Anda di halaman 1dari 83

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT


PADA PENDERITA TB PARU
DI RSUD TUGU JAYA
TAHUN 2022

OLEH :

NIA RUSPIANA
NPM. 20142019124.P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2022
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT
PADA PENDERITA TB PARU
DI RSUD TUGU JAYA
TAHUN 2022

OLEH :

NIA RUSPIANA
NPM. 20142019124.P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2022
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT
PADA PENDERITA TB PARU
DI RSUD TUGU JAYA
TAHUN 2022

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


memperoleh gelar

SARJANA KEPERAWATAN

OLEH :

NIA RUSPIANA
NPM. 20142019124.P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2022

ii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) BINA HUSADA
PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Skripsi. 2 Juni 2022
NIA RUSPIANA
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI RSUD TUGU JAYA
TAHUN 2022
(xxvi + 55 halaman, 6 tabel, 5 bagan, 4 lampiran)

Ketidakpatuhan pasien TB dalam mengkonsumsi obat , akan meningkatkan


resistensi terhadap OAT yang menyebabkan pengobatan akan semakin lama dan sulit.
Dukungan keluarga mempunyai peran penting dalam mengupayakan agar penderita
patuh minum obat sehingga pengobatannya bisa dijalanai secara teratur dan tuntas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya.
Penelitian ini dilakukan pada 13 Mei sampai dengan 30 Mei 2022. Penelitian ini
menggunakan dessain cross sectional, Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien TB Paru dari mulai Januari sampai dengan Maret 2022 yang tidak resisten
terhadap pengobatan Lini I dan mendapatkan terapy OAT di RSUD Tugu Jaya.
Sampel pada penelitian adalah pasien TB Paru, sampel berjumlah 32 orang,
pengambilan sampel menggunakan tekhnik total sampling. Instrument penelitian
menggunakan kuesioner Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS) dan
Kuesioner Dukungan Keluarga, kemudian dianalisis secara Univariat dan Bivariat
dengan uji Fisher Exact Test
Hasil penelitian berdasarkan distribusi dukungan keluarga penderita TB Paru
di RSUD Tugu Jaya dari 32 responden sebagian besar memiliki dukungan yang baik
sebanyak 27 responden (84.4%), Distribusi kepatuhan minum obat penderita TB Paru
di RSUD Tugu Jaya dari 32 responden sebagian besar patuh terhadap pengobatan
sebanyak 28 responden (87.5%). Hasil uji statistik dengan menggunakan fisher exact
test didapatkan nilai p = 0.000 (p<0.05) yang artinya ada hubungan yang bermakna
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat TB Paru.
Diharapkan pihak RSUD Tugu Jaya bisa menjadikan penelitian ini sebagai
masukan dalam perencanaan program selanjutnya serta Pihak RSUD Tugu Jaya
mampu mengoptimalkan peran keluarga dan melakukan evaluasi pada penderita yang
tidak patuh dalam pengobatan.

Kata Kunci : Dukungan keluarga, kepatuhan minum obat, tuberkulosis


Daftar Pustaka : 37 (2011 – 2022)

iii
ABSTRACT
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCES (STIK) BINA HUSADA PALEMBANG
NURSING STUDY PROGRAM
Thesis.2 June 2022
NIA RUSPIANA
THE RELATED OF FAMILY SUPPORT WITH THE MEDICATION
ADHERENCE IN TUBERCULOSIS PATIENT IN THE TUGU JAYA
HOSPITAL IN 2022
(xxvi + 55 pages, 6 tables, 5 charts, 4 appendices)

Non-compliance of TB patients in taking drugs will increase resistance to


OAT which causes treatment to be longer and more difficult. Family support has an
important role in making patients obedient to taking medication so that their
treatment can be carried out regularly and thoroughly.
The purpose of this study was to determine the related of family support with
the medication adherence in tuberculosis patient in the Tugu Jaya Hospital in 2022.
This study was conducted on May 13 to May 30, 2022. This study used a cross
sectional design. The population in this study were all pulmonary TB patients from
January to March 2022 who were not resistant to line I treatment and received OAT
therapy at Tugu Jaya Hospital. . The sample in this study was pulmonary TB patients,
the sample amounted to 32 people, sampling using total sampling technique. The
research instrument used a Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS)
questionnaire and a Family Support Questionnaire, then analyzed univariately and
bivariately with the Fisher Exact Test.
The results of the study were based on the distribution of family support for
pulmonary TB patients at Tugu Jaya Hospital, from 32 respondents, most of them had
good support as many as 27 respondents (84.4%), Distribution of adherence to taking
medication for pulmonary TB patients at Tugu Jaya Hospital, from 32 respondents,
most of them were obedient to treatment as much as 28 respondents (87.5%). The
results of statistical tests using Fisher's exact test obtained p value = 0.000 (p <0.05),
which means that there is a significant relationship between family support and
adherence to taking pulmonary TB medication.
It is hoped that the Tugu Jaya Hospital can use this research as input in
planning further programs and the Tugu Jaya Hospital can optimize the role of the
family and evaluate patients who do not comply with treatment.

Keywords: Family support, medication adherence, tuberculosis


Bibliography: 37 (2011 – 2022

iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nia Ruspiana


Tempat/ tanggal lahir : Muara Penimbung 22 Desember 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama orang tua :
Ayah : Djalil
Ibu : Huzaimah
Alamat : Lubuk Makmur, Lempuing Jaya

Riwayat Pendidikan : Tahun 1994 - 2022


SDN 1 Lubuk Seberuk : Tahun 1994 - 2000
SLTPN 8 Kayu Agung : Tahun 2000 - 2003
SMAN 3 Kayu Agung : Tahun 2003 - 2006
STIK Siti Khadijah Palembang : Tahun 2006 - 2009
STIK Bina Husada : Tahun 2020 - 2022
Riwayat Pekerjaan :
RSUD Tugu Jaya : 2010 - Sekarang

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Kupersembahkan Kepada :

 Ayahandaku Djalil, S.Pd., MM dan Ibundaku Huzaimah S.Pd yang senantiasa


mendoakan dan memberikan semangat
 Kakakku Jazaudin, M.Pd, Andriansah M.Pd dan Adiku Nur Arifah, S.Si
terima kasih atas supportnya
 Suamiku Ahmad Rifai, S.IP, yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk terus bertumbuh dan menjadi manusia yang lebih bermanfaat
 Ketiga Anaku Ahmad Ghozy Fillah, Humaira Wafda Ahmad dan Ahmad
Zadit Taqwa, terima kasih atas segala pengertiannya, maafkan umi telah
melewatkan banyak waktu tanpa kalian

Motto :
“Barang siapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga. HR. Muslim”

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur yang terhingga kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pada
Penderita Tb Paru Di Rsud Tugu Jaya”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep). Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ns. Ersita, S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIK Bina Husada Palembang
sekaligus sebagai Pembimbing yang telah memberikan banyak masukan
serta kemudahan dalam proses bimbingan
2. dr.M. Tito Aristian selaku direktur RSUD Tugu Jaya yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di RSUD Tugu Jaya
3. Ns. Kardewi, S.Kep ., M.Kes selaku ketua program studi ilmu
keperawatan STIK Bina Husada Palembang dan sebagai Penguji II yang
telah banyak memberikan banyak masukan dan koreksi sehingga hasil
penelitian ini menjadi lebih baik
4. Ns. Hili Aulianah S.Kep.,M.Kes sebagai Penguji I yang telah banyak
memberikan saran dan masukan
5. Eli dan Rere yang sebagai Staf Laboratorium RSUD Tugu Jaya yang telah
banyak membantu dalam proses penelitian ini
6. Teman – teman seperjuangan Sri Yani, Nopi Eprianti, Fitria, Virly Julia,
Supiati, E g a y a k a terimakasih atas kerja samanya

Semoga apa yang Peneliti tuangkan dalam skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi orang banyak.
Tugu Jaya , Juni 2022

Nia Ruspiana

ix
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ viii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
1.5.1 Bagi STIK Bina Husada ................................................................ 6
1.5.2 Bagi RSUD Tugu Jaya .................................................................. 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
2.1 Pengertian Tuberkulosis .......................................................................... 8
2.1.2 Etiologi Tuberkulosis .................................................................... 8
2.1.3 Patofisiologi .................................................................................. 9
2.1.4 Gejala ............................................................................................ 10
2.1.5 Faktor Resiko ................................................................................ 11
2.1.6 Diagnosis ....................................................................................... 11
2.1.7 Pengobatan Tuberkulosis .............................................................. 17
2.2 Kepatuhan Pengobatan ............................................................................. 15
2.2.1 Pengertian Kepatuhan Pengobatan ................................................ 15
2.2.2 Pengukuran Kepatuhan Minum Obat ............................................ 17
2.3 Keluarga .................................................................................................. 18
2.3.1 Pengertian Keluarga ...................................................................... 18
2.3.2 Tipe Keluarga ................................................................................ 18
2.3.3 Fungsi Keluarga ............................................................................ 19
2.4 Dukungan Keluarga ................................................................................ 20
2.5 Jurnal Terkait .......................................................................................... 22
2.6 Kerangka Teori ........................................................................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 26
3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 26

x
3.2.1 Lokasi penelitian .......................................................................... 26
3.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 26
3.3.1 Populasi ........................................................................................ 26
3.3.2 Sampel............................................................................................ 26
3.3.3 Teknik Sampling .......................................................................... 27
3.4 Kerangka konsep ...................................................................................... 27
3.5 Defenisi operasional ................................................................................. 28
3.6 Hipotesis .................................................................................................. 32
3.7 Pengumpulan Data ................................................................................... 32
3.7.1 Data primer .................................................................................. 32
3.7.2 Data sekunder ............................................................................... 32
3.8 Tekhnik Pengolahan Data ........................................................................ 32
3.9 Tekhnik Analisa Data .............................................................................. 33
3.9.1 Analisa Univariat ......................................................................... 33
3.9.2 Analisa Bivariate ........................................................................... 33
3.10 Alat Pengumpulan Data .......................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 37
4.1 Gambaran umum lokasi penelitian ............................................................ 37
4.2 Visi dan Misi RSUD Tugu Jaya ................................................................ 37
4.3 Analisis Univariat ...................................................................................... 39
4.3.1 Karakteristik Subyek Penelitian ....................................................... 39
4.3.2 Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat .......................... 40
4.4 Analisis Bivariat ........................................................................................ 42
4.5 Pembahasan ............................................................................................... 43
4.5.1 Karakteristik Penderita TB Paru ..................................................... 43
4.5.2 Distribusi Dukungan Keluarga Penderita Tb Paru ......................... 44
4.5.3 Distribusi Kepatuhan Minum Obat Penderita Tb Paru ................... 46
4.5.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat .. 47
4.6 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 50
5.1 Simpulan ................................................................................................... 50
5.2 Saran .......................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52
LAMPIRAN ................................................................................................... xvi

