SKRIPSI
Oleh:
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
Tugas perkembangan pada masa remaja adalah tahap pencarian identitas diri
dimana peran orang tua, teman sebaya, kakak atau orang tua asuh sangat berarti
dalam memberikan dukungan terkait pengalaman psikososial anak remaja.
Tingginya pengaruh teman sebaya dalam aspek psikososial remaja membuat
remaja merasa puas jika tahap tersebut dapat dilalui dengan baik, jika tahap
psikososial dilalui dengan buruk, maka akan muncul ketidakadekuatan sehingga
berpotensi untuk kegagalan.
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCIENCE STUDY NURSING PROGRAM
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi
dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-
Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya proposal skripsi ini dapat
diselesaikan.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi
x
dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, MSc selaku sekretaris Program
Jakarta.
peneliti.
peneliti.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar Program Studi Ilmu
peneliti selama duduk pada bangku kuliah serta staff akademik Bapak
birokrasi.
6. Kepala serta segenap Staf Panti Sosial Asuhan Anak PutraUtama 3 Tebet
7. Orang Tua peneliti yaituBapak Sugiyarto dan Ibu Elly Tri Astuti yang
xi
8. Keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan baik mateiil
melaksanakan tugas.
Penulis sangat menyadari bahwa pada penyusunan proposal skripsi ini, masih
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat
memperbaiki proposal skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
Penulis
xii
DAFTAR ISI
ABSTRACT .................................................................................................... ix
A. Pengalaman .......................................................................................... 7
B. Psikososial ............................................................................................ 7
xiii
C. Remaja.................................................................................................. 13
F. Penelitian terkait................................................................................... 28
G. Kerangka Teori..................................................................................... 30
A. Desain Penelitian.................................................................................. 33
C. Instrumen Penelitian............................................................................. 34
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................. 68
xiv
B. Pembahasan Hsil Penelitian ................................................................. 68
A. Kesimpulan .......................................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan
(caregiver) ..................................................................................... 13
xvi
DAFTAR BAGAN
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
ditanggung, dsb). Pengalaman bagi anak dapat menjadi suatu hal yang
sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara sosial. Remaja bekerja mandiri
(Potter, 2005). Dalam pencarian identitas tersebut, peran orang tua sangatlah
ketika remaja menjajaki suatu dunia sosial yang lebih luas dan lebih kompleks
(Santrock, 2002).
1
2
terlantar yang tidak mendapatkan dukungan dari orang tua sehingga tidak
dalam hal fisik, mental, dan sosial. Hasil sensus penduduk tahun 2010
Indonesia yang terdiri dari 10.614.306 anak laki-laki dan 10.266.428 anak
terlantar(Kemensos, 2011).
anak untuk memberikan pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial bagi
Indonesia, terdapat 6810 panti di Indonesia dan kurang lebih 5846 panti
kesenian, tempat rekreasi, ruang menyusui, tempat penitipan anak, dan rumah
tahanan khusus anak (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2002).
kemandirian bagi anak terlantar. Anak dipanti asuhan biasanya karena korban
keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal, dan kurangnya pelayanan yang
kekerasan pada anak dan ditelantarkan yang sangat signifikan berisiko tinggi
Hal ini ditegaskan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dowdell et
asuhan yang terdiri dari 84% perempuan mengalami kekerasan fisik, 95%
mengalami kekerasan dari orang tua biologis, kekerasan seksual 81%, dan
68% mendapat kekerasan seksual lebih dari satu orang. 95% mengalami
kronis. 100% hampir mengalami kekerasan seksual dan secara tidak langsung
perilaku tersebut dilakukan oleh anak remaja yang lain. 92% perempuan
4
pernah mengalami 2 atau lebih perubahan dalam orang tua asuh dari usia 16
tahun. Lebih dari 1/3 perempuan (39.2%) mengalami 4 atau lebih perbedaan
situasi saat tinggal kurang dari 1 bulan. Selain itu, penelitian lain yang
dilakukan oleh Susan Kools terkait dengan dimensi kesehatan pada remaja di
terhadap kesehatan dan harga diri dan lebih tidak nyaman terhadap fisik dan
dan keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan
B. Rumusan masalah
pada anak, bahkan kesehatan dan perkembangan anak di panti asuhan sudah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan
maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
asuhan. Subjek yang diteliti adalah anak remaja putri usia 10-19 tahun di Panti
Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3. Data yang diambil adalah data primer
berupa wawancara mendalam dan observasipada anak remaja putri usia 10-19
umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
disebabkan bukan saja oleh interaksi proses biologis, kognitif, dan sosial tetapi
perhatian pada seberapa jauh pengalaman dini terutama masa anak awal atau
anak seperti gizi, perawatan kesehatan, obat, dan kecelakaan fisik sampai pada
budaya.
