SKRIPSI
RISSA NUROKTAVIANI
NPM: BK.1.15.017
Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan dan kematian
yang tinggi, terutama pada usia balita. Pengetahuan dan sikap ibu berperan penting
dalam penurunan angka kematian dan pencegahan kejadian diare pada anak balitanya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita
dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota Bandung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi kasus adalah ibu
yang mempunyai balita di wilayah kelurahan neglasari yang berjumlah 437 ibu
balita.Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah simple random
sampling. Sampel penelitian yaitu sebanyak 81 ibu yang mempunyai balita di
kelurahan Neglasari.
Hasil dari uji chi square penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan kejadian diare pada balita dengan hasil pengetahuan ibu (p=
0,393) dan sikap ibu (p= 1,000). Simpulan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan
sikap ibu balita dengan kejadian diare di Kelurahan Neglasari wilayah kerja Puskesmas
Neglasari. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi
kepada ibu dan keluarga terdekat tentang kejadian diare pada balita sehingga ibu dan
keluarga terdekat dapat melakukan pencegahan berupa pentingnya sarana air bersih,
ketersediaan jamban sehat, sarana pembuangan air limbah dan sarana pengelolaan
sampah, yang bisa menjadi faktor terjadinya diare pada balita.
iv
ABSTRACT
Diarrhea is a public health problem with high morbidity and mortality rates, especially
at the age of five. Mother’s knowledge and attitudes about diarrhea an important role
in reducing mortality and preventing the incidence of diarrhea in children. The purpose
of this study was to determine the relationship between knowledge and attitudes of
toddlers’ mothers with the occurrence of diarrhea in the working area of the Neglasari
Puskesmas (Community Health Center) in Bandung.
This research used a cross sectional approach. The case population was mothers who
have children under five years old in Neglasari village, which were 437 toddlers’
mothers. The sampling technique was consecutive sampling. The research samples
were 81 mothers who have children under five years old in Neglasari village.
The results of the chi square test of this study found no significant relationship between
knowledge and the incidence of diarrhea in toddlers with the results of maternal
knowledge (p = 0.393) and maternal attitudes (p = 1,000). In conclusion, there was no
relationship between the knowledge and attitudes of toddlers’ mothers with the
occurrence of diarrhea in Neglasari village, the work area of Neglasari Puskesmas
(Community Health Center). It is expected that the results of this study can be a
reference and information to mothers and immediate family about the incidence of
diarrhea in toddlers so that mothers and immediate family can do the prevention such
as the importance of clean water facilities, availability of healthy latrines, waste water
disposal facilities and waste management facilities, which can be a factor of diarrhea
in toddlers.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat illahi rabbi, Allah SWT yang telah
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa saya panjatkan shalawat serta salam
Dalam kesempatan ini saya sebagai penulis berbahagia karena telah dapat
penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Penyusunan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan dorongan semangat dari
berbagai pihak, sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
tepat waktu. Oleh karenaitu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya
kepada :
3. Dr. Ratna Dian K,M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan sekaligus
vi
4. Nova Oktavia, SKM.,MPH selaku Ketua Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat
6. drg. Laksmi Dewi selaku Kepala UPT Puskesmas Babakansari yang telah
Serta terimakasih yang paling utama kepada kedua orang tua dan suami yang
Rissa Nuroktaviani
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ i
ABSTRAK ................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
viii
2.1. Diare .................................................................................................... 8
2.1.8 Dehidrasi....................................................................................... 23
ix
2.6. Pelayanan Kesehatan............................................................................ 45
x
3.8 2. Teknik Analisa Data ...................................................................... 61
5.2. Saran.................................................................................................... 77
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita ......... 69
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 11 Dokumentasi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang di sepakati oleh berbagai negara
dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) dimana salah satu
kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur. Salah satu langkah
Target Sistem Kesehatan Nasional, dengan upaya mengakhiri kematian bayi dan
Masa balita merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan
masa ini sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut
of opportunity) dan “masa kritis” (critical period) (Depkes RI, 2011). Anak balita
merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Anak
1
2
tertinggi pada anak usia balita adalah penyakit diare (WHO, 2010).
Episode diare terjadi pada anak usia dibawah lima tahun, terutama pada
anak di bawah dua tahun pertama kehidupan. Insiden tertinggi pada kelompok
usia 6-11 bulan, yaitu pada saat bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI.