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Dosis Rekomendasi OAT ........................................................................ 14


3.1 Defenisi Operasional ................................................................................ 28
4.1 Karakteristik Penderita TB Paru .............................................................. 39
4.2 Distribusi Dukungan Keluarga Penderita TB Paru .................................. 40
4.3 Distribusi Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru ........................... 41
4.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita
TB Paru ..................................................................................................... 42

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Alur Diagnosis TB .................................................................................... 15
2.2 Kuesioner MMAS-8 ................................................................................ 17
2.3 Kerangka Teori ........................................................................................ 25
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................... 27
3.2 Kuesioner MMAS-8 terjemahan bahasa Indonesia.................................. 36

xiii
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Nama Pemakaian pertama


kali pada halaman
TB : Tuberkulosis 1
WHO : World Health Organization 1
SITB : Software Sistem Informasi TB 1
BPS : Badan Pusat Statistik 2
BTA : Bakteri Tahan Asam 2
OAT : Obat Anti Tuberkulosis 4
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah 5
HIV : Human Immunodefeciency Virus 10
RHZE : Rifampicin, Isoniazid, Pirazinamid, Etambutol 13
RH : Rifampicin, Isoniazid 13
MMAS : Morinsky Medication Adherence Scale 16

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian .................................................................. xvi
Lampiran 2. Hasil Output SPSS ...................................................................... xxi
Lampiran 3. Permohonan Izin Penelitian ....................................................... xxiv
Lampiran 4. Keterangan Selesai Penelitian ..................................................... xxv
Lampiran 5. Dokumentasi ................................................................................ xxvi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) paling sering menyerang organ paru dan juga bisa

menyerang organ lainnya. Penyakit ini menular yang penyebabnya adalah bakteri

mycobacterium tuberculosis (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Sepuluh penyakit

yang menyebabkan kematian di dunia salah satunya adalah Tuberkulosis (Suarez,

2019). Tuberkulosis merupakan salah satu masalah utama kesehatan global, meskipun

banyak negara yang telah melakukan berbagai macam upaya untuk

menanggulanginya (Muniroh et al, 2013). Berdasarkan data WHO (2017) telah

dilaporkan bahwa di dunia penderita TB sekitar 10 juta jiwa dan yang meninggal

dunia sebesar 1,6 juta jiwa.

Negara yang menduduki urutan pertama kasus TB terbanyak adalah India, disusul

China dan yang ketiga adalah Indonesia (WHO, 2018). Di Indonesia pada tahun 2021

terdapat 385.295 kasus penderita Tuberkulosis, kasus ini telah berhasil ditemukan dan

diobati. (SITB, 2022). Jumlah ini menurun karena di tahun 2020 penderita

Tuberkulosis yang berhasil ditemukan dan diobati sebesar 393.323 jiwa. (Global TB

Report, 2021). Di Indonesia TB Paru menempati urutan ke empat sebagai penyebab

kematian, diperkirakan 98 ribu penderita Tuberkulosis meninggal setiap tahunnya.

Pemerintah Indonesia menetapkan agar pencapaian pengobatan Tuberkulosis harus

1
2

mencapai 90% dan menargetkan bahwa Indonesia eleminasi TB Pada tahun 2030 dan

di tahun 2050 Indonesia bebas TB (Kemenkes RI, 2018).

Pada tahun 2019 kasus TB Paru dengan BTA positif di Sumatera Selatan

sebesar 17.311 kasus dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 7.325 kasus, di

tahun 2020 turun sebesar 9.382 kasus dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar

9.015 kasus dan di tahun 2021 kasus TB Paru di Sumatera Selatan naik sebesar

13.514 kasus dengan angka keberhasilan pengobatan yang turun yaitu 4911 kasus.

Dari data tersebut menggambarkan bahwa masih tingginya kasus TB Paru dan masih

rendahnya angka keberhasilan pengobatan TB Paru di Sumatera Selatan (BPS

Sumsel, 2022).

Menurut Kemenkes, (2020) Pengobatan Tuberkulosis Paru untuk lini 1

terdiri dari 2 tahapan yaitu yang pertama adalah tahap intensif, pada tahap ini

pengobatan dilakukan selama 2 bulan. Tahap ke dua adalah lanjutan, pada tahap ini

lama pengobatan adalah 4-6 bulan. Pasien TB Paru dapat disembuhkan apabila

pengobatan dilakukan dengan disiplin sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jika

pasien putus obat, maka hal ini akan membuat bakteri aktif kembali bahkan akan

membuat bakteri tersebut resisten terhadap obat.

Tidak tercapainya pengobatan TB dikarenakan besarnya angka

ketidakpatuhan dalam pengobatan, sehingga menyebabkan kegagalan pengobatan.

Ketidakpatuhan pasien TB dalam menjalani pengobatan akan menyebabkan tingkat

kesembuhan rendah, terjadinya resistensi terhadap OAT sehingga penyakit TB akan

sangat sulit untuk disembuhkan dan juga angka kematian akan semankin meningkat
3

(Irnawati, 2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam minuman obat

anti tuberkulosis yaitu tingkat pengetahuan pasien tentang tuberculosis, motivasi

untuk sembuh, jarak, biaya berobat, efek samping obat, dukungan keluarga, dan peran

dari petugas kesehatan pengobatan tuberculosis (Tukayo, 2020).

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi kepatuhan pengobatan TB dimana keluarga berfungsi sebagai sistem

pendukung bagi anggota keluarganya yang sakit, selain itu keluarga juga siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Irnawati, 2016). . Jika

seseorang berada dalam lingkungan keluarga yang suportif umumnya memiliki

kondisi kesehatan yang lebih baik, karena dukungan keluarga dianggap dapat

mengurangi atau menyangga efek kesehatan mental individu (Friedman, 2013).

Dukungan keluarga penting untuk penderita penyakit kronis seperti tuberculosis

sebab dengan dukungan tersebut akan mempengaruhi perilaku individu, seperti

penurunan rasa cemas, rasa tidak berdaya dan putus asa sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan status kesehatan penderita (Ratnasari, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan Trilianto, Arif et.al (2020) di Kabupaten

Bondowoso menunjukan bahwa ada hubungan antara motivasi keluarga dengan

kepatuhan pengobatan pada pasien tuberculosis. Serupa dengan Penelitian yang telah

dilakukan Farida (2021) di Puskesmas Gandrung, Madiun bahwa hasil dari penelitian

tersebut menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

terhadap tingkat kesembuhan pasien Tuberkulosis.


4

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil survey pendahuluan yang

dilakukan Peneliti pada tanggal 14 Maret 2022 di RSUD Tugu Jaya didapatkan data

kasus TB Paru BTA positif pada tahun 2020 sebanyak 40 orang dengan kasus gagal 8

orang, sedangkan di tahun 2021 sebanyak 45 orang dengan kasus gagal sebanyak 7

orang. Pasien TB Paru BTA positif dari 1 Januari sampai dengan 14 Maret 2022 yang

dalam pengobatan OAT sebanyak 32 orang. Hasil dari 5 orang yang diberikan

kuesioner dukungan keluarga didapatkan 4 orang memiliki dukungan baik dan 1

orang memiliki dukungan tidak baik. Ketidakpatuhan pasien TB dalam

mengkonsumsi obat , akan meningkatkan resistensi terhadap OAT yang

menyebabkan pengobatan akan semakin lama dan sulit. Dukungan keluarga

mempunyai peran penting dalam mengupayakan agar penderita patuh minum obat

sehingga pengobatannya bisa dijalanai secara teratur dan tuntas.

Dari uraian tersebut Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya.

1.2 Rumusan Masalah

Ketidakpatuhan pasien TB dalam mengkonsumsi obat , akan meningkatkan

resistensi terhadap OAT serta akan semakin banyaknya dijumpai penderita dengan

kasus TB. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan Peneliti pada

tanggal 14 Maret 2022 di RSUD Tugu Jaya didapatkan 8 kasus gagal pengobatan di

tahun 2020 dan 7 kasus gagal di tahun 2021. Hasil dari 5 orang yang diberikan
5

kuesioner dukungan keluarga didapatkan 1 orang memiliki dukungan tidak baik.

Dukungan keluarga mempunyai peran penting dalam mengupayakan agar penderita

patuh minum obat, keluarga juga berperan sebagai pengawas minum obat sehingga

penderita mampu mengkonsumsi obat secara teratur dan tuntas. Dari uraian tersebut

bisa disimpulkan bahwa belum diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik penderita

TB Paru di RSUD Tugu Jaya yang terdiri dari usia, jenis kelamin,

pekerjaan dan pendidikan

2. Diketahuinya distribusi frekuensi dukungan keluarga pada penderita TB

Paru di RSUD Tugu Jaya.


6

3. Diketahuinya distribusi frekuensi kepatuhan minum obat pada penderita

TB Paru di RSUD Tugu Jaya.

4. Diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi STIK Bina Husada

Penelitian ini bisa digunakan sebagai literature di Perpustakan STIK Bina

Husada serta masukan bagi pengembangan Program Studi

1.5.2 Bagi RSUD Tugu Jaya

Sebagai evaluasi dan juga masukan dalam perencanaan program selanjutnya

serta Pihak RSUD Tugu Jaya mampu mengoptimalkan peran kelurga demi

keberhasilan pengobatan TB Paru.