B. Psikososial
1. Definisi psikososial
7
8
mental, dan sosial dan tidak ada satupun penyakit ataupun kelemahan.
2. Aspek psikososial
dengan orang lain. Selain itu,Erikson juga percaya bahwa rasa kompetensi
dapat dilalui dengan baik, maka orang akan merasa rasa puas, yang
3. Konsep diri
konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap, dan persepsi bawah sadar maupun sadar.
Masa remaja merupakan waktu yang kritis ketika banyak hal secara
anak-anak yang stabil maka konsep diri masa remaja anak tersebut akan
sangat stabil (Marsh, 1990 dalam Potter, 2005). Komponen konsep diri
meliputi:
a. Identitas
mereka lakukan.
suatu komitmen.
b. Citra tubuh
persepsi dari pandangan orang lain. Selain itu, citra tubuh juga
c. Harga diri
diri atau rasa kita tentang nilai diri merupakan suatu evaluasi dimana
berkaitan erat dengan ide harga diri misalnya penilaian diri tentang
konsep diri dengan ideal diri. Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan,
nilai, dan standar perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk
d. Peran
e. Ideal diri
(Stuart, 2006).
C. Remaja
1. Definisi remaja
terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa sejak usia 10
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
lainnya
(Hurlock, 2012)
bahkan ada pula yang tidak sependapat sehingga membuat teori mengenai
tahun, yaitu teori psikoanalisa, teori kognitif, teori perilaku dan sosial
a. Teori psikoanalisa
yang biasanya tidak disadari dan diwarnai oleh emosi. Ahli teori
perilaku dan kerja pikiran yang dalam. Ahli dalam teori ini adalah
energi psikis individu. Bagi Freud salah satu insting primer dan
mana yang benar atau salah. Menurut Freud dua tahap psikoseksual
1) Tahap latency
2) Tahap genital
sepanjang kehidupan, namun hanya satu tahap pada masa remaja yaitu
pada penemuan diri, tentang siapa diri mereka sebenarnya, dan kemana
banyak peran baru dan status kedewasaan, pekerjaan dan cinta. Orang
peran tersebut dnegan cara baik dan sampai pada jalan positif untuk
diikuti dalam hidup, maka identitas positif akan tercapai. Jika suatu
identitas dipaksakan pada remaja oleh orang tua, remaja tidak cukup
menjelajahi banyak peran dan jika masa depan yang positif belum jelas
b. Teori kognitif
baru. Menurut Piaget, tahap yang harus dilalui oleh remaja yaitu tahap
operasional formal
dalam istilah yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berfikir
18
pada saaat remaja tahap yang harus dilalui adalah tingkat moralitas
pasca konvensional.
dengan kontrol dari dalam. Pencapaian nilai moral yang benar terjadi
mencapai tingkat ini. Pada tahap ini dibagi menjadi dua tahap yaitu
hak dan kehendak orang lain. Terjadi konflik pandangan moral dan
prinsip etis yang universal terjadi ketika individu bersikap dalam cara
D. Psikososial remaja
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan
dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis
dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan
Untuk mecapai tujuan dari sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan
pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan
teman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya pada sikap,
menjadi anggota kelompok sosial yang lebih besar dalam kegiatan sosial.
lebih memilih berteman dengan latar belakang sosial, agama, atau sosial
Geng pada masa kanak-kanak berangsur hilang pada masa puber dan
awal remaja ketika minat individu beralih dari kegiatan bermain menjadi
secara pasti.
yang sama yang dapat mengerti dan membuat merasa aman dan dapat
berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati orang lain dan
yang baik pada dirinya tidak seseorang menjadi pemimpin. Hal ini
(Hurlock, 2012)
E. Panti Asuhan
1. Definisi
memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga
bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan
dan terorganisasi.
service).
fungsi keluarga oleh panti asuhan apabila anak memang sudah tidak
satuan keluarga asuh yang wajar. Keluarga belum dapat atau tidak
lain, karena faktor mental dan atau faktor sosial. Panti asuhan sebagai
yang matang.
lingkungannya.
pada profesi pekerjaan sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu
masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik
3. Prinsip-prinsip pelayanan
sosial.
4. Sasaran garapan
a. Anak
harmonis.
3) Anak yang tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab
1) Orang tua kandung atau wali atau sanak keluarga yang mampu dan
anak.
