :
Didiet Widiowati
PEKERJAAN SOSIAL
KOMUNITAS
Peksos Komunitas merupakan
bentuk dari praktik yang
dikemas sebagai bentuk
intervensi profesional diarahkan
untuk membawa perubahan
terencana (planed change)
dalam organisasi dan komunitas
Aktivitas pada tingkat makro

Organisasional
Komunitas
Kebijakan
Aktivitas organisasional
Supervisi
Penyusunan program
Penulisan proposal
Penetapan anggaran
Aktivitas komunitas
Negosiasi dan membangun kesepakatan
(bargaining) dengan kelompok yang berbeda
Mendorong patisipasi warga masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan
Menciptakan dan melaksanakan
perundingan/kerjasama antara lembaga
Melakukan asesmen kebutuhan
Menyusun dan melaksanakan perencanaan
program
Aktivitas yang terkait dengan
kebijakan
Membangun koalisi
Lobbyng
Membuka akses bagi
terbinanya hubungan yang baik
dengan pihak legislatif
Praktik makro memilih melakukan perubahan pada
system ketimbang perubahan dalam diri individu
(klien).
Dalam arti kita memerlukan melihat situasi
masalahnya dari perspektif yang luas serta
melakukan evaluasi terhadap sistem komunitas
secara keseluruhan.
Meskipun dalam praktik makro secara akademik
terpisah dari praktik mikro, namun dalam
aplikasinya, secara profesional terjalin hubungan
yang erat antara keduanya.
Barker (dikutip oleh Ashman, dan Hull,
1993:117),menyatakan paling tidak ada 3 dimensi
praktik peksos pada tingkat makro, yaitu:

Dimensi perubahan pada tingkat kebijakan


untuk mengatur distribusi sumber-sumber.
Dimensi perubahan pada sistem sebagai target
termasuk delivery system.
Dimensi perubahan pada model advokasi
sehingga klien dan komunitasnya dapat memenuhi
kebutuhan dan memperoleh hak-haknya.
KONSEP KOMUNITAS DAN ORGANISASI
KOMUNITAS
Warren (dalam Netting et al., 1993 : 47)
mendefinisikan komunitas sebagai combination of
social units and systems that perform the mayor
social functions relevant to meeting peoples need
on a local level.
Baker (dalam Ashman & Hull, 1993:122)
mengartikan komunitas sebagai a group of
individual having common interest or living in the
same locality.
Dari kedua definisi tersebut memiliki makna yang
sama :
Pertama, keduanya mengkaitkan sekelompok orang dalam
hubungannya dengan lokalitas tertentu;
Kedua, orang-orang tersebut memiliki kepentingan dan
fungsi yang sama;
Ketiga, mereka berinteraksi secara bersama dalam
berbagai level atau paling tidak memiliki potensi untuk
berinteraksi;
Keempat, komunitas dapat diorganisasikan (be organized)
sehingga setiap warga dapat berpartisipasi untuk
memecahkan masalah bersama atau meningkatkan
kondisi/kualitas hidup mereka secara bersama;
Warren maupun Baker sepakat, bahwa
setiap komunitas setidaknya memiliki lima
fungsi, yaitu:
Produksi, distribusi,
konsumsi.
Sosialisasi
Pengawasan sosial
Partisipasi sosial
Saling mendukung
Menurut Daldjoeni (1978), suatu komunitas
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Sekelompok manusia
menempati wilayah geografis
tertentu;
Mengenal pembagian kerja;
Memiliki kebudayaan dan
sistem sosial bersama;
Sadar akan kesatuan dan
kewargaan bersama;
ORGANISASI DAN ORGANISASI SOSIAL