1.5.3 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan peneliti dalam mengidentifikasi suatu masalah

secara sistematik, serta peneliti mampu mempraktekan ilmu metode penelitian secara

langsung.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan area kajian ilmu keperawatan yaitu Keperawatan

Keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Dukungan

Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Tb Paru. Penelitian telah
7

dilaksanakan pada 13 Mei sampai dengan 30 Mei 2022 di RSUD Tugu Jaya.

Penelitian ini menggunakan dessain cross sectional, sampel dalam penelitian ini

adalah semua pasien TB Paru dari mulai Januari sampai dengan Maret 2022 yang

tidak resisten terhadap pengobatan Lini I dan mendapatkan terapy OAT di RSUD

Tugu Jaya yaitu sebesar 32 sampel. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik total

sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner Morinsky Medication

Adherence Scale (MMAS) dan Kuesioner Dukungan Keluarga, kemudian dianalisis

secara Univariat dan Bivariat dengan uji Fisher Exact Test


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis

2.1.1 Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) paling sering menyerang organ paru dan juga bisa

menyerang organ lainnya. Penyakit ini menular yang penyebabnya adalah bakteri

mycobacterium tuberculosis (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Sepuluh penyakit

yang menyebabkan kematian didunia salah satunya adalah Tuberkulosis (Suarez,

2019). Tuberkulosis merupakan salah satu masalah utama kesehatan global, meskipun

banyak negara yang telah melakukan berbagai macam upaya untuk

menanggulanginya (Muniroh et al, 2013). Berdasarkan data WHO (2017) telah

dilaporkan bahwa di dunia penderita TB sekitar 10 juta jiwa dan yang meninggal

dunia sebesar 1,6 juta jiwa

Mycobacterium Tuberculosis mempunyai ukuran 0.5-3 um yang termasuk

basil tahan asam. Bakteri ini ditularkan melalui droplet ketika penderita batuk atau

bersin. Droplet bisa bertahan hidup diudara dalam hitungan menit sampai jam setelah

proses ekspektorasi (Amanda, 2018)

8
9

2.1.2 Etiologi Tuberkulosis

Penyebab dari Tuberkulosa paru adalah kuman kelompok mycobacterium

spesifiknya adalah Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini mempunyai sifat aerob

yang akan mati apabila terkena sinar matahari dan bisa bertahan dilingkungan yang

lembab (Fitriani, 2020). Mycobacterium Tuberculosis merupakan bakteri yang tahan

asam karena memiliki dinding sel lipoid, bakteri ini akan mati jika terkena Lysol 5%

dan alkohol 70% (Danusantoso, 2013).

2.1.3 Patofisiologi

Ketika sesorang bernafas dan berhasil menghirup Mycobacterium

Tuberculosis selanjutnya bakteri tersebut sampai ke alveoli melalui mukosiliar

saluran pernafasan. Kemudian terjadilah focus ghon yaitu bakteri tersebut mengalami

multiplikasi ketika berada didalam paru-paru dengan melewati kelenjar limfe basil

sehingga bisa sampai pada kelenjar limfe halus.setelah proses tersebut terbentuklah

kompleks primer yang menyebabkan basil mampu menyebar masuk ke pembuluh

darah dan disalurkan ke seluruh tubuh (Fitriani, 2020).

Setelah inhalasi, bakteri ekstraseluler dan intraseluler mengalami

pertumbuhan ditingkat atas paru-paru yang memiliki ventilasi baik, terutama di

daerah makrofak alveolar. Pada 3 sampai 4 minggu pasca infeksi, individu yang sehat

atau tidak memiliki kekebalan mengembangkan kekebalan sel T, yang menyebabkan

penurunan pertumbuhan bakteri intraseluler. Bakteri tetap dapat bertahan hidup

intraseluler, awalnya tanpa menimbulkan gejala klinis. Dalam perjalanan mekanisme


10

pertahanan kekebalan granuloma tuberculosis muncul, biasanya dengan kaseasi

sentral. Khusus pada anak dan individu dengan imunosupresi manifestasi klinis dapat

terjadi segera setelah infeksi, kasus yang demikian disebut TB Primer progresif

(suarez, 2019).

Perjalanan penyakit ditentukan oleh daya tahan tubuh seseorang dan juga

banyaknya basil tbc yang masuk, biasanya multiplikasi kuman dapat dihentikan oleh

respon imun tubuh, akan tetapi sebagaian kecil basil TBC menjadi kuman dorman.

Setelah itu kuman menyebar kejaringan sekitarnya dengan cara bronchogen ke paru-

paru sebelahnya, penyebaran secara hematogen dan limfogen menuju organ lain yaitu

tulang,otak dan ginjal (Fitriani, 2020).

2.1.4 Gejala

Gejala utama pasien dengan TBC adalah adanya batuk berdahak 2-3 minggu

atau lebih. Gejala tambahan dapat diikuti dengan hemoptysis, nafsu makan menurun,

demam, berkeringat dimalam hari tanpa aktivitas fisik, malaise, berat badan menurun.

Gejala-gejala tersebut bisa juga ditemukan pada pasien selain TB, seperti

bronkiektasis, bronchitis kronis, kanker paru dan lain-lain. Mengingat angka

prevelensi TB yang masih tinggi di Indonesia maka jika detemukan gejala-gejala

tersebut dianggap suspek (tersangka) pasien TB, sehingga diperlukan pemeriksaan

dahak secara mikroskopis langsung (Fitriani, 2020).


11

2.1.5 Faktor Resiko

Menurut Fitriani, (2020) Terdapat kelompok yang memiliki resiko tinggi

terkena TBC yaitu :

1. Pasien dengan HIV positif dan memiliki imunokompromaise lain

2. Pasien yang mengkonsumsi imunosupresan dalam jangka waktu yang

lama

3. Memiliki kontak erat dengan pasien TB aktif yang infeksius

4. Perokok

5. Konsumsi alcohol

6. Anak balita dan lansia

7. Petugas kesehatan

2.1.6 Diagnosis

Semua pasien suspek TB diperiksa untuk mengkonfirmasi penyakit

dilakukan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan ini merujuk pada pemeriksaan

apusan dari sedian biologis (dahak atau specimen lain). Pemeriksaan dengan metode

cepat yang direkomendasikan oleh WHO atau pemeriksaan biakan dan identifikasi

micobakterium tuberculosis. Laboratorium dengan pemantantauan mutu yang baik,

pemeriksaan specimen bisa dilakukan satu kali, sedangkan laboratorium pada daerah

yang tidak terpantau mutunya pemeriksaan specimen minimal dilakukan 2 kali

pemeriksaan. (Kemenkes, 2020).


12

2.1.7 Pengobatan Tuberkulosis Paru

a. Tujuan pengobatan TB Paru

1. Memberikan kesembuhan dan mempertahankan kualitas hidup serta

produktivitas pasien

2. Mencegah terjadinya kematian

3. Mencegah terjadinya kekambuhan

4. Mencegah terjadinya penularan kepada orang lain

5. Mencegah resistensi obat

b. Prinsip pengobatan TB Paru

Obat anti tuberculosis merupakan komponen yang sangat penting dalam

pengobatan, agar pengobatan yang diberikan adekuat, pengobatan harus

memenuhi prinsip :

1. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT, yang mengandung

minimal 4 jenis obat agar tidak terjadi resistensi

2. Pengobatan diberikan dengan dosis yang benar

3. Obat anti tuberculosis ditelan secara langsung dan diawasi oleh

pengawas menelan obat ( Kemenkes 2020).

c. Tahapan pengobatan TB Paru terdiri dari dua tahapan :

1. Tahap awal

Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini

adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada

dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman
13

yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.

Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2

bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa

adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah

pengobatan selama 2 minggu pertama.

2. Tahap Lanjutan

Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa

kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman

persistensehingga pasien dapat sembuhdan mencegah terjadinya

kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan, pada fase ini

seharusnya obat diberikan setiap hari (Kemenkes, 2020)


14

Tabel 2. 1

Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa

Dosis 3 kali per minggu

rekomendasi

Harian

Dosis maksi Dosis Maksimum

(mg/kgBB) mum (mg/kgBB) (mg)

(mg)

Ishoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900

Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600

Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -

Etambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -

Streptomisin* 15 (12-18) - 15 (12-18) -

Sumber; Kemenkes, 2020

Paduan obat standar pasien TB kasus baru dengan asumsi atau diketahui

peka OAT adalah tahap awal / intensif diberikan RHZE selama 2 bulan dan tahap

lanjutan dengan asumsi peka obat adalah RH selama 4 bulan (Kemenkes, 2020).
15

Bagan 2.1
Alur diagnosis TB

Sumber : Kemenkes, 2020


16

2.2 Kepatuhan Minum Obat

2.2.1 Pengertian Kepatuhan Minum OBat

Menurut Kristiana, L.I.A, (2019) Kepatuhanan minum obat diartikan

sebagai tingkat kesediaan dan upaya pasien untuk untuk mematuhi intruksi, aturan

atau anjuran medis yang diberikan oleh tenaga profesional kesehatan. Dinegara maju

tingkat kepatuhan pengobatan jangka panjang untuk penyakit kronis sebesar 50% dan

jauh lebih rendah jumlahnya pada negara berkembang.

Tidak tercapainya pengobatan TB dikarenakan besarnya angka

ketidakpatuhan dalam pengobatan, sehingga menyebabkan kegagalan pengobatan.

Ketidakpatuhan pasien TB dalam menjalani pengobatan akan menyebabkan tingkat

kesembuhan rendah, terjadinya resistensi terhadap OAT sehingga penyakit TB akan

sangat sulit untuk disembuhkan dan juga angka kematian akan semakin meningkat

(Irnawati, 2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam minuman obat

anti tuberkulosis yaitu tingkat pengetahuan pasien tentang tuberculosis, motivasi

untuk sembuh, jarak, biaya berobat, efek samping obat, dukungan keluarga, dan peran

dari petugas kesehatan pengobatan tuberculosis (Tukayo, 2020) . Penyebab dari

ketidakpatuhan dalam pengobatan salah satunya adalah dari penderita itu sendiri.

