Anda di halaman 1dari 142

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN

ZINK DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN

HALAMAN JUDUL
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Gizi

Oleh :
NUR HIDAYAH SAFITRI DEWI
2015030088

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
iv
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK


DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN
KEASLIAN PENELITIAN

Merupakan karya saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis disuatu institusi pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh
orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surakarta, Januari 2019

Nur Hidayah Safitri Dewi

vi
MOTTO

Harta yang tak pernah habis adalah ilmu pengetahuan dan ilmu yang tak ternilai
adalah pendidikan
Barang siapa mencari ilmu maka dia berada dijalan Allah
(HR. Tirmidzi)

MOTTO
Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah
(HR. Tirmidzi)

Tidakkah seorang muslim menderta karena kesedihan, kedudukan, kesusahan,


kepayahan, penyakit dan duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah
ampuni dosa-dosanya
(HR. Imam Bukhori)

vii
PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a
dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya
ucapkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan keridhoan, kesempatan, kelancaran dan
segala hal yang memberiku pengalaman sangat berharga.
2. Orang tua saya bapak Sarjimin dan ibu Sumiyati yang telah memberikan
dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan
saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling
khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.
3. Adik saya Triska Pramudya Agustina yang telah sabar dan selalu mendukung
setiap langkahku.
4. Sahabat dan teman tersayang, tanpa semangat dan dukungan serta bantuan
kalian semua tak akan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda,
tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk
kenangan manis yang telah terukir selama ini. Dengan perjuangan dan
kebersamaan kita pasti bisa.
Terima kasih untuk kalian semua, akhirnya kata saya persembahkan
skripsi ini untuk kalian semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna
untuk kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

PERSEMBAHAN

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Asupan Protein, Zat Besi dan Zink
Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun”. Skripsi ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Gizi pada
program S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa ada bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes. selaku Rektor ITS PKU Muhammadiyah
Surakarta.
2. Cemy Nur Fitria, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Wakil Rektor I ITS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
3. Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Gizi ITS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
4. Retno Dewi Noviyanti, S.Gz., M.Si. selaku Pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan skripsi.
5. Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi. selaku Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan skripsi.
6. Dewi Marfuah, S.Gz., MPH. selaku Penguji, yang telah memberikan arahan,
masukan, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
7. Trianti, Amd.Keb. selaku Bidan Desa Wonorejo, yang telah memberikan
kesempatan dalam melaksanakan penelitian terkait perkembangan balita di
desa Wonorejo.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.

ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi
ini bisa bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi masyarakat pada
umumnya dan bagi mahasiswa pada khususnya. Harapan penulis, semoga skripsi
ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Januari 2019

KATA PENGANTAR
Penulis

x
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK


DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN

Nur Hidayah Safitri Dewi¹, Retno Dewi Noviyanti², Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati³

Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak selanjutnya, karena merupakan masa peka dan masa emas dalam
kehidupan anak. Pencapaian perkembangan anak sesuai dengan usia diperlukan berbagai
asupan zat gizi yang adekuat dalam memenuhi kebutuhan perkembangan anak. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan protein, zat besi dan zink dengan
perkembangan anak usia 3-5 tahun. Metode penelitian menggunakan metode cross
sectional. Sampel adalah anak usia 3-5 tahun di desa Wonorejo sebanyak 58 sampel
dengan simple random sampling. Data asupan diperoleh dari food recall 2x24 jam, data
perkembangan anak di peroleh melalui kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP).
Data asupan diolah menggunakan nutrisurvey. Analisis data menggunakan Fisher Exact.
Rata-rata asupan protein sebesar 33,1±5,17 gr, zat besi sebesar 5,0±1,99 mg dan zink
sebesar 3,8±0,87 mg. Hasil hubungan asupan protein dengan perkembangan anak usia 3-5
tahun diperoleh nilai p= 1,00, Hubungan asupan zat besi dengan perkembangan anak usia
3-5 tahun diperoleh nilai p=0,479 dan hubungan asupan zink dengan perkembangan anak
usia 3-5 tahun diperoleh nilai p= 1,00. Kesimpulan tidak ada hubungan asupan protein,
zat besi dan zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun.

Kata kunci : protein, zat besi, zink, perkembangan anak


1. Mahasiswa Program S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
2. Dosen Pengampu S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Dosen Pengampu S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

xi
ABSTRACT

THE CORELATION BETWEEN OF PROTEIN, IRON AND ZINC INTAKE


WITH THE DEVELOPMENT OF 3-5 YEARS CHILDREN

Nur Hidayah Safitri Dewi¹, Retno Dewi Noviyanti², Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati³

Early age is a very decisive period for the development and growth of the next child,
because it is a sensitive period and a golden period in a child’s life the achevement of the
child grow in line as his age requires a variety of adequate nutritional intake in
influencing the child’s developmental needs. The aim of this study is to knew the
corelation the corelation between of protein, iron, zink intake with the growth of 3-5
years children. The method used the cross sectional method. Samples taken were 3-5
years old children in Wonorejo village. 58 samples with random sampling. Samples of
intake data were obtained from recall 2x24 hours, child development data were obtained
through the developmental pre-screening questionnaire. Intake data was processed using
nutrisurvey. Data analised with Fisher Exact. Average protein intake of 33,1±5,17 gr,
iron 5,0±1,99 mg and zink 3,8±0,87 mg. The result of corelation between protein intake
and the development of 3-5 years old children obtained p= 1,00. The corelation between
iron intake and the development of 3-5 years old children obtained p= 0,479 and the
corelation between zinc intake and the developmet of 3-5 years old was obtained p =1,00.
The conclusion there is no correlation between protein, iron and zinc intake with the
development of 3-5 year old.

Keywords : Protein, iron, zinc, development children


1. Undergraduate student of Nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
2. Lecturer S1 Nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Lecturer S1 Nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

xii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ iii


HALAMAN PERSETUJUAN .......................................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ........................................... Error! Bookmark not defined.
KEASLIAN PENELITIAN...............................................................................................vi
MOTTO .......................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................x
ABSTRAK ........................................................................................................................xi
ABSTRACT ..................................................................................................................... xii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ...........................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................4
E. Keaslian Penelitian ................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................8
A. Landasan Teori ......................................................................................................8
1. Anak Prasekolah ...............................................................................................8
2. Tumbuh Kembang Anak ................................................................................ 13
3. Protein ............................................................................................................ 30
4. Zat Besi .......................................................................................................... 33
5. Zink ................................................................................................................ 36
B. Kerangka Teori .................................................................................................... 41
C. Kerangka Konsep ................................................................................................ 42
D. Hipotesis.............................................................................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 43
A. Desain Penelitian ................................................................................................. 43

xiii
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 43
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling .............................................................. 43
D. Variabel Penelitian .............................................................................................. 45
E. Definisi Operasional ............................................................................................ 45
F. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 46
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 46
H. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 47
I. Jalannya Penelitian .............................................................................................. 50
J. Etika Penelitian ................................................................................................... 51
K. Jadwal Penelitian ................................................................................................. 51
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 52
A. Profil Tempat Penelitian ...................................................................................... 52
B. Hasil Penelitian ................................................................................................... 53
C. Pembahasan ......................................................................................................... 59
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 72
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 73
A. Simpulan ............................................................................................................. 73
B. Saran ................................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori .................................................................................... 41


Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................ 42

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian.................................................................................. 5


Tabel 2. Definisi Operasional ............................................................................. 45
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 53
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia..................................................... 53
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Ibu ...................................... 54
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu ...................... 54
Tabel 7. Kategori Tingkat Konsumsi Sampel Penelitian .................................... 55
Tabel 8. Kategori Tingkat Konsumsi Protein Sampel Penelitian ....................... 55
Tabel 9. Persen Tingkat Konsumsi Zat Besi Sampel Penelitian ......................... 56
Tabel 10. Persen Tingkat Konsumsi Zink Sampel Penelitian ............................... 56
Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun................................... 57
Tabel 12. Hubungan Asupan Protein Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5
Tahun. ................................................................................................... 57
Tabel 13. Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5
Tahun. ................................................................................................... 58
Tabel 14. Hubungan Asupan Zink Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun
.............................................................................................................. 58

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Permohonan menjadi Responden Penelitian
Lampiran 3. Lembar Penjelasan kepada Responden
Lampiran 4. Formulir Pernyataan Kesediaan sebagai Sampel Penelitian
(Informed Consent)
Lampiran 5. Formulir Pengumpulan Data
Lampiran 6. Formulir Food Recall 24 jam
Lampiran 7. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Lampiran 8. Output SPSS
Lampiran 9. Master tabel
Lampiran 10. Surat Ijin studi pendahuluan

Lampiran 11. Surat ijin penelitian

Lampiran 12. Surat keterangan telah melakukan penelitian

Lampiran 13. Lembar konsultasi

Lampiran 14. Dokumentasi penelitian

xvii
BAB I
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya, karena merupakan
masa peka dan masa emas dalam kehidupan anak. Hal ini mengisyaratkan
bahwa semua pihak perlu memahami pentingnya masa usia dini untuk
optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Yamin dan Sabri,
2013).
Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu
atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation)
(Yusuf, 2011). Menurut Mansyur (2009) terdapat tiga tahapan
perkembangan sel dan jaringan saraf dalam otak. Tahap pertama pada
periode pertama sekitar masa kehamilan 33 minggu dan periode kedua
sekitar 15 bulan, masa ini disebut masa kritis karena merupakan fase pesat
tumbuh kembang terjadi pembelahan sel otak. Tahap kedua usia 0-2 tahun
merupakan periode yang paling krusal pasca kelahiran dimana terjadi
pembesaran sel otak. Tahap ketiga adalah usia 3-6 tahun dimana pada
masa ini pertumbuhan dan perkembangan sel dan jaringan syaraf
berlangsung pesat untuk melanjutkan dan memantapkan potensi yang telah
dibangun pada usia sebelumnya.
Anak pada usia 3-5 tahun telah memiliki kontrol fungsi tubuh yang
baik. Pengalaman, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan anak
lain dan penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental, meningkatnya
rentang perhatian dan memori untuk periode berikutnya yaitu masa
sekolah (Wong dkk, 2009).
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor genetik yang merupakan
modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.
Faktor eksternal atau peranan lingkungan adalah faktor prenatal ibu yang

1
2

termasuk status gizi ibu pada saat hamil. Faktor eksternal yang lainnya
adalah faktor pascanatal, yaitu kecukupan gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak (Tanuwijaya dan Karsono, 2013).
Zat gizi digolongkan menjadi dua, yaitu zat gizi makro (karbohidrat,
protein, lemak) dan zat gizi mikro vitamin A, vitamin B, vitamin C,
vitamin D, vitamin E, vitamin K serta mineral kalsium, fosfor, magnesiun,
kalium, natrium, mangan, tembaga, kromium, iodium, besi, zink,
selenium, flour (Badan POM RI, 2013). Menurut penelitian Emalia dkk
(2015), asupan zat gizi yang berpengaruh pada perkembangan anak
prasekolah adalah protein, zat besi dan zink.
Protein sebagai salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan, pengganti sel
tubuh yang rusak, dan sebagai katalisator. Fungsi khas protein yang tidak
dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-
sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Protein juga merupakan
prekursor untuk neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak.
Protein dalam proses metabolisme tubuh perlu adanya proses sintesis, zat
gizi yang dibutuhkan untuk mensintesis protein yaitu zink.
Zink merupakan trace mineral atau mineral mikro yang penting
untuk semua bentuk kehidupan (Hardinsyah dan Supariasa 2017). Zink
sebagai trace mineral yang berperan terhadap pertumbuhan sel saraf pusat,
fungsi imun, fungsi motorik dan kognitif. Zink merupakan unsur yang
terdapat dalam otak, memberikan kontribusi terhadap struktur dan fungsi
dari otak, sehingga apabila terjadi defisiensi yang berat maka akan
berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan fungsi motorik (Ardiaria
dan Nuryanto, 2014). Zat gizi yang berpengaruh dalam perkembangan
motorik selain zink adalah zat besi.
Zat besi merupakan mikronutrein esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh serta sistem imun manusia (Herman, 2009). Besi
berperan penting dalam transport oksigen khususnya untuk pernapasan
seluler yaitu suatu proses yang menghasilkan energi bagi sel-sel tubuh,
3

berperan dalam metabolisme energi di neuron dan sel glia, sistem


neutransmitter dan metabolisme dopamine. Defisiensi zat besi akan
menjadikan penurunan sistem metabolisme oksidasi dalam otak,
mempengaruhi fungsi kognitif, pertumbuhan fisik dan keterlambatan
fungsi motorik (Ardiaria dan Nuryanto, 2014).
Anak di Indonesia yang mengalami gangguan tumbuh kembang
yaitu sekitar 11-14% pada tahun 2008. Provinsi Jawa Tengah memiliki
jumlah balita dan anak usia pra sekolah pada tahun 2009 sebanyak
2.239.357 anak. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak
usia pra sekolah sebesar 53,44 % pada tahun 2006, 33,58 % pada tahun
2007, 44,76 % pada tahun 2008, dan mengalami kenaikan sebesar 50,29 %
pada tahun 2009 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009).
Kabupaten Karanganyar merupakan Kabupaten yang mempunyai cakupan
deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah pada tahun 2009
yaitu sebesar 95,58%, melebihi cakupan Standar Pelayanan Minimal
sebesar 95% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009). Tahun 2012,
cakupan jumlah anak usia dini (0-6 tahun) di Kabupaten Karanganyar
yang belum terlayani yaitu sebesar 39,18% (Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah, 2012).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada 2 posyandu yaitu di Desa
Watuburik dan perumahan Wonorejo, diperoleh bahwa dari 2 posyandu
terdapat 5,17% anak mengalami gangguan perkembangan. Hasil
wawancara dengan kader posyandu, orangtua anak hanya melakukan
penimbangan ke posyandu serta kader posyandu tidak memberikan
pengarahan tentang pentingnya asupan zat gizi untuk perkembangan anak.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan asupan protein, zat besi dan zink
dengan perkembangan anak.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang tersebut
rumusan masalah penelitian ini adalah : ”Apakah ada hubungan antara
asupan protein, zat besi dan zink dengan perkembangan pada anak usia 3-5
tahun ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara asupan protein, zat besi dan zink
dengan penrkembangan pada anak usia 3-5 tahun.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan asupan protein pada anak usia 3-5 tahun.
b. Mendeskripsikan asupan zat besi pada anak usia 3-5 tahun.
c. Mendeskripsikan asupan zink pada anak usia 3-5 tahun.
d. Mendeskripsikan perkembangan pada anak usia 3-5 tahun.
e. Menganalisis hubungan asupan protein dengan perkembangan anak
usia 3-5 tahun.
f. Menganalisis hubungan asupan zat besi dengan perkembangan
anak usia 3-5 tahun.
g. Menganalisis hubungan asupan zink dengan perkembangan anak
usia 3-5 tahun.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca khususnya mahasiswa tentang hubungan
asupan protein, zat besi, zink terhadap perkembangan anak usia 3-5
tahun.
5

2. Manfaat Praktis
a. Bagi orangtua anak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
orangtua agar lebih memahami pentingnya perkembangan anak.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini akan memfasilitasi peneliti dalam
mengembangkan kemampuan peneliti sekaligus mengaplikasikan
ilmu yang telah didapat.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan ada beberapa
penelitian yang hampir sama yang berhubungan dengan asupan protein,
zat besi dan zink dengan perkembangan anak dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No Keaslian Penelitian
1 Nama Peneliti/Tahun Ardiaria dan Nuryanto/2014.
:
Judul Hubungan status gizi dan asupan besi
: dan seng terhadap fungsi motorik anak
usia 2-5 tahun.
Desain dan Variabel : Desain penelitian menggunakan cross
Penelitian sectional. Variabel bebasnya status gizi,
asupan besi dan seng. Variabel
terikatnya adalah fungsi motorik anak
umur 2-5 tahun.
Hasil Terdapat hubungan antara asupan besi
: dan seng dengan fungsi motorik anak.
Persamaan Meneliti mengenai asupan besi, seng
: dan perkembangan anak. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross
sectional.
Perbedaan Penelitian ini meneliti status gizi, tidak
: meneliti asupan protein.
2 Nama Peneliti/Tahun Zulkarnain, Alwi dan Patimah /2017.
:
Judul : Pengaruh asupan zat gizi terhadap
perkembangan psikomotorik anak usia
25-60 bulan pada yayasan An-Nur Kalla
Kota Makassar.
Desain dan Variabel Desain penelitian menggunakan desain
: cross sectional. Variabel bebasnya
Penelitian
6