5. Sistem asuhan
menjadi:
ada satu atau beberapa petugas yang bertugas sebagai bapak atau ibu
asuh. Kelemahan sistem asrama ini adalah kurang intensif dan kurang
anak asuh dalam jumlah yang banyak, staf atau keluarga asuh tidak
banyak diperlukan oleh karena itu pembiayaan relatif lebih kecil. Panti
kepada anak asuh menyamai dan atau paling tidak mendekati suasana
dalam keluarga sehingga anak asuh akan merasa sebagai anak yang
fundalmental dalam hubungan anak dan ornag tua asuh, anak asuh
dengan anak kandung, anak asuh dengan anak asuh lainnya maka
Tabel 2.1
Berhubungan dengan:
Ketidakefektifan adaptasi
terhadap kehilangan,
kurang kasih sayang
Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk remaja di panti asuhan (penjelasan lihat
lampiran)
menduduki peringkat dua dan selanjutnya adalah kakak dan bapak asuh di
panti asuhan memiliki beberapa perilaku yang berisiko. Remaja awal memiliki
perilaku berisiko lebih rendah. Remaja yang lebih tua memiliki perilaku yang
kekerasan. Perilaku yang berisiko tersebut dibagi menjadi tiga sub domain
terhadap kesehatan dan harga diri dan lebih tidak nyaman terhadap fisik dan
emosional.
30
G. Kerangka Teori
Teori Teori perilaku Teori
psikoanalisa Teori kognitif dan sosial perkembangan
(psikoseksual & kognitif moral
psikososial)
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Bagan 3.1
1. Identitas
2. Citra tubuh
3. Harga diri
4. Peran
31
32
B. Definisi istilah
asuhan.
terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa sejak usia
bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang
METODE PENELITIAN
penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,
data dan etika penelitian yang digunakan. Metode penelitian ini sesuai dengan
A. Desain Penelitian
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
penelitian yang berfokus pada deskripsi pengalaman yang disadari oleh anak
33
34
Anak Putra Utama 3 di Jalan Tebet Barat Raya No.100 Jakarta Selatan.
C. Instrumen penelitian
video recorder.
D. Informan penelitian
Menurut Polit & Beck (2004), pada studi kualitatif orang yang akan diteliti
disebut dengan informan atau kunci informan atau studi informan. Dalam
penelitian ini yang menjadi informan adalah para remaja putri yang tinggal di
panti asuhan.
1. Informan utama
Anak remaja putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet.
2. Informan pendukung
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet untuk mengetahui cerita
Informan yang peneliti ambil sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
ditetapkan yaitu:
b. Merupakan anak remaja putri yang tinggal di panti sosial asuhan anak
kemudian ssampel ini disuruh memilih responden lain untuk dijadikan sampel
2009).
informan dapat ditambah bila data belum mencapai saturasi. Saturasi adalah
2010)
kedua terkait hal-hal yang dirasa belum cukup jelas dengan informan.
verbal informan.
meliputi:
a. Pedoman wawancara
recorder.
2) Langkah-langkah
selama ini.
3) Frekuensi
informan.
b. Catatan lapangan
panti asuhan.
jelas dari pertanyaan penelitian yang ingin didapatkan. Pada penelitian ini,
analisis data dilakukan selama ± 2-4 minggu. Menurut Burns & Grove (2004)
1. Transkrip Wawancara
antara peneliti dan informan sesuai dengan konten. Hal ini mungkin
& Poirier (1996, dalam Burn, 2005) hasil analisa kualitatif dari
3. Reduksi Data
3. Analisis Data
b. Reflective remarks
secara umum termasuk ke dalam catatan dan terpisah dari catatan lain
41
untuk memoing.
c. Marginal remarks
kanan dari catatan dan seringkali berhubungan dengan bagian lain dari
d. Memoing
membuat hubungan (link) bagian dari data bersama atau bagian khusus
dari data sebagai contoh dari ide konseptual. Hal yang penting adalah
e. Developing propositions
kategori.
4. Display Data
Display data berisi versi singkat dari hasil penelitian kualitatif yang
interpretasi yang dibuat oleh peneliti kualitatif. Ide map berasal dari kode
(konsep) dan hubungan diatara kode (konsep) dari tape interview yang
satu aktifitas.
often)”, Noting Patterns and Themes yaitu bukti tambahan yang nyata
dari ide teori yang timbul dari data analisis(Burns & Grove, 2004).