Dukungan yang diberikan oleh keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam

mengupayakan agar penderita patuh minum obat, keluarga juga berperan sebagai

pengawas minum obat sehingga penderita mampu mengkonsumsi obat secara teratur

dan tuntas (Pitters, 2018).


17

2.2.2 Pengukuran Kepatuhan Minum Obat

Ada beberapa pendekatan untuk mengukur kepatuhan pengobatan seperti

laporan diri pasien, dokumen farmasi, tes untuk biomarker, dan perangkat

pemantauan elektronik. Untuk pasien TB, cara yang murah dan nyaman untuk

skrining kepatuhan adalah dengan menggunakan Skala Kepatuhan Obat Morisky

yang terdiri dari delapan item (MMAS-8). Morisky Medication Adherence Scale

(MMAS) merupakan salah satu skala laporan diri paling sederhana yang mengukur

perilaku kepatuhan pengobatan (Xu, Minlan et al. 2017). Kuesioner morisky dibuat

oleh Morisky & Muntner pada tahun 2009 yang berisi 8 item pertanyaan dengan

reliabilitas lebih tinggi yaitu 0.83 serta sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi.

Gambar 2.2

Kuesioner MMAS-8

Morisky & Muntner, 2009


18

2.3 Keluarga

2.3.1 Pengertian keluarga

Menurut friedman (2013) keluarga diartikan sebagai bersatunya 2 orang atau

lebih yang dipersatukan berdasarkan emosional serta keintiman. Keluarga merupakan

sekumpulan orang yang mempunyai hubungan baik dari hasil adobsi, perkawinan

maupun kelahiran.

2.3.2 Tipe keluarga

Dalam suatu keluarga layanan kesehatan sangat dibutuhkan, agar keluarga

dapat terlibat dalam upaya meningkatkan kesehatan, kita perlu mengetahui berbagai

jenis tipe keluarga (Setyowati, Sri & Murwani, S.K, 2018).

a. Tradisional

 Keluarga inti keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak baik

biologis maupun angkat

 Keluarga besar yang terdiri dari keluarga inti dan kerabat seperti

keponakan, paman, dan bibi, kakek-nenek

 Keluarga Dyad merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri yang

tidak memiliki anak.

 Single parent dapat diartikan sebagai orang tua tunggal, situasi ini

disebakan oleh kematian ataupun perceraian


19

 Single adult diartikan sebagai dewasa lajang atau keluarga yang hanya

terdiri dari orang dewasa yang belum menikah.

b. Non tradisional

Tipe keluarga non tradisional terdiri dari remaja yang belum

menikah/The unmarried teenege mather, keluarga dengan orang tua tiri/The

stepparent family, Keluarga komunal/Commune family, keluarga dengan

orang tua yang memiliki jenis kelamin sama /gay and lesbian family , group

marrieage family, keluarga tanpa pernikahan/ Cohabitating family, The

nonmarital heterosexual cohabiting family dan Group network family.

2.3.3 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2013) keluarga memiliki 5 fungsi keluarga :

a. Fungsi afektif

Didalam keluarga fungsi keluarga harus terlaksana untuk saling

memberikan cinta, saling mengasihi, mendukung dan menghargai, fungsi

afektif ini sangat memberikan manfaat dalam keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Keluarga mendukung terjadinya proses interaksi, didalam keluarga

mempelajari norma, kedisiplinan dan juga budaya

c. Fungsi reproduksi

Dalam suatu pernikahan selain untuk memenuhi kebutuhan biologis


20

tujuan pernikahan/berkeluarga adalah untuk melanjutkan generasi penerus

atau keturunan

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi dalam keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

finansial dalam keluarga yaitu untuk memenuhi kebutuhan , sandang, pangan

dan juga papan.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga mempunyai peranan penting dalam bidang kesehatan seperti merawat

anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan. Diharapkan jika perawatan

kesehatan dalam keluarga berfungsi dengan baik maka masalah kesehatan dapat

diatasi .

2.4 Dukungan Keluarga

Pengertian dari dukungan keluarga adalah suatu bentuk sikap, tindakan dan

juga penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.

Jadi dukungan keluarga diartikan sebagai bentuk hubungan interpersonal baik sikap,

tindakan dan juga penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikan. Jika seseorang berada dalam lingkungan keluarga

yang suportif umumnya memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik, karena

dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek kesehatan

mental individu (Friedman, 2013).


21

Menurut Sarafino (2011) terdapat 4 aspek dukungan keluarga yaitu:

1) Dukungan Emosional

Dukungan emosional dalam keluarga sangat diperlukan, keluarga

membantu penguasaan dan pemulihan terhadap emosi serta sebagai tempat

yang damai untuk istirahat. Dukungan emosional dalam keluarga meliputi

dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosional melibatkan

rasa empati, memberikan semangat, kehangatan pribadi, cinta atau bantuan

emosional.

2) Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental dalam keluarga merupakan sumber bantuan

praktis dan konkrit, seperti pemenuhan kebutuhan keuangan, makan, minum,

dan istirahat.

3) Dukungan Informasional

Dukungan informasional berguna sebagai pemberi informasi, keluarga

memberikan sugesti, saran dan juga informasi yang bisa digunakan untuk

mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah

nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

4) Dukungan Penilaian atau Penghargaan

Keluarga memberikan dukungan penghargaan atau penilaian yang

berguna untuk menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator

identitas anggota keluarga. Dukungan penilaian dan penghargaan keluarga


22

memberikan penilaian yang positif terhadap suatu ide-ide melalui ekspreasi

yang baik dan positif. Dukungan Keluarga dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti usia, kelas sosial ekonomi, dan juga tingkat pendidikan

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kepatuhan pengobatan TB dimana keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi

anggota keluarganya yang sakit, selain itu keluarga juga siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Irnawati, 2016). Dukungan social penting

untuk penderita penyakit kronis seperti tuberculosis sebab dengan dukungan tersebut

akan mempengaruhi perilaku individu, seperti penurunan rasa cemas, rasa tidak

berdaya dan putus asa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan

penderita (Ratnasari, 2012). Seseorang yang menjalani perawatan pengobatan

dirumah mengharapkan dukungan praktis dari setiap anggota keluarga yang cukup

bertanggung jawab untuk mengurus orang sakit. Pasien mengharapkan dukungan

emosional dan bimbingan dari anggota keluarga dan menganggap rumah menjadi

surga tempat istirahat dan penyembuhan (Sukumani et al, 2012).

2.5 Jurnal terkait

Penelitian Idawati Siregar, (2019) yang berjudul Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat TB Paru di Puskesmas Pangaribuan,

Puskesmas Situmeang Habinsaran dan Puskesmas Hutabaginda di Tapanuli Selatan.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Minum Obat TB Paru di Puskesmas Pangaribuan, Puskesmas Situmeang


23

Habinsaran dan Puskesmas Hutabaginda di Tapanuli Selatan. Jenis penelitian

kuantitatif cross sectional pada 60 responden dengan teknik total sampling.

Kesimpulan dari penelitian ini hitungan statistik bermakna terdapat hubungan antara

variable dukungan keluarga terhadap variable kepatuhan minum obat.

Penelitian Nasedum, (2021) yang berjudul Hubungan dukungan keluarga

terhadap kepatuhan pengobatan pasien tuberculosis paru di Puskesmas Sanggeng

Manokwari. Merupakan Penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional,

responden sebanyak 45 responden dengan menggunakan uji chi square dengan hasil

terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat TB Paru.

Penelitian Sunarmi et al. (2020). Tujuan penelitian untuk mengetahui

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru

di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan. Metode penelitian ini

menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, sampel

penelitian ini adalah pasien TB yang menjalani rawat jalan di poliklinik Rumah Sakit

Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 30 responden. Penelitian ini

dilaksanakan pada Bulan Januari 2019. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi

square.. Hasil: Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji

statistik chi square diperoleh nilai p = 0,007 > ɑ (0,05) maka dapat disimpulkan ada

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pada penderita TB Paru di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan.
24

Penelitian Nasution, Zulkarnain & Tambunan, S.J.L (2021) yang berjudul

Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan pengobatan pasien tuberculosis

paru di Puskesmas Padang Bulan, Medan. Tujuan dari penelitian ini untuk

menganalisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada

Penderita TB Paru. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan

pendekatan cross sectional menggunakan uji chi square. Populasi dalam penelitian

ini berjumlah 163 orang. Sampel penelitian ini yaitu 62 orang. Teknik pengambilan

sampel adalah accidental sampling.

2.6 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada mycobacterium tuberculosis

menginfeksi penderita sehingga menimbulkan manifestasi klinis, setelah dilakukan

pemeriksaan dan terbukti positif maka penatalaksanaan berupa pengobatan

farmakologi. Kepatuhan pengobatan dipengerahui beberapa faktor yaitu pengetahuan

pasien tentang tuberculosis, motivasi untuk sembuh, jarak, biaya berobat, efek

samping obat, dukungan keluarga, dan peran dari petugas kesehatan sehinggga

penderita bisa menyelesaikan pengobatan dengan tuntas. Kerangka teori pada

penelitian ini dapat diliat dari bagan 2.1 dibawah ini


25

Bagan 2.3
Kerangka Teori

Infeksi M.tuberculosis

Hasil pemeriksaan positif Manifestasi klinis

Pengobatan Lini I atau Lini II

Pengetahuan

Motivasi

Kepatuhan Patuh Tuntas


Jarak

Tidak patuh Gagal /Drop out


Efek samping OBAT

Petugas
kesehatan

Dukungan keluarga
(emosional,
instrumental,
informasional,
penilaian &
penghargaan)

Sumber : Fitriani, 2020; Kemenkes, 2020; Sarafino, 2011


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Pendekatan ini bersifat sesaat hanya pada satu waktu

pada saat yang bersamaan.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Lokasi dari Penelitian ini adalah RSUD Tugu Jaya

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada 13 Mei sampai dengan 30 Mei 2022

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien TB Paru dari mulai

Januari sampai dengan Maret 2022 yang tidak resisten terhadap pengobatan Lini I

dan mendapatkan terapy OAT di RSUD Tugu Jaya yaitu sebanyak 32 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini ialah keseluruhan dari jumlah populasi yang ada,

yaitu semua pasien TB Paru dari mulai Januari sampai dengan Maret 2022. Kriteria

26
27

sampel adalah yang tidak resisten terhadap pengobatan Lini I dan telah menjalani

terapy OAT 2-4 bulan di RSUD Tugu Jaya , jumlah sampel sebanyak 32 orang.