No Keaslian Penelitian
adalah asupan zat gizi (karbohidrat,
protein, lemak, vitamin A, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin B6, vitamin B12
vitamin C, kalsium dan zat besi) dan
variabel terikatnya perkembangan
psikomotorik anak usia 25-60 bulan.
Hasil : Terdapat pengaruh asupan zat gizi
lemak, vitamin B12 dan zat besi
terhadap perkembangan psikomotorik
anak usia 25-60 bulan pada yayasan An-
Nur Kalla Kota Makassar.
Persamaan : Meneliti mengenai asupan protein, zat
besi dan perkembangan anak. Desain
penelitian menggunakan desain cross
sectional.
Perbedaan : Penelitian ini meneliti asupan zat gizi
karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin
B1, vitamin B2,vitamin B6, vitamin
B12 vitamin C, kalsium dan tidak
meneliti asupan zink.
3 Nama Peneliti/Tahun : Puspita, Octavia dan Saputro /2017
Judul : Hubungan Asupan Gizi Seimbang, Pola
Asuh dengan Perkembangan motorik
Balita Gizi Kurang di Kota Jambi.
Desain dan Variabel : Desain penelitian menggunakan desain
Penelitian cross sectional. Variabel bebasnya
adalah asupan gizi seimbang
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
zat besi, zink dan air) dan pola asuh.
Variabel terikatnya adalah
perkembangan motorik balita gizi
kurang.
Hasil : Terdapat hubungan antara asupan gizi
seimbang karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, zat besi, zink dan air dan
pendapatan keluarga terhadap
perkembangan motorik balita gizi
kurang di Puskesmas Kota Jambi tahun
2016.
Persamaan : Meneliti mengenai asupan protein, zat
besi, zink dan perkembangan anak.
Desain penelitian cross sectional.
Perbedaan : Penelitian ini meneliti asupan
karbohidrat, lemak, vitamin, air dan
pola asuh balita gizi kurang
7

No Keaslian Penelitian
4 Nama Peneliti/Tahun Emalia, Febry dan Rahmiwati/2015.
:
Judul : Hubungan asupan gizi, pengetahuan dan
stimulasi ibu dengan tumbuh kembang
anak prasekolah TK Handayani dan TK
Teratai 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil
Palembang 2014
Desain dan Variabel : Desain penelitian menggunakan desain
Penelitian cross sectional. Variabel bebasnya
adalah asupan gizi (energi, karbohidrat,
lemak, protein, zat besi, zink, vitamin
A), pengetahuan dan stimulasi ibu.
Variabel terikatnya adalah tumbuh
kembang anak prasekolah.
Hasil : Terdapat hubungan antara asupan
energi, protein, zat besi, zink dan
stimulasi ibu dengan perkembangan
motorik kasar anak prasekolah TK
Handayani dan TK Teratai Kecamatan
Bukit Kecil Palembang.
Persamaan : Meneliti mengenai asupan protein, zat
besi, zink dan perkembangan anak.
Desain cross sectional
Perbedaan : Penelitian ini meneliti asupan energi,
karbohidrat, lemak, vitamin A,
pengetahuan dan stimulasi ibu.
5. Nama Peneliti/Tahun Purwanti/2017
:
Judul : Asupan zat gizi dan perkembangan
kognitif balita di wilayah Puskesmas
Bugangan Kota Semarang.
Desain dan Variabel : Desain penelitian menggunakan desain
Penelitian cross sectional. Variabel bebasnya
asupan gizi (energi, lemak, protein,
zink, iodium, vitamin C, zat besi) dan
variabel terikatnya adalah
perkembangan kognitif balita.
Hasil : Terdapat hubungan antara asupan
energi, lemak, protein, dan zink dengan
perkembangan kognitif balita umur 48-
60 bulan di wilayah Puskesmas
Bugangan Kota Semarang.
Persamaan : Meneliti mengenai asupan protein, zat
besi, zink dan perkembangan anak.
Desain penelitian menggunakan cross
sectional.
Perbedaan : Penelitian ini smeneliti asupan energi,
lemak, iodium dan vitamin C.
BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Anak Prasekolah
a. Pengertian anak prasekolah
Usia anak prasekolah adalah antara 3 sampai 5 tahun. Anak
pada usia tersebut memiliki kontrol fungsi tubuh yang baik,
pengalaman periode perpisahan pendek dan panjang, kemampuan
berinteraksi, kerja sama dengan anak lain dan penggunaan bahasa
untuk simbolisasi mental, meningkatnya rentang perhatian dan
memori untuk periode berikutnya yaitu masa sekolah. Keberhasilan
pencapaian tingkat pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya
sangat penting bagi anak prasekolah untuk pematangan tugas-tugas
yang telah dikuasai selama masa toddler (usia 1-3 tahun) (Wong
dkk, 2009).
Menurut Yusuf (2011) kualitas anak sangat dipengaruhi
oleh perkembangan anak. Anak prasekolah dikategorikan normal
apabila terjadi perkembangan fisik, perkembangan intelektual,
perkembangan emosional (takut, cemas, marah, perasaan ingin
tahu), perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan
bermain, perkembangan kepribadian dan perkembangan moral.
Usia 3-5 tahun atau usia prasekolah mampu menggunakan sesuatu
untuk mewakili yang lain dengan menggunakan simbol berupa
kata, bahasa, gerak dan benda. Melalui kemampuan tersebut, anak
mampu berimajinasi untuk mengembangkan intelektualnya.
Perkembangan pikiran individu terlihat dalam perkembangan
bahasa. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh perkembangan
kognitif, perkembangan motorik, stimulasi lingkungan serta
interaksi antara orang tua dengan anak atau pola asuh yang
diberikan orang tua kepada anak.

8
9

b. Ciri-Ciri Anak Usia Prasekolah


Menurut Wong dkk (2009) ciri-ciri anak prasekolah
meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
1) Ciri Fisik
Penampilan atau perilaku anak prasekolah mudah
dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan
sebelumnya.
a) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah
memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan
sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri.
b) Anak laki-laki umumnya lebih besar dalam aspek fisik.
Anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang
khususnya dalam tugas motorik halus, karena hal tersebut
lebih baik tidak mengkritik anak laki-laki apabila tidak
terampil dan sikap membandingkan antara laki-laki dan
perempuan dalam kompetensi ketrampilan.
2) Ciri sosial
Anak prasekolah umumnya mudah bersosialiasi dengan
orang di lingkunganya. Anak pada tahapan ini umumnya
memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka
cepat menyesuaikan diri secara sosial dan mau bermain dengan
teman. Sahabat yang dipilih biasanya sama jenis kelaminnya,
berkembang memiliki sahabat dengan jenis kelamin yang
berbeda.
3) Ciri emosional
Anak prasekolah mengekspresikan emosinya dengan sikap
marah dan iri hati pada anak prasekolah lainnya, seringkali
meperebutkan perhatian atau orang sekitar.
4) Ciri kognitif
10

Anak usia prasekolah umumnya sudah terampil dalam


berbahasa. Kompetensi anak juga perlu dikembangkan melalui
interaksi, minat, kesempatan, memahami dan kasih sayang.
c. Kebutuhan Gizi Anak Prasekolah
Kebutuhan zat gizi anak pada usia 3-5 tahun meningkat
karena masih berada pada masa pertumbuhan dan aktivitas
semakin meningkat. Jumlah dan variasi makanan harus
mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak,
terutama dalam memenangkan pilihan anak agar memilih makanan
yang bergizi seimbang (Permenkes RI, 2014).
Kebutuhan gizi adalah angka kecukupan yang diperlukan
setiap individu dalam memenuhi nutrisi untuk melakukan aktifitas.
Setiap individu memiliki angka kebutuhan gizi berbeda-beda,
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kebutuhan gizi setiap individu
tercantum dalam Angka Kecukupan Gizi atau disingkat dengan
AKG.
Angka Kecukupan Gizi anak balita dibedakan menjadi
kelompok umur, untuk anak umur 1-3 tahun kebutuhan asupan
protein sebesar 26 gr, 8 mg untuk asupan zat besi dan 4 mg untuk
asupan zink. Kelompok umur 4-6 tahun kebutuhan asupan protein
sebesar 35 gr, 9 mg untuk asupan zat besi dan 5 mg untuk asupan
zink (Kemenkes RI, 2013). Bertambahnya usia anak maka semakin
meningkat kebutuhan asupan gizi yang wajib diperoleh anak.
Menurut Devi (2012), zat-zat gizi yang dibutuhkan anak dalam
masa tumbuh kembang adalah :
1) Karbohidrat
Karbohidrat sebagai sumber energi. Karbohidrat di
dalam tubuh berada di dalam sirkulasi darah sebagai glukosa
untuk keperluan energi, sebagian disimpan sebagai glikogen
dalam hati dan jaringan otot dan sebagian diubah menjadi
11

lemak untuk disimpan sebagai cadangan energi dalam jaringan


lemak.
Energi berfungsi mempengaruhi zat kimia yang ada di
dalam otak yang disebut neurotransmitter yang bertugas dalam
menghantarkan implus dari saraf ke saraf lainya sehingga
menghasilkan gerak motorik.
2) Protein
Protein merupakan asupan yang bermanfaat dalam
membangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatur
seperti hormon dan enzim. Protein merupakan zat gizi yang
berperan dalam fungsi motorik dan mempunyai fungsi yang
sama dengan energi dalam proses poliferasi, deferensial sel
dan synaptogenesis. Protein dapat ditemukan pada ikan, susu,
telur, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
3) Lemak
Lemak mempengaruhi perkembangan dan kemampuan
otak. Kecukupan dalam tubuh akan meningkatkan aktifitas
hormon peka lipase trigliserida sehingga metabolisme lemak
dan asam lemak esensial dapat menghasilkan energi dari
aktifitas otot dan meningkatkan perkembangan motorik.
Lemak terdapat pada margarin, mentega, minyak goreng,
lemak hewani dan lemak tumbuhan.
4) Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik yang komplek
dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya
dapat dibentuk oleh tubuh.
a) Vitamin A
Vitamin A berguna untuk pertumbuhan tulang, kesehatan
mata dan kulit yaitu mencegah kelainan bawaan. Vitamin
A terdapat dalam susu, keju, mentega, kuning telur,
minyak ikan, sayuran dan buah-buahan.
12

b) Vitamin B
Vitamin B berguna untuk menjaga susunan sistem saraf
berfungsi normal, mencegah penyakit beri-beri dan
anemia. Vitamin B terdapat pada nasi, roti, susu, daging
dan tempe.
c) Vitamin C
Vitamin C berguna untuk membentuk integritas jaringan
dan peningkatan penyerapan zat besi dan menjaga
kesehatan gusi. Jenis vitamin C terdapat pada mangga,
jeruk, pisang dan nangka.
5) Mineral
Mineral berguna untuk memperkuat jaringan serta
mengatur keseimbangan cairan tubuh.
a) Zat besi
Zat besi berguna dalam pertumbuhan sel-sel darah merah
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan serta zat besi
merupakan zat gizi esensial yang berperan dalam fungsi
motorik serta berperan dalam sintesis monoamine yaitu
enzim mitokondria yang terdapat di semua bagian yang
berhubungan dengan metabolisme aerobik dari makanan
yang menghasilkan energi, dengan kata lain sebagai pusat
pembangkit energi. Zat besi terdapat dalam daging, ikan
dan hati ayam.
b) Kalsium
Kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Zat
ini terdapat dalam susu sapi.
c) Yodium
13

Yodium berguna untuk membantu susunan saraf pusat


berkaitan dengan daya pikir dan mencegah kecacatan fisik
dan mental. Zat ini terdapat dalam rumput laut dan sea food.
d) Zink
Zink merupakan komponen penting dari tubuh dan
merupakan molekul penting dari sel. Unsur zink adalah
elemen penting untuk mengaktifkan fungsi beberapa enzim
dalam tubuh dan berperan penting dalam kegiatan
metabolisme tubuh. Berperan utama dalam penyembuhan
luka, membangun sistem kekebalan tubuh, dan dibutuhkan
dalam sintesis DNA.

2. Tumbuh Kembang Anak


a. Pengertian Tumbuh kembang anak
Pertumbuhan dan perkembangan memiliki hubungan yang
erat sekaligus terdapat perbedaan yang cukup signifikan.
Pertumbuhan lebih mengandung unsur kuantitatif, yaitu adanya
penambahan ukuran fisik pada struktur tubuh anak menjadi lebih
besar secara fisik dan organ-organ dalam juga meningkat seperti
tangan, kaki, badan, otak, dan lain-lain (Suyadi dan Ulfah, 2013).
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,
sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut dengan
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-oragan dan sistem organ yang
berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi organ atau individu (Suyadi dan Ulfah,
2013).
Usia dini yaitu 0-6 tahun merupakan masa perkembangan
dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa
14

depanya atau disebut juga masa keemasan (the golden age)


sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (Suyadi dan Ulfah,
2013).
b. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Pertumbuhan (growth) menurut Soetjiningsih dan Ranuh
(2015) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ,
maupun individu. Otak anak semakin tumbuh terlihat dari
kapasitasnya untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan
akalnya. Pertumbuhan menurut Sobur (2013), khusus bagi
pertumbuhan dalam ukuran badan dan fungsi fisik. Pertumbuhan
pada umumnya dibatasi pada perubahan-perubahan struktural dan
fisiologis dalam pembentukan seseorang secara jasmaniah dari saat
masih berbentuk janin melalui periode-periode prenatal (dalam
kandungan), dan postnatal (setelah lahir), sampai pada
kedewasaannya.
c. Perkembangan
Perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan
terus menerus dalam diri individu sejak lahir hingga mati (Sobur,
2013). Keterampilan motorik kasar akan memberikan pengaruh
positif bagi perkembangan motorik halus (Hasan, 2010).
Kemampuan motorik halus (fine motor skills) adalah kemampuan-
kemampuan fisik yang melibatkan otot halus serta koordinasi mata
dan tangan. Pencapaian dalam kemampuan diri memungkinkan
anak untuk lebih mengambil tanggung jawab terhadap perawatan
15

pribadi mereka (Papalia, 2010). Perkembangan motorik halus


penting untuk perkembangan inteligensinya. Hal ini dikarenakan
untuk menghasilkan gerakan motrik halus yang tepat, dibutuhkan
koordinasi yang baik antara otak dengan otot-otot halus (Hasan,
2010).
Menurut Yusuf (2011), perkembangan adalah perubahan-
perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung
secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik
menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
Perkembangan diartikan sebagai perubahan bentuk yang dimulai
saat konsepsi dan terus berlanjut sepanjang satu masa kehidupan
(Soetjiningsih dan Ranuh, 2015). Perubahan bentuk meliputi
perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional yang terjadi
selama masa kehidupan individu.
Terdapat berbagai model penilaian perkembangan anak
yang perlu adanya parameter tertentu sehingga dapat dilakukan
perbandingan secara konsisten. Aspek-aspek penilaian yang dapat
dinilai menurut Kemenkes RI (2010) meliputi:
1) Gerakan kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan
dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk,
berdiri, dan lainnya.
2) Gerakan halus atau motorik halus adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
seperti mengambil sesuatu, menjimpit menulis dan lainnya.
3) Personal sosial adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan setelah selesai dipakai bermain), berpisah dengan
16

ibu/pengasuh, bersosialisasi/berinteraksi dengan


lingkungannya.
4) Kemampuan bicara adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi mengikuti perintah dan sebagainya.
Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip
cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal
merupakan rangkaian dimana pertumbuhan yang tercepat selalu
terjadi di kepala. Pertumbuhan fisik dan ukuran secara bertahap
bekerja dari atas kebawah, perkembangan sensorik dan motorik
juga berkembang menurut prinsip ini, contohnya bayi biasanya
menggunakan tubuh bagian atas sebelum mereka menggunakan
tubuh bagian bawahnya (Santrock, 2011).
Prinsip proximodistal (dari dalam ke luar) yaitu
pertumbuhan dan perkembangan bergerak dari tubuh bagian dalam
ke luar (Papalia, 2010). Menurut Potter & Anne (2009) ciri–ciri
pertumbuhan yaitu:
a) Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik seperti berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan dan lingkar dada.
b) Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat
terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul
mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
c) Pertumbuhan dan perkembangan terjadi apabila hilangnya ciri-
ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti
hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu atau hilangnya
refleks tertentu.
d) Pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti
proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila,
pubis atau dada.
17

Menurut Potter & Anne (2009) ciri–ciri perkembangan yaitu:


a) Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang
diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem
reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
b) Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum
tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala
menuju ke arah kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian
distal.
c) Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari
kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju
kemampuan melakukan hal yang sempurna.
d) Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian
perkembangan yang berbeda.
Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap
selanjutnya, dimana tahapan perkembangan harus melewati
tahapan-tahapan tertentu.
d. Perkembangan Motorik
Perkembangan anak dapat dilihat pada perkembangan fisik
dan motorik. Perkembangan motorik berhubungan dengan gerakan
otak, setiap gerakan yang dilakukan anak, walaupun gerakan
tersebut sederhana akan menghasilkan pola interaksi yang komplek
dari bagian sistem tubuh yang dikontrol oleh otak. Otak menjadi
pusat dari bagian tubuh yang mengatur semua aktivitas motorik
anak. Sujiono (2010) mengemukakan bahwa perkembangan
motorik adalah perkembangan dari unsur kematangan dan
pengendalian gerak tubuh. Hal yang sama dikemukakan oleh
Hurlock (2010), Perkembangan motorik adalah perkembangan
yang mengendalikan gerakan jasmani melalui kegiatan pusat saraf
dan otot yang terkoordinasi. Menurut Wiyani (2014), menyatakan
bahwa perkembangan motorik adalah perubahan bentuk tubuh
pada anak usia dini yang berpengaruh terhadap kemampuan gerak
18

tubuh dan gerakan yang harus dilakukan oleh seluruh tubuh.


Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
perkembangan motorik adalah gerakan yang memerlukan
pengendalian jasmani melalui aktivitas yang terkoordinasi antara
pusat saraf dan otot, serta memerlukan kematangan dalam suatu
gerakan. Perkembangan setiap anak usia dini tidak dapat
dipaksakan, harus mengikuti tahap perkembangan. Tahap
perkembangan anak tidak sama dengan anak yang lain sehingga
perkembangan motorik anak berbeda-beda.
1) Motorik Kasar
Merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot
yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan (Santrock, 2011).
Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali
dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama
1-5 detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi
merangkak dan lain-lain (Hidayat, 2009).
Tahapan perkembangan motorik kasar anak menurut
Soetjiningsih dan Ranuh (2015) antara lain :
a) Umur 0-3 bulan
(1) Kepala terangkat setinggi 45° dan dada ditumpu lengan
pada waktu tengkurap.
(2) Kepala bergerak dari kiri/kanan ke tengah.
b) Umur 4 – 6 bulan
(1) Gerakan berbalik dari telungkup ke telentang.
(2) Kepala terangkat setinggi 90°.
(3) Kepala tetap tegak dan stabil.
c) Umur 7 – 9 bulan
(1) Duduk sendiri (dalam sikap bersila).
(2) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian
berat badan.
(3) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
19

d) Umur 10 – 12 bulan
(1) Badan terangkat ke posisi berdiri.
(2) Berdiri selama 30 detik atau berpegangan.
(3) Dapat berjalan dengan dituntun.
e) Umur 13 – 18 bulan
(1) Berdiri sendiri.
(2) Memungut mainan kemudian berdiri kembali.
(3) Berjalan mundur lima langkah.
f) Umur 19 – 24 bulan
(1) Berdiri sendiri tidak berpegangan kurang lebih 30
detik.
(2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
g) Umur 25 – 36 bulan
(1) Jalan naik tangga sendiri.
(2) Dapat menendang bola kecil.
h) Umur 37 – 48 bulan
(1) Berdiri 1 kaki (beberapa detik).
(2) Melompat dengan dua kaki.
(3) Naik sepeda roda tiga.
i) Umur 49 – 60 bulan
(1) Sering melompat dengan 1 kaki dan menari.
(2) Menggambar, contohnya menggambar tanda silang.
(3) Berdiri satu kaki 6 detik.
j) Umur 61 – 72 bulan
(1) Berjalan lurus
(2) Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik.
2) Motorik Halus
Motorik halus (fine motor Skills) merupakan
keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi
mata dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat
20

(Papalia, 2010). Perkembangan motorik halus mulai memiliki


kemampuan menggerakkan jari-jari kaki, menggambar dua
atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009).
Menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2015), perkembangan
motorik halus menurut kelompok umur adalah :
a) Usia 0 – 3 bulan
(1) Menahan barang yang dipegangnya.
(2) Menggapai mainan yang digerakkan.
(3) Menggapai ke arah objek yang tiba-tiba dijauhkan dari
pandangannya.
b) Usia 4 – 6 bulan
(1) Menggenggam pensil.
(2) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
(3) Memegang tangannya sendiri.
c) Usia 7 – 9 bulan
(1) Benda dapat dipindah dari satu tangan ke tangan lainnya.
(2) Memungut dua benda menggunakan kedua tangan
bersamaan.
(3) Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
d) Usia 10 – 12 bulan
(1) Mengulurkan lengan untuk meraih mainan yang
diinginkan.
(2) Menggengam erat pensil.
(3) Memasukkan benda ke mulut.
e) Usia 13 – 18 bulan
(1) Menumpuk dua buah kubus.
(2) Memasukkan kubus ke dalam kotak
f) Usia 19 – 24 bulan : Mengambil benda kecil.
g) Usia 25 – 36 bulan : Mencoret-coret pensil pada kertas.
h) Usia 37 – 48 bulan
21

(1) Membuat / mengambar garis lurus.


(2) Menyusun tumpukan 8 buah kubus.
i) Usia 49 – 60 bulan
(1) Membuat/menggambar benda silang dan lingkaran.
(2) Menggambar 3 bagian tubuh (kepala, badan, lengan).
j) Usia 61 – 72 bulan
(1) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.
(2) Membuat/menggambar segiempat.
e. Perkembangan Kemampuan Bicara
Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi
atau kata digunakan untuk menyampaikan maksut karena bicara
merupakan bentuk komunikasi yang efektif (Hastati, 2012).
Menurut Mulyasa (2012) bahwa bicara juga merupakan
keterampilan motorik-mental sehingga bicara tidak hanya
melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang
berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental, yakni kemampuan
mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Hal ini
menunjukkan bahwa seorang anak dapat dikatakan berbicara dalam
arti sesungguhnya bila anak mengerti arti kata yang di ucapkan
selain orang lain dapat memahami apa yang anak ucapkan
(Meylinda, 2015). Kemampuan bahasa anak prasekolah akan
berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu anak serta sikap
antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari
anak dengan kemampuan bahasanya, kalimat anak sudah terdiri
dari empat sampai lima kata dan anak lebih banyak menggunakan
kata kerja daripada kata benda (Agustin dan Wahyudin, 2011).
Menurut Anggraini (2011) menyebutkan bahwa ada enam
hal penting dalam belajar berbicara sebagai berikut:
1) Persiapan fisik untuk berbicara
Kemampuan berbicara bergantung pada kematangan
mekanisme berbicara. Waktu lahir, terdapat saluran suara kecil,
22

langit-langit mulut datar dan lidah terlalu besar untuk saluran


suara. Sarana tersebut mencapai bentuk yang lebih matang pada
usia selanjutnya seperti syaraf dan otot untuk dapat
menghasilkan bunyi yang diperlukan dalam mengucapkan
kalimat atau kata-kata.
2) Kesiapan mental untuk berbicara
Kesiapan mental untuk berbicara bergantung pada kematangan
otak, khususnya bagian-bagian asosiasi otak. Kesiapan tersebut
berkembang diantara umur 12 dan 18 bulan.
3) Model yang baik untuk ditiru
Anak dapat mengucapkan kata dengan benar dan kemudian
menggabungkannya menjadi kalimat yang baik, maka anak
harus memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Model
tersebut terdapat di lingkungan sekitar seperti orangtua, penyiar
radio atau televisi dan aktor film. Kekurangan model yang baik,
maka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai berada
di bawah kemampuan anak.
4) Kesempatan untuk praktek
Anak akan putus asa dan marah jika tidak dapat membuat orang
lain mengerti maksut yang diucapkan. Hal ini sering
melemahkan motivasi anak untuk berbicara.
5) Motivasi
Anak mengetahui bahwa anak dapat memperoleh apa saja yang
mereka inginkan tanpa memintanya dan jika pengganti bicara
seperti tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka
dorongan untuk belajar berbicara akan melemah.
6) Bimbingan
Hal-hal yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara
adalah pertama, menyediakan model yang baik, kedua,
mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup jelas
sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga, memberikan
23

bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap


kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model
tersebut.
f. Perkembangan Personal Sosial
Personal sosial merupakan aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan setelah selesai dipakai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh, bersosialisasi/berinteraksi dengan lingkungannya
(Kemenkes RI, 2010). Personal sosial memiliki tiga dimensi, yaitu
dari individu yang semula tergantung menjadi individu yang
mampu mandiri, individu yang tidak memiliki tanggung jawab
menjadi individu yang bertanggung jawab dan dari individu yang
tidak mampu menjadi individu yang mampu (Doll, 2010).
Personal sosial adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Perkembangan adaptasi sosial pada anak usia 3-5
tahun yaitu dapat berrmain dengan permainan sederhana,
mengenali anggota keluarganya, menangis jika dimarahi,
membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan dan
sebagainya (Hidayat, 2009). Hal penting yang harus dimiliki
seorang anak pra sekolah adalah kemampuan sosialisasi, tidak
hanya mencakup keterampilan dan kecerdasan motorik, tetapi juga
hal lain seperti mau menerima tokoh selain sosok orangtuanya,
kesadaran akan tugasnya, mematuhi peraturan dan dapat
mengendalikan emosi-emosinya (Ahmad, 2012).
Menurut Hurlock (2008), Perkembangan sosial usia
prasekolah berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial. Kemampuan anak menyesuaikan diri dalam
lingkungan memerlukan tiga proses yaitu:
1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
24

2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima


3) Perkembangan sosial untuk bergaul dengan baik
Perekembangan sosial bagi anak sangat diperlukan, karena
anak merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang yang akan
hidup di tengah-tengah masyarakat. Masa anak-anak merupakan
awal kehidupan sosial yang berpengaruh bagi anak, dimana anak
akan belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas
sosial. Apabila pada masa prasekolah anak mampu melakukan
hubungan sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak dalam
melakukan penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah
diterima sebagai anggota kelompok sosial di tempat anak
mengembangkan diri (Hurlock, 2008).
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
Menurut Kemenkes RI (2010) faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak adalah sebagai berikut :
1) Faktor dalam (internal)
a) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau
sebaliknya.
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan, dan pada masa remaja.
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang
lebih cepat daripada laki-laki. Melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
25

e) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu
potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Beberapa
kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak, contohnya seperti kerdil.
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma
Turner’s.
2) Faktor luar (eksternal)
a) Faktor Prenatal
(1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir
kehamilan akan memengaruhi pertumbuhan janin.
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan
kelainan kongenital seperti club foot (kecacatan
bentuk kaki seperti bengkok, terkilir atau tidak wajar).
(3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau
Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital
seperti palatoskisis (langit-langit mulut sumbing).
(4) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia
(bayi baru lahir dengan berat badan lebih),
kardiomegali (pembesaran jantung) dan hyperplasia
adrenal (kelainan genetika yang mempengaruhi kerja
kelenjar adrenal).
(5) Radiasi
26

Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat


mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali
(lingkar kepala lebih kecil dari ukuran normal), spina
bifida (tulang belakan terbuka), retardasi mental, dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata,
serta kelainan jantung.
(6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh
TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus,
Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada
janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi
mental, dan kelainan jantung kongenital.
(7) Kelainan imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan
golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu
membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran
darah janin dan akan menyebabkan hemolysis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan
kerniktus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan
otak.
(8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan
fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan
terganggu.
(9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan
salah atau kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-
lain.
27

b) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma
kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan
otak.
3) Faktor Pasca Persalinan
Faktor Pasca Persalinan yang mempengaruhi perkembangan
balita adalah :
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan
yang adekuat. Penyakit kronis atau kelainan kongenital
Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani
b) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat
anak tersebut hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif
dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dan lain-lain)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.
c) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak
yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang
selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangan.
d) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid,
akan menyebabkan anak mengalami hambatan
pertumbuhan.
e) Sosioekonomi
28

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan


serta kesehatan lingkungan yang kurang baik dan
tidaktahuan. Hal tesebut dapat menghambat pertumbuhan
anak.
f) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak
sangat memengaruhi tumbuh kembang anak.
g) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi,
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan,
sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
h) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan
menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan
pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon
pertumbuhan.
h. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan
di semua tingkat pelayanan kesehatan dan salah satunya adalah
dengan melakukan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Tujuan
pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru
TK, dan petugas PAUD terlatih (Kemenkes RI, 2010).
1) Alat/instrumen yang digunakan
a) Formulir KPSP menurut umur.
29

Formulir berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan


perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP
adalah anak umur 0-72 bulan.
b) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar
bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm
sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit
kecil berukuran 0,5-1 cm.
2) Cara menggunakan KPSP
a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
b) Menentukan umur anak dengan menanyakan tanggal,
bulan, dan tahun anak lahir. Apabila umur anak lebih 16
hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
c) Setelah umur anak telah ditentukan, pilih KPSP yang sesuai
dengan umur anak.
d) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
(1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,
contoh: “Dapatkah anak makan kue sendiri?”
(2) Mengarahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas
untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP,
contoh: “Pada posisi bayi anda terlentang, tariklah
bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-
lahan ke posisi duduk.”
e) Menjelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau
takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak
mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
f) Menanyakan pertanyaan secara berurutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya atau tidak.
Jawaban dicatat pada formulir.
g) Mengajukan pertanyaan yang berikutnya setelah
ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.
h) Meneliti kembali apakah pertanyaan telah dijawab.
30

3) Penilaian hasil KPSP


a) Menghitung berapa jawaban ya
(1) Jawaban ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak
bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya.
(2) Jawaban tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau
ibu/pengasuh anak tidak tahu.
b) Jumlah jawaban ya = 9 sampai 10, perkembangan anak
sesuai
dengan tahap perkembangan (S).
c) Jumlah jawaban ya = 7 sampai 8, perkembangan anak
meragukan (M).
d) Jumlah jawaban ya = 6 atau kurang, perkembangan anak
menyimpang (P).
e) Jawaban dengan kata tidak, perlu untuk dirinci jumlahnya.
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

3. Protein
a. Pengertian Asupan Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang berarti
pertama atau utama. Protein merupakan makromolekul yang
menyusun lebih dari setengah bagian dari sel. Protein menentukan
ukuran dan struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi
antar sel serta sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel
(Fatchiyah dkk, 2011).
Protein adalah zat makanan yang memiliki berbagai faktor
penting untuk fungsi tubuh, sehingga kecil kemungkinan ada
kehidupan tanpa protein (Muchtadi, 2010). Protein merupakan
makromolekul yang terdiri dari rantai asam amino yang
31

dihubungkan oleh ikatan peptida membentuk rantai peptida dengan


berbagai panjang dari dua asam amino (dipeptida), 4-10 peptida
(oligopeptida), dan lebih dari 10 asam amino (polipeptida) (Gandy
dkk, 2014). Setiap jenis protein mempunyai perbedaan jumlah dan
distribusi jenis asam amino penyusunnya. Berdasarkan susunan
atomnya, protein mengandung 50-55% atom karbon (C), 20-23%
atom oksigen (O), 12-19% atom nitrogen (N), 6-7% atom hidrogen
(H), dan 0,2-0,3% atom sulfur (S) (Estiasih dkk, 2016).
b. Sumber Protein
Makanan sumber protein berasal dari hewan maupun
tumbuh-tumbuhan. Bahan makanan sumber protein hewani
mengandung semua jenis asam amino esensial. Bahan makanan
sumber protein nabati, rendah kandungan beberapa jenis asam
amino esensial. Beberapa sumber protein hewani adalah telur,
daging, ayam dan ikan, sedangkan untuk makanan sumber protein
nabati adalah kacang- kacangan, tempe, tahu dan oncom
(Hardinsyah dan Supariasa, 2017).
c. Fungsi Protein
Menurut Ngili (2013), protein memiliki fungsi-fungsi
biologis sebagai berikut:
1) Katalis enzim
Enzim merupakan protein katalis yang mampu meningkatkan
laju reaksi sampai 1012 kali laju awalnya.
2) Alat transport dan penyimpanan
Banyak ion dan molekul kecil diangkut dalam darah maupun
di dalam sel dengan cara berikatan pada protein pengangkut.
Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen. Zat besi
disimpan dalam berbagai jaringan oleh protein ferritin.
3) Fungsi mekanik
Protein berperan sebagai pembentuk struktur. Membran yang
mengelilingi sel dan organel juga mengandung protein yang
32

berfungsi sebagai pembentuk struktur sekaligus menjalankan


fungsi biokimia lainnya.
4) Pengatur pergerakan
Kontraksi otot terjadi karena adanya interaksi antara dua tipe
protein filamen, yaitu aktin dan miosin. Miosin juga memiliki
aktivitas enzim yang berfungsi untuk memudahkan perubahan
energi kimia ATP menjadi energi mekanik.
5) Pelindung
Antibodi merupakan protein yang terlibat dalam perusakan sel
asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteria, dan
sel-sel asing lain.
6) Proses informasi
Rangsangan luar seperti sinyal hormon atau intensitas cahaya
dideteksi oleh protein tertentu yang meneruskan sinyal ke
dalam sel. Contoh protein rodopsin yang terdapat dalam
membran sel retina
Protein juga merupakan prekursor untuk neurotransmitter
yang mendukung perkembangan otak. Fungsi otak yang baik
tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi.
Neurotransmitter catecholaimes dibentuk dari asam amino penting
yaitu Tyrosine dan neurotransmitter serotonin dibentuk dari
Tryptophan. Serotonin menstimulasi tidur yang penting untuk
perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan
catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu
menyerap informasi di otak. Sumber protein antara lain seperti
ikan, susu, daging, telur dan kacang-kacangan (Sediaoetama,
2010).
d. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Asupan Protein
Protein berfungsi sebagai zat energi dan pembangun.
Apabila karbohidrat dan lemak di dalam tubuh tidak dapat
memenuhi kebutuhan energi maka protein akan diubah menjadi
33

sumber energi. Akibat yang dapat ditimbulkan apabila protein


tidak dapat menjalankan fungsi sebagai zat pembangun,
pertumbuhan dan perkembangan pada anak akan terhambat
(Sutomo dan Anggraini, 2010). Kebutuhan asupan protein menurut
Angka Kecukupan Gizi 2013 pada anak usia 1-3 tahun sebesar 26
mg/hari, sedangkan pada anak usia 4-6 tahun kebutuhan asupan
protein menurut Angka Kecukupan Gizi sebesar 35 mg/hari.
Kekurangan protein murni pada stadium berat
menyebabkan kwarsiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun.
Kekurangan protein juga sering ditemukan secara bersama dengan
kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan
marasmus (Almatsier, 2009). Dampak kelebihan protein adalah
protein yang dikonsumsi secara berlebihan kurang menguntungkan
bagi tubuh karena makanan yang tinggi protein mengandung lemak
yang tinggi sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Menurut Almatsier (2009), konsumsi protein yang tinggi akan
menyebabkan ginjal dan hati bekerja lebih keras untuk
mengeluarkan kelebihan nitrogen dan dapat menimbulkan demam,
dehidrasi dan diare. Kelebihan protein akan diuraikan menjadi urea
yang dibuang melalui urin (Faruq, 2015).

