Anda di halaman 1dari 112

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, DUKUNGAN KELUARGA DAN

SIKAP DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN HEMODIALISA DI RSUD


PANDAN ARANG BOYOLALI

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Gizi

Disusun Oleh :
RIZQI AYU PRATIWI
2015030099

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, DUKUNGAN KELUARGA DAN


SIKAP DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN HEMODIALISA DI RSUD
PANDAN ARANG BOYOLALI

Merupakan karya saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam tugas akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis di suatu Institusi Pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat pernah ditulis dan / atau diterbitkan oleh
orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Februari 2019

Rizqi Ayu Pratiwi

iv
MOTTO

Learn from the mistakes in the past, try by using a different way, and always hope
for a successful future.
(Penulis)

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.Sesungguhnya bersama


kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap"
(QS. Al-Insyirah, 6-8)

Memulai dengan penuh keyakinan


Menjalankan dengan penuh keikhlasan
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan
(Penulis)

Jadilah diri kita sendiri karena itu lebih baik daripada berpura-pura menjadi orang
lain yang baik.
(Penulis)

v
PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta. Oleh karena itu, dengan rasa bangga
dan bahagiaskripsi ini saya persembahkan sebagai ungkapan rasa terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah–Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan dalam keadaan sehat.
2. Rasulullah SAW sebagai idola, suri tauladan dan panutan bagi saya dalam
menjalani kehidupan yang fana.
3. Kedua orang tua saya, Bapak Sunarno dan Ibu Sumanti sebagai bukti dan rasa
terimakasih saya kepada beliau yang telah memberikan dukungan moril
maupun non moril, motivasi, semangat, pengorbanan, dan do’anya selama ini
yang tiada henti.
4. Adikku, Endah Siti Norjannah yang telah memberikan dukungan dan semangat
kepada saya.
5. Sahabat Long Distance Relationship Khairatunnisa, Aunia Ulfah, Isma Wati,
Hj. Novia Rahmi dan Muzdalifah terima kasih atas semangat dan dukungan
jarak jauh yang telah diberikan.
6. Sahabat sehidup, seperjuangan, sependeritaan Aninda, Janah, Rachma, Ria,
Putri dan Risqi sertateman-teman seperjuangan S1 Gizi angkatan 2015 yang
selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi selama perjalanan dalam
menyelesaikan studi.
7. Almamater tercinta ITS PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah
memberikan ilmu, pengalaman, dan menjadi saksi perjuangan saya selama
menempuh pendidikan S1 Gizi.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulisanskripsi yang berjudul “Hubungan
Pengetahuan Gizi, Dukungan Keluarga, dan Sikap dengan Kepatuhan Diet Pasien
Hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali” dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini tersusun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes., selaku Rektor ITS PKU Muhammadiyah
Surakarta.
2. Cemy Nur Fitria, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Wakil Rektor I ITS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
3. Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Gizi ITS PKU
Muhammadiyah Surakarta dan selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan, arahan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi.
4. Dewi Marfuah, S.Gz., MPH., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi.
5. Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi.,selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi.
6. dr. Siti Nur Rokhmah Hidayati, selaku Direktur RSUD Pandan Arang Boyolali
yang telah membantu dan memberikan izin penulis dalam melakukan
penelitian.
7. Semua pihak yang terlibat dan telah membantu penulis selama penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta, April 2019

Penulis

vii
ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, DUKUNGAN KELUARGA DAN


SIKAP DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN HEMODIALISA DI RSUD
PANDAN ARANG BOYOLALI

Rizqi Ayu Pratiwi1, Dewi Marfuah2, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati3

Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia
sebanyak 0,2% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Provinsi Jawa Tengah menempati
peringkat 5 dengan angka kejadian gagal ginjal kronik sebesar 0,3%.Kepatuhan diet
adalah tingkat kesediaan pasien melaksanakan diet mengikuti pengaturan pola makan
yang dianjurkan oleh ahli gizi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.Terdapat
beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi kepatuhan diet pasien hemodialisa
adalah tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan yang diberikan oleh keluarga.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi, dukungan keluarga
dan sikap dengan kepatuhan diet pasien hemodialisa di RSUD Pandan Arang
Boyolali.Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross
Sectional.Sampel sebanyak 29 pasien hemodialisa diambil secarapurposive
sampling.Data pengetahuan gizi, dukungan keluarga, dan sikap diperoleh melalui
wawancara.Analisis data menggunakan Rank Spearmandan Pearson Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet
diperoleh nilai p=0,712, hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet diperoleh
nilai p=0,251, dan hubungan sikap dengan kepatuhan diet diperoleh nilai p=0,477.
Kesimpulan tidak ada hubungan pengetahuan gizi, dukungan keluarga, dan sikap dengan
kepatuhan diet pasien hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali.

Kata kunci : Pengetahuan Gizi, Dukungan Keluarga, Sikap, Kepatuhan Diet:


1. Mahasiswa program S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
2. Dosen Pembimbing I S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
3. Dosen Pembimbing II S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.

viii
ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE OF NUTRITION, FAMILY


SUPPORT, AND ATTITUDES WITH DIETARY ADHERENCE TO
HEMODIALYSIS PATIENTS IN PANDAN ARANG BOYOLALI HOSPITAL

Rizqi Ayu Pratiwi1, Dewi Marfuah2, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati3

The 2013 Riskesdas data showed the prevalence of chronic kidney failure in Indonesia
was much as 0,2% of the total population of Indonesia. The Central Java province ranks
5th with the incidence of chronic kidney failure by 0,3%. Dietary compliance is the level
of willingness of patients to carry out a diet following the dietary arrangements
recommended by nutritionists in accordance with established rules. The purpose of this
study was to determine the correlation between knowledge of nutrition, family support
and attitudes with dietary adherence to hemodialysis patients in Pandan Arang Hospital
Boyolali. The method of this research was observational analytic with Cross Sectional
approach. Thesample of 29 hemodialysis patients were taken using purposive sampling.
The data on nutrition knowledge, family support, and attitudes were obtained through
interviews. The analysis of data used Rank Spearman and Pearson Product Moment. The
results showed that the correlation between nutritional knowledge with dietary
compliance obtained p = 0.712, the correlation family support with dietary compliance
obtained p value = 0.251, and the relationship between attitude with dietary compliance
obtained p value = 0.477. The conclusion is there is no correlation between knowledge of
nutrition, family support, and attitudes with dietary adherence to hemodialysis patients in
Pandan Arang Boyolali Hospital.

Keyword :knowledge of nutrition, family support, attitudes and dietary adherence


1. Student of S1 nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
2. Lecturer of S1 nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
3. Lecturer of S1 nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………...i


LEMBAR PERSETUJUAN................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ....................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................................v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................3
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................4
E. Keaslian Penelitian ..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
A. Landasan Teori ........................................................................................8
1. Gagal Ginjal Kronik .........................................................................8
2. Hemodialisa ....................................................................................11
3. Kepatuhan Diet ...............................................................................15
4. Sikap ...............................................................................................18
5. Dukungan Keluarga ........................................................................22
6. Pengetahuan Gizi ............................................................................26
B. Kerangka Teori ......................................................................................32
C. Kerangka Konsep ..................................................................................32
D. Hipotesis ................................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................35
A. Jenis dan Desain Penelitian ...................................................................35

x
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................35
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................................35
D. Variabel Penelitian ................................................................................37
E. Definisi Operasional ..............................................................................37
F. Instrumen Penelitian ..............................................................................38
G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................39
H. Teknik Analisis Data .............................................................................40
I. Jalannya Penelitian ................................................................................42
J. Etika Penelitian ......................................................................................43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................44
A. Profil Lokasi Penelitian .........................................................................44
B. Hasil Penelitian ......................................................................................45
1. Karakteristik Sampel ......................................................................45
2. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet. ..................47
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet. ..............48
4. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Diet.......................................48
C. Pembahasan ...........................................................................................49
1. Karakteristik Sampel ......................................................................49
2. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet ...................53
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet ...............55
4. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Diet.......................................57
D. Keterbatasan Penelitian .........................................................................58
BAB V PENUTUP .................................................................................................59
A. Kesimpulan ............................................................................................59
B. Saran ......................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian .................................................................................... 5


Tabel 2. Rencana Tatalaksana ............................................................................... 11
Tabel 3. Definisi Operasional ............................................................................... 37
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 45
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............................. 45
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan .............................................. 46
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengetahuan Gizi ................................. 46
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Dukungan Keluarga.............................. 46
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Sikap ..................................................... 47
Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kepatuhan Diet ................................... 47
Tabel 11. Hasil Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet ................ 48
Tabel 12. Hasil Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet ............ 48
Tabel 13. Hasil Hubungan sikap dengan Kepatuhan Diet .................................... 48

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kerangka Teori ..................................................................................... 32


Gambar 2.Kerangka Konsep ................................................................................. 32

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal penelitian


Lampiran 2. Lembar penjelasan kepada sampel penelitian
Lampiran 3. Permohonan menjadi sampel penelitian
Lampiran 4. Formulir pernyataan kesediaan sebagai sampel penelitian
(Informed Consent)
Lampiran 5. Formulir pengumpulan data sampel penelitian
Lampiran 6. Kuesioner pengetahuan gizi
Lampiran 7. Kuesioner dukungan keluarga
Lampiran 8. Kuesioner sikap
Lampiran 9. Kuesioner kepatuhan diet
Lampiran 10. Kunci Jawaban kuesioner kepatuhan diet
Lampiran 11. Master Tabel
Lampiran 12. Output SPSS
Lampiran 13. Dokumentasi

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) didalam darah (Muttaqin &
Kumala Sari, 2011). Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang masih
menjadi masalah besar didunia, setidaknya 500 juta orang mengalami
gagal ginjal kronik bahkan menyebabkan 850 ribu kematian setiap
tahunnya (Supriyadi, dkk, 2011).
Angka kejadian tertinggi gagal ginjal kronik di dunia berada pada
benua Eropa yang mencapai 18,38% dari keseluruhan penduduk yang
tinggal dibenua Eropa (Hill, et al. 2016). Pada tahun 2013 di Indonesia
jumlah penderita gagal ginjal kronik sebanyak 0,2% dari keseluruhan
penduduk Indonesia. Provinsi Jawa Tengah menempati peringkat 5 dengan
angka kejadian gagal ginjal kronik sebesar 0,3% setelah provinsi Sulawesi
Tengah, Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara (Riskesdas, 2013). Pada
tahun 2015 kematian di Indonesia yang disebabkan karena gagal ginjal
kronik mencapai 1.243 orang (Kemenkes RI, 2017). Kabupaten Boyolali
merupakan daerah yang memiliki angka prevalensi gagal ginjal kronik
sebesar 0,1%, dengan angka tersebut maka kabupaten Boyolali berada di
peringkat 22 seprovinsi Jawa Tengah (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data
rekam medis Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali pada tahun 2015,
kunjungan pasien yang melakukan hemodialisa mencapai 7.283 pasien
dengan rata-rata 600 pasien cuci darah setiap bulannya.
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya pengaturan diit, asupan suplemen dan vitamin,
pembatasan asupan cairan, obat-obatan, terapi penggantian ginjal seperti
transplantasi ginjal dan hemodialisa (Muttaqin & Sari, 2011). Terapi