3.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan ialah total sampling, dimana seluruh

populasi yang ada dijadikan sebagai sampel.

3.4 Kerangka konsep

Kerangka konsep dapat diartikan sebagai turunan kerangka teori yang

sebelumnya telah disusun dan dilakukan telaah pustaka. Kerangka konsep

merupakan hubungan antara konsep-konsep yang dapat diukur dan diamati melalui

sebuah penelitian (Masturoh & Anggita, 2018). Kerangka konsep pada penelitian

ini digambarkan pada bagan 3.1 dibawah ini.

Bagan. 3.1

Kerangka Konsep

Variable Independen Variabel Dependen

Dukungan Keluarga Kepatuhan Minum Obat pada


Penderita TB Paru
28

3.5 Defenisi operasional

Defenisi operasional merupakan pengertian dari masing-masing variable yang akan diteliti secara operasional

dilapangan, sehinga akan memudahkan dalam pelaksanaan pengumpulan data, pengolahan dan juga akan memudahkan

dalam menganalisis data.

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

No Variable Defenisi Cara ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala


Operasional ukur
1 Jenis Perbedaan seks secara Memberikan Kuesioner 1. Laki-laki Nominal

kelamin biologis ketika pertanyaan 2. Perempuan

dilahirkan kepada responden (BPS, 2022)

melalui kuesioner

Usia Lamanya seseorang Memberikan Kuesioner 1. Balita (0-5 th) Ordinal

sejak dilahirkan hingga pertanyaan 2. Kanak kanak (6-11

ulang tahun terakhir kepada responden th)


29

melalui kuesioner 3. Remaja (12-25 th)

4. Dewasa (26-45 th)

5. Lansia (46-65 th)

6. Manula (>65 th)

(Depkes, 2009)

Pekerjaa Aktivitas utama yang Memberikan Kuesioner 0= Tidak bekerja Nominal

n dilakukan sehari-hari pertanyaan 1= Bekerja

kepada responden (BPS, 2022)

melalui kuesioner

Pendidik Pendidikan formal yang Memberikan Kuesioner 0 :=Pendidikan rendah Ordinal

an telah ditempuh dan pertanyaan (tidak sekolah, SD,

terakhir selesai kepada responden SMP)

melalui kuesioner 1= Pendidikan tinggi

(SMA sd Pendidikan
30

lanjut)

(Arikunto, 2019)

2 Dukunga Persepsi responden Memberikan Kuesioner yang Menggunakan metode Ordinal

n terhadap sikap dan juga pertanyaan berisi 25 cut-off point yaitu 50:

keluarga tindakan yang diberikan kepada responden pertanyaan,

keluarga baik berupa melalui kuesioner penilaian 0= Tidak baik (≤50)

dukungan dengan skala 1= Baik (>50)

informasional, likert . (Tam, Maggie, 2001

instrumental, penilaian (Masturoh& dalam yulifiyanto

serta emosional Anggita, 2018). 2017)

yaitu 1-3. Nilai

75 merupakan

nilai tertinggi

dan terendah 25
31

3 Kepatuh Upaya pasien untuk Memberikan Kuesioner berisi Menggunakan Ordinal

an mengkonsumsi obat pertanyaan 8 pertanyaan perhitungan skala

secara disiplin sesuai kepada responden berdasarkan guttman dengan

instruksi pengobatan melalui kuesioner MMAS. Skala Rentang skala

berdasarkan MMAS yang digunakan persentase adalah :

adalah guttman.

(Masturoh& 0= Tidak Patuh

Anggita, 2018) (>50 %)

Nilai 8 1= Patuh (≤50 %)

merupakan (Riduwan, 2013).

tertinggi dan

terendah adalah

nilai 0
32

3.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang akan diuji kebenarannya.

Hipotesis pada penelitian ini adalah Ha diterima yang artinya ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat TB Paru.

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Data primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari pasien melalui

penyebaran kuesioner

3.7.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data pasien TB Paru yang ada di ruang

Laboratorium

3.8 Tekhnik Pengolahan Data

Tekhnik pengumpulan data merupakan tekhnik yang dilakukan untuk

memperoleh data yang kemudian dianalisis. Menurut Masturoh & Anggita, (2018)

tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data menggunakan aplikasi adalah :

1. Editing / Memeriksa

Dalam tahap ini peneliti memeriksa daftar pertanyaan yang telah dijawab

oleh responden seperti kelengkapan jawaban, kelengkapan tulisan dan

juga relevansi jawaban dari responden

2. Coding/Kode
33

Merupakan proses pemberian kode atau angka pada jawaban pertanyaan

yang terdapat pada kuesioner

3. Processing

Merupakan proses setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar serta

telah dikode jawaban responden pada kuesioner kedalam aplikasi

pengolahan data dikomputer. Aplikasi yang digunakan pada penelitian ini

adalah program SPSS (Statistical Package For social Sciences).

4. Cleaning

Merupakan kegiatanan memeriksa kembali data yang telah diolah dalam

program computer apakah terdapat kesalahan atau tidak.

3.9 Analisa Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan pada variable yang berbentuk tunggal, data

yang dianalisis adalah distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik penderita TB

Paru, distribusi frekuensi dukungan keluarga dan distribusi frekuensi kepatuhan

minum obat.

3.9.2 Analisis Bivariate

Analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variable, yaitu

hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat TB Paru. Uji

statistic yang digunakan adalah uji fisher exact test dengan batas kemaknaan α = 0.05
34

dengan nilai signifikasi P value < 0.05 Ho ditolak artinya terdapat hubungan yang

signifikan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat TB dan P value > 0.05

Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat TB (Dahlan, Sofiyudin 2014).

3.10 Alat Pengumpulan Data

Alat ukur untuk mengumpulkan data dengan membagikan kuesioner yang

terdiri dari 3 instrumen :

1. Instrument yang pertama berisi pertanyaan data demografi responden

yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan terakhir

2. Instrument yang kedua tentang dukungan keluarga , terdapat 25

pertanyaan penilaian dengan menggunakan skala likert. Skala likert

merupakan skala yang bisa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat

dan persepsi seseorang atau kelompok tentang suatu fenomena dalam

penelitian (Masturoh & Anggita, 2018). Nilai skala yang digunakan

adalah skala 3 sering/selalu, skala 2 Jarang, dan skala 1 tidak pernah.

Seluruh kriteria diurutkan dari nilai tertinggi ke terendah kemudian dicari

nilai cut off dengan rumus natural cut off point = maximum score +

minimum score)/2

3. Instrument yang ke tiga menilai kepatuhan, pertanyaan diambil dari

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) yang berisi 8 pertanyaan

dalam bahasa Indonesia. Peniliaian dengan menggunakan skala Guttman


35

yang menyatakan tipe jawaban tegas, terdiri dari jawaban Ya atau Tidak

(Masturoh & Anggita, 2018). Nilai tertinggi 8 dan terendah adalah 0

Panduan penilaian Skala Guttman :

Jumlah pilihan : 2

Jumlah pertanyaan: 8

Skoring terendah: 0 (pilihan jawaban yang benar)

Skoring tertinggi: 1 (pilihan jawaban yang salah)

Penentuan scoring pada criteria objektif

Rumus umum: Interval (i) = Range (R)/ Kategori (K)

Range = 100%

Kategori (K)= 2 adalah banyaknya kriteria objektif suatu variable Kategori

yaitu patuh dan tidak patuh

Interval: 100/2 = 50%,

Catatan: berapapun banyaknya jumlah pertanyaan jika pertanyaan dengan

pilihan 2 jawaban yang sama yaitu benar dan salah, penentuan kriteria

objektifnya akan tetap pada interval 50%. Maksudnya, meskipun dengan

jumlah pertanyaan sampai 100 pun dengan jumlah pilihan pertanyaan

terdiri dari 2 dengan kategori pada kriteria objektif variabel sebanyak 2

maka batas intervalnya adalah tetap 50% (Riduwan, 2013).

Dari panduan diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kuesioner

morisky dengan menggunakan skala guttman adalah Patuh jika skor ≤50%

dan tidak patuh jika skor >50%


36

Gambar 3.1

Kuesioner MMAS-8 versi terjemahan bahasa Indonesia

No. Pertanyaan Skor Jawaban


Ya Tidak
1 Apakah Anda kadang-kadang lupa minum obat untuk
1
penyakit anda? 0

2 Terkadang seseorang tidak sempat minum obat bukan


karena lupa. Selama dua pekan terakhir ini, pernahkah Anda
1
dengan sengaja tidak menggunakan obat atau meminum 0
obat Anda?

3 Pernahkan Anda mengurangi atau berhenti menggunakan


obat atau minum obat tanpa memberitahu dokter Anda
karena Anda merasa kondisi Anda tambah parah ketika 1 0
menggunakan obat atau minum obat tersebut?