4. Zat Besi
a. Pengertian Asupan Zat Besi
Zat besi merupakan mineral esensial bagi tubuh dan sangat
diperlukan dalam pembentukan darah. Penyerapan zat besi terjadi
apabila zat besi terpisah dari bahan organik dan Fe3+ (ferri) telah
direduksi menjadi Fe2+ ferro oleh HCl lambung dan vitamin C.
Penyerapan terjadi di duodenum usus halus yang pengaturanya
bergantung dengan kebutuhan tubuh. Setelah diserap oleh usus, Fe
diangkut oleh darah dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh
dalam keadaan terikat pada protein transferin. Zat besi tersebut
34

antara lain digunakan untuk sintesis enzim-enzim pernafasan, Fe


dalam plasma darah, produksi hemoglobin dan sel darah merah
dalam tulang, hati dan limfa. Zat besi memiliki sejumlah peran
penting bagi tubuh, yaitu sebagai pengangkut (carrier) O2 dan
CO2, pembentukan sel darah merah dan bagian dari enzim. Zat
besi terdapat dalam bentuk feritin, transferin dan hemosiderin
(Hardinsyah dan Supariasa, 2017).
Zat besi sangat berperan di dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Defisiensi zat besi pada masa balita dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembanagan, menyebabkan
keterlambatan fungsi motorik dan mental serta menyebabkan
retardasi pertumbuhan, imunitas menurun, mempengaruhi
frekuensi dan lama diare, dan pada tingkat berat dapat
menyebabkan cacat bawaan (Herman, 2009).
b. Sumber Zat Besi
Sumber zat besi yang baik adalah pada makanan hewani,
seperti daging, ayam dan ikan. Sumber zat besi lainya adalah telur,
serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa
jenis buah. Jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas zat besi di
dalam makanan, yang disebut sebagai ketersediaan biologik
(bioavailability). Zat besi di dalam daging, ayam dan ikan
mempunyai ketersediaan biologik tinggi, zat besi di dalam serealia
dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang,
dan zat besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang
mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai
ketersediaan biologik rendah. Konsumsi makanan sehari-hari
sebaiknya memperhatikan kombinasi zat gizi yang terdiri atas
campuran sumber besi dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta
sumber gizi lain yang dapat membantu absorbsi besi (Maylina,
2010).
35

c. Fungsi Zat Besi


Zat besi dalam tubuh berperan sebagai alat angkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut elektron pada
metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk
kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan. Manfaat lain
dalam mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah
terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat
besi merupakan vitamin A (Waryana, 2010).
Besi mempunyai beberapa fungsi esensial didalam tubuh
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,
sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian
terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.
Kekurangan zat besi sejak 30 tahun terakhir berpengaruh terhadap
produktivitas kerja, penampilan kognitif, dan sistem kekebalan
(Almatsier, 2009).
d. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Asupan Zat Besi
Zat besi sangat berperan di dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Zat besi merupakan mikronutrein esensial
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta sistem imun
manusia. Kebutuhan asupan zat besi menurut Angka Kecukupan
Gizi 2013 pada anak usia 1-3 tahun sebesar 8 mg/hari, sedangkan
pada anak usia 4-6 tahun kebutuhan asupan zat besi menurut
Angka Kecukupan Gizi sebesar 9 mg/hari. Defisiensi mikronutrien
besi menyebabkan penurunan sistem imun, gangguan
perkembangan psikomotor dan menurunkan kemampuan kerja. Hal
tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran jasmani,
yang sangat penting dalam tercapainya perkembangan dan
pertumbuhan optimal pada masa anak-anak (Lestari, dkk 2010).
Defisiensi zat besi pada masa balita dapat mengganggu
pertumbuhan dan menyebabkan keterlambatan fungsi motorik dan
mental (Herman, 2009). Kondisi Kelebihan zat besi cadangan
36

(hemosiderin) dalam hati dapat mengakibatkan siderosis atau


hemosiderosis. Hal ini terjadi karena kegagalan tubuh dalam
mengatur jumlah zat besi yang telah diserap. Hemokromatosis juga
dapat terjadi yang diakibatkan oleh tingkat penyerapan zat besi
yang sangat tinggi (Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

5. Zink
a. Pengertian Asupan Zink
Zink merupakan mineral yang berperan sebagai kofaktor
lebih dari 100 enzim dan penting untuk metabolisme asam nukleat
dan sintesis protein. Zink menstimulasi aktivitas lebih dari 100
enzim yang memiliki fungsi penting bagi tubuh termasuk produksi
insulin, membuat sperma dan memiliki peran penting dalam sistem
imun dan sintesis DNA. Zink membantu penyembuhan luka dan
membantu mempertahankan kemampuan dalam indra pengecapan
dan inra penciuman (Hardinsyah dan Supariasa, 2017).
Terdapat penelitian yang menunjukkan adanya hubungan
antara zink dengan beberapa aspek perkembangan kognitif
(Khodashenas et al, 2015). Zink merupakan trace mineral yang
berperan terhadap pertumbuhan sel saraf pusat (Banna et al, 2016).
Secara spesifik zink berperan dalam memproduksi enzim untuk
keperluan RNA dan DNA. Zink dan protein merupakan unsur yang
ada dalam otak. Keduanya memberikan kontribusi terhadap
struktur dan fungsi dari otak, sehingga apabila terjadi defisiensi
yang berat maka akan berpengaruh terhadap perkembangan
kognitif dan fungsi motorik (Ardiaria dan Nuryanto, 2014).
b. Sumber Zink
Sumber zink dari makanan berhubungan dengan protein,
kadar yang tinggi didapat dalam kacang–kacangan. Absorbsi zink
sangat bervariasi tidak hanya pada kandungan zink dalam diet, tapi
juga tergantung pada bioavaibilitas zink. Zink dari produk hewani
37

merupakan zink yang mudah diserap, sedangkan zink dari produk


nabati absorbsinya bergantung pada kandungan zink. Kombinasi
antara sumber makanan berprotein tinggi dan hambatan absorbsi
pada sumber makanan nabati menimbulkan kecenderungan
terjadinya defisiensi pada masyarakat di negara berkembang
(Astawan, 2008).
c. Fungsi Zink
Zink menjadi komponen penting beberapa enzim yang
mengatur sel pertumbuhan, sintesa protein DNA, metabolisme
energi, pengaturan transkripsi gen, kadar hormon, dan
metabolisme faktor pertumbuhan. Zink sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh terutama pada sistem pertahanan tubuh baik
selular maupun respon imun humoral dan pertumbuhan sel. Zink
juga menjadi kofaktor lebih dari 200 enzim antara lain : RNA
polymerase, alkohol, dehidrogenase, DNA sintesis, metabolisme
neurotransmitter dan metabolisme berbagai macam hormon
(hormon pertumbuhan, hormon tiroid, insulin , dan hormon seks)
(Rahfiludin dan Pradigdo, 2013).
d. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Asupan Zink
Zink memiliki peranan esensial dalam berbagai fungsi
tubuh, antara lain sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor.
Zink berperan dalam aspek metabolisme seperti reaksi-reaksi yang
berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipid
dan asam nukleat. Kebutuhan asupan zat gizi zink menurut Angka
Kecukupan Gizi 2013 pada anak usia 1-3 tahun sebesar 4 mg/hari,
sedangkan pada anak usia 4-6 tahun kebutuhan asupan zink
menurut Angka Kecukupan Gizi sebesar 5 mg/hari. Zink sangat
berperan di dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Defisiensi mikronutrien zink menyebabkan penurunan sistem
imun, gangguan perkembangan psikomotor dan menurunkan
kemampuan kerja. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat
38

kesegaran jasmani, yang sangat penting dalam tercapainya


perkembangan dan pertumbuhan optimal pada masa anak-anak
(Lestari, dkk 2010).
Defisiensi zink ditandai dengan kehilangan nafsu makan,
pertumbuhan terhambat dan pada anak laki-laki kelenjar kelamin
mengecil, kehilangan daya kecap serta rambut yang berwarna
suram (Lestari, dkk 2010). Konsumsi zink yang berlebihan dapat
menyebabkan keracunan. Keracunan akut dengan konsumsi 1-2 g
zink sulfat (225-450 mg zink) dapat menyebabkan rasa mual,
muntah, epigastrik, sakit perut dan diare berdarah. Konsumsi zink
yang terus menerus dalam jumlah sekitar 40 mg (<40 mg pada
beberapa orang) dapat mengakibatkan kekurangan tembaga.
Asupan zink untuk kadar tertinggi yang ditoleransi adalah 40 mg
per hari berdasarkan interaksinya dengan tembaga (Hardinsyah dan
Supariasa, 2017).

6. Hubungan Asupan Protein dengan Perkembangan Anak


Penelitian Emalia dkk (2015) menunjukan, terdapat hubungan
antara asupan energi dan asupan protein dengan perkembangan
motorik kasar. Hal ini sesuai teori bahwa energi dan protein dalam
fungsi motorik berperan dalam proses poliferasi, diferensiasi sel dan
synaptogenesis. Protein disusun oleh asam amino yaitu esensial dan
non esensial. Asam amino tirosin merupakan jenis asam amino yang
berhubungan dengan mekanisme gerak motorik dimana tirosin
merupakan penyusun dari neurotransmitter dopamine yang berperan
dalam menghantarkan impuls dari satu saraf ke saraf lain.
Penelitian yang mendukung adanya hubungan antara protein
dengan perkembangan anak yaitu penelitian dari Prado dan Dewey
(2012) menyatakan zat gizi yang mempengaruhi perkembangan otak
salah satunya adalah protein. Protein berperan penting dalam proses
mielinasi, hal ini disebabkan karena lemak dan protein merupakan
39

komponen utama dari mielin yang menyelubungi akson untuk


mempercepat impuls dari satu sel menuju sel otak yang lain. Penelitian
lain yang mendukung hubungan asupan protein dengan perkembangan
anak adalah penelitian dari (Setiawan, 2017) menyatakan bahwa
kekurangan asupan protein berpengaruh kepada kemampuan kognitif,
kemampuan kognitif adalah aktifitas otak yang terjadi dalam rangka
mendapatkan pengetahuan atau informasi. Proses kemampuan kognitif
adalah terjadinya komunikasi antar sel otak yang sangat aktif.
Komunikasi antar satu sel otak dengan sel otak yang lain terjadi
melalui penghantar pesan oleh suatu neurotransmitter.
Neurotransmitter tersebut merupakan suatu senyawa kimia terdiri dari
asam amino yaitu monomer penyusun protein (polimer asam amino).
Ratusan neurotransmitter diproduksi dalam otak. Produksi
neurotransmitter membutuhkan protein yang harus didapatkan dari
asupan makanan. Asupan protein yang kaya akan protein membantu
otak anak untuk dapat berfikir lebih baik dan konsentrasi sehingga
meningkatkan kemampuan belajar anak.

7. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Perkembangan Anak


Penelitian yang dilakukan oleh Emalia dkk (2015) menyatakan
bahwa asupan besi mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak.
Kekurangan zat besi menyebabkan mitokondria mengeluarkan oksidan
yang membahayakan berbagai fungsi sel dalam otak. Penelitian
Ardiaria dan Nuryanto (2014) diketahui terdapat hubungan positif
antara asupan besi dengan fungsi motorik anak. Semakin tinggi asupan
besi anak maka semakin tinggi skor fungsi motorik yang dicapai,
sebaliknya bila asupan besi rendah maka skor fungsi motorik yang
dicapai akan rendah.
Zat besi berperan penting dalam transport oksigen khususnya
untuk pernapasan seluler yaitu suatu proses yang menghasilkan energi
bagi sel – sel tubuh. Zat besi berfungsi dalam reseptor dopamin
40

apabila terjadi defisiensi zat besi akan menjadikan penurunan sistem


metabolisme oksidasi dalam otak. Otak mempunyai kadar besi tinggi
yang diperoleh dari transpor besi dan dipengaruhi oleh reseptor
transferin. Kadar besi dalam darah meningkat selama dalam
pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi otak yang kurang pada masa
pertumbuhan tidak dapat digantikan setelah dewasa. Defisiensi
tersebut berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap
fungsi dan sistem neurotransmitter. Hal ini menyebabkan kepekaan
reseptor saraf dopamin berkurang dan dapat berakhir dengan hilangnya
reseptor tersebut, sehingga daya konsentrasi, daya ingat dan
kemampuan belajar terganggu (Ardiaria dan Nuryanto, 2014)

8. Hubungan Asupan Zink dengan Pekembangan Anak


Zink merupakan trace mineral yang berperan terhadap
pertumbuhan sel saraf pusat (Banna et al, 2016). Zink berperan dalam
memproduksi enzim untuk keperluan RNA dan DNA. Zink dan protein
merupakan unsur yang ada dalam otak, keduanya memberikan
kontribusi terhadap struktur dan fungsi dari otak, sehingga apabila
terjadi defisiensi yang berat maka akan berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif dan fungsi motorik (Ardiaria dan Nuryanto,
2014).
Penelitian Ardiaria dan Nuryanto (2014) diketahui bahwa
terdapat hubungan positif antara asupan zink dengan skor fungsi
motorik anak, sehingga anak dengan asupan zink rendah mempunyai
skor fungsi motorik rendah, begitu juga dengan anak yang asupan zink
tinggi maka pencapaian skor fungsi motorik juga tinggi. Zink
merupakan trace mineral yang berperan terhadap pertumbuhan sel
syaraf pusat.
41

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori


Faktor Internal
1. Ras/etnik atau bangsa
2. Keluarga
3. Umur
4. Jenis kelamin
5. Genetik
6. Kelainan kromosom
Perkembangan Anak

Faktor Eksternal
1. Faktor prenatal
2. Faktor persalinan
3. Faktor pasca persalinan
a. Zat Gizi
1) Karbohidrat
2) Protein
3) Lemak
4) Vitamin
5) Mineral
a) Zat besi
b) Kalsium
c) Yodium
d) Zink
b. Lingkungan fisik dan kimia
c. Psikologis
d. Endokrin
e. Sosioekonomi
f. Lingkungan pengasuhan
g. Stimulasi
h. Obat-obatan

Sumber: Modifikasi Kemenkes RI (2010) dan Devi (2012)

Gambar 1. Kerangka Teori


42

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep


Asupan Protein

Perkembangan anak
Asupan Zat besi

Asupan Zink

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara asupan protein dengan perkembangan anak usia
3-5 tahun.
2. Ada hubungan antara asupan zat besi dengan perkembangan anak usia
3-5 tahun.
3. Ada hubungan antara asupan zink dengan perkembangan anak usia 3-
5 tahun.
BAB III
BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional dengan tujuan mengetahui
hubungan antara asupan protein, zat besi dan zink dengan perkembangan
anak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Wonorejo.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2019

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto,
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun di
Kelurahan Wonorejo. Jumlah populasi sebanyak 389 anak.
2. Sampel
Sampel yaitu sebagian dari populasi yang diteliti. Sampel yang
digunakan adalah anak berusia 3-5 tahun yang berjumlah 64 anak di
Kelurahan Wonorejo yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Lameshow
(1997) sebagai berikut :

n=

43
44

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan


N : Besar populasi ( 389 Anak)
: Nilai Z pada batas untuk tingkat kepercayaan

(95% = 1,96)
P : Proporsi prevalensi (12% = 0,12)
d² : Presisi yang digunakan 10 % (0,1)
Perhitungan perkiraan dengan besar sampel

=
= 58 Sampel

Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel 58.


Kemungkinan drop out sebesar 10 %, maka besar sampel yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah 64 sampel.