Organisasi dirumuskan : collectivities of


individual gathered together to serve a particular
purpose (Netting et al., 1993:122).
Tidak selamanya organisasi dapat menjalankan
fungsi dan pelayanannya dengan baik, karena itu
organisasi menjadi lemah, kehilangan sense of
mission and direction.
Karena itu, dalam situasi seperti itu pula ada re-
vitalisasi dan re-empowering organisasi.
Kata kuncinya adalah purpose atau a
specific goals. Tujuan (goal) yang dimaksud
disini adalah :
Serangkaian kebutuhan
manusia (human needs).
Produksi dan profitabilitas
pada organisasi ekonomi.
Peningkatan kualitas hidup
manusia (quality of human life)
pada organisasi pelayanan
Organisasi sosial secara sederhana dirumuskan
oleh Bertrand (1974) adalah an organized
network of social interaction. Perilaku individu
dalam organisasi sosial merupakan produk dari
pengelompokkan manusia (product of group
association) yang dapat dibedakan dengan
karekteristik individualnya.
Secara sosiologis munculnya organisasi terkait
erat dengan struktur sosial adalah kultur
(kebudayaan) dan organisasi sosial.
Kultur menyiapkan seperangkat nilai ideal sebagai
pedoman bertindak atau disebut blueprint for
action, maka organisasi sosial
menyiapkanseperangkat tindakan aktual yang
harus dilakukan warganya.
Beberapa pendapat teori organisasi,
seperti :
Teori Human Relations (Max
Weber)
Teori X dan Teori Y (D.
McGregor)
Teori Management by
Objectives (Peter Drucker)
Teori Decision Making
Teori Human Relations
Faktor yang menggerakan
organisasi bukan rasionalitas
dan struktural, tetapi hubungan
kemanusiaan (human relations).
Tiap organisasi, harus
dipandang sebagai institusi
sosial, karena itu faktor sosial
seperti persahabatan,
kebersamaan dan solidaritas
Teori X dan Teori Y

Aktor organisasi, bukan hanya


sekedar manusia sosial (social
being), tetapi manusia selalu
ingin mengaktualisasikan
dirinya (self-actualization being)
yang mempunyai tujuan pokok
dalam organisasi untuk
Teori X berasumsi bahwa setiap pekerja
akan berpartisipasi dalam kegiatan
organisasi karena alasan :
Secara inherent manusia enggan untuk bekerja;
Mereka harus dipaksa untuk bekerja;
Kebanyakan pekerja memilih untuk diberitahu
apa dan bagaimana cara bekerja;
Imbalan uang merupakan dorongan utama
pekerja;
Teori Y berasumsi
Bekerjasama halnya dengan istirahat atau
bermain merupakan sesuatu yang alamiah karena
itu orang tidak harus dipaksa untuk bekerja;
Pekerja akan giat (commit) dalam mencapai
tujuan organisasi, sepanjang mereka mampu
memperoleh kebutuhannya;
Pekerja akan menerima tanggungjawab untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhan
mereka;
Teori Management by Objectives
Rasionalitas, struktur dan efisiensi diakui mampu
meningkatkan produktivitas dan profit, tetapi itu
saja tidak cukup, karena perilaku organisasi harus
diarahkan pada outcome (tujuan yang lebih
spesifik) dan goal (tujuan umum).
Pengukuran keberhasilan organisasi akan
didasarkan pada sejauhmana tujuan spesifik
tersebut telah tercapai.
Pendekatan tersebut disebut sebagai MBO yang
berlandaskan pada goal (specific) oriented.
Teori Decision Making
Rasionalitas organisasi memiliki keterbatasan oleh karena
itu individual decision merupakan faktor dominan dalam
menyelesaikan masalah organisasi.
Organisasi, menurut Simon apat dikonseptualisasikan
sbagai suatu agresi keputusan individual dalam
organisasi, karena itu keputusan organisasi dapat dilihat
sebagai perilaku atau tindakan untuk merespons stimuli
tertentu.
Kunci pemahaman terhadap keputusan organisasi adalah
memahami hambatan (constraints) yang membatasi
pembuatan keputusan. Konsep ini disebut sebagai
bounded rasionality.
Bounded Rasionality terdiri atas
tiga kategori:
Habit, kemampuan dan
karekteristik personal.
Motivasi, nilai dan keyakinan
individual.
Ketidakmampuan pengambil
keputusan untuk memahami
semua variabel dalam proses
Teori Z
Teori Z merupakan suatu konsep Japanese-style
management.
Organisasi di Jepang bukan sekedar berorintasi pada
struktur, rasionalitas dan goal-oriented.
Organisasi merupakan nafas dari kehidupan yang
berwujud lifetime employment, karenanya akan
menyangkut aspek sosial, budaya praktik dan ekonomi
negara.
Filosofi dasar dan kata kuncinya adalah keterlibatan atau
komitmen dari para pekerja secara total merupakan kunci
dalam meningkatkan produktivitas.
Melalui kegiatan yang disebut quality circk, setiap pekerja
dapat mengemukakan saran dan pemikirannya, membahas
berbagai cara untuk meningkatkan kualitas dan
poduktivitas organisasi.

Anda mungkin juga menyukai