H. Validasi data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data perlu diuji validitas dan
yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya
untuk menguji validitas dan reliabilitas data. Blind coding dapat mengurangi
efek bias dari pengetahuan pengkode dalam variabel asing di konten analisis
pengertian yang utuh tentang variabel dan yang diukur, namun sebaiknya
peneliti. Ini untuk menghindari pengkode sama dengan apa yang disebut
mencoba memberikan apa yang diinginkan peneliti). Kolbe & Burnett (1991
I. Etika penulisan
44
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat ijin dari ketua Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Raya Jakarta Selatan. Sebelum penelitian
diantaranya Dinas Sosial DKI Jakarta, Walikota Jakarta Selatan, dan Panti
pertemuan dengan ketua panti asuhan, dan pengurus panti asuhan untuk
wawancara mendalam.
etika penelitian yang terdiri dari infomed consent, tanpa nama (anonimity),
informanpada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Etika penelitian
45
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
itu juga peneliti menggali masa lalu informan melalui ketua panti asuhan atau
sebelumnya.
BAB V
HASIL PENELITIAN
1. Letak wilayah
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet ini terletak di
Jln. Tebet Barat Raya No. 100 Kelurahan Tebet Barat Kecamatan Tebet
berdiri diatas tanah seluas 5.100 m2. Batas wilayah Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 3 yaitu pada bagian utara berbatasan dengan Panti
Sosial Bina Remaja Taruna Jaya, pada bagian selatan berbatasan dengan
rusun berlian tebet, pada bagian barat berbatasan dengan taman hutan kota
2. Sejarah
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet didirikan pada
tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman Penitipan Anak
Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi UPT Dinas Sosial
Provinsi DKI Jakarta yang kemudian berubah nama menjadi Panti Sosial
46
47
sosial provinsi DKI Jakarta, maka dinas sosial berubah menjadi dinas bina
Keputusan Gubernur provinsi DKI Jakarta No. 163 tahun 2002 tentang
lingkungan dinas bintal dan kesos provinsi DKI Jakarta, maka sejak
tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja panti sosial
a. Tugas pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah:
a. Visi
b. Misi
Adapun misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet yaitu:
masyarakat.
maupun sosial.
5. Sasaran pelayanan
Sarana pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah
anak terlantar usia 13 s/d 18 tahun yang karena suatu sebab orang tuanya
sosial.
6. Persyaratan
g. Bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra
Utama 3 Tebet.
B. Hasil penelitian
Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet secara rinci ditemukan adanya 4 tema yang
remaja putri selama di panti asuhan, (2)support system bagi anak remaja putri
di panti asuhan, (3) hubungan antara remaja putri di panti asuhan dengan
1. Karakteristik informan
50
merupakan warga binaan sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
3 Tebet. Jumlah warga binaan sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Tebet yaitu sebanyak 90 orang yang terdiri dari 30 orang dengan
SMA atau sederajat (66,67 %). Warga binaan sosial di panti asuhan ini
mayoritas masih memiliki orang tua walaupun hanya ibu saja, hanya
sekitar 9% anak yang tidak memiliki orang tua.Pada penelitian ini didapat
Tabel 5.1
piatu
maupun dalam hal meminta ongkos untuk pergi ke sekolah, serta dapat
sebaya, berpisah dengan kakak kelas di panti, rindu dengan orang tua,
yaitu menari serta mengikuti lomba yang diadakan diluar panti. Hal
sama kakak CKS dari Bandung kuliah juga, bikin acara..” (P2)
“Hmm banyak sih, apa ya, ada kekeluargaan juga, jadi kita
makan..” (P3)
53
trus bisa belajar bareng, trus apa lagi tuh belajar bareng, makan
jalan..” (P7)
doang, kita harus ngertiin sikapnya temen kan kita ga harus bilang
“lu salah” atau ngomel-ngomel gitu, emang kadang kita suka kesel
kalo dia salah mulu walaupun emang kita juga suka salah tapi ya
ketawa bareng, itu nanti setelah kita keluar, itu yang bakal
mungkin rame-rame kaya gini lagi.Kan kita kalo disini dibagi per
orangnya..” (P1)
“Kan aku belum lama disini ya, jadi belum ada setahun, jadi
lah kan aku disini ikut kesenian kan suka keluar-keluar gitu, terus
54
disini juga suka belajar-belajar gitu bareng kakak kelas, tiap tahun
berikut:
“Kan kita kalo disini dibagi per kamar-kamar, nah kamar itu
masalah nih sama orang sekamar, pastikan kita jadi males buat ke
kamar, mau ke kamar juga ga enak ada dia, pasti kan diem-dieman
kan ya cuma kan kalo kita bawa “ah dia ini, satu orang ini buat
apa dipikirin toh masih ada temen-temen lain yang bisa bikin
“Kalo misalnya salah satu dari anak panti disini ada yang
keluar gitu, kalau ngga kaya kemaren ada yang meninggal gitu,
gitu ya bakal lupa suka ga inget hehe, berpisah sama kakak kelas
disini..” (P4)
“Ga tau deh (klien tampak datar dan menutup diri) Sedih..