3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono,
2010). Penelitian ini menggunakan teknik sampling Simple random
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan
memberi kesempatan pada semua populasi untuk menjadi sampel
dengan cara acak atau mengundi.
45

Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan eksklusi


sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Anak usia 3-5 tahun.
2) Anak dalam keadaan sehat (tidak menderita typus, cacingan,
diare, TBC dan difabel)

b. Kriteria Eksklusi :
1) Berpindah tempat tinggal sehingga sulit untuk mengikuti
penelitian.
2) Anak sudah mengikuti program pendidikan.

D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Asupan protein, zat besi dan zink.
2. Variabel Terikat : Perkembangan Anak.

E. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Alat Hasil Ukur Skala
Ukur
Asupan Jumlah rata-rata zat Form food 1. Kurang Ordinal
Zat Besi besi dan konsumsi recall 2. Cukup
bahan makanan dalam sebanyak (Gibson, 2005 )
sehari diukur dengan 2x24 jam
menggunakan food
recall 24 jam tidak
berturut turut
Asupan Jumlah rata-rata Form food 1. Defisit tingkat Ordinal
Protein protein dan konsumsi recall berat
bahan makanan dalam sebanyak 2. Defisit tingkat
sehari diukur dengan 2x 24 jam sedang
menggunakan food 3. Defisit tingkat
recall 24 jam tidak ringan
berturut turut 4. Normal
5. Diatas kebutuhan
(Kemenkes RI, 2013)
46

Variabel Defisi Operasional Alat Hasil Ukur Skala


Ukur
Asupan Jumlah rata-rata zink Form food 1. Kurang Ordinal
Zink dan konsumsi bahan recall 2. Cukup
makanan dalam sehari sebanyak (Gibson, 2005 )
diukur dengan 2x 24 jam
menggunakan food
recall 24 jam tidak
berturut turut
Perkemba Tingkat kemampuan Kuesioner 1. Sesuai Ordinal
ngan anak dalam Pra 2. Meragukan
Anak melakukan kegiatan Skrining 3. Penyimpangan
yang melibatkan Perkemba (Kemenkes RI, 2010)
kemampuan motorik ngan
halus, kasar, bicara KPSP
dan personal sosial. (Depkes
RI, 2010)

F. Instrumen Penelitian
1. Formulir identitas sampel : Data yang diperoleh dari sampel yang
meliputi nama, umur, BB.
2. Formulir food recall 2x24 jam untuk mengetahui asupan protein, zat
besi dan asupan zink pada balita di Kelurahan Wonorejo.
3. Food Model sebagai alat bantu dalam melakukan food recall 2x24
jam.
4. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk mengetahui
perkembangan anak usia 3-5 tahun.

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung berasal
dari sampel, meliputi :
1) Usia
2) Berat Badan
3) Asupan protein, zat besi dan zink.
47

4) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari hasil pengumpulan pihak lain untuk menguntip laporan yang
sudah ada. Data sekunder meliputi : Buku KIA untuk mengetahui
perkembangan ibu dan anak.
2. Cara pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui keterangan
tentang data-data yang diperlukan oleh peneliti. Penelitian ini
wawancara dilakukan untuk mengetahui asupan protein, zat besi
dan asupan zink serta perkembangan anak sesuai dengan usianya.
b. Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan untuk mengetahui berat badan
sampel.
c. Dokumentasi
Pengambilan data secara dokumentasi mengenai data
berupa catatan diambil dari Pelayanan Kesehatan Daerah di
Kelurahan Wonorejo yaitu data identitas sampel.

H. Teknik Analisis Data


1. Pengolahan Data
a. Editing
Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah
dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data
yang masuk tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan
kebutuhan. Pengeditan data dilakukan untuk melengkapi
kekurangan, kehilangan, kesalahan yang terdapat dalam data.
Kekurangan data dapat dilengkapi dengan mengulangi
pengumpulan data (Aedi, 2010).
48

b. Coding
Merupakan upaya mengklasifikasi data dengan pemberian
kode pada data menurut jenisnya. Data yang di coding sebagai
berikut :
1) Perkembangan Anak
1= Sesuai : Jumlah jawaban Ya 9 sampai 10 poin
2= Meragukan : Jumlah Jawaban Ya 7 sampai 8 poin
3= Penyimpangan : Jumlah Jawaban Ya 6 atau kurang
(Kemenkes RI, 2010)
2) Asupan Protein
1 = Defisit Tingkat Berat : < 70% AKG
2 = Defisit Tingkat Sedang : 70 – 79 % AKG
3 = Defisit Tingkat Ringan : 80 – 89 % AKG
4 = Normal : 90 – 119 % AKG
5 = Diatas Kebutuhan : > 119 % AKG
(Kemenkes RI, 2010)
3) Asupan Zat besi
1 = Kurang : < 77% AKG
2 = Cukup : ≥ 77% AKG
(Gibson, 2005)
4) Asupan Zink
1 = Kurang : < 77% AKG
2 = Cukup : ≥ 77% AKG
(Gibson, 2005)
c. Tabulating
Menyusun data dengan mengorganisir data asupan protein,
zat besi dan zink serta perkembangan anak.
49

d. Cleaning
Proses pembersihan data atau penghapusan data yang tidak
dipakai atau tidak valid.

e. Entry data
Data yang dimasukan pada proses entry yaitu data asupan
protein, zat besi dan zink serta perkembangan yang telah melalui
proses coding ke dalam program SPSS versi 20.0. Asupan protein,
zat besi dan asupan zink diolah menggunakan nutrisurvey for
windows. Data-data yang dikumpulkan dianalisa secara univariat
dan bivariat dengan program SPSS versi 20.0.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk melihat deskripsi tiap variabel
penelitian yang meliputi asupan protein, zat besi, zink dan
perkembangan anak.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan
bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji
statistik. Penelitian ini pertama diuji dengan uji Chi-Square, karena
terdapat nilai expected sel < 5 atau < 20% dari jumlah sel sehingga
tidak memenuhi syarat, maka penelitian ini menggunakan uji
Fisher Exact. Uji tersebut untuk mengetahui :
1) Hubungan asupan protein dengan perkembangan anak usia 3-5
tahun.
2) Hubungan asupan zat besi dengan perkembangan anak usia 3-5
tahun.
3) Hubungan asupan zink dengan perkembangan anak usia 3-5
tahun.
50

I. Jalanya Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi
subyek.
c. Mengajukan surat ijin melakukan penelitian di Kelurahan
Wonorejo.
d. Melakukan koordinasi dengan Bidan Kelurahan Wonorejo.
e. Melakukan perijinan dan koordinasi dengan ketua posyandu.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan screening kepada populasi terjangkau jika memenuhi
kriteria inklusi akan dijadikan sampel penelitian.
b. Peneliti menjelaskan mekanisme penelitian yang akan dilakukan.
c. Kemudian sampel mengisi lembar informed concent apabila setuju
dijadikan sampel dalam penelitian.
d. Mempersiapkan alat maupun media yang akan digunakan saat
penelitian.
e. Pengumpulan data primer dengan wawancara langsung untuk
mengetahui perkembangan serta pengukuran berat badan.
f. Wawancara food recall 24 jam digunakan untuk mencatat asupan
protein, zat besi dan zink subyek sebanyak 2x24 jam tidak berturut-
turut.
3. Tahap Akhir
a. Pengolahan food recall dengan nutrisurvey 2008.
b. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 20.0.
c. Hasil penelitian yang telah diolah kemudian dibahas melalui
analisis data.
51

J. Etika Penelitian
Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap tempat dan
peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti
memperoleh rekomendasi dari pembimbing dan mendapat izin dari ketua
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Selanjutnya peneliti melakukan
penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi sampel)
Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada sampel, terlebih
dahulu peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan
penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Calon sampel yang bersedia untuk diteliti diberi
lembar persetujuan dan harus ditandatangani, sedangkan calon sampel
yang tidak bersedia atau menolak diteliti, peneliti tidak memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari sampel , maka
peneliti tidak mencantumkan nama sampel pada lembar pengumpulan
data, cukup memberikan kode yaitu pemberian angka pada masing-
masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh sampel dijamin oleh
peneliti, bahwa informasi tersebut hanya boleh diketahui oleh peneliti
dan pembimbing serta hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian. Selanjutnya lembar
pengumpulan data dimusnahkan oleh peneliti dengan cara dibakar
setelah jangka waktu dua tahun.

K. Jadwal Penelitian
Terlampir.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENEITIAN


A. Profil Tempat Penelitian
1. Desa Wonorejo
Wonorejo adalah Desa yang terletak di Kecamata
Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar yang sacara administratif
merupakan salah satu Desa dari 11 Desa di wilayah Kecamatan
Gondangrejo. Luas wilayah Desa Wonorejo yaitu 409.6035 Ha.
Jumlah Penduduk Desa Wonorejo sebanyak 11.880 Jiwa dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 6.118 jiwa dan jenis kelamin perempuan
sebanyak 5.762 jiwa. Wilayah Wonorejo kecamatan Gondangrejo ini
merupakan daerah pedesaan yang rata-rata memiliki pekerjaan sebagai
buruh dan pedagang (Profil Desa Wonorejo, 2018).
Desa Wonorejo memiliki 18 Posyandu Balita yaitu posyandu
Sadar Ibu 1, Sadar Ibu 2, Melati, Pelita Kasih, Wijaya Kusuma,
Mawar, Delima, Teratai, Kenanga, Dahlia, Anyer, Anggrek,
Mekarsari, Damar Sehat, Cempaka, Manggis Ceria, Flamboyan dan
Kamboja. Jumlah balita yang berada di desa Wonorejo yaitu sebanyak
1.232 anak dengan usia 0-5 bulan sebanyak 129 anak, usia 6-11 bulan
sebanyak157 anak, usia 12-23 bulan sebanyak 283 anak, 24-35 bulan
sebanyak 274 anak dan usia 36-59 bulan sebanyak 389 anak (Laporan
Pelayanan Kesehatan Daerah Wonorejo, 2018).

2. Batas Wilayah
Sebelah Utara : Desa Selokaton
Sebelah Selatan : Kota Surakarta
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Desa Plesungan
(Profil Desa Wonorejo, 2018).

52
53

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
a. Jenis Kelamin
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Perempuan 34 58,6
Laki-laki 24 41,4
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer, diolah 2019
Berdasarkan tabel 3, distribusi jenis kelamin diketahui
bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan
sebanyak 58,6%.
b. Usia
Distribusi usia sampel dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
Usia (bulan) % ±SD (bulan)
n
36-41 16 27,6 45,6±5,89
42-47 28 48,3
48-53 7 12,1
54-60 7 12,1
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer, diolah 2019
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa distribusi usia
sampel sebagian besar berusia 42-47 bulan sebesar 48,3%. Rata-
rata usia sampel penelitian yaitu 45,6±5,89 bulan.
c. Pekerjaan Ibu
Distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan ibu dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :
54

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Ibu


Jenis Pekerjaan n %
Wiraswasta 13 22,4
IRT 44 75,9
Buruh 1 1,7
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer, diolah 2019
Berdasarkan tabel 6, distribusi sampel berdasarkan tingkat
pekerjaan ibu diketahui sebagian besar ibu dari sampel sebagai ibu
rumah tangga yaitu sebanyak 75,9%.
d. Tingkat Pendidikan Ibu
Distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan ibu dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Ibu
Tingkat Pendidikan Ibu n %
SD 7 12,1
SMP 19 32,8
SMA 27 46,6
PT 5 8,6
Jumlah 58 100
Sumber : Data Primer, diolah 2019
Berdasarkan tabel 7, distribusi sampel berdasarkan tingkat
pendidikan ibu diketahui sebagian besar ibu memiliki tingkat
pendidikan SMA sebanyak 46,6%.
e. Asupan Protein
Karakteristik asupan protein sampel dengan masing-masing
kategori pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:
55

Tabel 7. Kategori Tingkat Konsumsi Sampel Penelitian


Kategori Asupan n % Min (%) Max (%) ±SD (%)
Protein
Defisit tingkat berat 1 1,7
Defisit tingkat sedang 1 1,7
Defisit tingkat ringan 3 5,2
Normal 27 46,6
Diatas Kebutuhan 26 44,8
Total 58 100 62,62 138,89 115,86±18,84
Sumber: Data Primer, diolah 2019
Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat
kecukupan protein sebagian besar terdapat pada kategori normal
46,6% dengan rata-rata tingkat kecukupan protein yang diperoleh
dari penelitian sebesar 115,8±18,84 % dan rata-rata asupan protein
sebesar 33,1±5,17 gr.
Karakteristik asupan protein sampel dengan kategori
normal dan tidak normal pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
8 berikut ini:
Tabel 8. Kategori Tingkat Konsumsi Protein Sampel
Penelitian
Kategori Asupan n % Min (%) Max (%) ±SD (%)
Protein
Normal 27 46,6
Tidak Normal 31 53,4 62,62 138,89 115,86±18,84
Total 58 100,0
Sumber : Data Primer, diolah 2019
Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat
kecukupan protein sebagian besar tidak normal yaitu sebesar
53,4% dan didominasi pada kategori diatas kebutuhan sebesar
44,8% dengan rata-rata tingkat kecukupan protein yang diperoleh
dari penelitian sebesar 115,8±18,84 % dan rata-rata asupan protein
sebesar 33,1±5,17 gr.
56

f. Asupan Zat Besi


Karakteristik asupan zat besi sampel pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Persen Tingkat Konsumsi Zat Besi Sampel
Penelitian
Kategori Asupan n % Min (%) Max (%) ±SD (%)
Zat besi
Kurang 42 72,4
Cukup 16 27,6 20,81 128,29 60,45±24,26
Total 58 100,0
Sumber : Data Primer, diolah 2019
Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat
kecukupan zat besi sebagian besar memiliki kategori kurang
sebanyak 72,4% dengan rata-rata tingkat kecukupan zat besi yang
diperoleh dari penelitian sebesar 60,4±24,26 % dan rata-rata
asupan zat besi sebesar 5,0±1,99 mg.
g. Asupan Zink
Karakteristik asupan zink sampel pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 10 berikut ini:
Tabel 10. Persen Tingkat Konsumsi Zink Sampel
Penelitian
Kategori Asupan n % Min (%) Max (%) ±SD (%)
Zink
Kurang 17 29,3
Cukup 41 70,7 52,12 127,78 88,92±19,43
Total 58 100,0
Sumber : Data Primer, diolah 2019
Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat
kecukupan zink sebagian besar memiliki kategori cukup, sebanyak
70,7% dengan rata-rata tingkat kecukupan zink yang diperoleh dari
penelitian sebesar 88,9±19,43 % dan rata-rata asupan zink sebesar
3,8±0,87 mg.
57

h. Perkembangan Anak
Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang
perkembangan anak usia 3-5 tahun di Desa Wonorejo. Dapat
dilihat pada tabel 12 berikut ini :
Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun
Kategori n %
Perkembangan
Sesuai 56 96,6
Tidak Sesuai 2 3,4
Total 58 100,0
Sumber : Data Primer, diolah 2019
Berdasarkan data penelitian perkembangan anak usia 3-5
tahun diperoleh hasil sebagian besar perkembangan anak masuk
pada kategori sesuai sebesar 96,6 %.

2. Hubungan Asupan Protein dengan Perkembangan Anak


Hasil analisa hubungan asupan protein dengan perkembangan
anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel 13 berikut :
Tabel 12. Hubungan Asupan Protein Dengan Perkembangan Anak
Usia 3-5 Tahun.
Perkembangan Anak Total p*
Sesuai Meragukan

n % n % n %
Asupan Normal 26 96,3 1 3,7 27 100
Protein (gr) 1,00
Tidak 30 96,8 1 3,2 31 100
Normal
*Fisher Exact
Berdasarkan tabel 13, hasil uji Fisher Exact diperoleh hasil,
sampel yang memiliki asupan protein normal dengan perkembangan
sesuai sebesar 96,3% dan perkembangan meragukan sebesar 3,7%.
Sampel yang memiliki asupan protein tidak normal dengan
perkembangan sesuai sebesar 96,8% dan perkembangan meragukan
sebesar 3,2%. Berdasarkan tabel 13, asupan protein menunjukan nilai
58

p=1,00 yang berarti tidak ada hubungan asupan protein dengan


perkembangan anak usia 3-5 tahun.

3. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Perkembangan Anak


Hasil analisa hubungan asupan zat besi dengan perkembangan
anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel 12 berikut :
Tabel 13. Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5
Tahu.
Perkembangan Anak Total p*
Sesuai Meragukan
n % n % n %
Asupan Zat Kurang 41 97,6 1 2,4 42 100
Besi (mg) 0,479
Cukup 15 93,8 1 6,2 16 100
*Fisher Exact
Berdasarkan tabel 14, hasil uji Fisher Exact diperoleh hasil,
sampel yang memiliki asupan zat besi kurang dengan perkembangan
sesuai sebesar 97,6% dan perkembangan meragukan sebesar 2,4%.
Sampel yang memiliki asupan zat besi cukup dengan perkembangan
sesuai sebesar 93,8% dan perkembangan meragukan sebesar 6,2%.
Berdasarkan tabel 14, asupan zat besi menunjukan nilai p= 0,479 yang
berarti tidak ada hubungan asupan zat besi dengan perkembangan anak
usia 3-5 tahun.