1
2

hemodialisa harus dijalankan secara teratur agar dapat mempertahankan


fungsi ginjal yang stabil sehingga tidak mengalami kondisi penyakit yang
semakin parah (Nurchayati, 2011). Hemodialisa yang cukup lama
seringkali menurunkan semangat hidup pasien sehingga dapat
mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam mematuhi ketentuan diit yang
harus dipatuhi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa (Sari,
2009).Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pasien
hemodialisa. Menurut Desitasari, dkk (2014) faktor yang mempengaruhi
kepatuhan diet pasien hemodialisa adalah tingkat pengetahuan, sikap dan
dukungan yang diberikan oleh keluarga.
Pemberian edukasi dengan pedoman yang jelas dapat
meningkatkan pengetahuan dalam melaksanakan praktek diet sehari-hari
(Desroches, et al. 2011).Tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan
kepatuhan diet. Kepatuhan diet dapat meningkat dengan pemberian
konseling gizi dan edukasi dapat memotivasi pasien untuk berubah dan
patuh terhadap rekomendasi diet (Widiany, 2017). Dalam hal ini
pengetahuan dapat membuat pasien menentukan sikap, berpikir dan
berusaha untuk tidak terkena penyakit maupun mengurangi kondisi
penyakitnya.Apabila pasien mempunyai pengetahuan yang baik, maka
dapat mendukung sikap (Efendi, 2009).Menurut Richard (2016) pasien
menggunakan informasi dan keterampilan untuk membuat keputusan
tentang kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan intervensi tertentu.
Dukungan keluarga merupakan sistem pendukung bagi anggotanya
dan selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan.Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan
keluarga terhadap pasien yang sakit (Sumigar,dkk. 2015). Dukungan
keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan terapi agar dapat
mempertahankan status kesehatan keluarga.Keberhasilan diet hemodialisis
dipengaruhi oleh kepatuhan seseorang dalam menjalankan diet yang
dianjurkan. Tanggung jawab dalam pengaturan makanan akan dipegang
oleh pasien dan keluarganya saat berada di rumah. Dengan demikian,
3

sangat perlu bagi seorang pasien dan keluarga untuk mengetahui dan
memahami pengaturan makanan bagi pasien.Menurut penelitian Widiany
(2017)menunjukkan bahwa jika kerjasama anggota keluarga sudah terjalin,
ketaatan terhadap program-program medis yang salah satunya adalah
program diet menjadi lebih tinggi.Pasien yang memiliki dukungan
keluarga yang baik dan patuh dalam menjalankan diet disebabkan oleh
faktor dukungan keluarga yang baik.Hal ini sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan serta dapat menentukan
program pengobatan yang diterima. Selain itu, dukungan yang diberikan
oleh keluarga kepada pasien sangat mempengaruhi proses penyembuhan
lewat pemberian perhatian, rasa dicintai, dan dihargai yang dapat menjadi
dukungan yang besar untuk patuh dalam menjalankan diet
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk
mengetahui hubungan pengetahuan gizi, dukungan keluarga, dan sikap
dengan kepatuhan diet pasien hemodialisa di RSUD Pandan Arang
Boyolali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian : apakah ada hubungan pengetahuan gizi,
dukungan keluarga, dan sikap dengan kepatuhan diet pasien hemodialisadi
RSUD Pandan Arang Boyolali ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan gizi, dukungan keluarga,
dan sikap dengan kepatuhan diet pada pasien hemodialisa di
RSUDPandan Arang Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengetahuan gizi pasien hemodialisa di RSUD
Pandan Arang Boyolali.
b. Mendeskripsikan dukungan keluarga pasien hemodialisa di RSUD
Pandan Arang Boyolali.
4

c. Mendeskripsikan sikap pasien hemodialisa di RSUDPandan Arang


Boyolali.
d. Mendeskripsikan kepatuhan diet pasien hemodialisa di RSUD
Pandan Arang Boyolali.
e. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet pasien
hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali.
f. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
pasien hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali.
g. Menganalisis hubungan sikap dengan kepatuhan diet pasien
hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan terutama dalam hubungan
pengetahuan gizi, dukungan keluarga, dan sikap dengan kepatuhan diet
pasien hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi RSUD Pandan Arang Boyolali
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
meningkatkan upaya penatalaksanaan dan penanganan pasien
hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
sebagai pengalamandalam merealisasikan teori yang telah di dapat
di bangku kuliah, khususnya mengenai hubunganpengetahuan gizi,
dukungan keluarga, dan sikap dengan kepatuhan diet pasien
hemodialisa.
5

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan literatur yang ada, penelitian yang akan dilakukan
belum pernah ada sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan sebelumnya adalah pada pengetahuan gizi.Penelitian yang
pernah dilakukan seperti tersaji pada tabel 1.

Tabel 1. Keaslian Penelitian


No Keaslian Penelitian
1 Nama Peneliti/ Tahun Firdaus / 2018
Judul Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
diit pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
Desain dan Variabel Desain : Deskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional.
Variabel bebas :dukungan keluarga.
Variabel Terikat :kepatuhan diet pasien gagal ginjal
kronik.
Hasil Terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pasien
gagal ginjal kronik.
Persamaan Meneliti dukungan keluarga sampel pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dan
desain studi Cross Sectional.
Perbedaan Tidak meneliti pengetahuan gizi dan sikap.
2 Nama Peneliti/ Tahun Umayah, E. / 2016
Judul Hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam
pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal
kronik (GGK) yang menjalani hemodialisa (HD)
rawat jalan di RSUD Kabupaten Sukoharjo.
Desain dan Variabel Desain : Studi analitik observasional analitik
dengan rancangan cross sectional.
Variabel bebas : tingkat pendidikan, Pengetahuan,
dan dukungan keluarga.
Variabel Terikat : Kepatuhan Dalam Pembatasan
Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisa.
Hasil Terdapat Hubungan antara tingkat pendidikan,
pengetahuan dan dukungan keluarga dengan
kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa rawat jalan di RSUD Kabupaten
Sukoharjo.
Persamaan Meneliti pengetahuan dan dukungan keluarga
terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.
6

No Keaslian Penelitian
Perbedaan Penelitian ini tidak meneliti kepatuhan diet.
3 Nama Peneliti/ Tahun Syamsiah, N / 2011
Judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
pasien CKD yang menjalani hemodialisa di RSPAU
Dr Esnawan Antariksa Halim Perdana Kusuma
Jakarta.
Desain dan Variabel Desain : rancangan deskriptif analitik dengan
pendekatan Cross Sectional.
Variabel bebas : faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan.
Variabel Terikat : kepatuhan pasien CKD yang
menjalani hemodialisa.
Hasil Ada hubungan yang signifikan antara usia,
pendidikan, lamanya hemodialisa, motivasi dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien CKD
yang menjalani hemodialisa.
Persamaan Meneliti dukungan keluarga dengan kepatuhan
pasien CKD yang menjalani hemodialisa.
Perbedaan Penelitian ini tidak meneliti pengetahuan dan sikap
4 Nama Peneliti/ Tahun Dani,R., dkk / 2015
Judul Hubungan motivasi, harapan, dan dukungan
petugas kesehatan terhadap kepatuhan pasien gagal
ginjal kronik untuk menjalani hemodialisis.
Desain dan Variabel Desain : deskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional.
Variabel bebas : motivasi, harapan, dan dukungan
petugas kesehatan.
Variabel terikat : kepatuhan pasien gagal ginjal
kronik untuk menjalani hemodialisis.
Hasil Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi,
harapan dan dukungan petugas kesehatan terhadap
kepatuhan pasien GGK untuk menjalani
hemodialisis.
Persamaan Meneliti dukungan terhadap kepatuhan pasien GGK
menjalani hemodialisis.
Perbedaan Penelitian ini tidak meneliti pengetahuan, dan
sikap.
5 Nama Peneliti/ Tahun Mailani, F. dan Andriani,R.F./ 2017
Judul Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
diet pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
Desain dan Variabel Desain : cross-sectional
Variabel bebas : dukungan keluarga
Variabel terikat : Kepatuhan diet pada pasien gagal
ginjal kronik.
Hasil Terdapat hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
7

No Keaslian Penelitian
Persamaan Meneliti dukungan keluarga terhadap kepatuhan
diet pasien GGK menjalani hemodialisis.
Perbedaan Penelitian ini tidak meneliti pengetahuan,sikap dan
sikap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Gagal Ginjal Kronik
a. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal
ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan menurunnya
fungsi ginjal yang bersifat irreversible, dan memerlukan terapi
pengganti ginjal yaitu berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Selain
itu, gagal ginjal kronik juga dapat diartikan dengan terjadinya
kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi adanya kelainan
patologis, adanya kelainan ginjal seperti kelainan dalam komposisi
darah atau urin serta adanya kelainan pada tes pencitraan (imaging
tests) serta laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/mnt/1.73
m² (Nurchayati, 2011).
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal selama tiga
bulan atau lebih akibat abnormalitas struktur atau fungsi ginjal, dengan
atau tanpa penurunan LFG, atau kadar LFG kurang dari 60
mL/menit/1,73m² lebih dari tiga bulan dengan atau tanpa kerusakan
ginjal (PERNEFRI, 2011).
b. Penyebab
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2014
menyebutkan bahwa penyebab gagal ginjal di Indonesia adalah
glomerulonefritis 46.39%, DM 18.65% sedangkan obstruksi dan infeksi
sebesar 12.85% dan hipertensi 8.46% sedangkan penyebab

8
9

lainnya 13,65%,dan dapat juga dikelompokkan menjadi nefritis lupus,


nefropati urat, intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan, tumor ginjal,
dan penyebab yang tidak diketahui. Etiologi gagal ginjal kronik dapat
disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat
dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter seperti penyakit
ginjal polikistik (Brunner & Suddarth, 2008).
c. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangannya proses yang
terjadi sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi
struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving
nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan
terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler
dan aliran darah glomerulus (Brunner & Suddarth, 2008).
Stadium awal penyakit ginjal kronik mengalami kehilangan daya
cadangan ginjal (renal reverse) dimana basal Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG) masih normal atau malah meningkat dan dengan perlahan akan
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif ditandai adanya
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
60%, masih belum ada keluhan atau asimptomatik tetapi sudah terjadi
peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum. Pada LFG sebesar 30%
mulai timbul keluhan seperti nokturia, lemah, mual, nafsu makan
kurang dan penurunan berat badan dan setelah terjadi penurunan LFG
dibawah 30% terjadi gejala dan tanda uremia yang nyata seperti
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan
kalsium, pruritus, mual, muntah dan juga mudah terjadi infeksi pada
saluran perkemihan, pencernaan dan pernafasan, terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit yaitu hipovolemia, hipervolemia,
natrium dan kalium (Brunner & Suddarth, 2008).
10

LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal, pada
keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal
(Hidayati, 2012).
d. Gambaran Klinis Gagal Ginjal Kronik
Menurut Sudoyo (2014) gambaran klinis pada pasien dengan gagal
ginjal kronik, yaitu:
1) Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus,
infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi,
hiperuremia, Lupus Erimatosus Sistemik (LES) dan lain
sebagainya.
2) Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual
muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload),
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang
sampai koma.
3) Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolic, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium dan klorida).
e. Stadium Gagal Ginjal Kronik
Menurut Brunner & Suddarth (2008) perjalanan umum gagal ginjal
progresif dapat dibagi menjadi 3 (tiga) stadium, yaitu :
1) Stadium I, dinamakan penurunan cadangan ginjal. Pada stadium ini
kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita
asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui
dengan test pemekatan kemih dan test Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG) secara seksama.
2) Stadium II, dinamakan insufisiensi ginjal, pada stadium ini, 75%
lebih jaringan yang berfungsi telah rusak, LFG besarnya 25% dari
normal, kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari
11

normal, gejala-gejala nokturia atau sering berkemih di malam hari


sampai 700 ml dan poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan).
3) Stadium III, dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia,
sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya
sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh dan nilai LFG hanya
10% dari keadaan normal.
f. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik
Hal utama yang harus diperhatikan adalah penatalaksanaan
penyakit sesuai dengan penyebab yang mendasarinya. Pencegahan yang
tepat pada pasien gagal ginjal kronik dapat dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal antara lain restriksi protein, kontrol
glukosa, tekanan darah, proteinuria, serta penyesuaian dosis obat-obatan
dan edukasi (Brenner & Lazarus, 2012)
Tatalaksana gagal ginjal kronik berdasarkan LFG terlihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.Rencana Tatalaksana
LFG Rencana
Kategori
(m L/mnt/1,73m²) Tatalaksana
1 ≥ 90 Terapi penyakit dasar, kondisi
komorbid, evaluasi pemburukan fungsi
ginjal, memperkecil resiko
kardiovaskuler.
2 60-89 Menghambat pemburukan fungsi dengan
terapi farmakologi dan nutrisi.
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 < 15 Terapi pengganti ginjal.
Sumber : Brenner dan Lazarus, 2012
2. Hemodialisa
a. Pengertian
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi
sampah buangan. Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap
akhir gagal ginjal atau pasien dengan penyakit akut yang membutuhkan
dialisis waktu singkat (Nursalam, 2008).
12