Kebersamaan
Pengalaman
Kedisiplinan
menyenangkan
Mengekspresikan bakat
Pengalaman
anak remaja
Masalah dengan teman putri di panti
asuhan
Perpisahan dengan teman
Pengalaman
menyedihkan
Teringat orang tua
paling berpengaruh bagi informan adalah teman. Dalam hal ini, teman
informan:
“Temen..Ya kita kan tinggal bareng, makan bareng, tidur juga satu
kamar misalnya dia punya pengalaman apa, pasti dia bakalan cerita
57
walaupun sama siapa aja ke temen satu kamarnya dan itu bisa aja
buat kita jadi “coba yuk kaya dia” kalo misalnya nilai positifnya
“kayanya itu bagus deh coba ayo kita ikutin” jadi ya gitu deh satu
kalau orang tua kan misalnya musti gini gini gitu, namanya temen kan
ya namanya juga jaman sekarang kan bisa ngertiin lah kaya curhat
gitu, kalo misal ibu gimana ya, misalnya cerita tentang pacar kan ga
boleh pacaran ga boleh ini ga boleh itu gitu, tapi lebih care ke temen
“Mama..” (P4)
peraturannya makin ketat disini, jadi kalau keluar aja harus ijin,
Berbeda hal nya pada informan yang tidak memiliki orang tua, atau
informan yang ditelantarkan orng tua nya, bagi mereka orang yang
“Semuanya..” (P2)
Teman
58
Hubungan
Support system
emosional
Orang tua bagi anak remaja
putri di panti
asuhan
Role model
Pengasuh
gaya pengasuhan orang tua selama ini, dalam hal ini informan
yaitu rindu dan ada juga yang mengatakan kecewa. Hal tersebut
pernyataan informan:
misalnya kita pulang ada keponakan gitu tapi “udah nih ini aja
jajan aja kan kamu kalo disana jarang jajan, udha kalo mau apa-
apa bilang aja kan disana jarang jajan, mumpung ada disini..”
(P1)
tapi kalo ayah udah 7tahu ga ketemu tapi masih ada di Manado
berkaca-kaca) udah bagus sih apa sih didiknya, dulu kan aku
sebelum masuk panti aku suka diasuh sama mama, suka belajar
nyuruh pake jilbab mama, tapi aku emang udah lama tapi aku
bandel banget ibu baru pake keras tapi ga pake kata kasar, cuman
kalo aku bandel sedikit tu ibu ngomelinnya sambil pake nangis gitu
deh, jadinya tu aku berusaha jadi anak yang baik tapi tu susah..”
(P3)
”Hmm ya baik tapi ya kadang kalo lagi kesel ya gitu deh, bisa
apa.. ngga gitu eeee maksudnya bisa di ya di apa gitu, giliran lagi
orang tua misah kak, hmm iya, eh kita ga cerai kak tapi apa
“Baik sih, tapi kalo misalnya ibu kan ibu di Bangka Belitung kan
“Udah ga ada. Kalo bapak ga ada, kalo ibu ada tapi ga tau
yang tidak memiliki orang tua merasakan sedih, dan bagi informan
orang tua:
“Ya kalo kangen pasti, tapi kan niat kita disini satu ka belajar kalo
kita cuma mikirin kangen kangen kangen yang ada nanti kepikiran
sama itu mulu, belajar kita jadi keganggu kan nilai kita jadi
merosot nah itu ya ga ini banget, orang tua juga kalo dengernya
“Suka kangen..”(P5)
ga kangen..”(P2)
61
ayah..”(P6)
Memanjakan
Mendidik
Gaya
pengasuhan
Demokratis
Hubungan remaja
putri di panti asuhan
Menelantarkan
dengan orang tua
Rindu Perasaan
terhadap orang
tua
Sedih
Kecewa
remaja putri di panti asuhan dan konsep diri remaja panti di panti
mau kalo ada biayanya, pokoknya nanti kalo keluar dari sini harus
“Diri aku sendiri? Gimana ya? Menurut aku sih aku tuh
orangnya batu deh kayanya, agak egois, mau menang sendiri juga
kadang, cuma kalo misalnya aku tuh ngeliat orang susah tuh
mementingkan orang lain baru diri sendiri, suka kaya gitu kalo
misalnya aku laper nih terus temen aku lebih laper nih, kadang aku
kasih kalo lagi pelit ga aku kasih, kadang aku kasih semua, dan
prinsipnya tu aku tu kalo orang pelit aku tuh lebih pelit dari dia,
kalo dia baik aku lebih baik lagi dari dia.Kalo aku sih biasa aja,
akuntansi, jurnalis...”(P3)
63
aku ikut, duta air jakarta aku menang kemaren. Emang satu
suka ada guru les, jadinya suka belajar, kalo sekarang suka ga ada
waktu jadi suka kesulitan sendiri. Ya bisa lebih baik aja, trus
prestasi aku yang turun bisa dinaikin lagi, semakin baik buat bikin
mama bangga...”(P4)
terus M kaya gitu deh suka tenang disini trus keterampilan M bikin
remaja bukan kaya anak kecil lagi jadi harus berubah gitu. Ya
dapetin duit banyak pengen bikin rumah terus pengen gitu bawa
bilangnya jutek gitu tapi engga lah N orangnya susah trus juga
64
pernyataannya:
keterampilan..Harapannya ga tau..”(P2)
bertemu dengan orang dan lingkungan baru, namun ada juga yang
bergaul sih, soalnya kan kita belum tau masing-masing sifat kita
“ya gitu kalo belum kenal, malu-malu apalagi disini juga banyak
“Engga sama aja. Punya nya sahabat, kalo temen engga.. Dua
doang...”(P2)
65
“Kalo disini engga, kalo di sekolahan sih ada, kan minder gitu dia
anak rumah aku anak panti, takut aja kalau dia ga suka gimana
gitu..”(P6)
kadang kan kita juga males ka, dia maennya sama kelompok itu
beda sih ada, cuman biarin lah yang penting punya temen, paling
ada, kan aku beda seharusnya mereka iniin aku tapi ini
ngga...”(P4)
“Ngga kan kita harus pede ka. Yaa punya temen lah. Kenal semua.
dia pengen menang sendiri dia ngerasa bodo amat sama temen
anak sini aja yang sekolahnya bareng, jadi cuma berdua aja tapi
dia juga kalo M lagi pengen kesono ya udah kesono aja gitu, jadi
temen sih cuma 1 doang paling udah gitu anak sini semua...”(P5)
66
Persepsi tentang
gambaran diri
Konsep diri
Ideal diri remaja
informan
Psikososial
remaja putri di
Sosialisasi dgn panti asuhan
lingkungan
Sosialisasi remaja
Cara remaja
berteman
Tabel 5.2
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan penelitian
Pengalaman psikososial remaja putri di panti sosial asuhan anak putra utama 3
tebet dapat digambarkan dengan tema pertama yaitu pengalaman anak remaja
anak remaja putri di panti asuhan digambarkan pada tema kedua yaitu support
system bagi anak remaja putri di panti asuhan. Hubungan anak remaja putri di
panti asuhan dengan orang tua digambarkan pada tema ketiga, dan
tema keempat.
dari hasil wawancara. Pada tema ini meliputi pengalaman apa saja yang
68
69
dirasakan oleh anak remaja putri khususnya selama di panti asuhan. Semua
adalah adanya perasaan senang dan sedih. Perasaan senang ataupun sedih
remaja tidak mengubah sikap mereka dari waktu ke waktu dalam rentang
waktu 18 bulan khususnya pada anak remaja yang sangat bahagia atau
sangat tidak bahagia terkait dengan penempatan mereka selama ini. Pada
bulan, 6 dari 7 informan berada di panti asuhan sejak kecil dan 1 informan
akademik, fungsi sosial, dan psikologis anak dan remaja (Nangle &
merupakan derajat apakah individu disukai atau tidak disukai oleh teman
masalah dikemudian hari pada remaja akhir dan dewasa (Parker et al, 2006
di panti asuhan juga diajarkan untuk disiplin dalam berbagai hal misalnya
mengambil ongkos untuk sekolah atau saat ingin mengambil makan. Teori
perasaan kurangnya kepercayaan dan kurangnya rasa aman. Maka dari itu
membiasakan disiplin mulai dari hal kecil agar tidak timbul kenakalan.
perilaku orang lain, dan mulai memecahkan masalah. Selama fase ini,
tersebut.
remaja putri di panti asuhan juga ada pengalaman yang menyedihkan bagi
Johnson & Yoken’s (1995, dalam Schwartz, 2010) menemukan 56% dari
Namun, hal yang paling akut adalah perpisahan dengan ibu kandung
mereka.