4. Hubungan Asupan Zink dengan Perkembangan Anak


Hasil analisa hubungan asupan zink dengan perkembangan
anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel 13 berikut :
Tabel 14. Hubungan Asupan Zink Dengan Perkembangan Anak Usia
3-5 Tahun
Perkembangan Anak Total p*
Sesuai Meragukan
n % n % n %
Asupan Zink Kurang 17 100 0 0,0 17 100
(mg) 1,000
Cukup 39 95,1 2 4,9 41 100
*Fisher Exact
59

Berdasarkan tabel 15, hasil uji Fisher Exact diperoleh hasil,


sampel yang memiliki asupan zink kurang dengan perkembangan
sesuai sebesar 100%. Sampel yang memiliki asupan zink cukup
dengan perkembangan sesuai sebesar 95,1% dan perkembangan
meragukan sebesar 4,9%. Berdasarkan tabel 15, asupan zink
menunjukan nilai p= 1,000 yang berarti tidak ada hubungan asupan
zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun.

C. Pembahasan
1. Karakteristik Sampel
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa jenis kelamin
sampel sebagian besar yaitu perempuan sebanyak 58,6%. Fungsi
reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
anak laki-laki. Masa pubertas, perkembangan dan pertumbuhan
anak laki-laki akan lebih cepat (Kemenkes RI, 2010). Menurut
(Santrock, 2011), jenis kelamin berkaitan dengan perkembangan
anak, dimana anak laki-laki lebih rentan terhadap berbagai jenis
penyakit dan cacat dibandingkan dengan wanita. Hal ini
dikarenakan anak laki-laki lebih mempunyai sifat agresif sehingga
lebih aktif daripada anak perempuan yang apabila tidak diawasi
oleh orangtua maka akan berpengaruh terhadap kerentanan
penyakit dan gangguan tumbuh kembang.
Secara teoritis dijelaskan bahwa jenis kelamin merupakan
salah satu faktor yang berhubungan dengan perkembangan anak.
Hal ini berhubungan dengan fungsi motorik kasar, motorik halus,
kemampuan bahasa dan sosialisai anak, dimana anak laki-laki lebih
mengandalkan keaktifan dalam melakukan aktifitas motorik kasar
sedangkan perempuan lebih mengandalkan kemampuan kreatifitas
yang berkaitan dengan motorik halus. Menurut Alfiani (2016),
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
60

perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia


prasekolah. Pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan tentu
berbeda disertai dengan fungsi geraknya, hal ini akan
mempengaruhi kemampuan motorik kasar dan halus anak.
b. Usia
Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun yang
bertempat tinggal di Desa Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo.
Sebanyak 58 anak dan telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Anak pada usia 3-5 tahun telah memiliki kontrol fungsi tubuh yang
baik. Pengalaman, kemampuan berinteraksi secara kerja sama
dengan anak lain dan penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental,
meningkatnya rentang perhatian dan memori untuk periode
berikutnya yaitu masa sekolah (Wong dkk, 2009). Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh data sebagian besar sampel rata-rata
memiliki usia 42-47 bulan. Usia erat kaitanya dengan
perkembangan anak karena kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja (Kemenkes RI, 2010).
Menurut Yusuf (2011) kualitas anak sangat dipengaruhi
oleh perkembangan anak. Anak prasekolah dikategorikan normal
apabila terjadi perkembangan fisik, perkembangan intelektual,
perkembangan emosional (takut, cemas, marah, perasaan ingin
tahu), perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan
bermain, perkembangan kepribadian dan perkembangan moral.
Usia 3-5 tahun atau usia prasekolah mampu menggunakan sesuatu
untuk mewakili yang lain dengan menggunakan simbol berupa
kata, bahasa, gerak dan benda. Melalui kemampuan tersebut, anak
mampu berimajinasi untuk mengembangkan intelektualnya.
Perkembangan pikiran individu terlihat dalam perkembangan
bahasa. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh perkembangan
kognitif, perkembangan motorik, stimulasi lingkungan serta
61

interaksi antara orang tua dengan anak atau pola asuh yang
diberikan orang tua kepada anak.
c. Pekerjaan Ibu
Penelitian ini sebagian besar ibu dari sampel sebagai ibu
rumah tangga yaitu sebanyak 75,9%. Menurut Mumtahinah (2011),
ibu rumah tangga adalah wanita yang telah menikah dan tidak
bekerja, meghabiskan sebagian waktunya untuk mengurus rumah
tangga dan setiap hari menjumpai suasana yang sama serta tugas-
tugas rutin. Menurut Respati (2009), peran ibu rumah tangga
adalah mengurus rumah tangganya, merawat dan mendidik
anaknya. Peran tersebut merupakan kodrat dan kewajiban yang
harus dijalani oleh wanita. Selain itu, ibu rumah tangga memiliki
peran utama yang dilakukan sesuai dengan fitrah kewanitaan
(hamil, menyusui, membina anak dan membesarkan anak)
merupakan aktivitasnya. Menurut Latang (2010), ibu dapat
memiliki banyak waktu untuk mendidik dan membentuk pola
konsumsi pangan pada anak yang akan mempengaruhi
perkembangan anak selanjutnya.
d. Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu pada penelitian ini sebagian besar
ibu memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 46,6%. Tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seorang ibu dalam cara mendidik anak dan menerima
informasi yang berkualitas berkaitan dengan perkembangan anak.
Pendidikan seorang ibu kepada anak merupakan pendidikan dasar
yang tidak dapat diabaikan. Seorang ibu hendaklah seorang yang
bijaksana dan pandai dalam mendidik anak. Menurut Notoatmojo
(2011), semakin tinggi pendidikan, maka hidup manusia akan
semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan
menghasilkan pengetahuan yang baik dan mampu menjadikan
hidup lebih berkualitas.
62

e. Asupan Protein
Asupan protein dapat diketahui bahwa, sebanyak 58 sampel
terdapat 46,6% dalam kategori normal dan 53,4% kategori tidak
normal. Jumlah tingkat kecukupan protein yang dikonsumsi sampel
rata-rata 115,86±18,84 %. Salah satu penyebab konsumsi protein
sampel lebih banyak pada kategori tidak normal yaitu pada
kategori diatas kebutuhan dapat dikarenakan jumlah asupan
makanan yang dikonsumsi sampel setiap hari, dimana sampel
makan makanan selingan dengan porsi kecil namun sering
terutama telur dan susu.
Protein merupakan zat gizi yang paling erat hubunganya
dengan proses-proses kehidupan. Konsumsi protein yang cukup
akan mampu melakukan fungsinya untuk peoses pertumbuhan dan
perkembangan (Manuhutu dkk., 2017 ). Energi dan protein dalam
fungsi motorik berperan dalam proses poliferasi dan diferensiasi
sel dan synaptogenesis (Susanty, 2012).
Penelitian dari Prado dan Dewey (2012) menyatakan zat
gizi yang mempengaruhi perkembangan otak salah satunya adalah
protein. Protein berperan penting dalam proses mielinasi, hal ini
disebabkan karena lemak dan protein merupakan komponen utama
dari mielin yang menyelubungi akson untuk mempercepat impuls
dari satu sel menuju sel otak yang lain. Penelitian lain yang
mendukung hubungan asupan protein dengan perkembangan anak
adalah penelitian dari Setiawan (2017) menyatakan bahwa
kekurangan asupan protein berpengaruh kepada kemampuan
kognitif, kemampuan kognitif adalah aktifitas otak yang terjadi
dalam rangka mendapatkan pengetahuan atau informasi. Proses
kemampuan kognitif adalah terjadinya komunikasi antar sel otak
yang sangat aktif. Komunikasi antar satu sel otak dengan sel otak
yang lain terjadi melalui penghantar pesan oleh suatu
63

neurotransmitter. Neurotransmitter tersebut merupakan suatu


senyawa kimia terdiri dari asam amino yaitu monomer penyusun
protein (polimer asam amino). Ratusan neurotransmitter
diproduksi dalam otak. Produksi neurotransmitter membutuhkan
protein yang harus didapatkan dari asupan makanan. Asupan
protein yang kaya akan protein membantu otak anak untuk dapat
berfikir lebih baik dan konsentrasi sehingga meningkatkan
kemampuan belajar anak.
f. Asupan Zat Besi
Asupan zat besi yang diperoleh dapat diketahui bahwa
asupan zat besi dari 58 sampel sebanyak 72,4% dalam kategori
kurang dan kategori cukup sebanyak 27,6%. Jumlah tingkat
kecukupan zat besi yang dikonsumsi sampel rata-rata
60,45±24,26%. Asupan zat besi sampel lebih banyak pada kategori
kurang. Hal ini dapat dikarenakan orangtua tidak terlalu
memperhatikan asupan makan yang dapat menganggu penyerapan
zat besi dalam tubuh, orang tua hanya memperhatikan anak makan
dengan makanan yang baik dikonsumsi.
Penelitian yang dilakukan oleh Emalia, dkk (2015)
menyatakan bahwa asupan besi mempengaruhi perkembangan
motorik kasar anak. Kekurangan besi menyebabkan mitokondria
mengeluarkan oksidan yang membahayakan berbagai fungsi sel
dalam otak. Zat besi merupakan zat gizi esensial yang salah
satunya berperan dalam fungsi motorik. Besi berperan dalam
sintesis monoamine, metabolisme energi di neuron dan sel glia,
mielinisasi, sistem neutransmitter, dan metabolisme dopamine.
g. Asupan Zink
Asupan zink yang diperoleh dapat diketahui bahwa asupan
zink dari 58 sampel sebanyak 29,3% dalam kategori kurang dan
kategori cukup sebanyak 70,7%. Jumlah tingkat kecukupan zink
yang dikonsumsi sampel rata-rata 88,92±19,43%. Asupan zink
64

sampel lebih banyak pada kategori cukup. Kategori cukup pada


asupan zink, sedangkan pada asupan zat besi kurang pada sampel
dapat di sebabkan karena zink dan zat besi memiliki interaksi
negatif saat terjadi penyerapan di usus halus atau bersifat
kompetisi, hal ini terjadi karena zink dan zat besi memiliki
transporter yang sama yaitu DMT1, sehingga zink mudah terserap
oleh tubuh (Hurrell dan Egli, 2010).
Penelitian Ardiaria dan Nuryanto (2014) diketahui bahwa
terdapat hubungan positif antara asupan zink dengan skor fungsi
motorik anak, sehingga anak dengan asupan zink rendah
mempunyai skor fungsi motorik rendah, begitu juga dengan anak
yang asupan zink tinggi maka pencapaian skor fungsi motorik juga
tinggi. Zink merupakan trace mineral yang berperan terhadap
pertumbuhan sel syaraf pusat. Secara spesifik zink berperan dalam
memproduksi enzim untuk keperluan RNA dan DNA. Zink dan
protein merupakan unsur yang ada dalam otak. Keduanya
memberikan kontribusi terhadap struktur dan fungsi dari otak,
sehingga apabila terjadi defisiensi yang berat maka akan
berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan fungsi motorik
(Ardiaria dan Nuryanto, 2014).
h. Asupan Vitamin C
Asupan vitamin C dapat diketahui bahwa dari 58 sampel
terdapat 70,7% dalam kategori kurang dan kategori cukup
sebanyak 29,3%. Jumlah tingkat kecukupan vitamin C yang
dikonsumsi sampel rata-rata 60,68±47,40%. Asupan vitamin C
sampel lebih banyak pada kategori kurang. Hal ini dapat
dikarenakan jumlah asupan makanan yang dikonsumsi sampel
setiap hari dimana sebagian besar sampel jarang mengkonsumsi
makanan yang mengandung sumber vitamin C seperti buah-
buahan. Kategori kurang pada asupan vitamin C sampel, dapat
mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh, sehingga dapat
65

disimpulkan bahwa selain kurangnya asupan zat besi pada sampel,


faktor lainya karena kurangnya asupan vitamin C yang dapat
mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh.
Vitamin C berfungsi untuk mempercepat absorbsi zat besi
di usus dan memindahkanya ke dalam darah. Vitamin C
mempunyai peranan penting dalam penyerapan zat besi terutama
zat besi non heme.
i. Perkembangan Anak
Penilaian perkembangan anak usia 3-5 tahun yang
diperoleh berdasarkan kuesioner praskrining perkembangan
(KPSP) dapat diketahui bahwa dari 58 sampel sebanyak 96,6%
dalam kategori sesuai dan kategori meragukan sebanyak 3,4%.
Salah satu faktor perkembangan anak lebih banyak dalam kategori
sesuai yaitu karena stimulasi dari orang tua yang cukup terhadap
anak serta lingkungan sosial yang mendukung perkembangan anak
untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan fungsi motorik
kasar, motorik halus, kemampuan berbahasa dan sosial.
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur, sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut
dengan sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-oragan dan sistem
organ (Suyadi dan Ulfah, 2013).
Menurut Yusuf (2011) mengungkapkan bahwa kualitas
anak sangat dipengaruhi oleh perkembangan anak. Anak
prasekolah dikategorikan normal apabila terjadi perkembangan
fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosional (takut,
cemas, marah, perasaan ingin tahu), perkembangan bahasa,
perkembangan sosial, perkembangan bermain, perkembangan
kepribadian dan perkembangan moral. Usia 3-5 tahun atau usia
prasekolah mampu menggunakan sesuatu untuk mewakili yang
lain dengan menggunakan simbol berupa kata, bahasa, gerak dan
66

benda. Melalui kemampuan tersebut, anak mampu berimajinasi


untuk mengembangkan intelektualnya. Perkembangan pikiran
individu terlihat dalam perkembangan bahasa. Perkembangan
bahasa dipengaruhi oleh perkembangan kognitif, perkembangan
motorik, stimulasi lingkungan serta interaksi antara orang tua
dengan anak atau pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak.

2. Hubungan Asupan Protein dengan Perkembangan Anak


Sumber protein di dalam makanan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu protein hewani dan nabati. Perbedaan struktur fisik dan
kimia protein hewani sama dengan yang dijumpai pada tubuh manusia,
maka protein yang berasal dari hewan mengandung semua asam amino
dalam jumlah yang cukup membentuk dan memperbaiki jaringan
tubuh manusia. Berbeda pada kedelai, semua pangan nabati
mempunyai protein dengan mutu yang lebih rendah dibandingkan
dengan protein hewani (Krisno, 2009).
Berdasarkan hasil analisis uji Fisher Exact hubungan asupan
protein dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun diperoleh nilai p =
1,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
asupan protein dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Ernawati dkk (2016) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara asupan protein
dengan perkembangan anak.
Hasil wawancara dengan responden dapat diketahui bahwa
asupan protein sampel rata-rata lebih banyak pada kategori diatas
kebutuhan, karena sampel sering mengkonsumsi susu dan telur.
Berlebihnya konsumsi protein pada anak dipengaruhi oleh kebiasaan
anak yang suka mengkonsumsi telur dan susu, bahkan sebagianbesar
anak terbangun pada malam hari sering meminta untuk dibuatkan susu.
Jumlah asupan protein yang dikonsumsi sampel rata-rata sebesar
33,1±5,17 gr.
67

Secara statistik asupan protein tidak terdapat hubungan dengan


perkembangan, namun secara data terdapat keterkaitan antara asupan
protein dengan perkembangan anak. Berdasarkan data penelitian
terkait asupan protein, diperoleh hasil tingkat kecukupan protein
sebagian besar tidak normal yaitu sebesar 53,4% dan didominasi pada
kategori diatas kebutuhan sebesar 44,8%. Data yang diperoleh dari
penilaian perkembangan balita, menggambarkan sebagian besar
perkembangan anak dalam kategori sesuai sebanyak 96,6 %. Hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa asupan protein balita telah terpenuhi
dan perkembangan balita sesuai pada usianya. Protein yang
dikonsumsi oleh balita merupakan prekursor untuk neurotransmitter
yang mendukung perkembangan otak. Fungsi otak yang baik
tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi.
Neurotransmitter catecholaimes dibentuk dari asam amino penting
yaitu Tyrosine dan neurotransmitter serotonin dibentuk dari
Tryptophan. Serotonin menstimulasi tidur yang penting untuk
perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan
catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu
menyerap informasi di otak (Sediaoetama, 2010).
Penyebab adanya perbedaan hasil penelitian dengan teori
adalah adanya faktor lain yang mempengaruhi asupan protein dengan
perkembangan anak seperti, sebagian besar sampel memiliki kebiasaan
minum teh setelah makan dan saat makan selingan, dapat diketahui
bahwa teh merupakan bahan yang mengandung fitat dan tanin yang
dapat menghambat penyerapan protein dalam tubuh sehingga
meskipun sampel mengkonsumsi protein lebih namun diimbangi
dengan minuman yang dapat menganggu penyerapan protein dalam
tubuh, maka protein tidak dapat berfungsi secara maksimal. Meskipun
asupan protein dan perkembangan anak usia 3-5 tahun tidak terdapat
hubungan yang signifikan, karena didukung stimulasi dari orangtua
dalam perkembangan, anak mampu berkembang sesuai dengan usianya
68

mengingat ibu memiliki banyak waktu untuk mendidik dan merawat


anak di rumah, karena rata-rata ibu sampel adalah ibu rumah tangga.
Menurut Sujiono (2010), perkembangan motorik anak yang
dilakukan secara optimal akan mempengaruhi pertumbuhan fisik
motorik secara langsung dan tidak langsung serta mempengaruhi
perilaku anak sehari-hari. Gerak motorik secara langsung anak
menentukan keterampilan geraknya sendiri dan secara tidak langsung
perkembangan motorik dapat mempengaruhi cara anak untuk
memandang dirinya sendiri dengan orang lain. Perkembangan anak
usia 3-5 tahun lebih banyak dalam kategori sesuai pada usianya karena
menurut Wong dkk (2009), anak pada usia 3-5 tahun telah memiliki
kontrol fungsi tubuh yang baik. Pengalaman, kemampuan berinteraksi
secara kerjasama dengan anak lain dan penggunaan bahasa untuk
simbolisasi mental, meningkatnya rentang perhatian dan memori untuk
periode berikutnya yaitu masa sekolah.

3. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Perkembangan Anak


Menurut Almatsier (2009), zat besi merupakan mikro mineral
yang penting dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi mempunyai
fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan
pemanfaatan oksigen. Zat besi dalam tubuh berperan sebagai alat
angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut elektron
pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk
kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan. Manfaat lain dalam
mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya
kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi merupakan
vitamin A (Waryana, 2010).
Berdasarkan hasil analisis uji Fisher Exact hubungan asupan
zat besi dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun diperoleh nilai p =
0,479 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan
zat besi dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini
69

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2017),


Sudargo (2012) dan Eilander (2010) yang menyatakan bahwa asupan
zat besi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
perkembangan anak usia 3-5 tahun.
Hasil wawancara dengan responden dapat diketahui bahwa
asupan zat besi sampel dalam kategori kurang. Jumlah asupan zat besi
yang dikonsumsi sampel rata-rata sebesar 5,0±1,99 mg. Kategori
kurang pada sampel dapat disebabkan karena kebiasaan makan anak
yang berbeda-beda sesuai dengan keinginanya. Keinginan anak dalam
memilih makanan dapat mempengaruhi kualitas makan anak, dimana
anak bebas dalam memilih makanan serta tidak memperhatikan nutrisi
yang terdapat dalam makanan. Hasil wawancara kepada responden,
sampel mengkonsumsi makan dan minum yang mengandung zat besi,
namun sampel juga mengkonsumsi susu dimana kalsium dalam susu
dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh. Berdasarkan hasil
perhitungan asupan vitamin C, menggambarkan asupan vitamin C
pada anak dalam kategori kurang. Hal tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya penyerapan zat besi dalam tubuh, mengingat vitamin C
memiliki peran penting dalam penyerapan zat besi di dalam usus halus.
Penyebab adanya perbedaan hasil penelitian dengan teori
adalah adanya faktor lain yang mempengaruhi hubungan zat besi
dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun yaitu pengukuran asupan
dengan food recall 24 jam dalam penelitian ini, lebih menggambarkan
asupan saat penelitian dilaksanakan. Didukung dari penelitian
Sudargo (2012), tidak adanya hubungan antara asupan zat besi dengan
fungsi kognitif disebabkan oleh faktor metode pengukuran food recall
24 jam yang lebih menggambarkan asupan saat penelitian
dilaksanakan. Sementara fungsi kognitif merupakan proses kimia
dalam otak yang mempunyai hubungan erat dengan komposisi dan
fisiologi otak. Sel otak dibentuk sejak tiga bulan pertama kehamilan.
Perkembangan terus berlanjut pada prenatal dan post natal hingga bayi
70

berusia tiga tahun, dengan pertumbuhan cepat pada 1 hingga 6 bulan


pertama setelah kelahiran. Setelah itu tidak terjadi pertumbuhan
kecuali pembentukan neuron baru dari sel yang telah mati. Hal tersebut
mengakibatkan diferensiasi dan perkembangan otak hanya tumbuh
sampai dengan tiga tahun pertama kehidupan. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa asupan nutrisi pada saat hamil hingga usia tiga tahun pertama
mempengaruhi perkembangan sel otak anak. Tidak adanya hubungan
antara asupan zat besi dengan perkembangan juga dapat disebabkan
karena asupan zat besi diukur hanya asupan anak usia saat ini,
sedangkan asupan gizi ibu saat hamil dan setelah melahirkan hingga
tiga tahun pertama tidak diukur dimana asupan saat hamil dan tiga
tahun pertama kehidupan sangat mempengaruhi perkembangan anak.

4. Hubungan Asupan Zink dengan Perkembangan Anak


Zink merupakan bagian dari enzim-enzim yang berperan
dalam berbagai aspek metabolisme. Zink berperan dalam raksi-reaksi
yang berkaitan dengan sintesis serta degradasi karbohidrat, protein,
lipida dan asam nukleat. Zink juga mempunyai peranan penting dalam
proses pertumbuhan, fungsi kognitif, pematangan seks, fungsi
kekebalan dan penangkal radikal bebas (Almatsier, 2011)
Berdasarkan hasil analisis uji Fisher Exact hubungan asupan
zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun diperoleh nilai p =
1,00 sehingga dapat disimpulakan bahwa tidak ada hubungan asupan
zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian Sani (2014) yang mengungkapkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara asupan zink dengan perkembangan
anak (p=0,193). Selain itu, penelitian ini juga di dukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Susanty (2012) yang menyebutkan
bahwa tidak ada hubungan asupan zink dengan perkembangan motorik
kasar anak.
71

Hasil wawancara dengan responden saat melakukan food


recall 2x24 jam dapat diketahui bahwa asupan zink sampel memiliki
kategori cukup. Konsumsi zink pada anak dipengaruhi oleh faktor
pendidikan ibu, dimana faktor pendidikan dapat mempengaruhi
pengaturan pola makan anak dalam mengkonsumsi makanan. Jumlah
asupan zink yang dikonsumsi sampel rata-rata sebesar 3,8±0,87 mg.
Asupan zink rata-rata sampel dalam kategori cukup.
Secara statistik asupan zink tidak terdapat hubungan dengan
perkembangan, namun secara data, terdapat keterkaitan antara asupan
zink yang cukup mempengaruhi perkembangan anak dengan baik.
Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat kecukupan zink
sebagian besar memiliki kategori cukup, sebanyak 70,7% dan
berdasarkan data penelitian perkembangan anak usia 3-5 tahun
diperoleh hasil sebagian besar perkembangan anak pada kategori
sesuai sebanyak 96,6 %. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa asupan
zink balita telah terpenuhi dan perkembangan balita sesuai pada
usianya. Zink berperan dalam memproduksi enzim untuk keperluan
RNA dan DNA. Zink dan protein merupakan unsur yang ada dalam
otak, keduanya memberikan kontribusi terhadap struktur dan fungsi
dari otak, sehingga apabila terjadi defisiensi yang berat maka akan
berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan fungsi motorik
(Ardiaria dan Nuryanto, 2014).
Penyebab adanya perbedaan hasil penelitian dengan teori
adalah adanya faktor lain yaitu faktor keadaan lingkungan di sekitar
rumah, seperti dukungan dari teman-teman bermain sehingga
merangsang anak untuk melatih gerak motorik, bahasa dan sosialnya.
Psikologi anak berperan dalam perkembangan anak itu sendiri serta
stimulasi dari orangtua juga mendukung perkembangan anak dimana
ibu memiliki banyak waktu untuk mendidik dan merawat anak di
rumah mengingat sebagian besar ibu sebagai ibu rumah tangga.
Perkembangan sosial bagi anak juga sangat diperlukan, karena anak
72

merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang yang akan hidup di


tengah-tengah masyarakat. Masa anak-anak merupakan awal
kehidupan sosial yang berpengaruh bagi anak, dimana anak akan
belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas sosial.
Apabila pada masa prasekolah anak mampu melakukan hubungan
sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak dalam melakukan
penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah diterima sebagai
anggota kelompok sosial di tempat anak mengembangkan diri
(Hurlock, 2008).

D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti belum bisa
mengendalikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak seperti status gizi, stimulasi dari orang tua, status
ekonomi dan lingkungan anak.
BAB V
PENUTUP
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan asupan protein, zat
besi dan zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun dapat
disimpulkan bawa :
1. Tingkat konsumsi protein sebagian besar dalam kategori tidak normal
sebesar 53,4 % dengan rata-rata tingkat konsumsi protein sebesar
115,86±18,84 % dan rata-rata asupan protein sebesar 33,1±5,17 gr.
2. Tingkat konsumsi zat besi sebagian besar dalam kategori kurang
sebesar 72,4 % dengan rata-rata tingkat konsumsi zat besi sebesar
60,45±24,26 % dan rata-rata asupan zat besi sebesar 5,0±1,99 mg.
3. Tingkat konsumsi zink sebagian besar dalam kategori cukup sebesar
70,7% dengan rata-rata tingkat konsumsi zink sebesar 88,92±19,43 %
dan rata-rata asupan zink sebesar 3,8±0,87 mg.
4. Perkembangan anak sebagian besar dalam kategori sesuai sebesar 96,6
%.
5. Tidak ada hubungan antara asupan protein dengan perkembangan anak
usia 3-5 tahun (p= 1,00).
6. Tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan perkembangan anak
usia 3-5 tahun (p= 0,479).
7. Tidak ada hubungan antara asupan zink dengan perkembangan anak
usia 3-5 tahun (p= 1,00).

B. Saran
1. Bagi Orang Tua
Diharapkan orang tua balita dapat memberikan asupan gizi
seimbang sehari-hari sesuai dengan kebutuhan dan memperbaiki pola
makan balita.

73
74

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dengan penelitian sejenis,
menambahkan variabel lain yang mempengaruhi perkembangan anak
diantaranya status gizi, stimulasi orangtua terhadap anak dan pengaruh
lingkungan terhadap anak.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Anak. Jakarta: Salemba
Medika.

Aedi, N. 2010. Pengolahan Dan Analisis Data Hasil Penelitian. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.

Agustin, M dan Wahyudin, U. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.


Bandung: Refika Aditama.

Ahmad, S. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Alfiani, Y. 2016. Hubungan Status Gizi, Jenis Kelamin dan Usia Anak Dengan
Perkembangan Motorik Halus Dan Kasar Pada Usia Pra Sekolah Di TK
Melati Ikhlas Padang Tahun 2016. Skripsi. Bukit Tinggi: Program Studi
Kebidanan Stikes Fort De Kock.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama.

___________. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama.

Anggraini, W. 2011. Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Pada Anak Usia 5


Tahun. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.

Ardiaria dan Nuryanto. 2014. Hubungan Status Gizi Dan Asupan Besi Dan Seng
Terhadap Fungsi Motorik Anak Usia 2-5 Tahun. JNH. 2(2).

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Hidangan Hewani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Badan POM RI. 2013. Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah Untuk
Pencapaian Gizi Seimbang. Direktorat Standardisasi Produk Pangan,
Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya,
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta.

Banna, J. Richards, R. and Brown, L. B. 2016. College Students' Perceived


Differences Between The Terms Real Meal, Meal, and Snack. Journal of
Nutrition Education and Behavior. 49(3): 228– 235.

Devi, N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta: Buku Kompas.


Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2009.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Pedoman Pengembangan


Pengelolaan Kelompok Bermain. Semarang: Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah Dinas Pendidikan.

Doll, E. 2010. The Measurement of Social Competence. Vineland New Jersey

Eilander, A. Dkk. 2010. Undernutrition, fatty acid and micronutrient status in


relation to cognitive performance in Indian school children: a cross-
sectional study. British Journal of Nutrition.103: 1056–1064.

Emalia, Febry dan Rahmiwati. 2015. Hubungan Asupan Gizi, Pengetahuan Dan
Stimulasi Ibu Dengan Tumbuh Kembang Anak Prasekolah Tk Handayani
Dan Tk Teratai 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil Palembang 2014. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat. 6(1).

Estiasih, H., Waziiroh dan Febrianto. 2016. Kimia dan Fisik Pangan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Ernawati, F., Prihatini, M., Yuriestia, A. 2016. Gambaran Konsumsi Protein


Nabati Dan Hewani Pada Anak Balita Stunting Dan Kurang Di Indonesia.
Penelitian Gizi dan Makanan. 39(2): 95-102.

Faruq, M. 2015. Hubungan Pola Konsumsi Dan Persen Lemak Tubuh Dengan
Performa Atlet Renang. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.

Fatchiyah, E.L., Arumingtyas, S., Widyarti dan Rahayu, S. 2011. Biologi


Molekuler Prinsip Dasar Analisis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gandy, M. and Holdsworth. 2014. Gizi Dan Dietetika. Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Gibson, R.S. 2005. Principles Of Nutritional Assessment. Unit States of America:


Oxford University Press.

Hardinsyah dan Supariasa. 2017. Ilmu Gizi Teori Dan Aplikasi. Cetakan 2017.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hasan, M. 2010. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).Yogyakarta: Diva Perss.

Hastati, T. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini


melalui Media Gambar Foto Keluarga di Kelompok B TK Pertiwi Butuhan
Delanggu Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS.
Herman, S. 2009. Review On The Problem of Zinc Defficiency, Program
Prevention And Its Prospect. Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. 19: S75 - S83.

Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Hurrell, R dan Egli, I. 2010. Iron Bioavailability and Dietary Reference Values.
American Journal of Clinical Nutrition. 91(5): 146S-1467S.

Hurlock, E.B. 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti dkk. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.

Hurlock, E.B. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Press

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

_______________________. 2010. Pedoman Penanganan Kasus Rujukan


Kelainan Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Direktoral Jendral Bina
Kesehatan Masyarakat.

_______________________. 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi


Bangsa. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013.

______________________. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1593/MENKES/SK/XI/2005 tentang Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi.

Khodashenas., Mohammadzadeh., Sohrabi and Izanloo. 2015. The Effect of Zinc


Supplementation on Cognitive Performance in Schoolchildren.
International Journal of Pediatrics-Mashhad. 3(6): 1033–1038.

Krisno, B.A. 2009. Gizi dan Kesehatan. Malang: Banyu Media dan UMM Press.

Lameshow, S. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:


Gadjah Mada University.

Lestari., Adbim., Salimo dan Mustarsid. 2010. Pengaruh Fortifikasi Besi-Zink


Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani Anak Usia 7-9 Tahun di Sekolah
Dasar Surakarta. Sari Pediatri. 12(2).

Manuhutu, R., Purnamasari, D dan Dardijito, E. 2017. Pengaruh Tingkat


Konsumsi Energi, Protein, Lemak dan Status Kecacingan terhadap Status
Gizi pada Siswa Sekolah Dasar Negri 01 Limpakuwus. Jurnal Kesehatam
Masyarakat. 8(3): 37-46.

Mansyur, H. 2009. Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan. Salemba Medika:
Jakarta.

Maylina, L.A. 2010. Hubungan Antara Konsumsi Pangan Sumber Protein, Zat
Besi, Dan Vitamin C Dengan Kejadian Anemia Siswa Sekolah Dasar.
Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Meylinda, F. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara


Deengan Program Adobe Flash Untuk Siswa Kelas V SD. Jurnal Review
Pendidikan Dasar. 1(1): 256-264.

Muchtadi, D. 2010. Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa. 2012. Managemen PAUD. Bandung: Rosda Karya.

Mumtahinnah, N. 2011. Hubungan Antara Stres Dengan Agresi Pada Ibu Rumah
Tangga Yang Tidak Bekerja. Jurnal Penelitian. Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma

Ngili, Y. 2013. Protein dan Enzim. Bandung: Rekayasa Sains.

Notoadmojo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Papalia, D.E. 2010. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta:


Kencana.

Pardo, E.L and Dewey, K. 2012. Nutrition and Brain Development in Early Life.
Nutrition Reviews.72.

Peraturan Menteri Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Potter, P.A dan Anne, G.P. 2009. Fundamental keperawatan edisi ke-7. Jakarta:
Salemba Medika.

Purwanti, R. 2017. Asupan Zat Gizi Dan Perkembangan Kognitif Balita Di


Wilayah Puskesmas Bugangan Kota Semarang. Darussalam Nutrition
Journal.1(2):1-9.

Puspita,. Octavia dan Saputro. 2017. Hubungan Asupan Gizi Seimbang, Pola
Asuh Dengan Perkembangan Motorik Balita Gizi Kurang di Kota Jambi.
Riset Informasi Kesehatan. 6(1).

Profil Kelurahan Wonorejo.2018.


Laporan Data Balita Pelayanan Kesehatan Daerah Wonorejo. 2018.

Rahfiludin, M.Z dan Pradigdo, S.F. 2013. Pengaruh Suplementasi Seng Terhadap
CD 4⁺ Pengidap Human Immundeficiency Virus. MGMI.5(1).

Safitri, P dan Respati, W. 2009. Makna Hidup pada Perempuan Dewasa yang
Berperan Ganda. Jurnal Psikologi. 7(2): 43-56.

Sani, N. 2014. Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar


Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan
Pamulang. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Santrock. 2011. Life-Span Development: Perkembangan Masa-Hidup Edisi 13.