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien


dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek
(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit
ginjal stadium akhir atau End Stage Renal Disease (ESRD)yang
memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisis
adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang bersifat toksik dari
dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan
Madjid, 2009).
b. Tujuan Hemodialisa
Tujuan dilakukan hemodialisa adalah untuk mengeluarkan zat-zat
nitrogen yang bersifat toksik atau racun dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan.Terdapat tiga prinsip yang mendasari
kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi.Toksin dan zat
limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara
bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat
dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari
semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal
(Hudak & Gallo, 2010).
c. Prinsip yang Mendasari Kerja Hemodialisa
Tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi,
osmosis, ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan
melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki
konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengankonsentrasi yang lebih
rendah (Ozkan & Ulusoy, 2011). Cairan dialisat tersusun dari semua
elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal.
Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien
tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih
tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan
dialisat).Gradient ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan
negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan
13

negatifditerapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada


membran dan memfasilitasi pengeluaran air (Elizabeth, dkk, 2011).
d. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi terapi dialisis mencakup beberapa hal seperti hipotensi,
emboli udara, nyeri dada, gangguan keseimbangan dialisis, dan
pruritus.Masing – masing dari point tersebutdisebabkan oleh beberapa
faktor.Hipotensi terjadi selama terapi dialisis ketika cairan
dikeluarkan.Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian
dialisat asetat, rendahnya dialisis natrium, penyakit jantung,
aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan berat cairan. Emboli
udara terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien (Hudak &
Gallo, 2010 ). Nyeri dada dapat terjadi karena PCO₂ menurun
bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh, sedangkan
gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan
serebral dan muncul sebagai serangan kejang.Komplikasi ini
kemungkinan terjadinya lebih besar jika terdapat gejala uremia yang
berat.Pruritus terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir
metabolisme meninggalkan kulit (Smeltzer & Bare, 2008).
Terapi hemodialisis juga dapat mengakibatkan komplikasi sindrom
disekuilibirum, reaksi dializer, aritmia, temponade jantung, perdarahan
intrakranial, kejang, hemolisis, neutropenia, serta aktivasi komplemen
akibat dialisis dan hipoksemia, namun komplikasi tersebut jarang
terjadi (Brunner & Suddarth, 2008).
e. Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Hemodialisa
Hemodialisis merupakan hal yang sangat membantu pasien sebagai
upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisis tidak dapat
menyembuhkan penyakit ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisis
dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal
(Dani, dkk, 2015).
Pasien hemodialisis harus mendapat asupan makanan yang cukup
agar tetap dalam gizi yang baik.Gizi kurang merupakan prediktor yang
14

penting untuk terjadinya kematian pada pasien hemodialisis.Menurut


Almatsier (2010) syarat-syarat diet penyakit gagal ginjal kronik dengan
hemodialisa yaitu:
1) Pemberian energi yang cukup sebanyak 35 kkal/kgBB ideal/hari
pada pasien Hemodialisis (HD) maupun Continous Ambulatory
Peritoneal Dialysis(CAPD). Bila diperlukan penurunan berat
badan, harus dilakukan secara berangsur (250-500 g/minggu) untuk
mengurangi risiko katabolisme massa tubuh tanpa lemak (Lean
Body Mass).
2) Pemberianprotein tinggiyaitu sebanyak 1-1,2 g/kg BB ideal/hari
pada HD yang terdiri dari 50% protein bernilai biologi tinggi,
untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti
asam amino yang hilang selama dialisis.
3) Pemberian karbohidrat yang cukup, yaitu sebanyak 55-75% dari
kebutuhan energi total.
4) Pemberian lemak dengan normal yaitu sebanyak 15-30% dari
kebutuhan energi total.
5) Pemberian Natrium sesuai dengan jumlah urin yang keluar /24 jam,
yaitu : 1 gram + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1
gram untuk tiap ½ liter urin (HD).
6) Pemberian kalium sesuai dengan urin yang keluar /24 jam, yaitu : 2
gram + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gram
untuk tiap 1 liter urin (HD).
7) Pemberian kalsium yang tinggi, yaitu sebanyak 1000 mg/hari. Bila
perlu, maka akandiberikan suplemen kalsium.
8) Pembatasan fosfor yaitu sebanyak < 17 mg/kg BB ideal/hari.
9) Pembatasan cairan, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500-750 ml.
10) Pemberian suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin
larut air seperti , asam folat, dan vitamin C.
11) Pemberian suplemen enteral yang mengandung energi dan protein
tinggi, jika nafsu makan berkurang.
15

Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau atau sebagian


melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida
jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan
ketat untuk memastikan agar kadar obat-obatan ini dalam darah dan
jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik.
Risiko timbulnya efek toksik akibat obat harus dipertimbangkan
(Hudak & Gallo, 2010).
3. Kepatuhan Diet
a. Pengertian
Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul karena
adanya interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien sehingga
pasien mengetahui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes,
2011).Diet sendiri menurut Kariadi (2009) adalah pengaturan makan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan diet adalahtingkat
kesediaan pasien melaksanakan diet mengikuti pengaturan pola makan
yang dianjurkan oleh ahli gizi yang sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet
Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi
kepatuhan diet adalah:
1) Faktor predisposisi
a) Kepercayaan atau agama yang dianut
Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual
yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang
teguh terhadap agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan
tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya,
demikian juga cara akan lebih baik. Kemauan untuk
melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh
kepercayaan penderita, dimana penderita memiliki
kepercayaan yang kuat dan lebih patuh terhadap anjuran dan
larangan kalau tahu akibatnya.
16

b) Faktor geografis
Lingkungan yang jauh atau jarak yang jauh dari
pelayanan kesehatan memberikan kontribusi rendahnya
kepatuhan.
c) Sikap individu yang ingin sembuh
Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri
individu sendiri.Keinginan untuk tetap mempertahankan
kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol
penyakitnya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan adalah faktor yang menentukan perilaku
seseorang terhadap masalah yang dialaminya. Seseorang yang
memiliki pengetahuan baik akan mudah untuk
mengaplikasikan pengetahuannya menjadi perilaku yang
positif dan memungkinkan pasien dapat mengontrol dirinya
dalam mengatasi masalah yang dihadapi, mempunyai rasa
percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan mempunyai
perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta
mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh pertugas
kesehatan, akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat
membantu individu tersebut dalam membuat keputusan.
2) Faktor reinforcing
a) Dukungan petugas
Dukungan dari petugas sangat penting artinya bagi
penderita sebab petugas adalah pengelola penderita yang
paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap
kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering
berinteraksi, sangat mempengaruhi rasa percaya dan selalu
menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk anjuran-
anjuran yang diberikan.
17

b) Dukungan keluarga
Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling
dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa
senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan
dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan
menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya dengan baik, serta penderita mau
menuruti saran saran yang diberikan oleh keluarga untuk
penunjang pengelolaan penyakitnya.
3) Faktor enabling
Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dalam
memberikan penyuluhan terhadap penderita yang diharapkan
dengan prasarana kesehatan yang lengkap dan mudah terjangkau
oleh penderita dapat lebih mendorong kepatuhan penderita.
c. Cara Pengukuran Kepatuhan Diet
Pengukuran penilaian variabel kepatuhan diet, peneliti akan
menggunakan skala kepatuhan diet yang diadaptasi dan dikembangkan
dari Handayani (2011). Pada pengisian skala ini, sampel diminta untuk
menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari
beberapa alternatif jawaban yang tersedia.
Menurut penelitian Widiany (2017), pengukuran kepatuhan diet
dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu :
1) Patuh, apabila total skor ≥ 75%
2) Tidak patuh, apabila total skor < 75%
Rumus yang digunakan untuk mengukur persentase dari
jawaban, yaitu (Sugiono, 2012):

Persentase = x 100%
18

4. Sikap
a. Pengertian
Sikap adalah sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia
terhadap dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap
stimulus (obyek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan
tindakan yang sesuai dengan obyeknya (Azwar, 2011).
Menurut Sani (2011) pengertian sikap diartikan sebagai suatu
reaksi atau respon yang muncul dari seseorang individu terhadap objek
yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut
dengan cara-cara tertentu.
b. Komponen-komponen Sikap
Menurut Azwar (2009) sikap dibagi menjadi 3 komponen pokok
yaitu :
1) Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai
apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
2) Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek
sikap.Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
memiliki terhadap sesuatu.
3) Komponen Perilaku
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur
sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek
sikap yang dihadapinya.Kaitannya ini didasarkan oleh asumsi bahwa
kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.
Dimana ketiga komponen pokok diatas secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude).
c. Pembentukan Sikap
19

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang


dialaminya oleh individu.Interaksi sosial mengandung arti lebih dari
pada sekedar adanya kontrak sosial dan hubungan antara
individusebagai kelompok sosial.Dalam interaksi sosial, terjadi
hubungan antara saling mempengaruhi diantara individu sebagai
anggota masyarakat.Lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan
antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologi
disekelilingnya(Azwar, 2009).
Dalam interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola
sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Di
antaranya berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap
penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan(Azwar, 2009).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2013), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi sikap yaitu :
1) Pengalaman Pribadi
Tanggapan adalah salah satu dasar terbentuknya sikap.Untuk
dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang merupakan salah satu komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap individu.
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
4) Media Massa
Sarana komunikasi, mempunyai pengaruh beda dalam
pembentukan opini dan kepercayaan individu.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
20

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem


mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
6) Pengaruh Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap yang demikian
dapat merupakan sikap yang sementaradan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih persisten dan bertahan lama.
e. Sifat Sikap
Menurut Maemanah (2014), sikap dapat bersifat positif dan
bersifat negatif, yaitu :
1) Sifat positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
2) Sifat negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
f. Cara Pengukuran Sikap
1) Skala Likert
Merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok
orang tentang fenomena sosial.Skala likert adalah teknik skala non-
komparatif dan unidimensional (hanya mengukur sifat tunggal)
secara alami. Sampel diminta untuk menunjukkan tingkat
kesepakatan melalui pernyataan yang diberikan dengan cara skala
ordinal (Sugiono, 2012). Penilaian pertanyaan yaitu sangat setuju =
4, setuju = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1 dengan
skor tertinggi 4 dan terendah 1. Total skor tertinggi 48 dan
terendah 12 (Sugiono, 2012).
Menurut Azwar (2011), pengukuran sikap diklasifikasikan
menjadi 2 kategori, yaitu :
21

1) Sikap baik, apabila total skor ≥ nilai median.


2) Sikap kurang baik, apabila total skor < nilai median.
g. Hubungan Sikap Pasien dengan Kepatuhan Diet
Berdasarkan hasil penelitian Desitasari, dkk.,(2014) didapatkan
mayoritas sampel bersikap positif terhadap kepatuhan diet yaitu
sebanyak 21 sampel (58,3%). Berdasarkan hasil Chi-square,
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
kepatuhan diet pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Hal ini disebabkan karena sikap merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya perilaku, maka sikap klien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa yang merasa terancam kesehatannya oleh
penyakit yang diderita dan percaya bahwa program pembatasan asupan
diet akan memunculkan sikap positif sehingga cenderung mereka untuk
berperilaku patuh.
Menurut Notoatmodjo (2012) terbentuknya perilaku baru yaitu
sikap dimulai dari domain kognitif dalam arti subjek atau individu
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus berupa materi atau objek
diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada individu dan
terbentuk respon batin yang tampak dalam bentuk sikap individu
terhadap objek yang diketahuinya tersebut.
Penelitian Sari (2009) dengan judul faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan
cairan. Hal ini disebabkan karena sikap merupakan faktor predisposisi
untuk terjadinya perilaku, maka sikap klien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa yang merasa terancam kesehatannya oleh
penyakit yang diderita dan percaya bahwa program pembatasan asupan
diet akan memunculkan sikap positif sehingga cenderung mereka untuk
berperilaku patuh.
22

5. Dukungan Keluarga
a. Pengertian
Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu
individu menyelesaikan suatu masalah. Apabila ada dukungan, maka
rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi
masalah yang akan terjadi dapat meningkat (Tamher dan Noorkasiani,
2009).
Menurut Friedman (2013), dukungan keluarga adalah proses yang
terjadi terus menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan
keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam berbagai
hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu.Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya.Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan.
b. Jenis Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2013) sumber dukungan keluarga terdapat
berbagai macam bentuk seperti :
1) Dukungan informasi
Dukungan informasi adalah keluarga berfungsi sebagai
pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian
saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan suatu masalah.
2) Dukungan penilaian atau penghargaan
Dukungan penilaian adalah keluarga yang bertindak
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber
dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan
support, penghargaan, dan perhatian.
3) Dukungan instrumental
23