Beberapa anak berperilaku agresif, terutama pada orang tua asuh baru di
72
panti asuhan. Hal lain yang mungkin dilakukan adalah adanya perilaku
disorientasi, cemas, atau memiliki masalah dengan nafsu makan dan tidur.
Remaja awal mungkin menangis dan memiliki masalah sosial dan masalah
kakak angkat di panti asuhan dan juga perpisahan dengan orang tua karena
keunggulan dari attachment yang kuat adalah fungsi yang positif. Perasaan
attachment.
remaja di panti asuhan yang baru akan membuat remaja merasa gugup
pengasuh, peraturan yang mereka buat, apa yang pengasuh sukai, dan
kebiasaan yang mereka lakukan serta apa yang pengasuh harapkan dari
Support system dalam kehidupan remaja seperti orang tua asuh atau
Di panti asuhan, support system bagi anak remaja putri yaitu teman,
orang tua kandung, dan pengasuh. Support system yang dimaksud dapat
mereka karena adanya ikatan emosional. Hal tersebut dapat juga dikatakan
figur attachment memiliki dua fungsi yaitu yang pertama adalah memiliki
meregulasi stress, dan yang kedua adalah memberikan dasar yang aman
oleh informan adalah teman dan orang tua.Teman sebagai support system
bahwa teman dapat mengerti apa yang sedang dihadapinya terkait dengan
orang tua, teman, atau keduanya dapat memprediksi kepuasan anak dan
remaja dalam berbagai hal.Aspek positif dari hubungan dengan orang tua
aman, komunikasi yang terbuka, dan adanya pengertian antara orang tua
dan anak. Kepercayaan dengan teman sebaya merupakan hal yang dapat
adanya komitmen dengan teman seperti saling peduli, saling menyukai dan
orang tua merupakan figur attachment utama bagi remaja di panti asuhan
panti asuhan yaitu dalam hal seseorang yang dapat dicontoh atau role
model. Role model adalah individu yang dianggap teladan atau layak
nonformal.
hidup remaja ditentukan dari role model, kedua orang tua, dan teman
sebaya. Informasi yang didapat dari informan, support system yang dapat
menjadi role model adalah teman, orang tua, dan pengasuh. Informan
yang pernah dirasakan, dan jika pengalaman tersebut berujung hal yang
obat, dan masalah kesehatan mental. Seperti yang ditemukan Engels &
Bogt (2001) bahwa perilaku berisiko dapat dicegah dengan aspek positif
orang tua dalam hal mengajarkan anak tentang perilaku prososial terkait
menanamkan nilai positif pada anak dan hal tersebut diikuti oleh anak
sehingga orang tua dapat menjadi role model bagi anak. Penelitian lainnya
panti asuhan merasakan sedih ketika berpisah dengan orang tua asuh di
panti asuhan karena orang tua asuh mengajarkan mereka hal-hal yang
benar.
Pada tema hubungan remaja putri di panti asuhan dengan orang tua ini
nmeliputi gaya pengasuhan yang orang tua berikan selama ini dan
Gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua pada remaja putri di
Paulson & Sputa (1996) menemukan bahwa ibu lebih terlibat dalam
pengasuhan dibanding ayah selama kelas sembilan dan dua belas. Ibu lebih
responsif, lebih terlibat dalam tugas rumah dan tugas sekolah. Namun,
demokratis memiliki hasil akhir yang baik dalam hal harga diri, masalah
lebih lanjut bagi pekerja pelayanan sosial, pekerja pelindung anak, orang
tua asuh, pengacara, penuntut, dan profesi lain yang juga bekerja dengan
membutuhkan bantuan. Hal ini sangat penting untuk semua anak yang
Selain gaya pengasuhan, hal lain yang dibahas dalam tema ini adalah
perasaan anak remaja putri di panti asuhan dengan orang tua mereka. Anak
remaja di panti asuhan biasanya setiap libur sekolah ataupun libur hari
Beberapa dari mereka tinggal dengan ibu, namun tidak jarang juga yang
masih memiliki orang tua lengkap, dan ada pula yang tidak memiliki orang
tersebut terhadap orang tua nya yaitu mayoritas rindu dengan orang tua.
mereka untuk tinggal dengan ibu kandung kembali yag berarti adanya
hubungan yang positif denganibu. Selain itu juga rindu saat-saat bersama
Selain perasaan rindu dengan orang tua, ada juga informan yang
mengatakan sedih jika teringat tentang orang tua terutama ayah. Schwartz
antara orang tua asuh dengan anak asuh dan meningkatkan keterampilan
orang tua asuh dalam memberikan asuhan pada anak yang sulit, juga
mental anak.
Pada tema ini, psikososial anak remaja putri di panti asuhan terdiri dari
konsep diri remaja, dan sosialisasi remaja selama tinggal di panti asuhan.
panti asuhan adalah berbagai karakteristik dan rentang usia anak serta jenis
prasarana namun berkaitan dengan konsep diri remaja itu sendiri. Dari
asuhan salah satunya berkaitan dengan konsep diri anak remaja putri di
remaja yang sejak kecil diasuh di panti asuhan dengan anak remaja yang
remaja putri yang diasuh di panti asuhan sejak kecil tergambarkan konsep
diri yang cenderung negatif. Konsep diri anak di panti asuhan yang akan
emosi. Pengalaman remaja putri saat remaja sangat tinggi tingkat stresnya,
sangat jauh jarak antara aktual diri dengan ideal diri (Bacchini &
gambaran diri positif pada remaja marjinal di panti asuhan. Hal tersebut
digunakan bagi anak remaja putri yang memiliki konsep diri negatif
Komponen konsep diri remaja putri di panti asuhan yang didapat dari
dan sangat bermanfaat dalam jangka waktu 1 tahun dan 6 bulan kedepan
(Marques et al, 2009). Harapan anak remaja putri di panti asuhan yang
dalam hal jenjang pendidikan dan karir yang lebih baik. Walaupun
kelak.
Bagian dari tema psikososial remaja putri di panti asuhan yang lain
sosialisasi dengan lingkungan dan cara remaja putri di panti asuhan dalam
dengan orang baru di lingkungan baru bahkan ada perasaan rendah diri
perbedaan antara anak di panti asuhan dengan remaja lainnya dalam hal
Selain itu, anak remaja di panti asuhan dirasakan lebih menghargai orang
dewasa yang bukan orang tua mereka dan teman sebaya mereka di
lingkungan sosialnya.
dalam berteman juga menjadi sorotan dalam tema psikososial remaja putri
di panti asuhan. Thomas & Daubman (2001) menemukan bahwa harga diri
panti asuhan memilih untuk berteman dengan siapa saja saat di sekolah
untuk berteman dengan teman sebaya yang menerima mereka apa adanya
sesuai dengan kondisi mereka bahkan ada pula yang memilih berteman
dengan teman di panti asuhan yang bersekolah sama sehingga di panti dan
di sekolah hanya itu saja teman mereka. Oberle (2010) menemukan bahwa
putri di panti asuhan lebih memilih untuk berteman dengan teman lawan
jenis dibanding sesama jenis. Harga diri remaja perempuan akan positif
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa walaupun anak remaja putri
masalah harga diri rendah. Harga diri rendah ini terjadi pada anak remaja
keterlibatan orang tua dalam menanamkan konsep diri yang positif. Anak
yang sangat penting dalam kesan gangguan emosional dan perilaku pada
ini dan penelitian sebelumnya, harga diri rendah merupakan masalah yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Support system bagi anak remaja putri di panti asuhan terkait dengan
terutama ibu dan teman sebaya sama kuatnya dalam hal support system
3. Hubungan remaja putri di panti asuhan dengan orang tua meliputi gaya
mayoritas rindu.
4. Psikososial remaja putri di panti asuhan terdiri dari konsep diri dan
cara bersosialisasi. Konsep diri anak remaja putri di panti asuhan baik,
85
86
jarang masih ada yang merasa rendah diri dan memilih untuk berteman
keadaan mereka.
B. Saran
pengasuhan anak sesuai usianya sehingga kesan orang tua asuh yang galak
tidak ada lagi dan dapat mengerti perkembangan anak yang nantinya dapat
2. Penelitian selanjutnya
3. Warga binaan sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet
warga binaan sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet
2008
berhasil dalam peristiwa hidup, kontak mata kurang, perilaku tidak asertif, pasif,
menolak umpan balik positif tentang diri sendiri, ekspresi rasa malu, ekspresi rasa
bersalah
Acitivities: Indicators:
guilt
challenges
esteem
age on sel-esteem
self-concept
children
children’s accomplishments
verbalizations
goal attainment
Monitor levels of self-esteem over
time, as appropriate
patient
Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
I. Petunjuk umum
a. Tahap perkenalan
b. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesediaan waktu yang telah
f. Wawancara ini akan direkam dengan tape rocorder untuk membantu dalam
penulisan hasil
A. Perkenalan
Identitas informan :
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Pedoman Wawancara Mendalam Tentang Pengalaman Psikososial Anak Remaja
Psikososial
1. Pengalaman apa saja yang pernah adik rasakan selama di panti asuhan?
5. Adik masih mempunyai orang tua atau tidak? Pernahkan adik merindukan orang