Jilid 1. Alih Bahasa: Widyasinta Benedictine. Jakarta: Erlangga.

Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.

Setiawan, E.P. 2017. Hubungan Asupan Protein Dengan Kemampuan Kognitif


Pada Remaja Di Sukoharjo Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Umum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sobur, A. 2013. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Cetakan 5. Bandung:


Pustaka Setia.

Soetjiningsih dan Ranuh I.N. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Sudargo, T., Huriyati E, Safitri L., Irwanti, W., Ahadi, N.S. 2012. Hubungan
Antara Status Gizi, Anemia, Status Infeksi, Dan Asupan Zat Gizi Dengan
Fungsi Kognitif Pada Anak Sekolah Dasar Di Daerah Endemik Gaki. Gizi
Indonesia. 35(2): 126-136.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sujiono, B. 2010. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susanty, N. 2012. Hubungan Derajat Stunting, Asupan Zt Gizi Dan Sosial


Ekonomi Rumah Tangga Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 24-
36 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bugangan Semarang. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Sutomo, B dan Anggraini, D.Y. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita.
Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.

Suyadi, M dan Ulfah, M. 2013. Konsep dasar PAUD. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Tanuwijaya, J and Karsono. 2013. The Effect of Crospovidone and


Croscarmellose Sodium as Superdisintegran On the Characteristic Of
Piroxicam Nanoparticle ODT (Orally Disintegrating Tablet).
Int.J.PharmTechRes. 5(4): 1590-1597.

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rahima.

Wiyani, N.A. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:


Penerbit Gava Media.

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L dan Schwartz, P.
2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. edisi 6. Jakarta: EGC.

Yamin, M dan Sabri, J.S. 2013. Panduan Lengkap PAUD Melejitkan Potensi Dan
Kecerdasan Anak Usia Dini. Ciputat: Gaung Persada.

Yusuf, S. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya.

Zulkarnain., Khidri., dan Patimah. 2017. Pengaruh Asupan Zat Gizi Terhadap
Perkembangan Psikomotorik Anak Usia 25-60 Bulan Pada Yayasan An-
Nur Kalla Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 11(4):
434-439.
LAMPIRAN
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

No Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI Bulan VII


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan Proposal
2. Ujian proposal
3. Revisi proposal dan
pengurusan perijinan
4. Pengambilan data
penelitian
5. Analisa data
6. Penyusunan laporan
hasil penelitian
7. Ujian hasil penelitian

8. Revisi hasil
penelitian dan
pengumpulan skripsi
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang saya hormati,


Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nur Hidayah Safitri Dewi
NIM : 2015030088
Mahasiswa Program Studi S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
melakukan penelitian tentang:

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK


DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN

Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden. Jawaban
akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Atas bantuan dan kerja sama yang telah diberikan, saya ucapkan terimakasih.

Surakarta, Januari 2019


Peneliti

(Nur Hidayah Safitri Dewi)


Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Saya, Nur Hidayah Safitri Dewi akan melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Antara Asupan Protein, Zat besi dan Zink Dengan
Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun”. Penelitian ini bertujuan mengetahui
perkembangan anak usia 3-5 tahun.
A. Keikutsertaan dalam penelitian
Ibu bebas memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
Bila ibu sudah memutuskan untuk ikut serta, Ibu juga bebas untuk
mengundurkan diri setiap saat tanpa dikenakan denda atau sanksi apapun.

B. Prosedur penelitian
Apabila Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Ibu diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan ini dua rangkap, satu untuk Ibu simpan
dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:
1. Mengukur berat badan anak.
2. Wawancara kepada ibu tentang identitas sampel, asupan protein, zat besi,
zink dan data perkembangan anak dengan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)

C. Kewajiban sampel penelitian


Sebagai responden penelitian, Ibu berkewajiban mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian yang tertulis diatas.

D. Risiko dan efek samping


Dalam penelitian ini, tidak terdapat risiko dan efek samping.
E. Manfaat
Keuntungan langsung yang diperoleh adalah mendapatkan hasil pengukuran
berat badan dan perkembangan anak yang dimana hasil tersebut sebagai
acuan untuk perbaikan.

F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian.

G. Pembiayaan
Semua biaya yang berkaitan dengan penelitian akan ditanggung oleh peneliti.

H. Informasi tambahan
Ibu diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini. Sewaktu-waktu jika membutuhkan
penjelasan lebih lanjut atau dapat mengubungi Nur Hidayah Safitri Dewi :
(082242421412)
Lampiran 6
Lampiran 7

KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)


Lampiran 8

Output SPSS

a. Data Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Berat Badab Balita 58 10,0 25,8 14,934 3,1517


Rata-rata Asupan Protein
58 19,52 46,85 33,1441 5,17677
balita
Persen kecukupan protein
58 62,62 138,89 115,8653 18,84452
balita
Rata-rata asupan zat besi
58 2,30 10,50 5,0538 1,99922
balita
Persen kecukupan zat besi
58 20,81 128,29 60,4556 24,26205
balita
Rata-rata asupan zink balita 58 2,10 7,15 3,8431 ,87377
Persen kecukupan asupan
58 52,12 127,78 88,9202 19,43889
zink balita
Rata-rata asupan vit. C 58 ,45 103,50 25,7780 20,50357
Persen kecukupan asupan
58 1,04 206,37 60,6894 47,40686
Vit.C
Usia Balita 58 37 60 45,66 5,898
Usia ibu balita 58 22 57 33,93 7,539
Valid N (listwise) 58
Kategori asupan protein balita * Perkembangan Balita Crosstabulation

Perkembangan Balita Total

Sesuai Meragukan

Count 26 1 27

Expected Count 26,1 ,9 27,0


Normal
% within Kategori
96,3% 3,7% 100,0%
Kategori asupan protein asupan protein balita
balita Count 30 1 31

Expected Count 29,9 1,1 31,0


Tidak Normal
% within Kategori
96,8% 3,2% 100,0%
asupan protein balita
Count 56 2 58

Expected Count 56,0 2,0 58,0


Total
% within Kategori
96,6% 3,4% 100,0%
asupan protein balita
b. Uji Hubungan Asupan Protein dengan Perkembangan Anak

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,010 1 ,921
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,010 1 ,921
Fisher's Exact Test 1,000 ,719
N of Valid Cases 58

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,93.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Uji Hubungan Asupan Zat Besi dengan Perkembangan Anak

Kategori asupan zat besi balita * Perkembangan Balita Crosstabulation

Perkembangan Balita Total

Sesuai Meragukan

Count 41 1 42

Expected Count 40,6 1,4 42,0


Kurang
% within Kategori asupan
97,6% 2,4% 100,0%
Kategori asupan zat besi zat besi balita

balita Count 15 1 16

Expected Count 15,4 ,6 16,0


Cukup
% within Kategori asupan
93,8% 6,2% 100,0%
zat besi balita
Count 56 2 58

Expected Count 56,0 2,0 58,0


Total
% within Kategori asupan
96,6% 3,4% 100,0%
zat besi balita

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,521 1 ,470
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,467 1 ,494
Fisher's Exact Test ,479 ,479
N of Valid Cases 58

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,55.
b. Computed only for a 2x2 table
d. Uji Hubungan Asupan Zink dengan Perkembangan Anak

Kategori asupan zink balita * Perkembangan Balita Crosstabulation

Perkembangan Balita Total

Sesuai Meragukan

Count 17 0 17

Expected Count 16,4 ,6 17,0


Kurang
% within Kategori asupan
100,0% 0,0% 100,0%
Kategori asupan zink zink balita

balita Count 39 2 41

Expected Count 39,6 1,4 41,0


Cukup
% within Kategori asupan
95,1% 4,9% 100,0%
zink balita
Count 56 2 58

Expected Count 56,0 2,0 58,0


Total
% within Kategori asupan
96,6% 3,4% 100,0%
zink balita

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,859 1 ,354
b
Continuity Correction ,019 1 ,892
Likelihood Ratio 1,417 1 ,234
Fisher's Exact Test 1,000 ,496
N of Valid Cases 58

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,59.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 9
No Nama U JK BB Perkembangan Rata Rata As Rata As. % Kons % Kons %Kons Z Kategori As.P Kategori As. Kategori
Sampel (bln) As.P ZB Z P ZB ZB As. Z

1 Ama 38 L 12 Sesuai 32,82 3,25 4,00 136,75 44,01 108,33 tidak normal Kurang Cukup
2 33,175 4,09 3,40 103,67 41,49 69,06 Normal Kurang Kurang
Ar 41 L 16 Sesuai
3 Ra 46 L 16 Sesuai 36,7 4,85 4,65 114,69 49,26 94,45 Normal Kurang Cukup
4 32,15 4,95 3,40 96,96 58,06 71,78 Normal Kurang Kurang
Sns 57 P 18 Sesuai
5 Aqn 45 P 12 Sesuai 33,125 6,10 3,65 138,02 82,60 98,85 tidak normal Cukup Cukup
6 38,5 5,50 5,15 128,33 59,58 111,58 tidak normal Kurang Cukup
Ak 45 L 15 Sesuai
7 Mhb 44 L 18,2 Sesuai 37,65 9,65 5,20 103,43 86,16 92,86 Normal Cukup Cukup
8 28,85 4,65 3,65 138,70 72,66 144,06 tidak normal Kurang Cukup
So 39 P 10 Sesuai
9 Rl 40 P 11,5 Sesuai 29,65 6,30 3,90 128,91 89,02 110,22 tidak normal Cukup Cukup
10 33,2 7,20 4,35 132,80 93,60 113,10 tidak normal Cukup Cukup
Mr 45 P 12,5 Sesuai
11 As 45 L 13,3 Sesuai 36,75 10,50 4,65 138,16 128,29 113,63 tidak normal Cukup Cukup
12 32,6 4,70 3,35 123,48 57,86 82,48 tidak normal Kurang Cukup
Ma 46 L 13,2 Sesuai
13 A 58 L 17 Meragukan 33,825 6,89 3,70 108,01 85,50 82,71 Normal Cukup Cukup
14 31,75 6,75 3,85 115,04 79,48 90,67 Normal Cukup Cukup
Cs 40 P 13,8 Sesuai
15 28,575 6,45 2,85 137,38 100,78 89,06 tidak normal Cukup Cukup
Eak 39 P 10,4 Sesuai
16 32,5 6,80 4,60 138,89 94,44 127,78 tidak normal Cukup Cukup
Ra 39 L 11,7 Sesuai
17 24,7 2,30 3,25 81,25 24,59 69,49 tidak normal Kurang Kurang
As 39 P 15,2 Sesuai
18 29,155 3,20 3,25 116,62 41,60 84,50 Normal Kurang Cukup
Ia 46 P 12,5 Sesuai
No Nama U JK BB Perkembangan Rata Rata As Rata As. % Kons % Kons %Kons Z Kategori As.P Kategori As. Kategori
Sampel (bln) As.P ZB Z P ZB ZB As. Z

19 Sa 43 P 12,1 Meragukan 30,97 4,01 3,30 127,98 53,85 88,64 tidak normal Kurang Cukup
20 31,45 6,20 3,95 111,52 71,45 91,05 Normal Kurang Cukup
N 41 P 14,1 Sesuai
21 Ni 51 L 17,4 Sesuai 34,70 6,30 4,40 108,26 76,44 96,09 Normal Kurang Cukup
22 35,27 10,00 7,15 74,20 81,83 105,31 tidak normal Cukup Cukup
Tsw 56 L 25,8 Sesuai
23 Ra 38 L 12,8 Sesuai 33,25 4,85 4,15 129,88 61,57 105,37 tidak normal Kurang Cukup
24 40,90 7,20 5,40 132,16 90,48 122,14 tidak normal Cukup Cukup
Aa 57 P 16,8 Sesuai
25 Hk 37 L 13,4 Sesuai 27,33 3,19 2,75 101,96 38,62 66,70 Normal Kurang Kurang
26 26,55 4,65 3,55 127,55 86,87 119.38 tidak normal Cukup Cukup
Za 55 P 11,3 Sesuai
27 Maf 41 L 13,5 Sesuai 36,64 4,38 4,20 135,69 52,72 101,11 tidak normal Kurang Cukup
28 31,55 3,85 3,45 116,85 46,34 83,06 Normal Kurang Cukup
Far 46 L 13,5 Sesuai
29 Ak 39 L 15,2 Sesuai 37,85 4,90 4,55 124,51 52,38 97,29 tidak normal Kurang Cukup
30 38,98 8,04 4,30 136,28 91,31 97,73 tidak normal Cukup Cukup
Da 38 P 14,3 Sesuai
31 Bs 38 P 12,3 Sesuai 33,10 4,90 4,70 134,55 64,74 124,19 tidak normal Kurang Cukup
32 33,70 4,70 3,95 112,33 50,92 85,58 Normal Kurang Cukup
Ms 44 P 15 Sesuai
33 44,37 2,82 3,65 118,64 24,51 63,44 Normal Kurang Kurang
Mea 44 L 18,7 Sesuai
34 34,85 5,98 3,30 95,22 53,06 58,61 Normal Kurang Kurang
Mn 45 L 18,3 Sesuai
35 29,36 9,18 3,14 93,75 114,00 70,08 Normal Cukup Kurang
Zi 53 P 17 Sesuai
36 34,74 2,31 2,90 96,49 20,81 52,36 Normal Kurang Kurang
Lna 44 P 18 Sesuai
No Nama U JK BB Perkembangan Rata Rata As Rata As. % Kons % Kons %Kons Z Kategori As.P Kategori As. Kategori
Sampel (bln) As.P ZB Z P ZB ZB As. Z

37 Fnb 51 P 19 Sesuai 46,85 4,80 4,85 133,86 53,33 97,00 tidak normal Kurang Cukup
38 42,43 7,79 5,80 130,15 77,66 115,64 tidak normal Cukup Cukup
Sn 44 P 16,3 Sesuai
39 Am 58 L 18 Sesuai 37,41 4,20 3,95 112,82 49,26 83,39 Normal Kurang Cukup
40 29,52 2,33 2,55 137,94 35,39 77,45 tidak normal Kurang Cukup
Ka 38 P 10,7 Sesuai
41 Cp 42 P 14 Sesuai 28,35 4,20 3,05 101,25 48,75 70,80 Normal Kurang Kurang
42 23,97 6,47 2,60 108,93 95,51 76,82 Normal Cukup Kurang
Ef 47 P 11 Sesuai
43 An 47 P 13 Sesuai 26,27 2,63 2,67 101,04 32,81 66,63 Normal Kurang Kurang
44 19,52 2,38 2,10 84,87 33,63 59,35 tidak normal Kurang Kurang
Gj 45 P 11,5 Sesuai
45 N 54 L 18 Sesuai 20,77 2,66 2,85 62,62 31,20 60,17 tidak normal Kurang Kurang
46 36,85 4,55 4,05 117,67 56,50 90,53 Normal Kurang Cukup
Za 52 L 17 Sesuai
47 Ia 52 L 18 Sesuai 35,30 3,50 4,75 106,46 41,05 100,28 Normal Kurang Cukup
48 33,40 4,60 3,65 115,17 51,55 81,81 Normal Kurang Cukup
Fz 45 L 14,5 Sesuai
49 Km 50 P 19,7 Sesuai 35,85 6,00 3,65 98,79 64,30 70,41 Normal Kurang Kurang
50 39,40 3,65 3,40 92,92 27,98 52,12 Normal Kurang Kurang
Ro 44 P 21,2 Sesuai
51 31,90 5,45 3,60 115,58 64,18 84,78 Normal Kurang Cukup
Ag 40 P 13,8 Sesuai
52 35,70 2,70 4,35 132,22 32,50 104,72 tidak normal Kurang Cukup
Skl 46 P 13,5 Sesuai
53 29,30 4,50 3,80 133,18 66,48 112,27 tidak normal Kurang Cukup
Ma 46 P 11 Sesuai
54 28,00 2,40 2,95 84,44 28,15 62,28 tidak normal Kurang Kurang
D 51 L 18 Sesuai
No Nama U JK BB Perkembangan Rata Rata As Rata As. % Kons % Kons %Kons Z Kategori As.P Kategori As. Kategori
Sampel (bln) As.P ZB Z P ZB ZB As. Z

55 Ak 46 P 14 Sesuai 40,83 3,86 3,65 129,04 44,80 84,73 tidak normal Kurang Cukup
56 33,60 4,00 3,55 90,30 41,80 66,78 Normal Kurang Kurang
Ars 60 P 20,2 Sesuai
57 Af 47 P 12 Sesuai 33,15 2,80 3,55 138,13 37,92 96,15 tidak normal Kurang Cukup
58 39,94 6,10 3,90 133,88 70,80 90,54 tidak normal Kurang Cukup
Rd 47 P 14 Sesuai
Lampiran 14.

Wawancara Food Recall 24 Jam Praktek mengayuh Sepeda

Penimbangan berat badan anak Praktek memakai sepatu


Praktek menyusun balok Praktek mengancingkan baju

Tanda tangan persetujuan responden Praktek menulis


Penjelasan kepada responden Praktek menggambar

Praktek mengangkat satu kaki Praktek membedakan garis

Praktek melempar bola

Anda mungkin juga menyukai