Dukungan instrumental adalah keluarga yang merupakan


sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam
hal kebutuhan keuangan, makan, minum dan istirahat.
4) Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang
aman dan damai untuk istirahat, serta pemulihan dan membantu
penguasaan terhadap emosi.Dukungan emosional meliputi dukungan
yang diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian.
c. Sumber Dukungan Keluarga
Sumber dukungan keluarga adalah sumber dukungan sosial
keluarga yang dapat berupa dukungan sosial keluarga secara internal
seperti dukungan dari suami atau istri serta dukungan dari saudara
kandung atau dukungan sosial keluarga secara eksternal seperti paman
dan bibi (Friedman, 2013).
Menurut Gustina & Heryati (2014), dukungan sosial keluarga
mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai
sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yaitu
dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
d. Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi
sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial keluarga
berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun
demikian dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial
keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal.Sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan
dan adaptasi keluarga dan dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga
dapat meningkatkan kesehatan fisik, manajemen, reaksi stress,
produktivitas, kesejahteraan psikologi dan kemampuan penyesuaian diri
(Friedman, 2013).
24

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga


Menurut Purnawan (2009), faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga yaitu:
1) Faktor Internal
a) Tahap perkembangan
Dukungan dapat ditentukan dengan pertumbuhan dan
perkembangan faktor usia, dengan demikian setiap rentang usia
memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan
yang berbeda-beda.
b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman
masa lalu akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
keyakinan adanya penting dukungan keluarga.
c) Faktor emosi
Emosi mempengaruhi sikap individu dalam memberikan
respon dukungan. Respon saat stress cenderung melakukan hal
yang mengkhawatirkan dan merugikan, tetapi saat respon
emosionalnya kecil akan lebih tenang dalam menanggapi.
d) Aspek spiritual
Aspek ini mencakup nilai dan keyakinan seseorang dalam
menjalani hubungan dengan keluarga, teman, dan kemampuan
mencari arti hidup.
2) Faktor eksternal
a) Menerapkan fungsi keluarga
Sejauh mana keluarga mempengaruhi para anggota
keluarga lain saat mengalami masalah kesehatan serta membantu
dalam memenuhi kebutuhan.
b) Faktor sosial ekonomi
Setiap individu membutuhkan dukungan terhadap
kelompok sosial untuk mempengaruhi keyakinan akan
kesehatannya dan cara pelaksanaannya. Biasanya individu dengan
25

ekonomi diatas rata-rata akan lebih cepat tanggap terhadap


masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
c) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi nilai, keyakinan
dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan dan cara
mengatasi masalah kesehatan.
f. Cara Pengukuran Dukungan Keluarga
Pengukuran penilaian variabel dukungan keluarga, peneliti akan
menggunakan skala dukungan keluarga yang diadaptasi dan
dikembangkan dari Riyanti (2017). Pada pengisian skala ini, sampel
diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah
satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Skala ini
menggunakan skala model likert yang terdiri dari pernyataan dengan 3
(tiga) alternatif jawaban yaitu selalu = 3, jarang = 2, dan tidak pernah =
1.
Menurut Azwar (2011), pengukuran dukungan keluarga
diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu :
1) Dukungan keluarga Baik, apabila total skor ≥ nilai median.
2) Dukungan keluarga Tidak baik, apabila total skor <nilai median.
g. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet
Berdasarkan hasil penelitian Syamsiah (2011) dengan judul
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien CKD yang
menjalani hemodialisa didapatkan mayoritas sampel memiliki
dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 87sampel (55,4%). Adapun
proporsi kepatuhan didapatkan lebih besar pada sampel yang mendapat
dukungan keluarga baik yaitu sebesar 59 (67,8%) dibandingkan dengan
sampel yang mendapat dukungan keluarga kurang baik yaitu sebesar 33
(47,1%). Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien CKD
yang menjalani hemodialisa.Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
26

berpengaruh dan menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu


dan dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang diterima.
Berdasarkan hasil penelitian Ahrari, et al (2014) di Iran
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial dengan kepatuhan diet pasien hemodialisis.Keluarga
berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya.Anggota keluarga
juga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jka diperlukan. Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap
penderita yang sakit (Sumigar,dkk., 2015).
Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan terapi
agar dapat mempertahankan status kesehatan keluarga.Keberhasilan
diet hemodialisis dipengaruhi oleh kepatuhan seseorang dalam
menjalankan diet yang dianjurkan. Tanggung jawab dalam pengaturan
makanan akan dipegang oleh pasien dan keluarganya saat berada di
rumah. Dengan demikian, sangat perlu bagi seorang pasien dan
keluarga untuk mengetahui dan memahami pengaturan makanan bagi
pasien (Pratiwi dan Endang, 2009)
6. Pengetahuan Gizi
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya
(Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi,
zat gizi, serta interaksi, antara zat gizi terhadap status gizi dan
kesehatan.Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang
dari konsumsi pangan yang salah atau buruk.Pengetahuan gizi dapat
diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Selain itu, dapat
diperoleh dengan melihat, mendengar sendiri, atau melalui alat-alat
komunikasi seperti, membaca surat kabar dan majalah, mendengar
27

siaran radio dan menyaksikan siaran televisi maupun melalui


penyuluhan kesehatan atau penyuluhan gizi (Suhardjo, 2010).
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan bahan
makanan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua
zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.Pemilihan dan
konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang.Status gizi baik atau optimal terjadi apabila tubuh
memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.Status gizi kurang,
terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi
penting, sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh
zat gizi dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkan efek
yang membahayakan (Almatsier, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan Gizi
Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) terdapat 6 tingkat
pengetahuan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan
tentang suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara
benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan
materi yang sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan
suatu objek atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

5) Sintesis (Synthesis)
28

Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagian-


bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evalusi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman
&Riyanto, 2013). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin cepat menerima dan memahami suatu informasi sehingga
pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011).
2) Informasi / Media Massa
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu.Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan.Semakin
berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-macam media
masa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering
mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan
menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang
yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah
pengetahuan dan wawasannya.
3) Sosial, Budaya dan Ekonomi
29

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran


apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga
akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk
kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka
pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik
maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang
mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki
status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit
untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan.
4) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan
kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak
yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan
yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika
lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan
kurang baik.
5) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain
maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang
tentang suatu permasalahan akan membuat orang tersebut
mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari
pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman
yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila
mendapatkan masalah yang sama.
6) Usia
30

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang


pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah.
d. Cara Pengukuran Pengetahuan Gizi
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
sampel penelitian.Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk
pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis yaitu pertanyaan subjektif dengan essaydan pertanyaan
objektif dengan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah dan
pertanyaan menjodohkan (Notoatmodjo, 2012).
Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut
dengan pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan dapat dinilai
secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari
penilai. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih
disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan
dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaianya akan lebih cepat
(Notoatmodjo, 2012).
Menurut Arikunto(2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori
yaitu:
1) Pengetahuan Gizi Baik, apabila total skor 76 - 100%.
2) Pengetahuan Gizi Sedang, apabila total skor 56 - 75%.
3) Pengetahuan Gizi Kurang, apabila total skor ≤ 55%.
Sedangkan untuk mendapatkan skor pengetahuan dilakukan
perhitungan dengan rumus (Sugiono, 2012) :
umla a aban benar
Skor = x100%
umla pertanyaan
e. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet
Berdasarkan hasil penelitian Desitasari,dkk (2013)
menunjukkan bahwa mayoritas sampel dengan berpengetahuan tinggi
yaitu sebanyak 23 sampel (63,9%). Hasil Chi-square, menunjukkan ada
31

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan diet


pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Faktor pengetahuan adalah faktor yang menentukan perilaku
seseorang terhadap masalah yang dialaminya. Seseorang yang memiliki
pengetahuan baik akan mudah untuk mengaplikasikan pengetahuannya
menjadi perilaku yang positif dan memungkinkan pasien dapat
mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi,
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan
mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta
mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan
yang dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu
tersebut dalam membuat keputusan (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian yang dilakukan Ismail(2012) menunjukkan hasil
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
kepatuhan diet.Menurut peneliti pengetahuan sampel tentang GGK dan
diet bisa saja dipengaruhi oleh seberapa lama penderita menjalani terapi
hemodialisa sehingga informasi yang didapatkan juga sudah banyak
dari berbagai media maupun penyuluhan kesehatan. Seseorang yang
memiliki pendidikan rendah tetapi mendapatkan informasi yang baik
dari berbagai media hal itu akan meningkatkan pengetahuannya.
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
32

B. Kerangka Teori

A. Faktor Predisposisi
(Pendorong) :
1. Kepercayaan atau agama
yang dianut.
2. Faktor geografis
3. Sikap individu yang ingin
sembuh
4. Pengetahuan

B. Faktor Reinforcing (Penguat):


1. Dukungan petugas Kepatuhan Diet pada
2. Dukungan keluarga Pasien Hemodialisa

C. Faktor Enabling
(Pemungkin):
Fasilitas kesehatan

Sumber : Notoatmodjo (2010)


Gambar 1.Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Pengetahuan Gizi

Kepatuhan Diet
Dukungan
pada Pasien
Keluarga
Hemodialisa

Sikap

Gambar 2.Kerangka Konsep


33

D. Hipotesis
Ha : 1. Ada hubungan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pasien
hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali.
2. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
pasien hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali.
3. Ada hubungan sikap dengan kepatuhan diet pasien hemodialisa
di RSUD Pandan Arang Boyolali.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional
analitikdengan pendekatan Cross Sectional.Pengukuran variabel
pengetahuan gizi, dukungan keluarga, sikap dan kepatuhan diet diambil
dalam satu kali pada satu waktu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Pandan Arang Kabupaten
Boyolali, pada bulan Januari - Februari 2019.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2013). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pasien hemodialisa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010).Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
hemodialisa.
Sampel pada penelitian ini memiliki kriteria inklusi dan eksklusi
sebagai berikut :
a) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmojo, 2013).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Pasien hemodialisa yang melakukan HD secara rutin di RSUD
Pandan Arang.
2) Bersedia menjadi sampel penelitian.
3) Mampu berkomunikasi dengan baik.

35
36

4) Pasien dalam keadaan sadar dan kooperatif.


5) Pernah mendapatkan konsultasi gizi dari ahli gizi rumah sakit
mengenai diet hemodialisa.
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana populasi
penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak dapat
memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini yaitupasien yang mengalami penurunan kesadaran.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling.Teknik purposive sampling yaitu penentuan
sampel berdasarkan pertimbangan berdasarkan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi.
4. Besar Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Rumus yang digunakan
adalah (Lemeshow, et al, 1997) :

n= (Z21 – α/2). P (1-P). N


d2 (N – 1) + Z21 – α/2 P (1-P)
Keterangan:
n : Jumlah sampel yang diperlukan
N : Besar populasi
Z : Derajat kepercayaan / nilai distribusi normal baku
(95% Z : 1,96)
P : Proporsi di populasi (karena belum pernah diteliti p= 0,5)
d2 : Derajat ketepatan yang digunakan 15% (0,15)

n= (Z21 – α / 2) P (1-P) N
d2 (N – 1) + Z21 – α/2 P (1-P)
n= (1,96) 2. 0,5 (1-0,5). 95
(0,15)2. (95-1) + (1,96) 2. 0,5 (1-,0,5)
n= 3,8416. 0,5 (0,5). 95

36
37

0,0225. 94 + 3,8416. 0,5 (0,5)


n= 3,8416. 0,25. 95
2,115 + 3,8416. 0,25
n= 177,674
2,115 + 0,9604
n = 91,238
3,0754
n = 29,06dibulatkan menjadi 29
Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel 29
orang. Kemungkinan drop out sebesar 10%, maka besar sampel
minimal 32 orang.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : pengetahuan gizi, dukungan keluarga dan sikap.
2. Variabel Terikat : kepatuhan diet.
E. Definisi Operasional
Tabel 3.Definisi Operasional

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Pengukuran
Operasional
Pengetahuan Kemampuan Kuesioner Skor Rasio
gizi pemahaman pasien pengetahuan pengetahuan
hemodialisa dalam gizi gizi
memahami diet yang
tepat.
Dukungan Sikap, tindakan dan Kuesionerdu Skor Rasio
Keluarga penerimaan keluarga kungan dukungan
terhadap anggotanya. keluarga keluarga

Sikap Sebuah evaluasi Kuesioner Skorsikap Rasio


umum yang dibuat sikap
manusia terhadap
dirinya sendiri atau
orang lain atas reaksi
atau respon terhadap
stimulus yang
menimbulkan
perasaan yang
disertai dengan
tindakan yang sesuai
dengan obyeknya.