Pada fase oral, perilaku anak yang mulai selalu memasukkan benda apa saja yang
di pegang ke dalam mulutnya, maka akan ada resiko terkontaminasi bakteri dan
lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian. Peran orang tua
sangat berperan terhadap kejadian diare pada balita, salah satunya adalah peran
ibu. Peran dalam hal masalah kesehatan yaitu bagaimana ibu mencegah,
menangani anak yang terkena penyakit diare. Peran ibu dalam masalah kesehatan
sangat penting, karena di dalam merawat anak, ibu sebagai pelaksana dan
sikap apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan, salah satunya
klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada
kejadian diare pada anak. Pada penelitian sebelumnya oleh (Setia, 2012) di
(Riskesdas) tahun 2018 prevalensi diare pada katagori semua umur sebesar 6,8%
Indonesia, provinsi terbesar adalah Sumatra Utara dengan angka prevalensi diare
balita sebesar 14,2 %, Papua 13,9% dan Aceh sebesar 13,8%. Sedangkan untuk
provinsi Jawa barat berada di urutan ke-8 dengan prevalensi 12,8 %(Riskesdas,
2018).
balita pada tahun 2017 terdapat 21.413 kasus diare pada balita atau 50,84%
(Dinkes Kota Bandung, 2017). Sedangkan pada tahun 2018 penderita diare pada
secara acak, yaitu UPT Puskesmas Cigadung, UPT Puskesmas Cikutra Lama dan
Cikutra Lama dan sebanyak 394 penemuan penderita diare di UPT Puskesmas
kasus diare terbesar dari tiga puskesmas yang dilakukan studi pendahuluan, maka
dari itu Puskesmas Neglasari dijadikan tempat untuk penelitian terhadap kejadian
setiap tahunnya, pada tahun 2016 ditemukan sebesar 259 kasus diare bada balita,
pada tahun 2017 terjadi kenaikan sebesar 371 kasus diare balita, dan pada tahun
2018 sebesar 394 kasus diare balita. Wilayah kerja Puskesmas Neglasari terdiri
diare balita terbesar diantara ke 3 kelurahan tersebut yaitu sebesar 172 penemuan
sosialisasi dan penyuluhan dalam dan luar gedung, Pembentukan kader diare,
tatalaksana kasus dan sistem rujukan. Namun kasus diare masih terbilang cukup
tinggi karena masih banyaknya ibu yang mengganggap diare adalah penyakit
5
yang lumrah dan tidak berbahaya jika di derita oleh balitanya dan masih banyak
ibu yang mempunyai pengetahuan kurang tentang pencegahan diare . Dan diare
selalu menjadi lima besar penyakit yang ada di wilayah puskesmas Neglasari,
mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan kejadian Diare di
yaitu Adakah Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Kejadian
1.3. Tujuan
1.4 Manfaat
Bandung.
Bandung.
3. Bagi peneliti
Kota Bandung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
volume cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2008).
Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah
lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar encer,
penyakit diare pada anak apabila tidak ditangani dengan pertolongan yang
cepat dan tepat dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes RI, 2004). Diare
atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung dengan penderita
melalui sentuhan tangan atau secara tidak langsung melalui lalat (melalui 5F
= faeces, flies, food, fluid, finger) (Kemenkes RI, 2011). Faktor terjadinya
diare yaitu :
8
9
1. Faktor infeksi
2. Faktor makanan
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.
perilaku ibu masih banyak yang merugikan kesehatan salah satunya kurang
3. Faktor lingkungan
kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular,
penggunaan sarana air yang sudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar, kondisi lingkungan
4. Faktor perilaku
terhadap kuman.
5. Faktor umur
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai
menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan
6. Infeksi asimtomatik
beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau
pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Escheria coli dapat
Escheria coli sering ditemukan pada lingkungan ibu danbayi, belum pernah
dilaporkan bahwa ASI sebagai sumber infeksi Escheria coli (Alan &
Mulya, 2013).
7. Faktor musim
Didaerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim
Disamping faktor resiko diatas ada beberapa faktor dari penderita yang
pencegahan dan perawatan anak dengan diare sangat penting. Faktor yang
diare yang bisa menyebabkan anak terlambat untuk ditangani dan terlambat
berdasarkan :
lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang
pada anak atau bila makanan tetap diberikan tetapi dalam bentuk
b. Diare kronik
Diare Kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kronik.