4 Ketika Anda berpergian atau meninggalkan rumah, apakah


Anda kadang-kadang lupa membawa obat Anda? 1 0

5 Apakah Anda minum semua obat kemarin? 0 1


6 Ketika Anda merasa membaik, apakah Anda terkadang
berhenti minum obat? 1 0

7 Minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak


menyenangkan bagi sebagian orang. Apakah Anda merasa
terganggu karena keadaan seperti itu ? 1 0

8 Petunjuk : Lingkari salah satu pilihan dibawah ini


Apakah Anda mengalami kesulitan mengingat untuk minum semua obat
Anda?
a. Tidak pernah (tidak pernah lupa) skor 0
b. Sesekali (1 kali dalam seminggu) skor 1
c. Kadang-kadang (2-3 kali dalam seminggu) skor 1
d. Biasanya (biasanya 4-6 kali dalam seminggu) skor 1
e. Selalu (7 kali dalam seminggu) skor 1

Sumber : Siregar, Idawati (2019)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Tugu Jaya terletak di Desa Tugu Jaya Kecamatan Lempuing

Kabupaten Ogan Komering Ilir. RSUD Tugu Jaya berjarak 60 km dari kota

Kayuagung. Terletak dipinggir ruas jalan utama Lintas-Timur Palembang-Lampung.

Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pedamaran, sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten OKU Timur, sebelah Timur berbatasan dengan

wilayah kerja Pematang Panggang IV dan sebelah selatan berbatasan dengan wilayah

kerja Puskesmas Tugu Mulyo dan Pematang Panggang IV . Luas wilayah RSUD

Tugu Jaya 24 km2.

4.2 Visi dan Misi RSUD Tugu Jaya

4.2.1 Visi

Visi Rs tugu jaya sama dengan visi Kabupaten ogan komering ilir,

Pemerintah kabupaten ogan komering ilir mewajibkan semua instansi

termasuk rumah sakit memiliki visi yang sama dengan visi Kabupaten yaitu:

Terwujudnya masyarakat OKI yang lebih maju, mandiri, dan sejahtera

berlandaskan iman dan taqwa.

37
38

4.2.2 Misi

Misi Rs tugu jaya sama dengan Misi Kabupaten ogan komering ilir,

Pemerintah kabupaten ogan komering ilir mewajibkan semua instansi

termasuk rumah sakit memiliki Misi yang sama dengan Misi Kabupaten yaitu:

1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik bersih dan berwibawa.

2. Melanjutkan pembangunan infrastruktur

3. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan

4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

5. Penataan ruang ramah lingkungan

6. Menciptakan kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang religius, tertib,

aman, dan nyaman


39

4.3 Analisis Univariat

4.3.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Tabel 4.1 Karakteristik penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya yang terdiri

dari usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan

Demografi N %

1. Jenis Kelamin

- Laki-laki 22 68.8

- Perempuan 10 31.2

2. Usia

- Remaja 6 18.8

- Dewasa 26 81.2

3. Pekerjaan

- Tidak Bekerja 10 31.2

- Bekerja 22 68.8

4. Pendidikan Terakhir

- Pendidikan Rendah 22 68.8

- Pendidikan Tinggi 10 31.2

Dari tabel diatas didapatkan bahwa dari 32 responden, berdasarkan distribusi

frekuensi Jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, berjumlah 22

orang (68.8%). Berdasarkan usia responden didapatkan sebagian besar usia dewasa,
40

berjumlah 26 orang (81.2%). Berdasarkan Pekerjaan sebagian besar bekerja yang

berjumlah 22 orang (68.8%). Berdasarkan Pendidikan Terakhir sebagian besar

berpendidikan rendah yang berjumlah 22 orang (68.8%)

4.3.2 Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat

Tabel 4.2 Distribusi Dukungan Keluarga Penderita TB Paru di RSUD Tugu

Jaya

Dukungan Keluarga N %

Tidak Baik 5 15.6

Baik 27 84.4

Total 32 100

Dari tabel diatas didapatkan data distribusi dukungan keluarga penderita TB

Paru di RSUD Tugu Jaya dari 32 responden sebagian besar memiliki dukungan yang

baik sebanyak 27 responden (84.4%).


41

Tabel 4.3 Distribusi Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru di RSUD Tugu

Jaya

Kepatuhan minum obat N %

Tidak Patuh 4 12.5

Patuh 28 87.5

Total 32 100

Dari tabel diatas didapatkan data distribusi kepatuhan minum obat penderita

TB Paru di RSUD Tugu Jaya dari 32 responden sebagian besar patuh terhadap

pengobatan sebanyak 28 responden (87.5%).


42

4.4 Analisis Bivariate

Analisis bivariate bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel yaitu

dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat. Uji bivariate dilakukan dengan

menggunakan uji fisher exact dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0.05).

Tabel 4.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat TB

Paru di RSUD Tugu Jaya

Variabel Kepatuhan
Total
Dukungan Tidak patuh Patuh P-Value

Keluarga N % N % N %

Tidak baik 4 80.0 1 20.0 5 100

Baik 0 0 27 100 27 100 0.000

Total 4 12.5 28 87.5 32 100

Dari tabel diatas didapatkan bahwa dukungan keluarga baik dan patuh

sebanyak 27 orang, dukungan keluarga tidak baik dan tidak patuh sebanyak 4 orang.

Hasil uji statistic dengan menggunakan fisher exact test didapatkan nilai p = 0.000

(p<0.05) ada hubungan yang bermakna dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat TB Paru.
43

4.5 Pembahasan

4.5.1 Karakteristik penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya

Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi penderita TB Paru di

RSUD Tugu Jaya sebanyak 32 responden lebih banyak berjenis kelamin laki-laki

(68.8%).. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar,

Idawati (2019) di Tapanuli utara dari 60 responden sebesar 53.3% penderita TB Paru

berjenis kelamin Laki-laki. Hasil penelitian Mangngi, P. Michel (2018) di Kupang

menyatakan bahwa laki-laki 2.7 kali beresiko terkena TB Paru dibanding perempuan.

Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi penderita TB Paru di

RSUD Tugu Jaya terbanyak berusia dewasa (26-45 tahun) yaitu 81.2%. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Trilianto, Arif et.al (2020) yang dilakukan di

Kabupaten Bondowoso dari 157 responden, usia penderita TB Paru sebanyak 49.7%

berusia dewasa, kemudian 47.1% lansia dan 3.2% remaja. Kemenkes (2021) juga

menyatakan bahwa mayoritas penderita TBC di Indonesia tahun 2020 adalah usia

produktif

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi frekuensi penderita TB

Paru di RSUD Tugu Jaya terbanyak adalah bekerja (68.8%). Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Trilianto, Arif et.al (2020) yang dilakukan

di Kabupaten Bondowoso yang menunjukan bahwa responden terbanyak adalah tidak

bekerja (44.6%)

Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan responden terbanyak adalah

berpendidikan rendah (SD-SMP) yaitu (68.8%). Hasil ini sejalan dengan penelitian
44

yang dilakukan Trilianto, Arif et.al (2020) yang dilakukan di Kabupaten Bondowoso

dari 157 responden pendidikan terakhir adalah rendah (79.3%). Berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan Happi. M, et.al (2021) di RSUD Jombang yang

menunjukan bahwa penderita TB Paru terbanyak adalah berpendidikan tinggi (SMA-

Perguruan Tinggi) yaitu sebesar 96.6%.

Menurut Peneliti laki-laki lebih besar beresiko terkena TB Paru karena laki-

laki memiliki mobilitas yang tinggi , kebiasaan buruk seperti merokok dan minum

alkohol akan lebih berpeluang menyebabkan masalah kesehatan. Usia Dewasa dan

bekerja akan memiliki resiko lebih besar terkena TB Paru karena usia dewasa dan

bekerja merupakan usia produktif yang setiap hari berinteraksi dengan orang banyak.

Tingkat Pendidikan berkontribusi terhadap perilaku kesehatan, pengetahuan yang

dipengaruhi tingkat pendidikan akan mempengaruhi keputusan seseorang untuk hidup

sehat sehingga seseorang yang berpendidikan yang rendah akan memiliki peluang

yang lebih besar untuk terkena TB Paru.

4.5.2 Distribusi Dukungan Keluarga Penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya

Hasil analisis distribusi dukungan keluarga penderita TB Paru di RSUD Tugu

Jaya dari 32 responden menunjukan 27 responden (84.4%) mendapatkan dukungan

keluarga yang baik dan 5 responden ( 15.6%) memiliki dukungan yang tidak baik.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mendapat

dukungan yang baik dari keluarga.


45

Salah satu fungsi keluarga adalah afektif, yakni saling memberikan cinta,

saling mengasihi, menghargai dan memberikan dukungan (Friedman 2013).

Dukungan sosial penting untuk penderita penyakit kronis seperti tuberculosis sebab

dengan dukungan tersebut akan mempengaruhi perilaku individu, seperti penurunan

rasa cemas, rasa tidak berdaya dan putus asa sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan status kesehatan penderita (Ratnasari, 2012). Seseorang yang

menjalani perawatan pengobatan dirumah mengharapkan dukungan praktis dari setiap

anggota keluarga yang cukup bertanggung jawab untuk mengurus orang sakit. Pasien

mengharapkan dukungan emosional dan bimbingan dari anggota keluarga dan

menganggap rumah menjadi surga tempat istirahat dan penyembuhan (Sukumani et

al, 2012).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Happi. M, et.al

(2021) bahwa 90% penderita TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Jombang

mendapatkan dukungan yang baik. Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian

Nasution, Zulkarnain & Tambunan, S.J.L (2021) bahwa 72.4 % penderita TB Paru di

Puskesmas Padang Bulan, Medan mendapat dukungan keluarga yang baik.

Menurut pendapat Peneliti sendiri bahwa dukungan keluarga merupakan hal

yang penting dalam proses penyembuhan terutama pada penderita TB Paru, dengan

adanya dukungan keluarga akan memberikan motivasi kepada penderita untuk tetap

semangat dalam melawan penyakit dan terus menjalani pengobatan


46

4.5.3 Distribusi Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru di RSUD Tugu

Jaya

Dari hasil analisis didapatkan data bahwa dari 32 responden yang menderita

TB Paru di RSUD Tugu Jaya didapatkan 28 orang (87.5%) patuh dalam menjalani

pengobatan TB Paru, dan 4 orang (12.5%) tidak patuh dalam menjalani pengobatan

TB Paru. Hasil analisis kuiseoner tingkat kepatuhan, 4 orang yang tidak patuh dalam

menjalani pengobatan semua menjawab berhenti minum obat karena sudah merasa

membaik, selain itu mereka merasa minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak

menyenangkan dan merasa terganggu dengan keadaan tersebut.