37
38

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Pengukuran
Operasional
Kepatuhan Keterlibatan aktif Kuesioner Skor Rasio
diet pasien untuk kepatuhan kepatuhan
mengikuti aturan diet diet diet
sehingga penyakit
gagal ginjal kronik
pada pasien lebih
terkontrol.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Formulir penjelasan kepada sampel penelitian
Digunakan untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan kepada
sampel penelitian.
2. Formulir permohonan menjadi sampel penelitian.
3. Informed Consent (formulir pernyataan kesediaan menjadi sampel).
4. Formulir pengumpulan data
Kuesioner ini dibuat oleh peneliti untuk mengetahui
karakteristik sampel yang meliputi kode sampel penelitian, jenis
kelamin, usia, alamat, pendidikan terakhir, status pekerjaan.
5. Formulir kuesioner pengetahuan gizi
Kuesioner ini digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan gizi
pasien hemodialisa.
6. Formulir kuesioner dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan dukungan eksternal yang sangat
kuat mempengaruhi perilaku pasien yang meliputi dukungan dalam
kehadiran hemodialisa, pemberian motivasi, dukungan dalam
pengaturan diet, cairan dan obat-obatan serta perasaan pasien terhadap
dukungan keluarganya.
7. Formulir kuesioner sikap
Respon pasien dalam menyikapi pelaksanaan program
diet.Digunakan untuk menilai sikap pasien hemodialisa.
8. Kuesioner kepatuhan diet

38
39

Digunakan untuk menilai tingkat kepatuhan diet pasien


hemodialisa.
G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber data
a. Data primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara
khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset
atau penelitian meliputi :
1) Data identitas sampel meliputi nama, usia, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, pendidikan terakhir
2) Pengetahuan gizi.
3) Dukungan keluarga.
4) Sikap.
5) Kepatuhan diet.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan pihak lain
untuk mengutip laporan yang sudah ada. Data sekunder meliputi :
pencatatan rekam medik.
2. Cara pengumpulan data yang digunakan yaitu :
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui keterangan data-
data yang diperlukan oleh peneliti.Wawancara dilakukan untuk
mengetahui identitas sampel, pengetahuan gizi, dukungan
keluarga,sikap dan kepatuhan diet.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu.Teknik pengumpulan data dengan menyelidiki dokumen-
dokumen tertulis berkaitan dengan hal penelitian yang dilakukan,
atas dokumen yang dimiliki oleh sampel.Hasil penelitian dari

39
40

observasi atau wawancara akan menjadi lebih dapat dipercaya


apabila didukung oleh adanya dokumentasi.
H. Teknik Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
Memeriksa data dengan cara melihat kembali hasil
pengumpulan data, baik isi maupun wujud alat pengumpulan data.
Data-data yang melalui proses editing adalah data identitas, data
rekam medis, dukungan keluarga, pengetahuan gizi,sikap dan
kepatuhan diet.
b. Coding
Merupakanupaya klasifikasi data dengan pemberian kode
pada data menurut jenisnya, yaitu memberikan kode pada tiap
variabel pengetahuan gizi, dukungan keluarga, sikap dan kepatuhan
diet. Kemudian tiap variabel dikategorikan sesuai jumlah skor atau
nilai untuk masing masing variabel, sebagai berikut :
1) Menurut Widiany (2017) pengetahuan gizi dikategorikan
sebagai berikut :
a) Kode 1 : Baik (76 - 100%).
b) Kode 2 :Sedang(56 - 75%).
c) Kode 3 : Kurang (≤ 55%).
2) Menurut Azwar (2011) dukungan keluargadikategorikan
sebagai berikut :
a) Kode 1 :Baik (≥ Nilai Median).
b) Kode 2 :Tidak baik (<Nilai Median).
c) Menurut Azwar (2011) pengukuran sikap dikategorikan
sebagai berikut :
a) Kode 1 : Baik ( ≥ Nilai Median).
b) Kode 2 : Tidak baik (< Nilai Median).

40
41

d) Menurut Widiany (2017) kepatuhan dietdikategorikan sebagai


berikut:
a) Kode 1 :Patuh (≥ 75%).
b) Kode 2 : Tidak Patuh (<75%).
c. Tabulating
Tabulating adalah proses menempatkan data dalam bentuk
tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis
yang dibutuhkan.
d. Entry Data
Proses pemasukan data dalam program komputer pada
programSPSS Versi 17.0.
2. Analisis Data
Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini dilakukan uji
statistik dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.Analisis pada
penelitian ini menggunakan 2 jenis analisis yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan dengan mendeskripsikan setiap
variabel dalam penelitian yaitu pengetahuan gizi, dukungan
keluarga, sikap, dan kepatuhan diet.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menghubungkan variabel
bebas dengan variabel terikat.Dalam penelitian ini analisis bivariat
dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan gizi,
dukungan keluarga, sikap dan kepatuhan diet pada pasien
hemodialisa.
Penelitian ini menggunakan uji korelasi atau uji hubungan,
sebelum dilakukan uji hubungan, terlebih dahulu dilakukan uji
kenormalan data dengan menggunakan uji Shapiro Wilk dan
didapatkan hasil bahwa data pengetahuan gizi dan kepatuhan diet
berdistribusi normal, dukungan keluarga dan sikap berdistribusi

41
42

tidak normal, sehingga diuji menggunakan uji Pearson Product


Momentdan uji Rank Spearman.Uji Pearson Product Moment dan
uji Rank Spearman digunakan untuk menganalisis :
a. Hubungan Pengetahuan gizi dengan Kepatuhan diet.
b. Hubungan Dukungan keluarga dengan Kepatuhan diet.
c. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan diet.
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi
sampel.
c. Mengajukan surat izin melakukan penelitian di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan koordinasi dengan pihak RSUD Pandan Arang
Boyolali.
b. Menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi.
c. Menjelaskan mekanisme penelitian yang dilakukan.
d. Mengumpulkan data dengan wawancara langsung untuk pengisian
data identitas sampel penelitian, kuesioner pengetahuan gizi,
kuesioner dukungan keluarga, kuesioner sikap dan kuesioner
kepatuhan diet.
3. Tahap Akhir
a. Memeriksa hasil pengumpulan data baik maupun jumlah lembar
data.
b. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 17.0
c. Hasil yang telah diolah kemudian dibahas melalui analisis data.
d. Penyusunan laporan akhir.

42
43

J. Etika Penelitian
Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi
tempat penelitian dan peneliti itu sendiri.Penelitian ini dilaksanakan
setelah peneliti memperoleh rekomendasi dari pembimbing dan mendapat
izin dari Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakarta. Selanjutnya peneliti
mengajukan permohonan ijin kepada pihak RSUD Pandan Arang Boyolali
untuk mendapatkan persetujuan, kemudian melakukan negoisasi dengan
para sampel dan meminta persetujuannya untuk jadi sampel dengan
menekankan masalah etika yang dilakukan :
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi sampel penelitian)
Tujuannya agar sampel mengetahui maksud dan tujuan
penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data.Jika
sampel bersedia menjadi sampel maka harus menandatangani lembar
persetujuan menjadi sampel penelitian. Jika sampel menolak, maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati (Terlampir).
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas sampel, peneliti tidak
mencantumkan namasampel pada hasil pembahasan penelitian
nantinya.
3. Confidentialy (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh sampel dijamin oleh
peneliti. Informasi yang diberikan oleh sampel serta semua yang
dikumpulkan tanpa nama yang dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Hal ini tidak dipublikasikan atau diberikan kepada orang lain tanpa
seiijin sampel penelitian.
K. Jadwal Penelitian
Terlampir

43
44

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lokasi Penelitian


RSUD Pandan Arang Boyolali adalah Rumah Sakit Umum Daerah
milik Pemerintah dan merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang
terletak di wilayah boyolali, Jawa Tengah.Rumah sakit ini memberikan
pelayanan di bidang kesehatan yang didukung oleh layanan dokter
spesialis serta ditunjang dengan fasilitas medis lainnya (Profil RSUD
Pandan Arang Boyolali, 2018).
RSUD Pandan Arang juga sebagai rumah sakit rujukan dari faskes
tingkat 1, seperti puskesmas atau klinik. RSUD Pandan Arang ini telah
teregistrasi sejak 1 Februari 2016 dengan Nomor Surat Izin
503/2490/30/2012 dan Tanggal Surat Izin 29 Oktober 2012 dari DPRGR
dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai 29 Oktober 2017. Setelah
melangsungkan Metode AKREDITASI Rumah Sakit Seluruh Indonesia
dengan proses Pentahapan III (16 Pelayanan) akhirnya ditetapkan status
Lulus Akreditasi Rumah Sakit. Rumah Sakit Umum ini beralamat di Jl.
Kantil No. 14, Boyolali, Indonesia.RSUD Pandan Arang Boyolali
mempunyai layanan unggulan dalam bagian Bedah Gilut, Pelayanan
PONEK, ICU, Hemodialisa.RSUD ini mempunyai luas tanah 42.179
kmdengan luas bangunan 11.951,92km2(Profil RSUD Pandan Arang
Boyolali, 2018).
Visi RSUD Pandan Arang Boyolali yaitu melayani dengan sepenuh
hati. Adapun misi RSUD Pandan Arang Boyolali sebagai berikut (Profil
RSUD Pandan Arang Boyolali, 2018):
1. Menjadi Rumah Sakit yang berorientasi pada pelayanan paripurna dan
bermutu bagi seluruh lapisan masyarakat.
2. Mendukung Boyolali sehat, produktif, dan berdaya saing dalam
rangka Boyolali Pro Investasi.
45

3. Mewujudkan Boyolali yang maju dan lebih sejahtera ditunjang dengan


sumber daya manusia yang profesional, produktif, dan berkomitmen
serta manajemen mandiri, efektif dan efisien.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
a. Jenis Kelamin
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 20 69
Perempuan 9 31
Total 29 100
Sumber: Data primer yang diolah 2019
Berdasarkan tabel 4 distribusi sampel menurut jenis kelamin
diketahui bahwa sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebesar 69%.
b. Pendidikan Terakhir
Distribusi sampel berdasarkan pendidikan terakhir dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5.Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir n %
Tidak Sekolah 1 3,4
SD Sederajat 7 24,1
SMP Sederajat 4 13,8
SMA Sederajat 14 48,3
PT 3 10,3
Total 29 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2019
Berdasarkan tabel 5 distribusi sampel menurut pendidikan
terakhir diketahui bahwa sebagian besar berpendidikan SMA
sederajat yaitu sebesar 48,3%.
c. Pekerjaan
Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan sampel dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:
46

Tabel 6.Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan n %
Tidak Bekerja 11 37,9
IRT 4 13,8
Buruh 4 13,8
Swasta 3 10,3
Wiraswasta 5 17,2
PNS 2 6,9
Total 29 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2019
Berdasarkan tabel 6 distribusi sampel menurut pekerjaan
diketahui bahwa sebagian besar sampel yang tidak bekerja yaitu
sebesar 37,9%.
d. Pengetahuan Gizi
Distribusi pengetahuan gizi dalam penelitianini dapat dilihat
pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi n % ̅±SD
Baik 14 48,3 16,52±1,99
Sedang 15 51,7
Kurang 0 0
Total 29 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2019
Berdasarkan tabel 7,distribusi sampel menurut pengetahuan
gizi diketahui sebagian besar sampel memiliki tingkat pengetahuan
gizi sedang sebanyak 15 orang (51,7%) dengan rata-rata
pengetahuan gizi16,52±1,99.
e. Dukungan Keluarga
Distribusi sampel berdasarkan dukungan keluarga dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut :
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga n % ̅±SD
Baik 17 58,6 39,17±2,31
Tidak Baik 12 41,4
Total 29 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2019
Berdasarkan tabel 8, distribusi sampel menurut dukungan
keluarga diketahui sebagian besar sampel memiliki dukungan
47

keluarga yang baik sebanyak 17 orang (58,6%) dengan rata-rata


dukungan keluarga 39,17±2,31.
f. Sikap
Distribusi sampel berdasarkan sikap dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut :
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Sikap
Sikap n % ̅±SD
Baik 16 55,2 39,93±4,21
Kurang Baik 13 44,8
Total 29 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2019
Berdasarkan tabel 9, distribusi sampel menurut sikap
diketahui sebagian besar memiliki sikap baik sebanyak 16 orang
(55,2%) dengan rata-rata sikap 39,93±4,21.
g. Kepatuhan Diet
Distribusi sampel berdasarkan kepatuhan diet dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kepatuhan Diet
Kepatuhan Diet n % ̅±SD
Patuh 2 6,9 10,52±2,44
Tidak Patuh 27 93,1
Total 29 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2019
Berdasarkan tabel 10, distribusi sampel menurut kepatuhan
diet diketahui sebagian besar sampel memiliki tingkat kepatuhan
diet tidak patuh sebanyak 27 orang (93,1%) dengan rata-rata
kepatuhan diet 10,52±2,44.
2. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet Pasien
Hemodialisa.
Hubungan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet sampel
dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut:
48