2. Mekanisme patofisiologik
Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai
oleh infeksi bakteri akibat rangsangan pada mukosa usus oleh toksin,
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh
itu, bila di lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan
larutan isotonik, air atau bahan yang larut maka akan melewati
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,
diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila
Bila anak telah banyak kehilanagn air dan elektrolit maka terjadilah
mulut dan kulit tampak kering, keelastisitan kulit berkurang, dan terjadi
2.1.5 Epidemiologi
a. Host
Host yaitu balita, diare lebih banyak terjadi pada balita. Karena daya
b. Agent
paling banyak terjadi pada diare balita adalah infeksi kuman e.colli,
c. Environment
17
abiotik yaitu udara, keadaan tanah, air, geografi dan zat kimia. Keadaan
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terutama pada ibu yang mengurus anak
dengan adanya antibiotik dan za-zat yang dikandung lainnya. ASI turut
besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan
dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air
dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan
membuat lokasi kakus lebih dari 10 meter jauh dari sumber yang
digunakan.
tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Tinja bayi harus dibuang dengan
bersih dan benar dengan cara membungkus sisa tinja secara tertutup
rapat dan segera di buang dan segera bersihkan anak setelah anak buang
2.1.7 Penatalaksaaan
akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program
klorida (NaCl), Kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta
yang terbuang saat terserang diare. Air minum biasa tidak dapat
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit merupakan cairan terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus
2. Zinc
Zinc adalah salah satu zat mikro yang penting untuk kesehatan dan
yang ada dalam tubuh akan menurun saat anak mengalami diare dengan
bulan berikutnya.
a. Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari
Cara pemberian tablet Zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air
matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI,
2011).
22
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
tidak diberi asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan
menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi resiko terkena
diare kembali akan menjadi lebih besar (Kemenkes R1, 2011). Oleh
a. Bagi ibu yang menyusui bayinya harus lebih sering memberikan ASI
selama diare dan selama masa penyembuhan (bayi 0-24 bulan atau
lebih).
yaitu makanan pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6-
4. Antibiotik selektif
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasihat tentang:
jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, makan
atau minum sedikit, demam, tinja berdarah, dan tidak membaik dalam 3
hari.
2.1.8 Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak dari pada jumlah
yang masuk, dan kehilangan cairan ini disertai dengan hilangnya elektrolit.
anak, pada dehidrasi ringan terjadi penurunan berat badan sebesar 2,5
sampai 5%, pada dehidrasi sedang terjadi penurunan berat badan 5 sampai
10% sedangkan pada dehidrasi berat terjadi penurunan berat badan > 10%
(Suraatmaja, 2009).
Tanda dan gejala dehidrasi dapat dilihat dari penurunan berat badan,
ubun-ubun dan mata cekung, tonus otot berkurang, turgor atau elistisitas
Akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang mendadak pada saat
a. Dehidrasi
ringan terdapat tanda mata terlihat normal, rasa haus normal, turgor kulit
rewel, mata terlihat cekung, haus dan turgor kulit kembali lambat.
tidak sadar, mata terlihat cekung, dan turgor kulit kembali sangat lambat
b. Hypokalemia
2005).
asupan energi dan protein akibat diare. Tanpa protein dan sumber energi
gula dalam tinja dengan kertas laksmus dan tablet clinlinitest bila diduga
intoleransi gula, bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi,
kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare
berat, deman, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia
darah, natrium kalium, klorida ureum, kreatin, analisa gas darah, dan
2.2 Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih atau
lebih popular dengan pengertian anak usia di bawah 5 tahun (Muaris, 2006). Balita
merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian
keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita karena
(Supartini, 2004).
Berdasarkan karakteristik, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua
yaitu, anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan balita yang merupakan
konsumen pasif, sedangkan usia pra sekolah lebih dikenal ssebagai konsumen aktif
pada usia 3-5 tahun. Anak sudah mulai memilih makanan yang disukainya. Pada
27
usia ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak
beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak (Uripi, 2004).
masyarakat.
2.4 Lingkungan
telah dimasak (Kemenkes, 2010). Sedangkan air minum adalah air yang
2011).
Keluarga, sarana air bersih yang memenuhi persyaratan adalah sumber air
bersih yang terlindungi yang mencakup PDAM, sumur pompa, sumur gali,
28
dan mata air terlindungi (Kemenkes, 2016). Sarana air bersih merupakan
sarana yang dapat menghasilkan sumber air bersih seperti sumur gali, sumur
1. Syarat Fisik Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau, dan tidak
berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara
a. Bau
Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Seperti bau karat,
bau besi, bau limbah yang tidak akan disukai oleh masyarakat.
b. Rasa
Air yang bersih pada umumnya memiliki rasa yang tawar. Air yang
membahayakan kesehatan.
c. Warna
dapat disebabkan adanya taannin dan asam humat yang terdapat secara
d. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
beracun dan zat-zat kimia lainnya yang melebihi nilai ambang batas
manusia seperti Besi (Fe), pH, Tembaga (Cu), Klorida, Seng (Zn) dan
Mangan (Mn).
yaitu 1 coliper 100ml air. Bakteri golongan ini berasal dari usus besar
dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin terdapat didalam air seperti
diganti kembali apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat
dengan kakus atau wc dengan atau tanpa kloset dan dilengkapi dengan
7. Desain sederhana
9. Bangunan jamban tertutup untuk melindungi dari panas dan hujan serta
leher angsa oleh sebuah keluarga. Jika dalam satu rumah terdiri dari
beberapa keluarga dan menggunakan jamban leher angsa yang sama, maka
tinggal pada rumah yang sama (Kemenkes, 2016). Jenis jamban yang
Air limbah merupakan sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang
berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari kegiatan industri dan rumah
(Asmadi et al., 2012). Volume limbah cair dari perumahan bervariasi mulai
dari 200 liter sampai 400 liter per orang per hari. Air limbah rumah tangga
terdiri dari 3 macam yaitu tinja, air seni dan grey water. Grey water
merupakan air buangan cucian dapur, air buangan mesin cuci dan air
buangan dari kamar mandi. Campuran tinja dan urin disebut dengan
yang umum digunakan adalah kolam anaerobic, kolam fakultatif dan kolam
buangan yang berasal dari manusia, yang sudah tidak digunakan kembali,
dan sudah dianggap tidak berguna lagi dan dibuang. Menurut Environment
kembali, tidak terpakai tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut Undang-
manusia atau proses alam yang berbentuk padat.. Sampah yang dihasilkan
2. Mudah dibersihkan
4. Memiliki tutup
dengan cara dibakar (49,5%) dan hanya 34,9% rumah tangga yang
sampah rumah tangga dengan cara ditimbun dalam tanah (1,5%), dibuat
2.4 Perilaku
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
yaitu perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari mengobati
Menurut tim ahli WHO (1984), bahwa ada empat alasan pokok yang
lain.
mudah halnya untuk masyarakat pun turut meyakini dan melakukan yang
3. Sumber Daya
4. Kebudayaan
dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut
kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan
perilaku. Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang
berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat
2.4.1 Pengetahuan
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
lain.
mempengaruhi pengetahuan :
seseorang.
individu.
lingkungannya.
2.4.2 Sikap
Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berfikir, keyakinan dan
berusaha anaknya tidak terkena diare. Dalam berfikir komponen emosi dan
anaknya agar tidak terkena diare. Hal ini mencerminkan si ibu mempunyai
sikap tertentu terhadap objek (penyakit diare). Sikap terdiri dari berbagai
tingkatan :
1. Menerima (receiving)
2. Merespon (responding)
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu bebar atau
3. Menghargai (valuting)
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
karena kesibukannya, meskipun tahu jika asi ekslusif lebih baik dari
2.4.3 Tindakan
1. Persepsi
2. Respon terpimpin
Dapat dilakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
3. Mekanisme
4. Adopsi
atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes
melitus dan asma bronehial. Selain itu, faktor keturunan juga dapat dikaji dari
kondisi balita dan ibu hamil. Masa kehamilan dan balita sangat menentukan
perkembangan otak anak. Dalam hal ini perilaku ibu memegang peranan karena
kesehatan balita sangat tergantung oleh ibunya (Anggraini and Lisyaningsih, 2013).