Anda di halaman 1dari 6

Pekerja sosial koreksional merupakan pekerja sosialyang memiliki ruang kerja di bidang pemasyarakatan

dengan fokus pembinaandan pemenuhan kebutuhan para warga binaan.

Permasalahan utama dalam sistem pemasyarakatan dalam lembaga pemasyarakatan di Indonesia


adalah overcapacity atau kelebihan kapasitas penghuni lapas. Permasalahan dalam penanganan
masalah overcapacity ini biasanya disebabkan oleh 3 hal yaitu tingginya tingkat kriminalitas di
suatudaerah, kurangnya fasilitas di lapas, dan minimnya sumber daya manusia dalam mengelola lapas.
Akar permasalahan tersebut yang akhirnya membuat masalah-maslah lainnya dalam lapas salah satunya
tidak terpenuhinya kebutuhan warga binaan untuk mendapatkan pelayanan secara efektif dalam proses
pemasyarakatan. Kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan sandang, pangan,maupun papan tetapi
juga menyangkut kebutuhan psikologis, sosiologis, maupunspiritual.Dari berbagai dampak dari
permasalahan yang terjadi pada lembaga pemasyarakatan muncul lah permasalahan baru dengan
sasaran para penghunilapas tersebut. Dalam beberapa kasus terdapat masalah yang dialami oleh
parawarga binaan seperti depresi, tidak mampu memecahkan masalah, maupun tidakmampu menjalani
tugas-tugasnya di dalam lembaga pemasyarakatan. Maka tidak jarang ditemukan kasus bunuh diri para
warga binaan di dalam lapas maupunwarga binaan yang mencoba kabur. Maka pemenuhan kebutuhan
psikologis,sosiologis, dan spiritual juga harus mendapatkan perhatian penuh dalam proses
pemasyaarakatan.

Gangguan-gangguan kejiwaan kemungkinan akan dialami oleh sebagian besar para warga binaan. Hal
tersebut dikarenakan adanya tekanan dari dalam diri warga binaanmaupun lingkungan sekitarnya. Maka
dari itu pemenuhan kebutuhan dan penaganan permasalahan psikologis para warga binaan sangatlah
penting.Pekerjaan sosial sebagai salah satu profesi pertolongan memiliki peluangcukup besar untuk
turut andil dalam mengatasi permaslahan-permasalahan yangterjadi di lembaga pemasyarakatan
maupun warga binaannya. Melalui social casework atau praktek pekerja sosial dengan individu, pekerja
sosial diharapkanmampu mengurangi tekanan-tekanan yang dihadapi oleh para warga binaan serta
bekerja sama dalam meningkatkan keberfungsian sosial warga binaan agarmampu kembali ke
masyarakat. Pembinaan berbasis rehabilitasi juga menjaditugas pokok pekerja sosial dalam memberikan
pelayanan terhadap warga binaan.Pertolongan lainnya berupa bimbingan konseling bagi individu
maupun keluargawarga binaan serta advice giving juga dapat membantu meningkatkan relasiwarga
binaan dengan lingkungan sekitarnya. Pekerja sosial juga mampu menjadi behaviour specialist yang
bertujuan mengubah sikap dan perilaku para warga binaan agar sesuai dengan peran yang diemban dan
harapan masyarakat.Proses pendampingan pekerja sosial tidak hanya dapat dilakukan pada
saatterpidana menjadi penghuni lapas, namun persiapan saat akan menjadi penghunilapas juga
dibutuhkan. Hal tersebut dibutuhkan untuk mempermudah prosesadaptasi terpidana pada lingkungan
barunya yaitu lembaga pemasyarakatan.Pendampingan saat persiapan masyarakat juga diperlukan agar
tidak ada lagistigma-stigma negatif terhadap bekas warga binaan yang memungkinkan
akanmenimbulkan depresi. Persiapan tersebut bukan hanya ditujukan bagi individunamun juga keluarga
maupun lingkungan sekitar warga binaan di tempat tinggalnya.

Pekerja sosial memiliki ruang cukup luas untukmelakukan praktek dan menjalankan fungsinya sebagai
profesi pertolongan.Permasalahan dalam sistem kemasyarakatan seperti pemenuhan kebutuhan
biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual warga binaan menjadi fokus penting bagi praktek pekerja
sosial dalam seting koreksional. Proses pembinaan, pendampingan, dan rehabilitasi juga menjadi lahan
bagi pekerja sosial untukmeningkatkan keberfungsian sosial warga binaan.