Tidak tercapainya pengobatan TB dikarenakan besarnya angka

ketidakpatuhan dalam pengobatan, sehingga menyebabkan kegagalan pengobatan.

Ketidakpatuhan pasien TB dalam menjalani pengobatan akan menyebabkan tingkat

kesembuhan rendah, terjadinya resistensi terhadap OAT sehingga penyakit TB akan

sangat sulit untuk disembuhkan dan juga angka kematian akan semakin meningkat

(Irnawati, 2016).

Penelitian yang dilakukan Trilianto, Arif et.al (2020) di Kabupaten

Bondowoso tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien Tuberkulosis dari 157

responden sebesar 84.1% patuh dalam pengobatan. Sedangkan penelitian yang

dilakukan Siregar, Idawati (2019) di Tapanuli utara dari 60 responden tingkat

kepatuhan minum obat TB Paru dengan kategori baik mencapai 95 %.

Menurut Peneliti tingkat kepatuhan pengobatan TB Paru di RSUD Tugu

Jaya masih perlu dievaluasi dan terus di pantau, angka kepatuhan sebesar 87.5 % ini
47

masih belum sesuai dengan target nasional karena Pemerintah Indonesia menetapkan

keberhasilan pengobatan Tuberkulosis harus mencapai 90% serta menargetkan

Indonesia eleminasi TB Pada tahun 2030 dan di tahun 2050 Indonesia bebas TB

(Kemenkes RI, 2018).

4.5.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat TB Paru

di RSUD Tugu Jaya

Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan keluarga baik dan patuh

sebanyak 27 orang, dukungan keluarga tidak baik dan tidak patuh sebanyak 4 orang.

Hasil uji statistic dengan menggunakan fisher exact test didapatkan nilai p = 0.000

(p<0.05) yang artinya ada hubungan yang bermakna dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum obat TB Paru.

Menurut Friedman, (2013) Jika seseorang berada dalam lingkungan keluarga

yang suportif umumnya memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik, karena

dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek kesehatan

mental individu. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kepatuhan pengobatan TB dimana keluarga berfungsi sebagai sistem

pendukung bagi anggota keluarganya yang sakit, selain itu keluarga juga siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Irnawati, 2016).

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar,

Idawati (2019) di Tapanuli utara bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga
48

baik memiliki kepatuhan baik (94.8%) dan dari uji statistic fisher exact terdapat

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

penderita TB Paru di Tapanuli Utara dengan nilai p = 0.002. Sejalan juga dengan

penelitian yang dilakukan oleh Happi. M, et.al (2021) di RSUD Jombang yang

menunjukan bahwa uji statistic sperman rank adalah p (p-value) = 0.004 (p<0.05)

yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan pengobatan TB

Paru. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wianti, Arni (2017) di

Puskesmas Kaladewa, hasil uji statistic dengan menggunakan chi square diperoleh p

value = 0.069 (p>0.05) yang berarti tidak ada hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat penderita TB Paru di Puskesmas kaladewa. Menurut

Wianti, Arni (2017) tidak adanya hubungan dimungkinkan karena ada faktor lain

seperti efek obat atau lainnya yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan pasien

Menurut peneliti semakin baik dukungan yang diberikan keluarga maka

akan semakin tinggi kepatuhan penderita TB Paru dalam menjalani pengobatan.

Adanya keterlibatan anggota keluarga dalam pengobatan baik emosional,

informasional, penghargaan dan juga instrumental, akan mendukung keberhasilan

pengobatan, sehingga penderita TB Paru yang sedang dalam pengobatan sangat

membutuhkan dukungan dan motivasi dari keluarga sehingga pengobatan TB Paru

dapat diselesaikan secara baik dan tuntas.


49

4.6 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian diantaranya :

1) Jumlah responden tidak terlalu banyak, karena populasi hanya 32

responden

2) Penderita TB Paru yang dijadikan responden tidak semuanya mengambil

langsung, sebagian diwakilkan keluarga sehingga memakan waktu lebih

lama karena kouesioner baru bisa dibagikan ketika pasien/responden

datang langsung saat pengambilan obat TB


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Distribusi frekuensi dari 32 responden penderita TB Paru di RSUD Tugu

Jaya paling banyak laki-laki (68.8%), berusia dewasa (81.2), mayoritas

bekerja (68.8%) dan tingkat pendidikan rendah (68.8%).

2. Distribusi dukungan keluarga penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya dari

32 responden sebagian besar memiliki dukungan yang baik sebanyak 27

responden (84.4%).

3. Distribusi kepatuhan minum obat penderita TB Paru di RSUD Tugu Jaya

dari 32 responden sebagian besar patuh terhadap pengobatan sebanyak 28

responden (87.5%).

4. Hasil uji statistic dengan menggunakan fisher exact test didapatkan nilai p

= 0.000 (p<0.05) yang artinya sangat signifikan ada hubungan yang

bermakna dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat TB Paru.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi STIK Bina Husada

Diharapkan hasil henelitian ini bisa digunakan sebagai literature di

Perpustakan STIK Bina Husada serta masukan bagi pengembangan Program Studi

50
51

5.2.2 Bagi RSUD Tugu Jaya

Diharapkan pihak RSUD Tugu Jaya bisa menjadikan penelitian ini sebagai

masukan dalam perencanaan program selanjutnya serta Pihak RSUD Tugu Jaya

mampu mengoptimalkan peran keluarga dan melakukan evaluasi pada penderita yang

tidak patuh dalam pengobatan.

5.2.3 Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dalam

mengidentifikasi suatu masalah secara sistematik, serta peneliti mampu

mempraktekan ilmu metode penelitian secara langsung.


52

DAFTAR PUSTAKA

Amanda, Gina. 2018. Peran Aerosol M.Tuberkulosis Pada Penyebaran Infeksi


Tuberkulosis. Cermin Dunia Kedokteran. 45(1);62-65. Diakses 14 Maret 2022

BPS Sumatera Selatan. 2022. Kasus Penyakit Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Penyakit 2019-2021. https://sumsel.bps.go.id/indicator/30/848/1/kasus-
penyakit-menurut-kabupaten-kota-dan-jenis-penyakit.html. Diakses 5 April
2022

Badan Pusat Statistik. 2022. Konsep Gender.


https://www.bps.go.id/subject/40/gender.html#subjekViewTab2. Diakses 20
April 2022

Dahlan, Sopiyudin. 2014. Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan Edisi 6. Salemba


Medika: Jakarta

Danusantoso . 2013. Buku Saku Penyakit Paru, edisi 2. EGC: Jakarta

Fitriani, Dewi & Rita, Dwi. (2020). Buku Ajar TBC dan Pengawasan Minum Obat
Dengan Media Telepon edisi 1. Tangerang Selatan: STIKES Widiadarma
Tangerang

Friedman. 2013. Keperawatan Keluarga. Gosyen Publising: Yogyakarta

Global TB Report. 2021. TBC Indonesia. https://tbindonesia.or.id/informasi/cakupan-


program-tb/global/global-tuberculosis-report-
2021/#:~:text=Setiap%20tahun%2C%20WHO%20Global%20TB,strategi%20
dan%20target%20TB%20global. Diakses 14 Maret 2022

Happi. M et all. 2021. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keberhasilan


Pengobatan TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Jombang. Jurnal Kesehatan
STIKES Bahrul Ulum; 6(2):94-105. Diakses 25 Mei 2022

Irnawati, N.M; Siagaan, L.E.T; Otay. 2016. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Tuberculosis di Puskesmas Motoboy
Kecil. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik; 4(1):59-63. Diakses 15
Maret 2022

Kemenkes. 2018. https://tbindonesia.or.id/informasi/cakupan-program-


tb/global/global-tuberculosis-report-
53

2021/#:~:text=Setiap%20tahun%2C%20WHO%20Global%20TB,strategi%20
dan%20target%20TB%20global. Diakses 14 Maret 2022

Kemenkes RI. 2020. Pedoman Nasional Pelaksanaan Kedokteran Tata Laksana


Tuberkulosis. Kemenkes RI: Jakarta. Diakses 14 Maret 2022

Kristiana, L.I.A. 2019. Kepatuhan Minum Obat. RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.
https://rsupsoeradji.id/kepatuhan-minum-obat/. Diakses 14 Maret 2022

Mangngi, P. Michel. 2019. Faktor resiko umur, jenis kelamin dan kepadatan hunian
terhadap kejadian TB Paru di Puskesmas Naiboat tahun 2018. Skripsi
.Program Studi Analis Kesehatan. Poltekes Kemenkes Kupang

.Masturoh, Imas & Nauri, Anggita. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan edisi 1.
Kemenkes RI: Jakarta Selatan

Morisky, D.E & Muntner, P. 2009. Nem Medication Asherence Scale Versus
Pharmasy Fill Rates in Senior with Hypertension. American Journal of
Manage Care.15(1);58-65. Diakses 25 Maret 2022

Muniroh, et.all. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan TBC


Paru di wilayah kerja Puskesmas Mangkang semarang Barat. Jurnal
Keperawatan Komunitas;1(1); 34. Diakses 15 Maret 2022

Nasedum, I.R; Merlis, Simon; Fitriani. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga


Terhadap Kepatuhan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru. Window of Health
Jurnal Kesehatan. 4(4); 1-8. https://doi.org/10.33368/woh.v4i04.647. Diakses
12 Maret 2022

Nasution, Zulkarnain & Tambunan, S.J.L. 2021. Hubungan dukungan keluarga


terhadap kepatuhan pengobatan pasien tuberculosis paru di Puskesmas Padang
Bulan. Jurnal Darma Agung Husada. 7(2); 64-69. Diakses 12 Maret 2022

Pitters, T.S; Grace, D.K; Jeini, E.N. 2018. Dukungan Keluarga Dalam Hubungannya
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru di Puskesmas Ranotana
Weru. Jurnal KESMAS. 7(5); 1-5. Diakses 12 Maret 2022

Ratnasari. 2012. Hubungan Dukungan social dengan kualitas hidup pada penderita
tuberculosis paru (TB Paru) di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4)
Yogyakarta Unit Minggiran. Jurnal tuberculosis Indonesia;8(2). Diakses 14
Maret 2022

Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta: Bandung


54

Sarafino, Edwar.P., & Smith, Timothy. 2011. Health Psichology Biopsychosocial


Interaction: Stres, Biopsychosocial Factor, and Ilness. 7th Edition. Canada:
John Wiley & Sons, Inc.

Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan edisi 2. Graha Ilmu:
Yogyakarta

Setyowati, Sri & Murwani, Anita. 2018. Asuhan keperawatan keluarga konsep dan
aplikasi kasus. Fitramaya: Yogyakarta

Sibua, Siska & Grace, Irene. 2021. Dukungan keluarga terhadap kepatuhan berobat
penderita TB Paru. PRCI: Bandung

Siregar, Idawati. 2019. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan


minum obat TB Paru di Puskesmas Pangaribuan, Puskesmas Situmeang
Habinsar dan Puskesmas Hutabaginda di Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis .
Fakultas Kedokteran. Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Tropis.
Universitas Sumatera Utara. Medan

SITB. 2022. Jumlah Kasus TB Paru yang Ditemukan dan Diobati Tahun 2000-2021.
https://tbindonesia.or.id/pustaka-tbc/dashboard-tb/. Diakses 14 Maret 2022

Suarez, Isabelle. et. al. 2019. The diagnosis and Treatment of Tuberculosis.
https://www.aerzteblatt.de/int/archive/article/210460. Diakses 25 Maret 2022

Sukumaini et al. 2012. Experience of family members caring for Tuberkulosis patient
at home at Vhembe district of the Limpopo Provience. Journal of democratic
nursing organization of south Africa;35(1). Diakses 25 Maret 2022

Sunarmi et al. 2020. Dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat TB Paru.
Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan.12(2).
: https://doi.org/10.36729/bi.v12i2.505. Diakses 25 Maret 2022

Trilianto, Arif et al. 2020. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Pengobatan Klien TB Paru Kabupaten Bondowoso. Jurnal Ilmu Kesehatan
MAKIA. 10(1); 2. Diakses 25 Maret 2022

Tukayo, Isak J.H; Sri, Handayani; Meyske, S.M. (2020). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Minum OAT Pada Pasien Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Waena. Jurnal Keperawatan Tropis Papua. 3(1); 1-6. Diakses 25
Maret 2022
55

Wianti, Arni. 2017. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat TB
Paru di Puskesmas Majalengka. Jurnal Kampus YPIB Majalengka. VII(14).
Diakses 17 Juni 2022

Wijaya, A.S & Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah II: keperawatan
dewasa teori dan contoh askep. Nuha Medika: Yogyakarta

Xu, Minlan et al. 2017. Detection of Low Adherence in Rural Tuberculosis Patients
in China: Application of Morisky Medication Adherence Scale. National
Library of Medicine. 10.3390/ijerph14030248. Diakses 12 Maret 2022

Yulifianto. 2017. Pengukuran Kinerja dengan Pendekatan metode Cut-Off-Point.


Binus Univiersity. https://bbs.binus.ac.id/management/2017/08/pengukuran-
kinerja-dengan-pendekatan-metode-cut-off-point/. Diakses 12 Maret 2022
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU
DI RSUD TUGU JAYA

Peneliti memohon kesedian Bapak Ibu untuk bersedia menjawab pertanyaan

dibawah ini dengan jujur dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Jawaban

yang peneliti kumpulkan semata-mata untuk kepentingan penelitian, identitas

responden dan semua jawaban yang telah diberikan akan dijamin kerahasiaannya.

Nomor Responden :

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Berilah tanda ceklis () pada kolom sesuai dengan yang Bapak Ibu rasakan

dalam kejadian sehari-hari.

xvi
1. Kuesioner Dukungan Keluarga, kuesinoer ini diambil dari penelitian Idawati

Siregar tahun 2019 yang diadobsi dari teori Sarafino, 2011.

No. Pertanyaan Selalu(3) Jarang(2) Tidak


pernah
(1)
Keluarga saya mengambilkan Obat
1
ketika saya tidak bisa mengambil obat
sendiri
Keluarga saya memberikan motivasi
2 kepada saya untuk sembuh dan patuh
dalam pengobatan
3 Keluarga saya ada di saat saya merasa
kesepian
Keluarga saya mengingatkan saya
4 untuk mematuhi anjuran dokter atau
petugas kesehatan
Keluarga saya memberikan semangat
5
dan dukungan ketika saya mulai
malas menjalankan pengobatan
Keluarga saya mau mendengarkan
6
keluh kesah saya
Keluarga saya menemani saya saat
7
minum obat
Keluarga saya Mencontohkan minum
8
obat bila saya tidak mampu

9 Keluarga saya membantu mengingatkan


dosis obat ketika saya lupa
Keluarga saya menginformasikan
10
tentang manfaat pengobatan
11 Keluarga saya memberikan informasi
tentang resiko tidak patuhminum obat

xvii
12 Keluarga saya mengingatkan jadwal
minum obat
Keluarga meyakinkan saya bahwa
13 penyakit saya bisa disembuhkan

14 Keluarga saya mengingatkan tentang


hal hal yang harus dihindari selama
menjalankan pengobatan (seperti tidak
merokok dan minum alcohol)

15 Keluarga saya mengusahakan dana


yang diperlukan untuk biaya
pengobatan dan perawatan saya
Keluarga saya mempunyai cukup waktu
16 untuk menemani saya berobat atau
control
Keluarga saya memenuhi kebutuhan
17 makan dan minum saya di rumah

Keluarga saya membantu memecahkan


18 masalah dan kendala dalam
menjalankan pengobatan
Keluarga saya mengingatkan saya
19 untuk terus berikhtiar dan bersyukur

Keluarga memberikan pujian ketika


20 saya menjalankan pengobatan dengan
sungguh-sungguh
Keluarga saya memberikan nasehat saat
21 saya menghadapi masalah

Keluarga mengingatkan saya untuk


22 menjaga pola hidup sehat seperti makan
sayur, buah, olah raga ringan dll
Kedekatan dan kehangatan dalam
23 keluarga membuat saya merasa dicintai
dan disayangi sehingga saya merasa
tenang dalam menjalani pengobatan
Perhatian dukungan dari keluarga
24 membuat saya termotivasi untuk
menjalankan pengobatan dengan tuntas

xviii
Nasihat dari keluarga memotivasi saya
25 untuk patuh dalam pengobatan

Kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS)

2. Kepatuhan Minum Obat

No. Pertanyaan Jawaban


Ya Tidak
1 Apakah Anda kadang-kadang lupa minum obat untuk
penyakit anda?

2 Terkadang seseorang tidak sempat minum obat bukan


karena lupa. Selama dua pekan terakhir ini, pernahkah
Anda dengan sengaja tidak menggunakan obat atau
meminum obat Anda?
3 Pernahkan Anda mengurangi atau berhenti menggunakan
obat atau minum obat tanpa memberitahu dokter Anda
karena Anda merasa kondisi Anda tambah parah ketika
menggunakan obat atau minum obat tersebut?
4 Ketika Anda berpergian atau meninggalkan rumah, apakah
Anda kadang-kadang lupa membawa obat Anda?
5 Apakah Anda minum semua obat kemarin?

6 Ketika Anda merasa membaik, apakah Anda terkadang


berhenti minum obat?

7 Minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak


menyenangkan bagi sebagian orang. Apakah Anda
merasa terganggu karena keadaan seperti itu ?

xix
8 Petunjuk : Lingkari salah satu pilihan dibawah ini
Apakah Anda mengalami kesulitan mengingat untuk minum semua
obat Anda?
f. Tidak pernah (tidak pernah lupa)
g. Sesekali (1 kali dalam seminggu)
h. Kadang-kadang (2-3 kali dalam seminggu)
i. Biasanya (biasanya 4-6 kali dalam seminggu)
j. Selalu (7 kali dalam seminggu)

xx
Lampiran 2. Hasil Output SPSS

Lampiran Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ( Jenis Kelamin, Usia,


Pekerjaan, Pendidikan Terakhir)
Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 22 68.8 68.8 68.8

Perempuan 10 31.2 31.2 100.0

Total 32 100.0 100.0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Remaja 6 18.8 18.8 18.8

Dewasa 26 81.2 81.2 100.0

Total 32 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak bekerja 10 31.2 31.2 31.2

Bekerja 22 68.8 68.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

xxi
Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pendidikan rendah 22 68.8 68.8 68.8

Pendidikan Tinggi 10 31.2 31.2 100.0

Total 32 100.0 100.0

Lampiran Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dan Kepatuhan

Dukungan Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak baik 5 15.6 15.6 15.6

Baik 27 84.4 84.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kepatuhan minum obat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak patuh 4 12.5 12.5 12.5

Patuh 28 87.5 87.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

xxii
Lampiran Uji Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan

Dukungan Keluarga * Kepatuhan minum obat Crosstabulation

Kepatuhan minum obat

Tidak patuh Patuh Total


Dukungan Keluarga Tidak baik Count 4 1 5
Expected Count .6 4.4 5.0
% within Dukungan 100.
80.0% 20.0%
Keluarga 0%
Baik Count 0 27 27
Expected Count 3.4 23.6 27.0
% within Dukungan 100.
.0% 100.0%
Keluarga 0%
Total Count 4 28 32
Expected Count 4.0 28.0 32.0
% within Dukungan 100.
12.5% 87.5%
Keluarga 0%

Chi-Square Tests
Exact
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 24.686a 1 .000
b
Continuity Correction 17.913 1 .000
Likelihood Ratio 19.109 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
23.914 1 .000
Association
N of Valid Casesb 32
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .63.
b. Computed only for a 2x2 table

xxiii
Lampiran 3. Permohonan Izin Penelitian

xxiv
Lampiran 4. Keterangan Selesai Penelitian

xxv
Lampiran 5. Dokumentasi

xxvi

Anda mungkin juga menyukai