Tabel 11.Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet


Variabel ̅ ±SD r p*
Pengetahuan Gizi 16,52±1,99
0,003 0,712
Kepatuhan Diet 10,52±2,44
* Pearson Product Moment
Berdasarkan tabel 11 diketahui hasil analisis hubungan
pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet didapatkan nilai p = 0,712
yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan
kepatuhan diet pada pasien hemodialisa rawat jalan di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien
Hemodialisa.
Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet sampel
dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 12.Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet
Variabel ̅ ±SD rs p*
Dukungan Keluarga 39,17±2,31
0,220 0,251
Kepatuhan Diet 10,52±2,44
*Rank Spearman
Berdasarkan tabel 12 diketahui hasil analisis hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet didapatkan nilai p = 0,251
yang berarti tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet pada pasien hemodialisa rawat jalan di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
4. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Diet Pasien Hemodialisa.
Hubungan sikap dengan kepatuhan diet sampel dapat dilihat
pada tabel 13 sebagai berikut:
Tabel 13. Hubungan sikap dengan Kepatuhan Diet
Variabel ̅ ±SD rs p*
Sikap 39,93±4,21
-0,138 0,477
Kepatuhan Diet 10,52±2,44
*Rank Spearman
49

Berdasarkan tabel 13 diketahui hasil analisis hubungan sikap


dengan kepatuhan diet didapatkan nilai p = 0,477 yang berarti tidak
ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan diet pada pasien
hemodialisa rawat jalan di RSUD Pandan Arang Boyolali.
C. Pembahasan
1. Karakteristik Sampel
a. Jenis Kelamin
Sampel pada penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 20orang (69%).Secara umum, setiap
penyakit dapat menyerang laki-laki maupun perempuan, tetapi pada
beberapa penyakit seperti gagal ginjal kronik terdapat perbedaan
frekuensi antara laki-laki dan perempuan.Hal ini dapat disebabkan
perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika, atau kondisi
fisiologi (Dani, dkk. 2015).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Desitasari, dkk (2014), dimana jenis kelamin laki-
laki lebih banyak dengan jumlah 22 orang (61,1%) dan perempuan
14 orang (38,9%).Hal ini disebabkan karena faktor pola makan dan
pola hidup sampel laki-laki yang suka merokok dan minum kopi
(Nurchayati, 2011).
Jenis kelamin berkaitan dengan peran kehidupan dan
perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat. Kaum perempuan biasanya yang lebih menjaga
kesehatan dibandingkan dengan laki-laki, pola makan yang tidak
teratur dan sebagian besar laki-laki suka mengkonsumsi minuman
beralkohol serta pada laki-laki juga memiliki kadar kreatinin yang
lebih tinggi daripada perempuan (Sumigar, dkk. 2015).
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan pada penelitian ini didapatkan sebagian
besar sampel memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 14 orang
(48,3%). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
50

dapat mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah


menerima ide-ide dan teknologi, pendidikan memiliki peranan yang
penting dalam menentukan kualitas hidup manusia, melalui
pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan
implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, maka hidup manusia
akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan
menghasilkan pengetahuan yang baik dan mampu menjadikan
hidup lebih berkualitas (Notoatmodjo, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dani (2015)
yang menunjukkan bahwa mayoritas sampel berpendidikan
Menengah (SMP dan SMA) yaitu sebanyak 50,0%. Penderita gagal
ginjal kronik yang memiliki pendidikan yang tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang luas. Hal ini memungkinkan
penderita untuk dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah
yang dihadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,
berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat
untukmengatasi kejadian, mudah mengerti tentang apa yang
dianjurkan oleh petugas kesehatan (Yuliaw, 2009).
c. Pekerjaan
Pada penelitian ini sebagian besar sampeltidak bekerja yaitu
sebanyak 11 orang(37,9%).Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Dani (2015) yang menyatakan pekerjaan sampel pasien
Gagal Ginjal Kronik mayoritas adalah tidak bekerja yaitu sebanyak
37 orang atau 51,4%. Hal ini disebabkan karena sebagian mereka
telah pensiun dan ketidakmampuan untuk melakukan suatu
pekerjaan karena tidak mempunyai kesempatan sehingga mereka
lebih fokus dalam menjalani terapi hemodialisa.Pekerjaan
merupakan kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh penghasilan, besarnya pendapatan yang diterima akan
mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan (Sunaryo, 2004).
51

d. Pengetahuan Gizi
Hasil pengetahuan gizi sampel yaitu sebagian besar memiliki
tingkat pengetahuan gizi sedang sebanyak 15 orang (51,7%). Rata-
rata pengetahuan gizi sampel 16,52±1,99 dengan nilai minimum 13
dan nilai maksimum 21. Faktor penyebab sampel memiliki
pengetahuan gizi sedang adalah tingkat pendidikan sampel yang
sebagian besar SMA sederajat (48,3%). Tingkat pendidikan turut
pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang diperoleh, pada umumnya semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuannya.Tingginya tingkat pendidikan seseorang dapat
digunakan sebagai modal untuk menerima informasi sehingga
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2013).
Faktor pengetahuan adalah faktor yang menentukan perilaku
seseorang terhadap masalah yang dialaminya. Seseorang yang
memiliki pengetahuan baik akan mudah untuk mengaplikasikan
pengetahuannya menjadi perilaku yang positif dan memungkinkan
pasien dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang
dihadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman,
dan mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi
kejadian serta mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh
petugas kesehatan yang dapat mengurangi kecemasan sehingga
dapat membantu individu tersebut dalam membuat keputusan
(Notoatmodjo, 2013).
e. Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian ini dari 29 sampel didapatkan
jumlah dukungan keluarga yang baik yaitu 17 orang (58,6%)
sampel.Rata-rata dukungan keluarga sampel 39,17±2,31 dengan
nilai minimum 33 dan nilai maksimum 42. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Desitasari (2014)
yaitu terdapat 23 orang (63,9%) sampel dengan dukungan keluarga
52

yang baik dan 13 orang (36,1%) sampel dengan dukungan keluarga


yang kurang.
Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya.Anggota keluarga juga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan.Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan
keluarga merupakan suatu bentuk perhatian, dorongan yang
didapatkan individu dari orang lain melalui hubungan interpersonal
yang meliputi perhatian, emosional dan penilaian (Sumigar, dkk.
2015).
f. Sikap
Berdasarkan hasil dari penelitian ini sebagian besar memiliki
sikap yang baik sebanyak 16 orang (55,2%). Rata-rata sikap sampel
39,93±4,21 dengan nilai minimum 33 dan nilai maksimum 48. Hal
ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) terbentuknya
perilaku baru yaitu sikap dimulai dari domain kognitif dalam arti
subjek atau individu mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
berupa materi atau objek diluarnya, sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada individu terbentuk respon batin yang
tampak dalam bentuk sikap individu terhadap objek yang
diketahuinya tersebut.
Sikap mengandung motivasi berarti sikap mempunyai daya
dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap
objek yang dihadapinya.Sikap merupakan faktor penentu dalam
tingkah laku seseorang termasuk dalam memutuskan untuk selalu
taat dalam menjalani terapi hemodialisa.Sikap pasien terhadap
ketaatan yang dijalaninya dapat dinilai dari waktu kedatangan,
tingkat keparahan penyakit, komplikasi penyerta, gagal ginjal yang
makin memburuk (Fitriani, 2010).
53

g. Kepatuhan Diet
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dari 29 sampel terdapat 2
orang (6,9%) sampel yang patuh dan 27 orang (93,1%) sampel
yang tidak patuh menjalankan diet.Rata-rata kepatuhan diet sampel
10,52±2,44 dengan nilai minimum 5dan nilai maksimum 15.
Tingkat kepatuhan adalah sikap yang ditunjukkan oleh penderita
Gagal Ginjal Kronik untuk mematuhi diet yang harus
dijalani.Kepatuhan menurut Niven (2013) bahwa kepatuhan pasien
adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh professional kesehatan.Kepatuhan sebagai ketaatan
pasien dalam melaksanakan tindakan terapi.Kepatuhan pasien
berarti bahwa pasien beserta keluarga harus meluangkan waktu
dalam menjalankan pengobatan yang dibutuhkan termasuk dalam
menjalani diet.
2. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet Pasien
Hemodialisa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada pasien hemodialisa rawat
jalan di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p = 0,712. Rata-rata
pengetahuan gizi 16,52±1,99termasuk dalam kategori pengetahuan gizi
sedangdan rata-rata kepatuhan diet 10,52±2,44 termasuk dalam kategori
tidak patuh terhadap diet. Sampel dengan pengetahuan gizi baik
maupun pengetahuan gizi sedang, juga banyak yang tidak patuh dalam
menjalani diet gagal ginjal kronik.Data tersebut menggambarkan bahwa
semakin baik pengetahuan sampel tidak diikuti dengan semakin patuh
menjalani diet gagal ginjal kronik. Meskipun sampel mempunyai
pengetahuan yang cukup baik tentang diet gagal ginjal kronik, namun
karena gaya hidup atau kebiasaan dalam pola makan sehari-hari yang
masih jauh untuk dapat menjalani diet gagal ginjal kronik dengan ketat.
Selain itu, faktor kondisi ekonomi mempengaruhi kepatuhan diet,
karena semakin tinggi keadaan ekonomi seseorang maka akan semakin
54

mudah orang tersebut tidak mematuhi diet dibandingkan dengan


keadaan ekonomi yang rendah
Berdasarkan hasilpenelitian tersebut, dapat dinyatakan bahwa
pengetahuan gizi bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kepatuhandiet gagal ginjal kronik.Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumilati dan Soleha (2015) yang menyebutkan bahwa
kondisi ekonomi sangat erat kaitannya dengan status kesehatan, karena
semakin tinggi keadaan ekonomi seseorang maka akan semakin mudah
orang tersebut tidak mematuhi diet dibandingkan dengan keadaan
ekonomi yang rendah. Penderita gagal ginjal kronik yang sudah
puluhan kali menjalani terapi hemodialisis cenderung patuh terhadap
diet gagal ginjal kronik karena mereka sudah memahami pengaruh dan
efek bila mereka tidak patuh terhadap diet gagal ginjal kronik yang
dapat mengakibatkan meningkatnya stadium gagal ginjal kronik yang
dapat berpengaruh pada faktor psikologi mereka seperti rasa kurang
percaya diri dan emosi, peran keluarga sangat penting dan berpengaruh
pada pasien gagal ginjal kronik dalam menjalankan kepatuhan diet
gagal ginjal kronik dalam bentuk dukungan moril, selalu menyertai dan
memberi semangat yang tinggi dapat menjadi pemicu kepatuhan pasien
gagal ginjal kronik dalam menjalankan dietnya (Sumilati dan Soleha,
2015).
Faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan gizi
adalah pendidikan terakhir dari sampel penelitian. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan sebagian besar sampel berpendidikan
SMA/sederajat. Menurut Notoatmojo (2013), tingkat pendidikan yang
rendah akan mempersulit seseorang atau masyarakat menerima dan
mengerti pesan-pesan kesehatan yang disampaikan sedangkan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau
masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya
dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal
kesehatan dan gizi.
55

3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien


Hemodialisa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien hemodialisa
rawat jalan di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p = 0,251.
Rata-rata skor dukungan keluarga 39,17±2,31termasuk dukungan
keluarga baikdan rata-rata skor kepatuhan diet 10,52±2,44 termasuk
tidak patuh terhadap diet.Sampel dengan dukungan keluarga baik juga
banyak yang tidak patuh dalam menjalani diet gagal ginjal kronik.Data
tersebut menggambarkan bahwa semakin baik dukungan keluarga
sampel tidak diikuti dengan semakin patuh menjalani diet gagal ginjal
kronik karena dapat disebabkan oleh faktor sampel sendiri.Hal ini
sesuai dengan penelitian Sari (2009) meskipun sampel mendapat
dukungan yang baik dari keluarga dalam penerapan diet, namun sampel
masih belum dapat memperbaiki kebiasaan pola makan, hal ini dapat
disebabkan karena informasi yang diberikan keluarga kepada pasien
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan diet
asupan cairan mereka.Kemungkinan karena informasi tersebut tidak
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau informasi yang
disampaikan kurang jelas sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan
pasien untuk diet asupan cairan.
Menurut Desitasari, dkk (2014), keluarga dapat menjadi faktor
yang sangat berpengaruh dan menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu dan dapat juga menentukan tentang program
pengobatan yang diterima. Keluarga dapat membantu menghilangkan
gangguanpada ketidakpatuhan dan keluarga seringkali dapat menjadi
kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Desitasari, dkk (2014) dengan
judul hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga
terhadap kepatuhan diet pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dukungan
56

keluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan


diet. Menurut Desitasari, dkk(2014)hal ini disebabkan karena masih
banyaknya faktor lain yang mendukung untuk tercapainya status
kesehatan yang optimal klien seperti faktor motivasi dalam diri klien
untuk melakukan pembatasan asupan diet.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet yaitu
status sosial ekonomi. Berdasarkan karakteristik pekerjaan sampel yang
sebesar 37,9% berada pada kategori tidak bekerja. Jika sampel tidak
bekerja maka mereka tidak memiliki penghasilan, padahal biaya yang
harus dikeluarkan untuk melaksanakan terapi hemodialisis cukup
banyak.Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Susetyo (2009), bahwa
biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien cukup besar meliputi obat,
pemeriksaan laboratorium, transportasi, dan hemodialisis, sehingga
klien dapat tidak begitu memperhatikan makanan dan minuman yang
dikonsumsi meskipun semua sampel sudah menggunakan jaminan
kesehatan.
Tingkat pendidikan sampel yang sebagian besar adalah lulusan
SMA atau sederajat, yang berarti sampel sudah mampu memahami
tentang kondisi penyakit, terapi hemodialisa, upaya pencegahan, diet,
dan obat-obatan. Pemahaman sampel yang cukup dan pengalaman
sampel yang banyak tentang cara mengatasi kondisi tubuhnya yang
memburuk akibat diet yang salah dapat membuat sampel tidak
memperdulikan diet yang dianjurkan terlebih ketika akan melakukan
terapi hemodialisis.
Selain itu kemungkinan sampel merasa bahwa dukungan yang
diberikan oleh keluarga tidak sesuai dengan yang dibutuhkan atau
diharapkan oleh sampel.Hasil dari wawancara terhadap sampel
menunjukkan bahwa bentuk dukungan informasi yang diterima sampel
masih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujono, dkk (2010)
bahwa dukungan sosial keluarga dapat bermanfaat positif bagi
kesehatan bila sampel merasakan dukungan tersebut sebagai dukungan
57

yang layak dan sesuai dengan apa yang sampel butuhkan, karena bentuk
dukungan informasi tentang diet dari keluarga kepada sampel kurang
optimal maka sampel kurang peduli pada diet yang dianjurkan. Oleh
karena itu, semua hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet pasien
gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisis harus berjalan selaras
dan seimbang sehingga dengan semua faktor tersebut baik, dapat
meningkatkan kepatuhan diet dan kualitas hidup pasien.
4. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Diet Pasien Hemodialisa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
sikap dengan kepatuhan diet pada pasien hemodialisa rawat jalan di
RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p = 0,477. Rata-rata skor
sikaptermasuk sikap yang baikdan rata-rata skor kepatuhan
diettermasuk tidak patuh terhadap diet.Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar sampel memiliki sikap yang baik namun tidak patuh
terhadap diet. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti
pengalaman baik diri sendiri ataupun orang lain dan budaya. Sikap yang
diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung
terhadap perilaku berikutnya.
Ketidakpatuhan diet pasien menjalani hemodialisis dikarenakan
pasien merasa bosan dengan frekuensi hemodialisis yang dijalani serta
merasa sia-sia dengan menjalani hemodialisis karena tidak memberikan
manfaat untuk kesembuhanyang dibuktikan dengan riwayat hemodialisa
yang lama yaitu lebih dari 1 tahun. Selain itu, faktor usia juga
mempengaruhi kepatuhan diet, karena semakin bertambah usia pasien
maka semakin turun kemauan untuk mengikuti anjuran kepatuhan diet
dan terjadi penurunan fungsi biologis tubuh. Hal ini sesuai dengan
penelitianSyamsiah (2011) diketahui bahwa prediktor ketidakpatuhan
pada usia adalah bahwa usia muda beresiko untuk tidak patuh
dibandingkan usia yang lebih tua.
Masa dewasa juga merupakan periode emas dari perkembangan
fisiologis perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial,
58

sehingga ketika seorang dewasa terganggu tugas perkembangannya,


maka dapat terjadi kekecewaan hingga mengarah pada perilaku-
perilaku maladaptif yaitu tanggapan atau reaksi seseorang yang tidak
sesuai (dapat) menyesuaikan diri dengan lingkungan baik badan
maupun ucapannya.Walaupun demikian, masa dewasa juga merupakan
masa dimana dia memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap berbagai
permasalahan.Namun kondisi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis dengan berbagai permasalahan lanjutan, sering
menyebabkan kelelahan dan akhirnya klien merasa tidak berdaya dan
putus asa, yang berlanjut pada ketidakpatuhan (Syamsiah, 2011).
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti belum bisa mengendalikan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi kepatuhan diet seperti kondisi ekonomi, lama pasien
mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan faktor psikologis.
59

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengetahuan gizi sebagian besar sampel dalam kategori sedangsebesar
51,7% dengan nilai rata-rata 16,52±1,99.
2. Dukungan keluarga sebagian besar sampel dalam kategori baiksebesar
58,6% dengan nilai rata-rata 39,17±2,31.
3. Sikap sebagian besar sampel dalam kategori baik sebesar 55,2%
dengan nilai rata-rata 39,93±4,217.
4. Kepatuhan diet sebagian besar sampeldalam kategori tidak patuh
sebesar 93,1% dengan nilai rata-rata 10,52±2,44.
5. Tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada
pasien hemodialisa (p = 0,673).
6. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada
pasien hemodialisa (p = 0,251).
7. Tidak ada hubungan sikap dengan kepatuhan diet pada pasien
hemodialisa (p = 0,477).
B. Saran
1. Bagi Unit Hemodialisa RSUD Pandan Arang Boyolali
Bagi ahli gizi perlu lebih aktif lagi dalam memberikan
bimbingan atau penyuluhan kesehatan tentang asupan diet gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa agar hasil yang diharapkan lebih
maksimal.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Melakukan penelitian sejenis dengan menambah variabel
kondisi ekonomi, lama pasien mengalami penyakit gagal ginjal kronik
dan faktor psikologis.
60

DAFTAR PUSTAKA

Ahrari S, Moshki M, Bahrami M. 2014. The relationship between social support


and adherence of dietary and fluids restrictions among hemodialysis
patients in Iran.Journal of Caring Sciences 3(1).
Almatsier, S. 2010. PrinsipDasarIlmuGizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Arikunto, S. 2010. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik.Jakarta: Rineka
Cipta.
_______, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S. 2009. SikapManusiaTeoridanPengukurannya.Yogyakarta:
PustakaPelajar.
______,S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
______, S. 2013. MetodePenelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Brenner, B. M., & Lazarus, J. M. 2012.GagalGinjalKronikdalamPrinsip-


prinsipIlmuPenyakitdalamHorrisonEdisi 13. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Budiman & Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dani, R., Utami, G. T., & Bayhakki. 2015. Hubungan Motivasi, Harapan dan
Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal
Kronik untuk menjalani Hemodialisa. JOM2(2).
Desitasari., Utami, G.T., &Misrawati. 2014. Hubungan tingkat pengetahuan,
sikap dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pasien Gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Jurnal Keperawatan 2(3).
Effendi, F. 2009.KeperawatanKesehatanKomunitas: Teori Dan
PraktikDalamKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Firdaus, R. B. 2018. Hubungan Dukungan keluarga dengan kepatuhan diit
pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandan Arang
Boyolali.Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fitriani.2010. Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Perawatan Hemodialisa Di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.Thesis.
Universitas Diponegoro.
61

Friedman. 2010. Buku Ajar KeperawatanKeluarga. Jakarta: ECG.


________. 2013. KeperawatanKeluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Gustina & Heryati. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
diet DM pada pasien DM. Jurnal Keperawatan2(3): 97-107.
Hidayati. 2012. Efektifitas konseling analisis transaksional tentang diet cairan
terhadap penurunan interdyalisis weigh Gain (IDWG) pasien GGK
yang menjalani hemodialisa di RSUD Kardinah Tegal.
Tesis.Universitas Indonesia.
Hill, N., L Oke, J., A. Hirst, J., O Callaghan, C, A., S. Lasserson, D., Richard
Hobbs, F., et al. 2016. Global Prevelances Of Chronic Kidney Disease
– A Systematic Review And Meta-Analysis. PloS ONE: 11(7).
Hudak, S. M. & Gallo.2010. KeperawatanKritispendekatan holistic (Critical
Care Nursing).Edisi 6.Jakarta: EGC.
Ismail. 2012. Hubungan pendidikan, pengetahuan dan motivasi dengan
kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal Ilmu Kesehatan 1(1).
Kariadi, S. H. 2009. Diabetes? SiapaTakut: PaduanLengkapuntuk Diabetes,
Keluarganya, dan Professional Medis.Bandung: PT. MizanPustaka.
Kemenkes.2011. Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011. Jakarta.
_________. 2017. SituasiPenyakitGinjalKronik. Jakarta.
Ozkan, G., and Ulusoy, S. 2011. Acute Complication During
Hemodyalisis.Karadeniz Technical University, School of Medicine,
Department of Nephrology. Turkey
Maemanah. 2014. Hubungan antara sikap terhadap layanan dasar bimbingan dan
konseling dengan Self Disclosure pada peserta didik kelas VII SMP
Negri 3 Purwokerto. Skripsi: UMP.
Mailani, F. & Andriani R. F. 2017.Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis.Jurnal Endurance 2(3).
Muttaqin A, Kumala S. 2011. Gangguan gastrointestinal:
aplikasiasuhankeperawatan medical bedah. Jakarta: SalembaPustaka.
Niven, Neil. 2013. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat dan
Professional Kesehatan lain. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2010. MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
62

___________, S. 2012. PromosiKesehatandanPerilakuKesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.
___________, S. 2013. IlmuPerilakuKesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurchayati, Sofiana. 2011. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RumahSakit Islam Fatimah Cilacap dan Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas. Skripsi.Universitas Indonesia.
Nursalam. 2008. KonsepdanpenerapanMetodologiPenelitianIlmuKeperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
PERNEFRI. 2011. Konsensus Dialisis. Perhimpunan Nefrologi (PERNEFRI).
Jakarta.
__________. 2014. 7thReport of Indonesia Renal Registry.Yogyakarta.
Pratiwi Y, Endang N. 2009. Hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan diit pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD
dr. Soediran Mangun Sumarso. Skripsi.Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Profil RSUD Pandan Arang Boyolali.2018. Profil RSUD Pandan Arang
Boyolali.
Purnawan. 2009. My Blassed Family: Inspirasi Menuju Keluarga Bahagia.
Jakarta: Gunung Mulia.
Richard CJ. 2016. Self-care management in adults undergoing hemodialysis.
Nephrology Nursing Journal33(4): 387-94.
RisetKesehatanDasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
DepartemenKesehatan, Republik Indonesia: Jakarta.
Riyanti, W., Purwanti, E., & Setianingsih, E. 2017.Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan diit pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Dr. Soedirman
Kebumen.Skripsi. Sekolah Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Sani, F.N. 2011. Hubungan tingkat pengetahuan sehat-sakit dengan sikap
mahasiswa UMS tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Jurnal
KesMaDaSKa 2(2).
Sapri, A. 2008. Faktor-faktor yang
MempengaruhiKepatuhandalamMengurangiAsupanCairanpadaPenderit
aGagalGinjalKronik yang MenjalaniHemodialisis di RSUD
dr.H.AbdulMoeloek Bandar Lampung. Skripsi. FK UGM. Yogyakarta.
63

Sari, L. K. (2009).Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam


pembatasan asupan cairan pada klien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa RSUP Fatmawati
Jakarta.Skripsi.Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Sastroasmoro. 2008. Dasar-dasarMetodologiPenelitianKlinis. Jakarta: Sagung
Seto.
Smeltzer, S. & Bare, B. 2008.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner
&Suddart. Jakarta: EGC.
Sriningsih. 2011. Faktor demografi, pengetahuan ibu tentang air susu ibu dan
pemberian asi eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat 6(2).
Sudoyo, A. W. 2014. Buku Ajar IlmuPenyakitDalam. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhardjo.2010. PerencanaanPangandanGizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharyanto, T. &Madjid.2009.
AsuhanKeperawatanpadaKliendenganGangguanSistemPerkemihan.
Jakarta: Trans Info Media.
Sujono., Bambang., dan Yuliani. 2010. Analisis faktor dukungan sosial terhadap
Kepatuhan dalam Menjalani Hemodialisa rutin di Unit Hemodialisa
RSUD Kota Salatiga. Skripsi. Stikes Kusuma Husada: Surakarta.

Sulistyaningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Sumigar G,Rompas S, Pondaag L. 2015. Hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik di Irina C2 dan C4
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.Jurnal Keperawatan 3(1).
Sumilati & Soleha. 2015. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet
pada pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan hemodialisa regular di
Rumah Sakit Darmo Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan 8(2): 131-136.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Supriyadi, Wagiyo, Sekar Ratih Widowati. 2011. Tingkat Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis.Jurnal Kesehatan
Masyarakat 6(2): 107-112.
64

Syamsiah, N.2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien


CKD yang menjalani hemodialisa di RSPAU Dr. Esnawan Antariksa
Halim Perdana Kusuma Jakarta.JUIPERDO4(1).
Tamher, S. &Noorkasiani.2009.
KesehatanUsiaLanjutdenganPendekatanAsuhanKeperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Umayah, E. 2016.Hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan dukungan
keluarga dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani hemodialisa (HD)
rawat jalan di RSUD Kabupaten Sukoharjo.Skripsi.Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Utami, Sri. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Dalam
Pembatasan Diet Dan Asupan Cairan Pada Pasien GGK dengan
Hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010. Skripsi.
Keperawata Poltekkes Medan

Widiany, F. L. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pasien


hemodialisa.Jurnal Gizi Klinik Indonesia14(2): 72-79.
Yuliaw, Anny. 2009. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kualitas Hidup
Dimensi Fisik pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Dr. Kariadi
Semarang.Skripsi.Universitas Muhammadiyah Semarang.
65

Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembuatan proposal

2 Ujian proposal

3 Revisi proposal
danpengurusanperijina
n

4 Pengambilan data
penelitian

5 Analisa data

6 Penyusunanlaporanhas
ilpenelitian

7 Ujianhasilpenelitian

8 Revisihasilpenelitiand
anpengumpulanskripsi
66

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SAMPEL PENELITIAN

Saya Rizqi Ayu Pratiwiakan melakukan penelitian yang berjudul


“Hubungan pengetahuan gizi, dukungan keluarga dan sikap dengan kepatuhan
diet pada pasien hemodialisa di RSUDPandan Arang Boyolali”. Penelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan gizi, dukungan keluarga dan
sikapdengan kepatuhan diet pasien hemodialisa.
A. Keikutsertaan dalam Penelitian
Bapak/Ibu memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan dan bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa dikenakan
denda atau sanksi apapun.
B. Prosedur Penelitian
Apabila bapak/ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,
bapak/ibu diminta untuk menandatangani lembar persetujuan ini dua rangkap,
satu untuk pihak RSUD Pandan Arang Boyolali dan satu untuk peneliti.
Prosedur selanjutnya adalah :
1. Melakukan wawancara kepada Bapak/Ibu untuk menanyakan identitas.
2. Wawancara tentang pengetahuan gizi menggunakan kuesioner
pengetahuan gizi.
3. Wawancara tentang dukungan keluarga menggunakan kuesioner
dukungan keluarga.
4. Wawancara tentang sikap menggunakan kuesioner sikap.
5. Wawancara tentang kepatuhan diet menggunakan kuesioner kepatuhan
diet.
C. Kewajiban Sampel Penelitian
Sebagai sampel penelitian, bapak/ibu berkewajiban mengikuti aturan
atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis diatas.
D. Risiko dan Efek Samping
Penelitian ini tidak menimbulkan risiko dan efek samping apapun.
67

E. Manfaat
Manfaat yang diperoleh sampel adalah mengetahui hasil pengetahuan
gizi, dukungan keluarga, sikap dan kepatuhan diet sebagai acuan untuk
perbaikan.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas sampel penelitian
akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian.
G. Pembiayaan
Semua biaya yang berkaitan dengan penelitianakan ditanggung oleh peneliti.
H. Informasi Tambahan
Pihak RSUD Pandan Arang Boyolali diberikan kesempatan untuk
menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini.
Sewaktu-waktu jika membutuhkan penjelasan lebih lanjut, pihak RSUD
Pandan Arang Boyolali dapat menghubungi: Rizqi Ayu Pratiwi
(081327723899).
68

Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

Sampel yang sayahormati,


Saya yang bertandatangandibawahini :
Nama : Rizqi Ayu Pratiwi
NIM : 2015030099
Mahasiswa Program Studi SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta,
melakukanpenelitiantentang :

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, DUKUNGAN KELUARGA DAN


SIKAP DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN HEMODIALISA DI RSUD
PANDAN ARANG BOYOLALI

Olehkarena itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi sampel.


Jawabanakansayajagakerahasiaannyadanhanyadigunakanuntukkepentingan
penelitian. Atasbantuandankerjasama yang
telahdiberikan.Sayaucapkanterimakasih.

Surakarta, Februari 2019


Penulis

(Rizqi Ayu Pratiwi)


69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88

Lampiran11. Master Tabel

Skor Kat. Skor Kat. Skor Kat. Skor Kat.


No. Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Pengetahuan dukungan dukungan Sikap Sikap kepatuhan Kepatuhan
Id Kelamin (th) Terakhir Gizi Gizi keluarga keluarga diet diet
SMA
1 Laki-laki 57 PNS 17 Baik 42 Baik 42 Baik 12 TidakPatuh
Sederajat
SMP
2 Laki-laki 57 Buruh 15 Sedang 42 Baik 36 KurangBaik 13 TidakPatuh
Sederajat
SMA
3 Laki-laki 42 Buruh 16 Sedang 38 TidakBaik 44 Baik 9 TidakPatuh
Sederajat
SMA
4 Laki-laki 60 TidakBekerja 14 Sedang 40 Baik 48 Baik 10 TidakPatuh
Sederajat
SMA
5 Laki-laki 40 Wiraswasta 17 Baik 37 TidakBaik 40 Baik 5 TidakPatuh
Sederajat
6 Laki-laki 71 SD Sederajat TidakBekerja 16 Sedang 38 TidakBaik 38 KurangBaik 11 TidakPatuh
7 Perempuan 51 TidakSekolah IRT 17 Baik 41 Baik 48 Baik 12 TidakPatuh
8 Laki-laki 64 SD Sederajat TidakBekerja 16 Sedang 40 Baik 48 Baik 15 Patuh
9 Laki-laki 59 SD Sederajat Buruh 13 Sedang 37 TidakBaik 39 Baik 8 TidakPatuh
SMA
10 Perempuan 28 TidakBekerja 16 Sedang 42 Baik 36 KurangBaik 12 TidakPatuh
Sederajat
11 Laki-laki 43 SD Sederajat Wiraswasta 19 Baik 36 TidakBaik 39 Baik 10 TidakPatuh
12 Laki-laki 52 SD Sederajat TidakBekerja 13 Sedang 42 Baik 36 KurangBaik 8 TidakPatuh
SMA
13 Laki-laki 39 Wiraswasta 20 Baik 37 TidakBaik 41 Baik 9 TidakPatuh
Sederajat
SMP
14 Laki-laki 49 TidakBekerja 14 Sedang 38 TidakBaik 33 KurangBaik 11 TidakPatuh
Sederajat
89

15 Perempuan 61 SD Sederajat Buruh 16 Sedang 38 TidakBaik 36 KurangBaik 12 TidakPatuh


16 Laki-laki 27 PT PNS 17 Baik 40 Baik 39 Baik 9 TidakPatuh
17 Laki-laki 60 SD Sederajat TidakBekerja 16 Sedang 42 Baik 36 KurangBaik 12 TidakPatuh
SMA
18 Laki-laki 31 TidakBekerja 19 Baik 39 Baik 37 KurangBaik 8 TidakPatuh
Sederajat
SMA
19 Perempuan 48 Wiraswasta 17 Baik 42 Baik 38 KurangBaik 13 TidakPatuh
Sederajat
SMA
20 Perempuan 49 IRT 17 Baik 40 Baik 36 KurangBaik 13 TidakPatuh
Sederajat
SMP
21 Perempuan 40 IRT 16 Sedang 40 Baik 43 Baik 6 TidakPatuh
Sederajat
22 Laki-laki 70 PT TidakBekerja 18 Baik 36 TidakBaik 40 Baik 11 TidakPatuh
SMA
23 Laki-laki 38 Swasta 19 Baik 42 Baik 38 KurangBaik 10 TidakPatuh
Sederajat
SMA
24 Perempuan 40 IRT 21 Baik 39 Baik 47 Baik 8 TidakPatuh
Sederajat
SMP
25 Laki-laki 52 Swasta 15 Sedang 33 TidakBaik 39 Baik 12 TidakPatuh
Sederajat
SMA
26 Perempuan 57 Wiraswasta 15 Sedang 37 TidakBaik 37 KurangBaik 13 TidakPatuh
Sederajat
SMA
27 Laki-laki 37 Swasta 18 Baik 41 Baik 36 KurangBaik 9 TidakPatuh
Sederajat
28 Laki-laki 57 PT TidakBekerja 18 Baik 39 Baik 44 Baik 15 Patuh
SMA
29 Perempuan 26 TidakBekerja 14 Sedang 38 TidakBaik 44 Baik 9 TidakPatuh
Sederajat
90

Lampiran22. Output SPSS


OUTPUT SPSS
1. UjiKenormalan
Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

*
PengetahuanGizi .128 29 .200 .969 29 .533

*
DukunganKeluarga .130 29 .200 .921 29 .032

Sikap .174 29 .026 .904 29 .012

Kepatuhan Diet .142 29 .142 .965 29 .430

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

2. Frequency
JenisKelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 20 69.0 69.0 69.0

Perempuan 9 31.0 31.0 100.0

Total 29 100.0 100.0

PendidikanTerakhir
91

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TidakSekolah 1 3.4 3.4 3.4

SD Sederajat 7 24.1 24.1 27.6

SMP Sederajat 4 13.8 13.8 41.4

SMA Sederajat 14 48.3 48.3 89.7

PT 3 10.3 10.3 100.0

Total 29 100.0 100.0

PekerjaanSampel

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TidakBekerja 11 37.9 37.9 37.9

IRT 4 13.8 13.8 51.7

Buruh 4 13.8 13.8 65.5

Swasta 3 10.3 10.3 75.9

Wiraswasta 5 17.2 17.2 93.1

PNS 2 6.9 6.9 100.0

Total 29 100.0 100.0


92

KategoriPengetahuanGizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 14 48.3 48.3 48.3

Sedang 15 51.7 51.7 100.0

Total 29 100.0 100.0

KategoriDukunganKeluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 17 58.6 58.6 58.6

TidakBaik 12 41.4 41.4 100.0

Total 29 100.0 100.0


93

KategoriSikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 16 55.2 55.2 55.2

KurangBaik 13 44.8 44.8 100.0

Total 29 100.0 100.0

KategoriKepatuhan Diet

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Patuh 2 6.9 6.9 6.9

TidakPatuh 27 93.1 93.1 100.0

Total 29 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PengetahuanGizi 29 13 21 16.52 1.993

DukunganKeluarga 29 33 42 39.17 2.316

Sikap 29 33 48 39.93 4.217

Kepatuhan Diet 29 5 15 10.52 2.444

Valid N (listwise) 29
94

3. UjiHubunganRank Spearman’s
Correlations

DukunganKe Kepatuhan
luarga Sikap Diet

Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient -.207 1.000 -.138

Sig. (2-tailed) .282 . .477

N 29 29 29

DukunganKe Correlation Coefficient 1.000 -.207 .220


luarga
Sig. (2-tailed) . .282 .251

N 29 29 29

4. UjiHubunganPearson Product Moment


Correlations

PengetahuanGizi Kepatuhan Diet

PengetahuanGizi Pearson Correlation 1 -.072

Sig. (2-tailed) .712

N 29 29

Kepatuhan Diet Pearson Correlation -.072 1

Sig. (2-tailed) .712

N 29 29
95
96
97
98
99

Lampiran 13. Dokumentasi

DOKUMENTASI

Wawancara Kuesioner pada sampel penelitian

Anda mungkin juga menyukai