Peran

Peranan Pekerja Sosial yang utama adalah membantu narapidana, tidak membalas dendam atau
menghukum, Pekerja Sosial mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan koreksi
rehabilitasi individu.

Membantu klien agar dapat kembali dan menjadi bahagian masyarakat serta membimbing mereka agar
percaya dengan dengan diri mereka sendiri dan rekan-rekannya.

Pekerja Sosial koreksional bekerja sebagai bagian dari team, termasuk diantaranya petugas probasi dan
parol, psikolog, psikiatris, konselor vokasional pendidik dan pihak lain dalam memberi pelayanan dan
membantu Narapidana mengubah perulakunya.

Peran Pekerja Sosial dalam membantu narapidana mengubah pola tingkah laku agar konstruktif
(menyesuaikan) dengan orang lain dan lingkungan sosialnya. Adapun peranan Pekerjaan Sosial
Koreksional menurut Dorang Luhpuri dan Satriawan, (2010) dalam modul diklat Pekerjaan Sosial
Koreksional adalah antara lain:

 Bekerja dengan individu untuk membantu mereka berubah melalui pemahaman yang baik
mengenai diri, kekuatan dan sumber-sumber dalam diri sendiri.
 Modifikasi lingkungan menjadi iklim Sosial yang sehat, dimana ia akan tinggal.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah pekerjaan sosial bidang koreksional bekerjasama dengan
keluarga narapidana dan sumber-sumber eksternal yang berkaitan dengan narapidana khususnya
narapidana.

Pekerja Sosial dapat berperan mulai pada saat narapidana tertangkap sampai masa terminasi, kemudian
pekerja sosial melakukan intervensi. Intervensi yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial adalah
intervensi secara tidak langsung kepada narapidana dan masyarakat sedangkan intervensi secara
langsung kepada pimpinan lembaga koreksional khususnya pembina narapidana dan lingkungan
terdekatnya.

Didalam bekerja dengan individu dan lingkungan, pekerja sosial selalu menjaga kedekatan dengan unit
keluarga peran pekerja sosial pada sistem pemasyarakatan antara lain sebagai berikut :

Konselor. Membantu narapidana menyadari kesalahan yang diperbuat, menghilangkan perasaan-


perasnaan yang menekan kehidupan narapidana serta memberikan keyakinan dan bimbingan bagi
penyesuaian diri narapidana dan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien.
Motivator. Memberikan dukungan dan menumbuhkan semangat narapidana dalam rangka
memecahkan masalah dan hambatan yang dihadapi dalam mengikuti kegiatan pembinaan yang
diselenggarakan.

Ekspert. Memberikan informasi dan masukan-masukan yang dibutuhkan oleh narapidana serta langkah-
langkah yang harus ditempuh dalam memecahkan masalah.

Therapist. Pekerja sosial mampu memberikan langkah-langkah terapi bagi perubahan kepribadian dan
perilaku narapidana selama berada dilingkungan lembaga pemasyarakatan.

Broker. Pekerja sosial koreksional berusaha mengkaitkan permasalahan yang dihadapi narapidana
dengan sistem sumber yang dibutuhkan. Dalam hal ini bertugas menghubungkan klien dengan lembaga
atau pihak lain yang diperlukan klien, guna mengatasi masalah serta mencapai keberfungsian sosial.

Guru. Peran utama berkaitan dengan upaya memperkuat kemampuan klien untuk melakukan
perubahan dalam situasi masalah.

Advokat. Peranan advokasi bagi klien yang masih bermasalah dengan hukum dan peradilan
(Pembelaan).

Mediator. Menjadi perantara (mediasi) dengan berbagai unit didalam Lembaga Pemasyarakatan.

Pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional

Pengertian Pekerjaan Sosial yang paling dasar dan sering digunakan dikemukakan oleh Charles Zastrow
(1982) “Pekerjaan Sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu individu-individu, kelompok-
kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi
Sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.” Definisi
tersebut menunjukkan bahwa Pekerjaan Sosial merupakan profesi pertolongan yang ditujukan kepada
individu, kelompok dan masyarakat agar mereka memiliki kemampuan dalam berfungsi Sosial serta
menciptakan kondisi yang memungkinkan mereka mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Allan Pincus dan Anne Minahan (1973:5) “Social work is concerned with the interactions
between people and their social environment which affect the ability of people to accomplish their life
task, alleviate distress, and realizetheir aspirations and values” the interactions”. Yang artinya sebagai
berikut “pekerja sosial berkepentingan dengan permasalahan interaksi antara orang dengan lingkungan
sosialnya, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan, mengurangi keteganggan,
mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka”.

Sedangkan Rex A. Skidmore (1991:224) dalam buku Introduction to social work yang
menyebutkan:“Correctional of helping person who have violated the law be rehabilitated” . Definisi
tersebut menjelaskan bahwa pekerja sosial koreksional adalah proses pertolongan secara keseluruhan
terhadap orang-orang yang telah melanggar hukum untuk direhabilitasi. Dari pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa proses pertolongan dalam pekerjaan sosial koreksional memfokuskan pekerjaannya
pada orang dan tingkah laku serta lingkungan sosialnya, serta mempengaruhi tingkah laku dari anggota
masyarakatnya.

Pekerja sosial koreksional adalah pelayanan profesional pada setting koreksional (Lapas, Rutan, Bapas
Narkoba) dan setting lain dalam sistem peradilan kriminal. Dapat disimpulkan bahwa Koreksional adalah
peroses pertolongan secara keseluruhan terhadap orang-orang yang telah melanggar hukum untuk
pekerjaan sosial memainkan peranan penting dalam proses ini. Tujuannya untuk mengelola hukuman
dengan cara pelanggar hukum dapat memperbaiki tingkah lakunya, seperti seperti tingkah laku yang
dijaga dalam batas-batas yang dapat diterimannya.

Dengan demikian permasalahan sosial tersebut merupakan tugas bagi pekerja sosial koreksional untuk
dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah lakunya hingga dapat menjalankan keberfungsiannya.

Lembaga Pemasyarakatan mempunyai suatu profesi Pekerjaan Sosial atau biasa dikatakan dalam
Lembaga Pemasyarakatan yaitu Petugas Pemasyarakatan yang membantu narapidana, adapun
pengertian Pekerjaan Sosial di setting Koreksional menurut Dorang Luhpuri dan Satriawan, (2010) dalam
modul diklat Pekerjaan Sosial Koreksional adalah: Pekerjaan Sosial merupakan sub sistem pada sistem
peradilan pidana. Pekerjaan Sosial Koreksional adalah pelayanan profesional pada seting Koreksional
yang meliputi Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, bapas narkoba dan setting lain dalam sistem
peradilan indonesia yang bertujuan untuk membantu pemecahan masalah klien serta dapat
meningkatkan keberfungsian Sosialnya.

Penjelasan tersebut bahwa Pekerjaan Sosial Koreksional merupakan bagian profesi Pekerjaan Sosial
yang bersinergi antara penegakan hukum, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Narapidana yang
mempunyai permasalahan didalam atau diluar Lembaga Pemasyarakatan merupakan tanggung jawab
dari Pekerjaan Sosial Koreksional.

Tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional

Mengacu pada uraian mengenai pengertian Pekerjaan Sosial tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
tujuan pekerjaan Sosial dibidang Koreksional adalah membantu Narapidana untuk meningkatkan
kemampuannya dalam mengatasi masalah yang dialami oleh Narapidanaselama menjalani proses
hukuman. Adapun tujuan Pekerjaan Sosial bidang Koreksional yang lebih spesifik mengarah pada
tindakan menurut Dorang Luhpuri dan Satriawan, (2010) dalam Modul Diklat Pekerjaan Sosial
Koreksional adalah sebagai berikut:

1. Membantu Narapidana agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan Lembaga


Pemasyarakatan.
2. Membantu klien memahami diri mereka sendiri (Narapidana), relasi dengan orang lain, dan
apakah harapan mereka sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan mereka.
3. Membantu Narapidana melakukan perubahan sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan nilai
dan norma masyarakat.
4. Membantu Narapidana melakukan penyesuaian diri yang baik dalam masyarakat.
5. Membantu Narapidana memperbaiki relasi sosial dengan orang lain (keluarga, isteri/suami,
tetangga, dan lingkungan sosial).

Fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional

Melaksanakan peranan sebagai pekerja sosial di bidang koreksional, maka pekerja sosial memiliki
fungsinya sebagai pekerja sosial dalam pelayanan koreksional. Berikut fungsi Pekerjaan Sosial
Koreksional menurut Dorang Luhpuri dan Satriawan, (2010) dalam modul diklat Pekerjaan Sosial
Koreksional antara lain:

1. Membantu Narapidana memperkuat motivasinya.


2. Memberikan kesempatan kepada Narapidana untuk menyalurkan perasaan-perasaannya dan
memberikan informasi kepada Narapidana.
3. Membantu pelanggar hukum untuk membuat keputusan-keputusan.
4. Membantu Napidana merumuskan situasi yang dialaminya.
5. Memberikan bantuan dalam hal merubah/memodifikasi lingkungan keluargadan lingkungan
dekat.
6. Membantu pelanggar hukum mengorganisasi kembali pola-pola perilakunya dan memfasilitasi
kegiatan rujukan.

Kasus

AD merupakan remaja berusia 18 tahun, anak sulung dari dua bersaudara, adiknya duduk dibangku kelas
dua sekolah menengah pertama sementara AD sekarang dikelas dua Madrasah. Kehidupan keluarga AD
sangat sederhana, Ibu bekerja sebagai penjual ikan di pasar raya Bima sementara bapak bekerja sebagai
petani. Orang tua pun sangat mendukung penuh pendidikan AD dengan memberikan fasilitas kendaraan
bermotor untuk memudahkan semua aktifitas AD di sekolah.

AD mengenal dan mencoba rokok saat kelas dua sekolah menengah pertama kemudian kelas satu
Madrasah mulai mengkonsumsi alkohol dan mengenal obat-obatan. Sebelum menggunakan NAPZA AD
adalah anak yang rajin ibadah, sopan, jujur dan tidak pernah meninggalkan sekolah serta memiliki
kepribadian yang baik. Namun setelah terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA, AD berubah menjadi
malas untuk belajar, sering mengantuk dan bosan di dalam kelas, jadi brutal dan jarang beribadah.

Tahapan pemakaian NAPZA pada subyek pertama AD adalah Social Use (pemakaian sosial), tujuannya
untuk bersenang-senang pada saat rekreasi atau santai dan karena terpengaruh lingkungan sosial atau
pergaulan. Jenis NAPZA yang dipakai oleh AD adalah tramadol merupakan salah satu obat analgesik/anti
sakit opiate (mirip morfin), termasuk psikotropika golongan IV yang memiliki daya adiksi ringan

AN berusia 17 tahun merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Orang tua berpisah sejak tahun
2009 saat AN duduk dikelas empat sekolah dasar. AN dibesarkan dalam keluarga yang broken home
(bercerai) sementara bapak bekerja sebagai pegawai Negeri sipil dan ibu wiraswasta. Sejak orang tua
berpisah AN kehilangan figur dan sosok seorang bapak sehingga tumbuh dan besar tanpa pengawasan
orang tua dan menjadikan AN anak yang sulit diatur.

AN mengenal dan mulai merokok saat kelas dua sekolah menengah pertama kemudian berlanjut dikelas
tiga mencoba obat-obatan dan alkohol. Sebelum menggunakan NAPZA. AN adalah anak yang aktif dan
sering terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga basket tetapi jarang melaksanakan
ibadah. Setelah menggunakan NAPZA berubah menjadi anak yang sangat tertutup dan pendiam,
menjadi malas ke sekolah, sering berbohong dan malas untuk belajar sehingga banyak mata pelajaran
yang tidak tuntas dan berpengaruh pada nilai hasil belajarnya serta semakin jauh dari agama.

Tahapan pemakaian NAPZA pada AN adalah Situasional Use yaitu penggunaan zat pada saat mengalami
ketegangan, kekecewaan, kesedihan dan sebagainya dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan
tersebut. Jenis NAPZA yang dipakai oleh AN adalah ganja termasuk narkotiika golongan I, memiliki daya
adiksi sangat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai