Anda di halaman 1dari 91

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS

HIDUP PADA LANSIA DI PUSKESMAS HARAPAN


RAYA KOTA PEKANBARU

SKRIPSI

GUSDI RISKA SAPITRI


18301051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2022
HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS
HIDUP PADA LANSIA DI PUSKESMAS HARAPAN
RAYA KOTA PEKANBARU

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

GUSDI RISKA SAPITRI


18301051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2022
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Gusdi Riska Sapitri


NIM : 18.301.051
Program Studi : S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri
Judul Proposal : Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada
Lansia Di Puskesmas Harapan Raya Kota Pekanbaru

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pekanbaru, 15 Juni 2022


Yang Membuat Pernyataan,

Gusdi Riska Sapitri


NIM. 18301051

iv
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

Skripsi, Juli 2022


Gusdi Riska Sapitri

Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Puskesmas


Harapan Raya Pekanbaru

Xiii + 72 Halaman + 9 Tabel + 9 Lampiran


ABSTRAK

Berkurangnya interaksi sosial pada lansia dapat menyebabkan perasaan terisolir,


sehingga lansia memilih menyendiri dan merasa terisolasi dan akhirnya depresi,
maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup pada lansia.Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Hubungan Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup di
Pusksmas Harapan Raya pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Harapan Raya Pekanbaru. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian adalah desain korelasi dengan menggunakan pendekatan
studi cross sectional. Populasi dalam penelitian sebanyak 315 lansia dan sampel
dalam penelitian ini 76 responden lansia. Instrumen penelitian ini menggunakan
kuesioner interaksi sosial dan kuesioner WHOQOL-BREF untuk kualitas hidup.
Hasil penelitian didapatkan hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas
hidup dengan nilai p value yaitu 0,00 < dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa
lansia yang memiliki nilai OR 5.600 berpeluang untuk memiliki kualitas hidup
baik dibandingkan dengan lansia yang memiliki interaksi sosial yang rendah. Bagi
peneliti selanjutnya disarankan untuk mencari faktor lain sepertesi faktor
keturunan, faktor pola makan, faktor penyakit, faktor psikologis dan yang lainnya
yang berhubungan dengan interaksi sosial dengan kualitas hidup serta
memperbanyak jumlah responden.

Kata Kunci : Interaksi sosial, Kualitas hidup, Lansia


Daftar Bacaan : 32 (2017-2022)

v
NURSING PROGRAM
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

Research, July 2022

Gusdi Riska Sapitri

Social Interaction Relationship With Quality Of Life In The Elderly At The


Health Center Harapan Raya Pekanbaru

Xiii + 72 Pages + 9 Tables + 9 Attachments

ABSTRACT

Reduced social interaction in the elderly can cause feelings of isolation, so that the
elderly choose to be alone and feel isolated and ultimately depression, so this can
affect the quality of life in the elderly. This research was conducted at Harapan
Raya Health Center Pekanbaru. This type of research is a quantitative research
with a research design is a correlation design using a cross sectional study
approach. The population in this study were 315 elderly and the sample in this
study was 76 elderly respondents. The research instrument used a social
interaction questionnaire and the WHOQOL-BREF questionnaire for quality of
life. The results showed that there was a relationship between social interaction
and quality of life with a p value of 0.00 < from 0.05. This shows that the elderly
who have an OR value of 5,600 have the opportunity to have a good quality of life
compared to the elderly who have low social interaction. For further researchers,
it is recommended to look for other factors such as heredity, dietary factors,
disease factors, psychological factors and others related to social interaction with
quality of life and increase the number of respondents.

Keywords : Social interaction, Quality of life, Elderly


References : 32(2017-2022)

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini
dengan Judul “Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di
Puskesmas Harapan Raya”
Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan, kepada yang
terhormat
1. Dr. Hj. Deswinda, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
2. Ns. Fitri Dyna, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Payung Negeri Pekanbaru.
3. Dr. Ezalina, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan
banyak waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan pengarhan dan saran-
saran selama penyusunan skripsi ini.
4. Penguji I Ns. Candra saputra, M.Kep selaku penguji yang telah meluangkan
banyak waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan peangarahan dan saran-
saran selama penyusunan skripsi ini.
5. Penguji II Ns. M. Zul’irfan, M.Kep selaku penguji yang telah meluangkan
banyak waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan pengarahan dan saran-
saran selama penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Payung Negeri Pekanbaru yang telah memberi
dorongan dan motivasi kepada peneliti sehingga dapat meyelesaikan studi
dengan baik.
7. Kepada ayahanda Ahmadi, ibunda Sarmiati beserta keluarga yang telah banyak
memberi dukungan, semangat dan dorongan serta do’a yang tiada henti-
hentinya kepada peneliti, berupa moril dan materil sehingga dapat,
menyelesaikan skripsi di STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
8. Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
yang telah memberikan masukan, dorongan dan semangat kepada peneliti.

vii
Disamping itu harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat dan peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
skripsi penelitian ini.

Pekanbaru, 15 Juni 2022

( Peneliti )

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR SKEMA .............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1. Tujuan Umum ......................................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ........................................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
A. Konsep Lansia ............................................................................................... 7
1. Definisi Lansia ....................................................................................................... 7
2. Tugas Perkembangan Lansia ................................................................................ 7
3. Klasifikasi Lansia ................................................................................................... 8
4. Karakteristik Lansia ............................................................................................... 9
2. Konsep kualitas hidup ......................................................................................... 10
a. Definisi Kualitas hidup ..................................................................................... 10
b. Domain pengukuran kualitas hidup ................................................................ 11
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia ............................. 13
3. Konsep Interaksi Sosial ....................................................................................... 14
a. Pengertian interaksi sosial ................................................................................ 14
b. Jenis-jenis interaksi sosial ................................................................................ 15
c. Faktor-faktor interaksi sosial ........................................................................... 15
d. Domain pengukuran interaksi sosial ............................................................... 17
f. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial................................................................... 19
B. Penelitian Terkait ......................................................................................... 20
C. Kerangka Konseptual................................................................................... 21

ix
D. Hipotesis ...................................................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 22
A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................................... 22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 22
C. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian ................................................. 23
D. Instrumen Penelitian .................................................................................... 25
E. Definisi Operasional .................................................................................... 27
F. Etika Penelitian ............................................................................................ 28
G. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 29
H. Analisa Data................................................................................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 32
A. Hasil Analisa Univariat................................................................................ 32
B. Analisa Bivariat ........................................................................................... 33
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 35
A. Analisa Univariat ......................................................................................... 35
B. Analisis Bivariat .......................................................................................... 40
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 42
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 44
A. Kesimpulan .................................................................................................. 44
B. Saran ............................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan penelitian ............................................................. 23


Tabel 3.2 Indikator Kuesioner Interaksi Sosial .............................................. 26
Tabel 3.3 Indikator Kuesioner Kualitas Hidup .............................................. 26
Tabel 3.4 Definisi Operasional ....................................................................... 27
Tabel 3.5 Uji Chi Square ....................................................................................... 31
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik \ Lansia di Puskesmas
Harapan Raya Pekanbaru ......................................................................... 32
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Interaksi Sosial pada Lansia di
Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru ............................................. 33
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup pada Lansia
di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru ......................................... 33
Tabel 4.4 Hubungan Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup pada Lansia
di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru ......................................... 34

xi
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 21

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Surat Online KESBANGPOL
Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian KESBANGPOL
Lampiran 6 : Surat Riset Dinas Kesehatan
Lampiran 7 : Surat Pengantar dari Dinas Kesehatan
Lampiran 8 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 9 : Lembar Konsul

xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan proses bertambahnya usia yang ditandai dengan
penurunan fungsi organ tubuh akibat dari berkurangnya jumlah dan
kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk
mempertahankan fungsi secara normal berkurang. Meningkatnya usia
harapan hidup di Indonesia tentu berdampak pada bertambahnya jumlah
penduduk lansia di negeri ini. Hal ini menuntut pemerintah untuk
memberikan perhatian lebih pada lansia terutama yang berkaitan dengan
masalah kesehatan. Meningkatnya jumlah populasi dan angka harapan
lansia mengakibatkan berbagai masalah seperti masalah kesehatan,
psikologis dan sosial ekonomi akan dirasakan oleh lansia. Selain itu hal
tersebut juga akan mempengaruhi kesejahteraan lansia baik dari segi fisik,
mental, dan sosial. (Akbar, 2020)
Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan
setiap tahunnya pada tahun 2019 sebanyak 25,9 (9,7%) juta jiwa, tahun
2020 sebanyak 28,8 (11,34 %) juta jiwa, diprediksi akan terus mengalami
peningkatan pada tahun 2035 mencapai 48,2 (15,8%) juta jiwa. Indonesia
berada di posisi keempat setelah Cina, India, dan Jepang. Data lanjut usia
di Provinsi Riau tahun 2018 sebanyak 11.156 lansia dan pada tahun 2019
sebanyak 11.217 lansia, sedangkan jumlah lansia di kota Pekanbaru tahun
2018 sebanyak 56.430 dan pada tahun 2019 sebanyak 60.666 (Susanti &
Hasrianto, 2021).
Berdasarkan laporan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
pada bulan Maret 2019, angka kesakitan, yang merupakan indikator
status kesehatan, mencapai 26,2% pada lansia Indonesia (yang berarti:
satu dari empat lansia Indonesia mengalami sakit), dengan persentase
yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur lansia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2015 menunjukkan penyakit
terbanyak pada lanjut usia adalah hipertensi, artritis, stroke, Penyakit

1
2

Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM) (Rumawas,


2021). Prevalensi masalah psikologis pada populasi lansia diperkirakan
1-2%, prevalensi perempuan 1,4% dan laki-laki 0,4% (Imawati et al.,
1945). Penelitian yang dilakukan oleh Supasiri et al., dalam Destriande et
al., (2021) didapatkan hasilnya menunjukkan prevalensi masalah
kesehatan mental pada lansia yang berpartisipasi setinggi 31%.
Kecemasan memiliki yang tertinggi prevalensi 25,6% di antara 3 emosi
negatif negara (stres, depresi dan kecemasan).
Menurut Destriande et al., (2021) kerentanan di masa tua dalam
kehidupan, lansia menghadapi sejumlah kesulitan yang berkaitan dengan
usia dan lingkungannya seperti menderita penyakit kronis, kesepian dan
kurangnya perlindungan sosial dan dalam banyak kasus karena fisik dan
mental disabilitas, kemandirian mereka terancam. Masalah tersebut
menyebabkan penurunan kualitas hidup (QOL). Penuaan dikaitkan dengan
perubahan status kesehatan dan penurunan kapasitas fungsional yang
mempengaruhi kesejahteraan umum individu dengan peningkatan
prevalensi penyakit tidak menular kronis. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada aspek fisik, mental, biologis, maupun sosial ekonomi, yang
mana nantinya akan menentukan pada kualitas hidup lansia tersebut.
(Fakoya et al., 2018)
Berbagai perubahan dan kemunduran dialami oleh lansia
merupakan hal yang natural akibat proses penuaan yang terjadi. Salah satu
perubahan yang dialami lansia adalah interaksi sosial. Berkurangnya
interaksi sosial pada lansia dapat menyebabkan perasaan terisolir,
sehingga lansia menyendiri dan mengalami isolasi sosial dengan lansia
merasa terisolasi dan akhirnya depresi, maka hal ini akan mempengaruhi
kualitas hidup lansia (Akbar, 2020)
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang saling
mempengaruhi antar individu yang terjadi di masyarakat yang berlangsung
sepanjang hidupnya. Interaksi sosial dapat berdampak positif terhadap
kualitas hidup karena dengan adanya interaksi sosial maka lansia tidak
3

merasa kesepian, oleh sebab itu interaksi sosial harus tetap dipertahankan
dan dikembangkan pada kelompok lansia. Lanjut usia yang dapat terus
menjalin interaksi sosial dengan baik dapat berpengaruh juga pada kualitas
hidupnya. (Athurrita, 2017)
Kualitas hidup dapat diartikan sebagai persepsi seseorang atau
individu mengenai keberfungsian mereka dalam berbagai bidang
kehidupan. Sejauh ini belum ada defenisi yang universal mengenai
kualitas hidup. Kualitas hidup seringkali digambarkan sebagai
kesejahteraan fisik, fungsional, emosional dan factor sosial. Kualitas hidup
menilai lima hal yaitu kemampuan berjalan, perawatan diri, aktivitas yang
biasa dilakukan, rasa nyeri atau rasa tidak nyaman, rasa cemas atau depresi
(Cahya et al., 2017).
Kualitas hidup adalah sejauh mana seseorang dapat merasakan dan
menikmati terjadinya segala peristiwa penting dalam kehidupannya
sehingga kehidupannya menjadi sejahtera jika seseorang dapat mencapai
kualitas hidup yang tinggi, maka kehidupan individu tersebut mengarah
pada keadaan sejahtera (wellbeing), sebaliknya jika seseorang mencapai
kualitas hidup yang rendah, maka kehidupan individu tersebut mengarah
pada keadaan tidak sejahtera (ill-being) (Cahya et al., 2017). Hal ini sesuai
dengan Risdianto dalam Cahya, (2017) yang menyebutkan bahwa
kesejahteraan menjadi salah satu parameter tingginya kualitas hidup lanjut
usia sehingga mereka dapat menikmati kehidupan masa tuanya.
Masalah psikologis pada lansia merupakan salah satu proses
penuaan yang akan dialami oleh semua lansia. Lansia akan mengalami
perubahan psikologis seperti short term memory, frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan,
depresi, dan kecemasan. Masalah psikologis pada lansia biasanya terjadi
karena transisi peran pada lingkungan sosial, kehilangan, perubahan pada
fisiologis dan kematian. Perubahan psikologis yang dialami oleh lansia
akan mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan
dengan masyarakat sekitar sehingga dapat mempengaruhi interaksi sosial.
4

Berkurangnya interaksi sosial pada lansia dapat menyebabkan perasaan


terisolir, sehingga lansia memilih menyendiri dan merasa terisolasi dan
akhirnya depresi, maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia
(Andesty, 2018)
Untuk meningkatkan kualitas hidup, maka seseorang perlu
mendapatkan dukungan sosial, psikologis, dan spiritual. Dukungan sosial
meliputi rasa empati, dan penghargaan. Dukungan psikologis lebih kepada
support, memberikan nasehat dan saran. Sedangkan dukungan spiritual
lebih kepada penguatan iman, memberikan harapan dan makna hidup
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Ihsan et al., 2021)
Menurut penelitian Andesty & Syahrul (2019), hasil penelitian
menunjukan ada hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup
lansia di UPTD Griya Werdha Kota Surabaya. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Damayanti et al., (2021) dengan sampel 161 lansia dari
Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas
hidup (domain kesehatan), kualitas hidup (domain psikosisial), kualitas
hidup (domain relasi sosial) lansia hal ini berhubungan dengan
kemampuan lansia dalam mempertahankan status sosial berdasarkan
kemampuannya bersosialisasi, interaksi sosial ( domain kesehatan, domain
psikososial, dan domain relasi sosial) suatu hal yang sangat penting dalam
meningkatkan kualitas hidup lansia sedangkan tidak ada hubungan antara
interaksi sosial dengan kualitas hidup (domain lingkungan) lansia.
Penelitian Widodo et al., (2017) didapatkan lansia sebagian besar memiliki
interaksi sosial yang baik yaitu 72 orang (73,5%) dan sebagian besar
memiliki kualitas hidup yang baik yaitu sebanyak 62 orang (63,3%). Ada
hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
di Puskesmas Harapan Raya Kota Pekanbaru terhadap 10 lansia
didapatkan 6 orang lansia mengatakan bahwa kondisi fisiknya masih sehat
5

tanpa harus dilakukan pemeriksaan medis, 4 orang lansia mengatakan


bahwa dirinya mempunyai perasaan yang terkadang merasa kesepian dan
4 orang mengatakan untuk hubungan sosial masih dapat berinteraksi
dengan baik namun terkadang lansia tersebut masih enggan untuk
bersosialisasi karena ada hal-hal yang dihindari seperti tidak percaya diri
dan tidak mau berinteraksi.

B. Rumusan Masalah
Perubahan psikologis yang dialami oleh lansia akan mengakibatkan
lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat
sekitar sehingga dapat mempengaruhi interaksi sosial. Berkurangnya
interaksi sosial pada lansia dapat menyebabkan perasaan terisolir, sehingga
lansia memilih menyendiri dan merasa terisolasi dan akhirnya depresi,
maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup pada lansia. Berdasarkan
latar belakang diatas dapat memberikan dasar bagi peneliti untuk
merumuskan suatu masalah “Apakah Ada Hubungan Antara Interaksi
Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Puskesmas Harapan Raya?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya gambaran hubungan antara interaksi sosial
dengan kualitas hidup pada lansia di Puskesmas Harapan Raya

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup lansia di Puskesmas
Harapan Raya
b. Untuk mengetahui gambaran interaksi sosial lansia di Puskesmas
Harapan Raya
c. Untuk mengetahui hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup
pada lansia di Puskesmas Harapan Raya
6

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Tempat Penelitian
Dapat dijadikan sebagai pedoman atau bahan masukan dan
informasi bagi tenaga kesehatan, serta dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan pada masyarakat di lingkungan Puskesmas
Harapan Raya Kota Pekanbaru.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
keperawatan gerontik tentang hubungan interaksi sosial dengan
kualitas hidup pada lansia.
c. Bagi Responden
Di harapkan untuk lansia dapat melakukan interaksi sosial dengan
baik agar kualitas hidup yang dimilikinya juga baik.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan data dasar
bagi peneliti lainnya, khususnya peneliti-peneliti yang akan
melakukan penelitian tentang hubungan interaksi sosial dengan
kualitas hidup pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia merupakan suatu proses yang alami, semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, dimana manusia akan mengalami penurunan
fisik, mental dan sosial secara bertahap (Ihsan et al., 2021). Lansia
merupakan proses bertambahnya usia pada seseorang dan adanya
penurunan fungsi organ tubuh, mengalami masalah masalah kesehatan
salah satunya adalah masalah sosial yang dialami oleh lansia. Lansia
tidak dapat bersosial seperti di usia sebelum lansia karena terdapat
masalah kesehatan yang menjadi penghambat dalam interaksi sosial
(Indrawati, 2019).
Menurut Destriande et al., (2021) kerentanan di masa tua dalam
kehidupan, lansia menghadapi sejumlah kesulitan yang berkaitan
dengan usia dan lingkungannya seperti menderita penyakit kronis,
kesepian dan kurangnya perlindungan sosial dan dalam banyak kasus
karena fisik dan mental disabilitas, kemandirian mereka terancam.
Masalah tersebut menyebabkan penurunan quality of life (QOL).
Penuaan dikaitkan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan
kapasitas fungsional yang mempengaruhi kesejahteraan umum
individu dengan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular
kronis. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada aspek fisik,
mental, biologis, maupun sosial ekonomi, yang mana nantinya akan
menentukan pada kualitas hidup lansia tersebut. (Fakoya et al., 2018)

2. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Erickson dalam Minarti, (2020) kesiapan lansia untuk
beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia
lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap

7
8

sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang


sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik
serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang disekitarnya,
maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia
lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga,
mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-lain. Adapun tugas
perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pension.
c. Membentuk hubungan baik dengan seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau
masyarakat secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

3. Klasifikasi Lansia
Menurut effendi dalam Indrawati, (2019) mengklasifikasikan
batasan-batasan umur lansia yang dikutip dari beberapa sumber
sebagai berikut:
a. Menurut WHO (World Health Organization) ada beberapa
batasan umur lansia, yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) berusia 45 – 59 tahun
2) Usia lanjut (elderly) berusia 60 – 74 tahun
3) Lansia tua (old) berusia 75 – 90 tahun
4) Lansia sangat tua (very old) berusia lebih dari 90 tahun
b. Menurut Dra. Jos Madani (Psikolog UI) terdapat empat fase
1) Fase inventus berusia 25 – 40 tahun
2) Fase virilities berusia 40 – 55 tahun
3) Fase presenium berusia 55 – 65 tahun
4) Fase senium berusia lebih dari 65 tahun
9

c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro menjelaskan masa


lansut usia geriatric age 65 – 70 tahun yang terbagi dalam tiga
batasan umur, yaitu:
1) Young old berusia 70 – 75 tahun
2) Old berusia 75 – 80 tahun
3) Very old berusia lebih dari 80 tahun
4. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Trisnawati et al., (2017) yaitu:
a. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60
tahun.
b. Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin
perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang
paling tinggi adalah perempuan.
c. Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk
lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus
kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu
lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari
keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus
kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup
laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus
cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai
umumnya nikah lagi.
d. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat
berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik,
sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup
10

dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas


hidup sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian
besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%)
adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial.
e. Pendidikan terakhir
Pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat
sedikit yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan
kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik.
f. Kondisi kesehatan Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator
yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.
Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan
penduduk yang semakin baik.

2. Konsep kualitas hidup


a. Definisi Kualitas hidup
Menurut Yulianti dalam Akbar (2020), mendefinisikan kualitas
hidup merupakan persepsi individu dalam konteks budaya dan sistem
nilai tempat individu tersebut tinggal dan berkaitan dengan tujuan,
harapan, standar, dan urusan yang mereka miliki. Hal tersebut
memberikan konsep kesehatan fisik individu, kondisi psikologis,
kepercayaan seseorang, hubungan sosial dan keterlibatan seseorang
dengan sesuatu hal yang penting di lingkungan mereka.
Kualitas hidup dapat diartikan sebagai persepsi seseorang atau
individu mengenai keberfungsian mereka dalam berbagai bidang
kehidupan. Sejauh ini belum ada defenisi yang universal mengenai
kualitas hidup. Kualitas hidup seringkali digambarkan sebagai
kesejahteraan fisik, fungsional, emosional dan factor sosial. Setiap
individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari cara
menyikapi permasalahan yang terjadi pada dirinya. Apabila cara
11

menyikapi permasalahan dengan hal positif maka kualitas hidupnya


akan baik, akan tetapi apabila disikapi dengan negatif, maka akan
buruk pula kualitas hidupnya. (Athurrita, 2017).
Kualitas hidup adalah sejauh mana seseorang dapat merasakan dan
menikmati terjadinya segala peristiwa penting dalam kehidupannya
sehingga kehidupannya menjadi sejahtera jika seseorang dapat
mencapai kualitas hidup yang tinggi, maka kehidupan individu
tersebut mengarah pada keadaan sejahtera (wellbeing), sebaliknya jika
seseorang mencapai kualitas hidup yang rendah, maka kehidupan
individu tersebut mengarah pada keadaan tidak sejahtera (Kiik et al.,
2018).
b. Domain pengukuran kualitas hidup
Menurut Cahyo (2018) secara umum terdapat 4 bidang (domains)
yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup, yaitu kesehatan fisik,
kesehatan psikologik, hubungan sosial, dan lingkungan. Secara rinci,
bidang-bidang penilaian kualitashidup tersebut antara lain:
1. Domain kesehatan fisik
Menurut Retno (2018), kesehatan fisik dapat mempengaruhi
kemampuan individu untuk melakukan aktivitas. Domain kesehatan
fisik dijabarakan dalam beberapa aspek sebagai berikut:
a) Kegiatan kehidupan sehari-hari
b) Ketergantungan pada bahan obat dan bantuan medis
c) Energi dan kelelahan
d) Mobilitas
e) Rasa sakit dan ketidaknyamanan
f) Tidur dan istirahat
g) Kapasitas kerja
2. Domain psikologis
Domain psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental
individu. Keadaan mental mengarah pada mampu atau tidaknya
individu menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan perkembangan
12

sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dari dalam diri maupun


dari luar dirinya. Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik,
dimana individu dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik bila
individu tersebut sehat secara mental. Domain psikologis dijabarakan
dalam beberapa aspek sebagai berikut:
a) Bentuk dan tampilan tubuh
b) Perasaan negatif
c) Perasaan positif
d) Penghargaan diri
e) Spiritualitas agama atau keyakinan pribadi
f) Berpikir, belajar, memori, dan konsentrasi
3. Domain hubungan sosial
Hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih
dimana tingkah laku individu tersebut akan saling mempengaruhi,
mengubah, atau memperbaiki tingkah laku individu lainnya.
Mengingat manusia adalah mahluk sosial maka dalam hubungan
sosial ini, manusia dapat merealisasikan kehidupan serta dapat
berkembang menjadi manusia seutuhnya.
4. Domain lingkungan
Lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di
dalamnya keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan
segala aktivitas kehidupan, termasuk di dalamnya adalah saran dan
prasarana yang dapat menunjang kehidupan. Domain ini dijabarakan
dalam beberapa aspek sebagai berikut:
a) Sumber daya keuangan
b) Kebebasan, keamanan, dan kenyamanan fisik
c) Kesehatan dan kepedulian sosial: aksesbilitas dan kualitas
d) Lingkungan rumah
e) Peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru
13

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia


Menurut Destriande et al (2021), faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup lansia dalam adalah sebagai berikut:
1. Dukungan keluarga
Keluarga berfungsi sebagai tempat berbagi dengan anggotanya
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu.
Adaptasi, kemitraan, kematangan, kasih sayang, dan kebersamaan,
terjadi dalam kehidupan keluarga. Dukungan keluarga dibutuhkan
selama kehidupan lansia, sehingga mereka merasa dihargai dan
diperhatikan. Ditemukan bahwa harga diri dan hubungan keluarga
penting untuk meningkatkan kualitas hidup lansia (Seangpraw et
al., 2019)
2. Lingkungan tempat tinggal
Hubungan antara skor kualitas hidup dengan semua dimensi
hubungan sosial yang menunjukkan pentingnya menciptakan
hubungan sosial yang efisien di antara lansia dan meningkatkan
hubungan sosial dalam keluarga, teman dan tetangga yang
membawa peningkatan kualitas hidup lansia. Tampaknya kondisi
kehidupan modern yang berubah dan orang-orang termasuk lansia
menuju industrialisasi dan kehidupan perkotaan, mengarah pada
terbatasnya jaringan hubungan dan jansia dengan risiko isolasi.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor dari kualitas hidup.
Terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus
sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak
bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak
mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). (Retno, 2018)
4. Kesehatan fisik
Penyakit kronis mempengaruhi kualitas hidup. Nyeri merupakan
faktor pembatas untuk melakukan aktivitas sehari-hari dalam
14

keadaan normal, yaitu membatasi partisipasi sosial dan


menghasilkan persepsi negatif pada kualitas hidup lansia.
5. Kesehatan psikologis
Penelitian yang dilakukan oleh Supasiri et al., dalam Destriande et
al., (2021) didapatkan hasilnya menunjukkan prevalensi masalah
kesehatan mental pada lansia yang berpartisipasi setinggi 31%.
Kecemasan memiliki yang tertinggi prevalensi 25,6% di antara 3
emosi negatif negara (stres, depresi dan kecemasan).
6. Tingkat ekonomi
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada lansia rendahnya
pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor yang
berhubungan antara kemiskinan dengan kualitas hidup. Namun,
faktor keuangan individu tidak hanya berpengaruh terhadap
kualitas hidup lansia tetapi pendapatan keluarganya juga
mempengaruhi kualitas hidup lansia.

3. Konsep Interaksi Sosial


a. Pengertian interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik, saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan, sera tidak terlepas dari
suatu hubungan yang terjadi antar individu, sosial, dan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial terjadi karena manusia
adalah makhluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lainnya bukan
hanya untuk mempertahankan hidupnya, melainkan juga untuk
melakukan kegiatan lainnya (Ihsan et al., 2021)
Interaksi sosial menurut Tri Widodo, (2022) didefinisikan sebagai
hubungan antar sesama manusia dalam suatu lingkungan masyarakat
yang menciptakan satu keterikatan kepentingan yang menciptakan
status sosial. Interaksi sosial juga dapat dipahami sebagai suatu
hubungan sosial yang bersifat dinamis dan didasari oleh adanya
kepentingan yang melibatkan beberapa pihak, seperti individu dengan
15

individu lain, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan


kelompok lain.
b. Jenis-jenis interaksi sosial
Menutut (Akbar, 2020) ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu:
1) Interaksi antara individu dan individu.
Dua individu bertemu, interaksi sosial sudah mulai terjadi.
Walaupun kedua individu itu tidak melakukan kegiatan apa-apa,
namun sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-
masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan
perubahan dalam diri masing-masing. Hal ini sangat dimungkinkan
oleh faktor-faktor tertentu, seperti bau minyak wangi atau bau
keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika sedang berjalan dan
hal lain yang bisa mengundang reaksi orang lain.
2) Interaksi antara kelompok dan kelompok.
Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai satu
kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang
bersangkutan. Contohnya, permusuhan antara Indonesia dengan
Belanda pada zaman perang fisik.
3) Interaksi antara Individu dan kelompok.
Bentuk interaksi di sini berbeda-beda sesuai dengan keadaan.
Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi perbenturan
antara kepentingan perorangan dan kepentingan kelompok.
c. Faktor-faktor interaksi sosial
Menurut Murdanita, (2018) ada empat faktor yang penting yang
mendasari dan perlu diperhatikan dalam interaksi sosial, yaitu:
1) Faktor Imitasi
Imitasi adalah proses belajar dengan cara meniru atau
mengikuti perilaku orang lain. Imitasi dapat dibedakan menurut
sifatnya, yaitu positif dan negatif. Imitasi positif adalah imitasi
yang memotivasi individu untuk mematuhi kaidah, nilai, norma
yang berlaku. Misalnya seorang anak mencontoh orang dewasa
16

untuk bersikap sopan dan santun terhadap orang lain. Sementara


imitasi negatif adalah imitasi yang memotivasi individu untuk
mencontoh perilaku yang menyimpang., tidak sesuai norma, etika,
dan moral sosial. Misalnya seorang anak menjadi pecandu narkoba
karena bergaul dengan kelompok pemakai narkoba.
2) Faktor Sugesti
Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh
oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga
mereka mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir
panjang. Sugesti akan lebih berhasil bila individu yang memberi
sugesti adalah orang yang berwibawa atau yang memiliki tipe
kepemimpinan otoriter. Misalnya, seorang pasien tersugesti oleh
dokter yang sudah dipercaya dan diyakini sehingga apa yang
disarankan, diperintahkan, dan dianjurkan akan dilaksanakan
dengan sepenuh hati.
3) Faktor Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses
identifikasi ini dapat berlangsung secara sengaja ataupun tidak
sengaja karena biasanya individu memerlukan orang-orang yang
memiliki tipe ideal dalam hidupnya. Misalnya, seorang remaja
mengikuti model rambut dan pakaian yang dikenakan oleh bintang
film idolanya.
4) Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri
seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam
keadaan yang lain. Misalnya, seseorang merasa sedih melihat
penderitaan warga masyarakat yang tertimpa musibah, kemudian ia
akan mereproduksikan dirinya sendiri kedalam perasaan pihak lain
berupa rasa iba. Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa
simpati adalah suatu perasaan yang ada pada diri seseorang yang
17

merasa tertarik pada perasaan pihak lain.


d. Domain pengukuran interaksi sosial
Domain-domain pengukuran interaksi sosial menurut Indrawati,
(2019) terdiri dari 4 macam yaitu:
1) Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah usaha yang dikoordinasikan yang ditujukan
kepada tujuan yang dapat dipisahkan. Kerjasama juga dapat
diartikan sebagai suatu usaha bersama antara orang-perorangan
atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama. Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada
semua kelompok manusia. Bentuk kerja sama tersebut berkembang
apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan
bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut
dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua orang.
Menurut Tri Widodo (2022), terdapat beberapa jenis
kerjasama antara lain :
1) Kerjasama spontan, yaitu suatu usaha bersama yang
terjadi tanpa ada perencanaan terlebih dahulu.
2) Kerjasama langsung, yaitu hasil dari perintah atasan atau
pemimpin kelompok yang berdasarkan hierarki.
3) Kerjasama kontrak, yaitu jenis kerjasama yang terjadi
atas dasar tertentu, seperti adanya kontrak atau perjanjian
4) Kerjasama tradisional merupakan kerjasama sebagai
bagian dari unsur sistem sosial.
2) Akomodasi
Akomodasi adalah interaksi antara orang-perorangan atau
leompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial
dan nilai-nilai sosial, yang berlaku dalam masyarakat. akomodasi
menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usah-usaha untuk mecapai kestabilan
(Indrawati, 2019).
18

Bentuk-bentuk akomodasi menurut Sunaryo dalam (Rosnadia &


Rahmah, 2021) yaitu:
1) Coercion, yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan karena ada paksaan, misalnya perbudakan.
2) Compromise, yaitu bentuk akomodasi dimana pihak yang
terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan, misalnya traktat
beberapa negara dan akomodasi antara beberapa partai
politik.
3) Arbitration, yaitu suatu cara untuk mencapai compromise
apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup
mencapainya sendiri.
4) Conciliation, yaitu suatu usaha mempertemukan keinginan
dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu
persetujuan bersama, misalnya panitia untuk penyelesaian
perburuhan.
3) Persaingan (competition)
Persaingan merupakan proses sosial yang terjadi antara
individu atau kelompok yang bersaing dalam mencari
keuntungan. Bentuk persaingan, antara lain persaingan ekonomi,
kebudayaan, kedudukan dan juga antar ras. (Eva, 2018)
4) Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan adalah sebuah proses sosial yang terjadi pada
individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuan dengan
cara mengancam atau tindak kekerasan. Bentuk-bentuk
pertentangan yaitu pertentangan pribadi, rasial, antarkelas sosial,
politik maupun pertentangan internasional (Eva, 2018).
19

f. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Menurut Indrawati (2019), syarat-syarat terjadinya interaksi
sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi, sebagai
berikut :
1) Kontak sosial
Secsra fisik, kontak sosial baru terjadi apabila terjadi
hubungan badaniah, sedangkan dalam gejala sosial tidak selalu
berarti hubungan badaniah. Kontak sosial dapat bersifat positif atau
negative. Bersifat positif mengarah pada kerjasama, dan yang
bersifat negative mengarah pada suatu pertentangan. Kontak sosial
juga akan bersifat primer dan sekunder apabila yang mengadakan
hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, Adapun kontak
sekunder merupakan kontak yang memerlukan perantara. Apabila
dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat
berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telefon, telegraf,
radio, termasuk TV dan tdak memerlukan suatu hubungan
badaniah.
2) Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran
pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak
badaniah atau sikap), persaan-perasaan apa yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan tersebut kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh
orang lain tersebut. Dengan adanyakomunikasi tersebut, sikapsikap
dan perasaan-persaan suatu kelompok manusia atau orang-
perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang
lainnya. Hal itu merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa
yang akan dilakukannya.
20

B. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Andesty & Syahrul (2019), dengan
judul hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di unit
pelayanan terpadu (UPTD) griya werdha kota surabaya. Penelitian
ini menggunakan desain studi cross sectional. Populasi penelitian
adalah semua lansia di UPTD Griya Werdha Kota Surabaya. Besar
sampel adalah sebanyak 52 lansia diambil menggunakan metode
simple random sampling.Variabel dependent penelitian adalah
kualitas hidup lansia dan variabel independen adalah interaksi
sosial. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner WHOQOL-
OLD. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara interaksi
sosial dengan kualitas hidup lansia di UPTD Griya Werdha Kota
Surabaya ( p-value = 0,017).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti et al., (2021) dengan
judul hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lanjut usia.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif corelatif study
dengan pendekatan cross sectional study. teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah total sampling jumlah sampel 161
lansia dari Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ada 3 yaitu data
demografi, kuesioner interaksi sosial lansia, dan kuesioner kualitas
hidup lansia berdasarkan WHOQOL-Bref dalam bentuk skala likert
dengan cara wawancara terpimpin. Analisis data yang digunakan
ialah Chi Square Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup (domain
kesehatan), kualitas hidup (domain psikosisial), kualitas hidup
(domain relasi sosial) lansia (p-value = 0,000) hal ini berhubungan
dengan kemampuan lansia dalam mempertahankan status sosial
berdasarkan kemampuannya bersosialisasi, interaksi sosial ( domain
kesehatan, domain psikososial, dan domain relasi sosial) suatu hal
yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia
21

sedangkan tidak ada hubungan antara interaksi sosial dengan


kualitas hidup (domain lingkungan) lansia (p-value = 0,093).
3. Penelitian Widodo et al., (2017) dengan judul hubungan interaksi
sosial dengan kualitas hidup pada lansia di wilayah kerja puskesmas
pekauman banjarmasin dengan sampel diambil berjumlah 98 orang
dengan teknik pengambilan purposive sampling. Data dianalisis
menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Didapatkan lansia sebagian besar memiliki interaksi sosial yang
baik yaitu 72 orang (73,5%) dan sebagian besar memiliki kualitas
hidup yang baik yaitu sebanyak 62 orang (63,3%). Ada hubungan
antara interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia di wilayah
kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin (p = 0,000 < α 0,05).

C. Kerangka Konseptual

Skema 2.1
Kerangka Konsep

Interaksi sosial Kualitas Hidup


- Tinggi - Baik
- Rendah - Buruk

Variabel Independen Variabel Dependen

D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah:

(Ha) : Ada hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup


(Ho) : Tidak ada hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian adalah desain korelasi dengan menggunakan pendekatan studi
cross sectional. Penelitian dengan metode korelasional adalah penelitian
yang mengkaji hubungan antara variabel untuk mencari, menjelaskan
suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada.
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional,
dimana varibel independen dan variabel dependen dilakukan pengukuran
sekaligus dalam waktu bersamaan (Rumawas, 2021). Dalam penelitian ini,
desain yang digunakan adalah untuk mengetahui hubungan antara interaksi
sosial lansia dengan kualitas hidup lansia.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Harapan Raya
Pekanbaru. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah karena
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru puskesmas
Harapan Raya memiliki jumlah lansia terbanyak kedua pada tahun
2020.
2. Waktu Penelitian
Pembuatan penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2022 hingga
juli 2022. Dapat dilihat dari table 3.1 berikut :

22
23

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Uraian Bulan
kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
(pengajuan
judul)
2 Pembuatan
proposal
3 Seminar
proposal
4 Pengolahan
data (Analisa
data)
5 Penyusunan
laporan skripsi
6 Presentasi
seminar hasil
skripsi

C. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti. Populasi penelitian ini adalah lansia yang berusia 45 tahun ke
atas yang datang ke Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru dengan rata-
rata perbulan sebanyak 315 orang lansia.
2. Sampel
Sampel adalah Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
penelitian dan dianggap mewakili populasi (Notoadmojo, 2012).
Perhitungan jumlah sampel dapat dilakukan dengan menggunakan
Rumus Slovin, yaitu : (Andesty & Syahrul, 2019)
24

𝑵
𝒏=
𝟏 + (𝑵 . 𝒆𝟐 )
Ket :
n : Jumlah sample
N : Jumlah populasi
e : Tingkat kesalahan dalam penelitian

Dengan meggunakan rumus diatas, maka perhitungan sampel adalah:

N
n=
1 + (N . 𝑒 2 )

315
n=
1 + (315 X 0,1)2

315
n=
1 + (315 X 0,01)

315
n=
1 + 3,15

315
n=
4,15

n = 75.9 Sampel n = 76 Sampel

Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan jumlah sampel yang


diteliti adalah sebanyak 76 orang.

3. Sampling
Sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
probability sampling dengan metode purposive sampling, yaitu
pengambilan sempel secara sengaja sesuai dengan sampel yang
25

diperlukan. (Swarjana, 2012)


Kriteria inklusi :
1) Lansia 45 tahun keatas (middle age)
2) Lansia yang pernah menggunjungi Puskesmas Harapan Raya
3) Lansia yang bisa membaca, pendengaran baik dan bisa menulis
Kriteria eklusi
1) Lansia yang tidak bisa membaca, menulis dan mengalami
gangguan mendengar
2) Lansia dengan kondisi total care

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau alat pengumpulan data adalah alat-alat
yang akan digunakan untuk menggumpulkan data. Instrumen penelitian ini
dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan) dan formular yang lain yang
berkaitan dengan pencatatan data (Notoadmojo, 2012). Dalam penelitian
ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner yang mengacu
pada kerangka konsep dibuat oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang
sudah ada. Kuesioner terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum
terdiri dari inisial responden, umur, jenis kelamin, Pendidikan terakhir dan
pekerjaan lansia. Data khusus terdiri dari kuesioner interaksi sosial dan
kualitas hidup.
1. Kuesioner Interaksi Sosial
Instrumen yang diggunakan adalah kuesioner adobsi dari Indrawati
(2019), yang sudah dimodifikasi oleh peneliti terdiri dari 20 pertanyaan
yang disusun menggunakan 4 indikator interaksi sosial yaitu kerjasama,
akomodasi persaingan dan pertentanggan. Penelitian yang diggunakan
dalam kuesioner ini dengan menggunakan skala Likert.
26

Tabel 3.2
Indikator Kuesioner Interaksi Sosial
Indikator Nomor Item Pertanyaan
(+) (-)

Kerjasama 1, 2, 3, 4, 5, -
Persaingan 6, 7, 8 9, 10
Pertentangan - 11, 12, 13, 14, 15
Akomodasi 17, 18, 19, 20 16

2. Kuesoner Kualitas Hidup


Instrumen WHOQOL-BREF ini merupakan rangkuman dari World
Health Organization Quality of Life (WHOQOL), dan terdiri dari 26 item
pertanyaan. WHOQOL-BREF ini berisi tentang aspek-aspek kualitas
hidup, yaitu meliputi dimensi fisik, dimensi, psikologis, dimensi hubungan
sosial dan dimensi lingkungan. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yang
berasal dari kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum.
Semua pertanyaan berdasarkan pada Skala Likert lima poin (1-5) dan
empat macam pilihan jawaban yang fokus pada intensitas, kapasitas,
frekuensi dan evaluasi. Pada penelitian ini skor tiap domain (raw score)
ditransformasikan dalam skala 0-100. (Retno, 2018)
Tabel 3.3
Indikator Kuesioner Kualitas Hidup
Indikator Nomor Item Pertanyaan
Dimensi fisik 3, 4, 10, 15, 16, 17, 18
Dimensi psikologis 5, 6, 7, 11, 19, 26
Dimensi sosial 20, 21, 22
Dimensi lingkungan 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, 25
27

E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati itulah merupakan dari kunci definisi operasional (Nursalam,
2017). Sedangkan menurut Setiadi, (2013) definisi operasional adalah
penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam
penelitian secara operasional sehingga mempermudah pembaca dalam
mengartikan makna penelitian.
Variabel-variabel yang akan diteliti yaitu :
1. Variabel independent yaitu interaksi sosial
2. Variabel dependen yaitu kualitas hidup

Tabel 3.4
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Skor


Penelitian Ukur
1 Variabel Persepsi individu yang Kuesioner Ordinal Baik : Lebih besar
dependen: berkaitan dengan WHOQOL- dari nilai mean
Kualitas Hidup tujuan, harapan, BREF yaitu 58
standar, serta perhatian Buruk : Lebih kecil
terkait kehidupan di dari nilai mean
masyarakat. yaitu 58

2 Kualitas Hubungan yang Kuesioner Ordinal Tinggi : Lebih


Independen; dilakukan melalui interaksi besar dari nilai
Interaksi Sosial komunikasi baik secara sosial mean yaitu 53
langsung maupun tidak Rendah : Lebih
langsung menggunakan kecil dari nilai
alat komunikasi yang mean yaitu 53
dilakukan antara
individu satu dengan
individu lain, individu
dengan kelompok,
kelompok dengan
kelompok yang
memiliki tujuan.
28

F. Etika Penelitian
Menurut Nursalam, (2017), dalam melakukan penelitian khususnya
jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus
memahaami hak dasar manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia
yang harus dipahami adalah prinsip manfaat, prinsip menghormati manusia,
prinsip keadilan. Ditempat penelitian, peneliti akan melaksanakan penelitian
dengan melakukan penekanan pada masalah etika yang meliputi :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden
sebelum dilakukan penelitian agar responden mengetahui dan
memahami maksud dan tujuan dari penelitian serat dampak yang akan
terjadi selama dalam pengumpulan data. Responden yang bersedia
harus menandatangi lembar persetujuan yang diberikan, jika tidak
bersedia maka peniliti harus menghormati hak-hak responden.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data yang diisi oleh responden guna menjaga
kerahasiaan identitas responden. Lembar tersebut akan diberi kode
tertentu.
3. Confidence (Kerahasiaan)
Peneliti akan menjaga kerahasiaan data yang telah diberikan oleh
responden. Kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau
dilaporkan pada hasil penelitian.
4. Veracity (Kejujuran)
Kejujuran merupakan upaya untuk menyampaikan kebenaran
informasi yang diberikan, tidak melakukan kebohongan, dalam hal ini
peneliti memberikan informasi yang benar kepada responden.
29

G. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan suatu subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Notoadmojo, 2012). Adapun prosedur pengumpulan data yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Tahap penggumpulan data
a. Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing
selanjutnya peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas
instrument penelitian
b. Selanjutnya peneliti mengurus surat izin penelitian yang dibuat
oleh kampus STIKes Payung Negeri Pekanbaru
c. Setelah mendapatkan surat izin penelitian yang dibuat oleh pihak
kampus STIKes Payung Negeri Pekanbaru peneliti meminta surat
izin penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
(KESBANGPOL) Pekanbaru, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
dan ke Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru.
d. Setelah mendapatkan surat izin penelitian, peneliti langsung
melakukan penelitian
e. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan kepada
responden tentang tujuan penelitian serta prosedur penelitian
f. Peneliti meminta responden menandatangani informed consent
(lembar persetujuan responden)
g. Peneliti memberikan lembar kuesioner secara langsung kepada
responden dan menjelaskan cara pengisian
h. Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti melakukan
analisa dengan menggunakan uji statistik yang sesuai dengan jenis
data. Selanjutnya diakhiri dengan penyusunan laporan hasil
penelitian dan penyajian hasil penelitian.
30

2. Teknik pengolahan data


Data yang telah dikumpulkan dalam penggumpulan data, perlu
terlebih dahulu diolah, dimana tujuannya untuk menyederhanakan
seluruh data yang dikumpulkan kemudian menyajikannya dalam
bentuk tabel dari diagram yang baik, kemudian dianalisa. Dalam
penelitian ini, peneliti menyatukan penggolahan data dengan Langkah
sebagai berikut :
a. Editing, setelah kuesioner selesai diisi kemudian dikumpulkan
langsung oleh peneliti selanjutnya diperiksa kelengkapan data
apakah data dapat dibaca atau tidak, dan kelengkapan isian. Jika
isian belum lengkap responden diminta untuk melengkapi lembar
kuesioner pada saat itu juga.
b. Coding, untuk mempermudah peneliti dalam menggumpulkan
data, peneliti memberi kode berupa angka pada lembar kanan
kuesioner
c. Entry, setelah data dikumpulkan kemudian data dimasukan untuk
selanjutnya diolah kedalam analisa data.
d. Cleaning, data yang sudah ada diperiksa kembali kelengkapan
nya, jika data yang dimasukan ternyata tidak lengkap, maka
sampel dianggap gugur dan diambil sempel baru.
e. Processing, peneliti menggunakan bantuan komputer untuk
mempermudah dalam pengelompokan data kedalam variabel
yang sesuai (Notoadmojo, 2012)

H. Analisa Data
Menurut (Notoadmojo, 2012), analisa data berguna untuk menyederhana
kan sehingga mudah untuk ditafsirkan.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mengetahui gambaran presentasi
masing-masing variabel yaitu variabel interaksi sosial dan variabel kualitas
hidup di Puskesmas Harapan Raya. Analisa univariat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan analisis deskriptif yang digunakan
31

untuk menjabarkan setiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan


membuat tabel frekuensi dari setiap variabel.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau korelasi. Teknik analisis yang dilakukan dengan chi
square dengan p (signifikan) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
sehingga apabila p value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna
antara variabel dependen dan variabel independen, namun apabila p value
>0,05 maka Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan bermakna antara
variabel independen dengan variabel dependen.

Tabel 3.5
Hubungan Kualitas Hidup Lansia Terhadap Interaksi Sosial
Interaksi Sosial Kualitas Hidup N
Baik Buruk
Tinggi a b a+b
Rendah c d c+d
N a+c b+d a+b+c+d

Keterangan :
a = Interaksi sosial tinggi dengan kualitas hidup baik
b = Interaksi sosial tinggi dengan kualitas hidup buruk
c = Interaksi sosial rendah dengan kualitas hidup baik
d = Interaksi sosial rendah dengan kualitas hidup buruk
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 23 Mei – 7 Juni 2022
diperoleh data mengenai Hubungan Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup pada
Lansia di Puskesmas Harapan Raya, dengan melibatkan 76 responden. Data
tersebut dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian dapat dilihat
sebagai berikut:
A. Hasil Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk mendapatkan
data mengenai karakteristik responden serta masing-masing variabel yang
meliputi jenis kelamin, umur, dan pekerjaan. Hasil analisa univariat yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Lansia
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Lansia di Puskesmas
Harapan Raya Pekanbaru
Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki - Laki 27 35.5
Perempuan 49 64.5
Total 76 100
Usia
45 – 59 (Pre elderly) 42 55.3
60 – 74 (Elderly) 30 39.5
75 – 90 (Old) 4 5.3
Total 76 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 7 9.2
SD 35 46.1
SMP 11 14.5
SMA 16 21.1
Perguruan Tinggi 7 9.2
Total 76 100
Pekerjaan
Masih Bekerja 42 55.3
Tidak Bekerja 34 44.7
Total 76 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2022

32
33

Tabel 4.1 didapatkan bahwa lebih dari separuhnya adalah berjenis


kelamin perempuan yaitu 49 responden (64,5 %). Responden yang berusia
lebih dari separunya responden 45-59 (Pre elderly) tahun, yaitu sebanyak
42 responden (55,3 %). Didapatkan bahwa dari 76 responden, hampir
separuhnya berpendidikan SD yaitu sebanyak 35 lansia (46,1 %), dan
didapatkan bahwa dari 76 responden, lebih dari separuhnya masih bekerja
yaitu sebanyak 42 lansia (55,3 %).

2. Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup


Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Interaksi Sosial Lansia di Puskesmas Harapan
Raya Pekanbaru
Interaksi Sosial Frekuensi (n) Persentase (%)
Tinggi 47 61.8
Rendah 29 38.2
Total 76 100 %
Sumber : Analisis Data Primer, 2022

Tabel 4.2 dari 76 responden, lebih dari separuhnya memiliki


interaksi sosial tinggi yaitu, 47 responden (61,8 %).

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup Lansia di Puskesmas Harapan
Raya Pekanbaru
Kualitas Hidup Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 40 52.6
Buruk 36 47.4
Total 76 100 %
Sumber : Analisis Data Primer, 2022
Tabel 4.3 dari 76 responden terdapat lebih dari separuhnya
memiliki kualitas hidup baik yaitu sebanyak 40 responden (52,6 %).
B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas (interaksi sosial) dengan variabel terikat (kualitas hidup).
Dengan menggunakan hasil uji chi square, hasil analisa bivariat dalam
penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
34

Tabel 4.4
Hubungan Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia di Puskesmas Harapan
Raya Pekanbaru
Interaksi Kualitas Hidup
Sosial Baik Buruk Total P Value OR ((95%CI)
N % N % n (%)
Tinggi 32 68.1 15 31.9 47 (100) 0.00 5.600 (2.020-15.521)
Rendah 8 27,6 21 72.4 29 (100)
N 40 52.6 36 47.4 76 (100)
Sumber : Analisis Data Primer, 2022

Hasil analisa pada tabel 4.4 diatas diketahui bahwa, dari 47


responden yang memiliki interaksi sosial tinggi didapatkan mayoritas
responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 32 responden
(68,1 %) dan 15 responden (31,9 %) memiliki kualitas hidup buruk.
Sedangkan dari 29 responden yang memiliki interaksi sosial rendah
didapatkan mayoritas 21 responden (72,4 %) memiliki kualitas hidup
buruk dan 8 responden (37,6 %) memiliki kualitas hidup baik.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Chi Square
didapatkan nilai p value yaitu 0,00 (a=0,05). Dengan demikian Ho
ditolak yang artinya ada Hubungan antara Interaksi Sosial dengan
Kualitas Hidup pada Lansia di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Dari
uji statistik tersebut juga diperoleh nilai OR (Odds Ratio) = 5.600 (Cl 95%
= 2.020-15.521), hal ini menunjukan bahwa lansia yang memiliki interaksi
sosial tinggi memiliki 5.600 berpeluang untuk memiliki kualitas hidup baik
dibandingkan dengan lansia yang memiliki interaksi sosial yang rendah.
BAB V
PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan yaitu


Hubungan Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Puskesmas
Harapan Raya. Adapun pembahasan dari hasil penelitian dapat dilihat sebagai
berikut :
A. Analisa Univariat
1. Jenis Kelamin
Distribusi frekunsi jenis kelamin responden menunjukan dari 76
responden didapatkan bahwa lebih dari separuhnya adalah perempuan
yaitu 49 responden (64,5 %). Hal ini sejalan dengan penelitian Andesty
& Syahrul (2019), dimana didapatkan mayoritas responden yaitu
berjenis kelamin perempuan.
Hal yang sama dikemukakan juga oleh Kemenkes RI (2017)
bahwa lansia perempuan lebih banyak daripada lansia laki-laki, hal ini
dikarenakan usia harapan hidup yang paling tinggi adalah pada
perempuan. Begitu juga menurut WHO (2019) yang mengatakan
bahwa angka harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan
laki-laki. Namun menurut Ryff & Singer dalam Ardiani et al. (2019),
mengatakan kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda,
perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan yang bersifat
positif sedangkan kesejahteraan pada laki-laki terkait dengan aspek
pendidikan yang lebih baik.
Menurut asumsi peneliti bahwa lansia perempuan lebih banyak
dibandingkan lansia laki-laki. Hal ini dikarenakan usia harapan hidup
yang paling tinggi adalah pada perempuan. Dan perempuan perempuan
lebih senang berkumpul sedangkan lansia laki-laki lebih sibuk bekerja.

35
2. Umur
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 76 responden
didapatkan bahwa lebih dari separuhnya responden 45-59 (Pre elderly)
tahun, yaitu sebanyak 42 responden (55,3 %). Rentang umur responden
ini termasuk dalam kategori lanjut usia atau lansia. Hal ini sesuai
dengan Menurut World Health Organization (WHO), yaitu usia lanjut
dibagi menjadi empat kriteria: usia pertengahan (middle age) yaitu 45-
59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)
yaitu 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun.
Menurut WHO usia diatas 45 tahun termasuk pada masa pre
elderly (usia pertengahan) atau masa degenerasi dimana pada masa ini
kemampuan berinteraksi seseorang menjadi berkurang. Menurut
Schulz dan Allen dalam Masithoh et al. (2022), teori panjang umur
berdasarkan jaringan sosial bahwa interaksi sosial memiliki pengaruh
yang tinggi terhadap kesehatan dan usia lanjut.
Menurut asumsi peneliti responden yang berusia 45-59 (Pre
elderly) lebih banyak dikarenakan lebih memperhatikan kondisi
kesehatannya, masih sanggup untuk pergi sendiri ke Puskesmas, masih
kuat dalam berpikir dan mengambil keputusan untuk hidup sehat.
3. Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 76 responden hampir
separuhnya berpendidikan SD yaitu sebanyak 35 lansia (46,1 %). Hal
ini sejalan dengan penelitian Prasetia (2021), dimana didapatkan
mayoritas responden yaitu berpendidikan SD yaitu sebanyak 89
(77.4%) dikarenakan secara keseluruhan tingkat pendidikan lansia
umumnya rendah, seperti halnya kondisi pendidikan penduduk di
Indonesia pada umumnya.
Pendidikan secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi
interaksi sosial. Lansia yang sulit melakukan interaksi cenderung
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, disebabkan karena
kurangnya pengetahuan pada seseorang yang berpendidikan rendah
terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima informasi
(penyuluhan) yang diberikan oleh petugas sehingga berdampak pada
perilaku/pola hidup sehat (Ardiani et al., 2019).
Berdasarkan pernyataan peneliti berasumsi bahwa masih banyak
lansia yang memiliki tingkat pendidikan rendah seperti tidak bersekolah
sehingga lansia tidak mengetahui pentingnya melakukan interaksi sosial
seperti berkumpul bersama teman sesama lansia, dan mengikuti
kegiatan yang ada disekitar lingkungan Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin peduli dalam kesehatan dirinya, dan
sebaliknya semakin rendah pendidikan seseorang semakin tidak peduli
dengan kesehatannya.
4. Pekerjaan
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 76 responden
didapatkan bahwa lebih dari separuhnya masih bekerja yaitu sebanyak
42 lansia (55,3 %).
Menurut Cahya et al. (2017), bahwa pada lansia terjadi
perubahan- perubahan, diantaranya perubahan fisik, tidak hanya itu
saja pada lansia juga muncul masalah-masalah kesehatan seperti nyeri
pinggang, keluhan pusing-pusing, mudah lelah, dan nyeri pada sendi
pinggul. Sehingga dari hal tersebut menyebabkan lansia tidak bekerja.
Menurut Ardiani et al., (2019) terdapat perbedaan kualitas hidup antara
penduduk yang tidak bekerja (sedang mencari pekerjaan) dan
penduduk yang tidak mampu bekerja (memiliki disability tertentu).
Menurut asumsi peneliti banyaknya lansia yang bekerja
dikarenakan secara fisik dan mental masih mampu dan kuat bekerja,
dan alasan terbanyak yaitu karena desakan ekonomi, yang mana untuk
menghidupi keluarga, anak, dan cucu yang masih tinggal dengan
lansia, karena anaknya pun berada dalam serba kekurangan.
5. Interaksi Sosial
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lansia di
Puskesmas Harapan Raya dari 76 responden lebih dari separuhnya
memiliki interaksi sosial tinggi yaitu, 46 responden (61,8 %), artinya
lansia lebih banyak yang berhubungan baik dengan orang lain,
walaupun demikian data menunjukkan masih ada lansia yang
memiliki interaksi sosial yang rendah sebanyak 29 orang (38,2%).
Menurut Damayanti et al., (2021) interaksi sosial yang baik
memungkinkan lansia untuk mendapatkan perasaan memiliki suatu
kelompok sehingga dapat berbagi cerita, berbagi minat, berbagi
perhatian dan dapat melakukan aktivitas secara bersama-sama yang
kreatif dan inovatif. Lansia dapat berkumpul bersama orang seusianya
sehingga mereka dapat saling menyemangati dan berbagi mengenai
masalahnya.
Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian
Widodo et al (2017), interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Pekauman Banjarmasin sebagian besar memiliki interaksi
sosial yang baik yaitu 72 orang (73,5%) dan interaksi sosial buruk 26
orang (26,5 %). Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi
sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuan untuk berinteraksi.
Menurut asumsi peneliti lansia sebagian besar memiliki interaksi
sosial yang baik karena yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah lansia dengan syarat masih bisa beraktifitas dan berumur 45-59
tahun, dimana lansia tersebut masih terlihat masih sehat fisik maupun
psikisnya sehingga mampu untuk melakukan interaksi sosial..
6. Kualitas Hidup
Hasil penelitian didapatkan bahwa lansia di Puskesmas Harapan
Raya dari 76 responden terdapat lebih dari separuhnya memiliki
kualitas hidup baik yaitu sebanyak 40 responden (52,6 %), artinya
lansia lebih banyak merasa nyaman secara fisik, psikologis maupun
sosial serta secara optimal memanfaatkan hidupnya untuk kebahagian
dirinya maupun orang lain, meskipun demikian masih terdapat lansia
yang memiliki kualitas hidup kurang baik yang berarti lansia tersebut
tidak merasa nyaman dalam kehidupannya.
Menurut Prasetia (2021), setiap individu memiliki kualitas hidup
yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam
menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi
dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain
halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas
hidupnya.
Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai
keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan, lebih spesifiknya
adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan,
dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam
kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang
menjadi perhatian individu (Oktavianti & Setyowati, 2020).
Hasil penelitian ini menunjukan kesamaan dengan penelitian
Budiarti et al (2020), di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet
Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta, menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki kualitas hidup kategori baik yaitu 40
lansia (80%). Lansia yang memiliki kualitas hidup baik dapat berarti
lansia tersebut masih bisa menerima keadaan yang ada pada dirinya,
bisa melakukan aktivitasnya sesuai dengan kemampuannya, tetap
merasa bahagia, dan juga bisa menikmati masa tua dengan penuh
makna, berguna dan berkualitas.
Hal ini sesuai dengan penjelasan Athurrita (2017), menyebutkan
bahwa kesejahteraan menjadi salah satu parameter tingginya kualitas
hidup lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati kehidupan masa
tuanya dengan bahagia. Bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu
mengenai posisi mereka dalam hidup dan hubungannya dengan tujuan,
harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Kualitas
hidup diukur berdasarkan empat dimensi, yaitu: dimensi kesehatan
fisik, dimensi kesejahteraan psikologis, dimensi hubungan sosial,
dimensi hubungan dengan lingkungan. Kualitas hidup menurut World
Health Organization (WHO) adalah persepsi seseorang dalam konteks
budaya dan norma sesuai dengan tempat hidup orang tersebut
berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia antara
lain kesehatan lansia, tempat tinggal, dan dukungan keluarga.
Menurut asumsi peneliti lansia yang memiliki kualitas hidup
cukup baik adalah lansia yang menerima hidup dengan apa adanya,
merasa puas terhadap kondisi tempat tinggalnya dan terhadap dirinya
sendiri serta menerima penampilan tubuh apa adanya. Lansia memiliki
transportasi yang digunakan untuk beraktivitas, adanya dukungan
keluarga untuk tetap menjalani hidup dengan semangat, memiliki
cukup uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memiliki
tenaga yang cukup untuk beraktivitas sehari-hari.
B. Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, dari 47 responden yang
memiliki interaksi sosial tinggi didapatkan mayoritas responden yang
memiliki kualitas hidup baik sebanyak 32 responden (68,1 %) dan 15
responden (31,9 %) memiliki kualitas hidup buruk. Sedangkan dari 29
responden yang memiliki interaksi sosial rendah didapatkan mayoritas 21
responden (72,4 %) memiliki kualitas hidup buruk dan 8 responden (37,6
%) memiliki kualitas hidup baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai
p value yaitu 0,00 (a=0,05). maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup pada
lansia di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru
Hal ini sejalan dengan penelitian Widodo et al., (2017) dengan judul
“Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin” lansia sebagian besar
memiliki interaksi sosial yang baik yaitu 72 orang (73,5%) dan sebagian
besar memiliki kualitas hidup yang baik yaitu sebanyak 62 orang (63,3%).
Ada hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin (p = 0,000 < α 0,05).
Lansia yang aktif secara sosial lebih cenderung menyesuaikan diri terhadap
penuaan dengan baik.
Interaksi sosial memungkinkan responden untuk meningkatkan
komunikasi dengan orang lain, adanya komunikasi dengan orang lain dapat
membuat lansia memahami lingkungannya secara baik misalnya tentang
kejadian atau penyakit yang dialami orang lain sehingga lansia memperoleh
informasi tersebut dan tentunya dapat menggunakannya agar mencegah atau
menghindari penyakit yang dialami orang tersebut sehingga kualitas hidup
fisik lansia dapat terjaga dengan baik.
Lansia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari
hubungan sosial. Lansia mengalami penurunan fisik dan psikologis yang
tentunya membutuhkan orang lain, adanya hal tersebut tentunya membuat
lansia mau tidak mau harus berinteraksi dengan orang lain yang dapat
dilakukan dengan berkomonikasi, bahkan sebagian besar dari waktu lansia
digunakan untuk berkomunikasi. Mengingat frekuensi kegiatan komunikasi
lebih besar dibandingkan dengan kegiatan lainnya, maka dapat dikatakan
bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi lansia,
dengan kata lain kualitas hidup lansia juga ditentukan oleh komunikasi.
Interaksi sosial yang kurang cenderung memiliki kualitas hidup yang
kurang, hal ini dapat disebabkan karena dengan adanya kurang interaksi
sosial secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap pengetahuan
atau informasi yang didapatnya dan juga menyebabkan kekurangan
perhatian dari orang lain yang selanjutnya akan berdampak pada kualitas
hidup lansia tersebut. (Prasetia, 2021)
Lansia perlu diberi kesempatan untuk bersosialisasi atau berkumpul
dengan orang lain sehingga dapat mempertahankan keterampilan
berkomunikasi, juga untuk menunda kepikunan (Ardiani et al., 2019).
Interaksi sosial merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas hidup, berkurangnya interaksi sosial pada lansia dapat
menyebabkan perasaan terisolir, sehingga lansia menyendiri dan mengalami
isolasi sosial dengan lansia merasa terisolasi dan akhirnya depresi, maka hal
ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia (Eva, 2018).
Menurut asumsi peneliti interakasi sosial di wilayah Puskesmas
Harapan Raya Kota Pekanbaru cukup baik. Dapat dilihat bahwa banyaknya
lansia yang melakukan kegiatan didalam maupun diluar rumah seperti
kegiatan arisan, kegiatan gotong royong, dan perkumpulan RT/RW dan lain-
lain. Selain itu faktor pekerjaan menjadi salah satu yang paling banyak
lansia untuk bertemu, mengobrol, dan saling berinterkasi satu sama lain.
sehingga kulitas hidup lansia menjad baik. Sebaliknya jika interaksi sosial
kurang, tidak mau keluar rumah, kesepian, dan kurangnya dukungan
keluarga, maka kualitas hidup lansia akan menurun.
Petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kegiatan
penyuluhan kepada lansia dan keluarga mengenai kualitas hidup dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya yang salah satunya adalah interaksi sosial.
Penyuluhan dilakukan dengan cara yang mudah dipahami dan mudah
diingat oleh masyarakat setempat yaitu melalui pemasangan poster dan
leaflet. Keluarga lansia juga harus lebih sering melakukan komunikasi
kepada lansia agar lansia merasa lebih diperhatikan.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan dan diusahakan sesuai prosedur
ilmiah, namun demikian peneliti menyadari masih banyak kekurangan
dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa
keterbatasan antara lain :
1. Lansia yang diteliti adalah lansia yang berkunjung ke Puskesmas melalui
pembagian kuesioner, sehingga peneliti tidak dapat melihat secara
langsung interaksi sosial pada lansia.
2. Penelitian yang terbatas karena hanya menggunakan satu variabel yang
mempengaruhi kualitas hidup yaitu interaksi sosial masih terdapat
variabel lain yang dapat menjelaskan pengaruh kualitas hidup.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang “ hubungan interaksi sosial dengan
kualitas hidup pada lansia di puskesmas harapan raya” yang telah
dilakukan dari mei – juni 2022 dengan jumlah 76 responden dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian dari 76 responden, lebih dari separunya memiliki
interaksi sosial tinggi yaitu, 47 responden (61,8 %) dan interaksi sosial
rendah 29 responden (38,2 %)
2. Hasil penelitian dari 76 responden terdapat lebih dari separuhnya
memiliki kualitas hidup baik yaitu sebanyak 40 responden (52,6 %)
dan kualitas hidup buruk 36 responden (47,4%).
3. Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Chi Square
didapatkan nilai p value yaitu 0,00 (a=0,05). Dengan demikian Ho
ditolak yang artinya ada Hubungan antara Interaksi Sosial dengan
Kualitas Hidup pada Lansia di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru
B. Saran
1. Bagi tempat penelitian
Disarankan kepada kepala puskesmas dan perawat agar
menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu masukan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang berhubungan dengan interaksi
sosial dengan kualtas hidup pada lansia.
2. Bagi institusi keperawatan
Diharapkan bagi institusi pendidikan STIKes Payung Negeri,
penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi atau bahan rujukan
dalam pembelajaran dibidang kesehtan khususnya keperawatan
gerontik, agar dapat terus mengembangkan penelitian tentang interaksi
sosial pada lansia serta kualitas hidup pada lansia.

44
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mencari faktor lain
sepertesi faktor keturunan, faktor pola makan, faktor penyakit, faktor
psikologis dan yang lainnya yang berhubungan dengan interaksi sosial
dengan kualitas hidup serta memperbanyak jumlah responden.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. F. (2020). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada


Lansia. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika.

Andesty, D., & Syahrul, F. (2019). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas
Hidup Lansia Di Unit Pelayanan Terpadu (Uptd) Griya Werdha Kota
Surabaya Tahun 2017. The Indonesian Journal of Public Health, 13(2), 171.
https://doi.org/10.20473/ijph.v13i2.2018.171-182

Ardiani, H., Lismayanti, L., & Rosnawaty, R. (2019). Faktor-Faktor yang


Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Mugarsari
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Healthcare Nursing
Journal, 1(1), 42–50.

Athurrita, C. (2017). Hubungan kebutuhan spiritual dengan kualitas hidup pada


lansia di panti wredha kota semarang. In Applied Microbiology and
Biotechnology (Vol. 85, Issue 1).

Budiarti, A., Indrawati, P., & Wasisto, S. (2020). Hubungan Interaksi Sosial
Dengam Kualitas Hidup Usia Lanjut 13, 124–133

Cahya, E., Harnida, H., & Indrianita, V. (2017). Hubungan Dukungan Sosial
Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Posyandu Lansia Wiguna Karya
Kebonsari Surabaya. Jurnal Keprawatan Dan Kebidanan, 0231, 36.

Cahyo, I. (2018). Hubungan Aktivitas Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Pada
Penderita Hipertensi Di Padukuhan Kaliwanglu Wetan Harjobinangun
Pekem Sleman Jogyakarta. Jurnal Keperawatan, vol 4 no 1.

Damayanti, I., HS, I., & Khairani. (2021). Hubungan Interaksi Sosial Dengan
Kualitas Hidup Lanjut Usia. XII(1), 33–42.

Destriande, I. M., Faridah, I., Oktania, K., & Rahman, S. (2021). Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Hidup Pada Lanjut Usia. Jurnal Psikologi, 2(1), 1–
9. www.jurnal.uwp.ac.id/fpsi/index.php/psikowipa/article/download/41/15

Eva, S. (2018). Hubungan Interaksi Sosial Dan Self Efficary Dengan


Kesejahteraan Psikologis Lansia Yang Tinggal Di Panti Werdha. In
Analytical Biochemistry (Vol. 11, Issue 1).
http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-59379-
1%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-420070-8.00002-
7%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.ab.2015.03.024%0Ahttps://doi.org/10.1080
/07352689.2018.1441103%0Ahttp://www.chile.bmw-
motorrad.cl/sync/showroom/lam/es/
Fakoya, O. O., Abioye-Kuteyi, E. A., Bello, I. S., Oyegbade, O. O., Olowookere,
S. A., & Ezeoma, I. T. (2018). Determinants of Quality of Life of Elderly
Patients Attending a General Practice Clinic in Southwest Nigeria.
International Quarterly of Community Health Education, 39(1), 3–7.
https://doi.org/10.1177/0272684X18781781

Ihsan, A., Sugianto, & Sumarlan. (2021). Hubungan Interaksi Sosial, Spiritual
Dan Psikologis Di Dusun Keppe Desa Rantebelu Kecamatan Larompong
Kabupaten Luwu Tahun 2021. 6(2).

Imawati, D., Mariskha, S. E., & Purwaningrum, E. K. (2017). Depresi Pada


Lansia.

Indrawati, P. (2019). Hubungan Interaksi Sosial Terhadap Tingkat Kesepian Dan


Kualitas Hidup Pada Lansia Di Uptd Griya Werdha Jambangan Surabaya.
3, 1–9.

Kiik, S. M., Sahar, J., & Permatasari, H. (2018). Peningkatan Kualitas Hidup
Lanjut Usia (Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 21(2), 109–116.
https://doi.org/10.7454/jki.v21i2.584

Masithoh, A. R., Kulsum, U., Parastuti, F., Widiowati, I., & Kudus, U. M. (2022).
Hubungan Interaksi Sosial Dan Fungsi Keluarga. 13(1), 176–184.

Minarti, T. (2020). Hubungan Spiritualitas Dan Kualitas Hidup Lansia Di Panti


Sosial Harapan Kita Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021. In Jurnal
Kepetawatan.

Murdanita, M. B. (2018). Hubungan Kesepian Lansia Dengan Interaksi Sosial


Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan. Jurnal Ilmiah
Ilmu Keperawatan, 53(9), 1689–1699. http://repository.stikes-bhm.ac.id/260/

Notoadmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Yogyakarta:


Salemba Medika.

Prasetia, E. N. (2021). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia


di Posyandu Lansia Delima I Di Desa Pitu Kecamatan Pitu Kabupaten
Ngawi. 58–65.

Retno, D. (2018). Hubungan Status Bekerja Dengan Kualitas Hidup Lansia


sebagai Kepala Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Sembayat Gresik.

Rosnadia, A., & Rahmah, D. (2021). Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan
Tingkat Depresi Pada Lansia. Journals.Umkt.Ac.Id, 3(1), 2021.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/2544
Rumawas, M. E. (2021). Pengukuran Kualitas Hidup Sebagai Indikator Status
Kesehatan Komprehensif Pada Individu Lanjut Usia. Jurnal Muara Medika
Dan Psikologi Klinis, 1(1), 71. https://doi.org/10.24912/jmmpk.v1i1.12088

Seangpraw, K., Ratanasiripong, N. T., & Ratanasiripong, P. (2019). Predictors of


quality of life of the rural older adults in Northern Thailand. Journal of
Health Research, 33(6), 450–459. https://doi.org/10.1108/JHR-11-2018-
0142

Setiadi. (2013). Konsep Praktik Penelitian Riset Keperawatan. Jakarta: Graha


Ilmu.

Susanti, N. S., & Hasrianto, N. (2021). Kondisi Lingkungan Sosial Dan Psikologi
Lansia Di Panti Sosial Husnul Khotimah Pekanbaru. PREPOTIF : Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 5(1), 188–194.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i1.1397

Swarjana, K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi 1). Jakarta : Graha


Ilmu

Tri Widodo, W. (2022). Hubungan antara interaksi sosial dengan tingkat depresi
pada lansia di panti sosial tresna werdha khusnul khotimah pekanbaru.

Trisnawati, P., Odi, R., & Mario, E. (2017). Hubungan Interaksi Sosial Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Bplu Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
Keperawatan UNSRAT, 5(1), 1–9.

Widodo, H., Nurhamidi, & Agustina, M. (2017). Hubungan Interaksi Sosial


Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin. Dinamika Kesehatan, 7(1), 23–32.
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/view/56
Lampiran 1:

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Calon Responden

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Gusdi Riska Sapitiri


NIM : 18301051
Alamat : Asrama Pancasila Jln. Suetomo
Akan mengadakan penelitian dengan judul : “Hubungan Interaksi Sosial
Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Puskesmas Harapan Raya ”
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan pada saudara
sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Apabila saudara menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan


untuk menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan. Atas perhatian saudara sebagai responden saya ucapkan terima
kasih.

Pekanbaru, April 2022

Peneliti
Lampiran 2:

FORMAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah dijelaskan maksud dari penelitian, saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Payung
Negeri Pekanbaru yaitu :

Nama :

Usia :

Yang bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah “Hubungan Interaksi


Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Puskesmas Harapan Raya”.
Dan saya akan menjawab pertanyaan dengan jujur.

Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa


paksaan dari siapapun.

Pekabaru, April 2022

Responden

( )
Lampiran 3 :

LEMBAR KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian:
1. Semua pertanyaan harus dijawab
2. Berilah tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan dan isilah titik-
titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab.
3. Setiap pertanyaan diisi sesuai dengan data diri Anda.
4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Nama (inisial) :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Pendidikan : Tidak sekolah SMP

SD SMA

Perguruan Tinggi

4. Umur : 45-59 75-90

60-74 > 90

5. Pekerjaan : Bekerja Tidak Bekerja


No. Responden:
(diisi oleh petugas)

KUESIONER KUALITAS HIDUP

Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan Anda terhadap kualitas hidup,


kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup Anda. Saya akan membacakan
setiap pertanyaan kepada Anda, bersamaan dengan pilihan jawaban.
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai. Jika Anda tidak
yakin tentang jawaban yang akan Anda berikan terhadap pertanyaan yang
diberikan, pikiran pertama yang muncul pada benak Anda seringkali
merupakan jawaban yang terbaik.

Petunjuk pengisian kuesioner


1. Pilihlah jawaban dibawah ini dengan jujur dan sesuai dengan
bapak/iburasakan dalam 2 minggu terakhir.
2. Lingkarilah jawaban yang bapak/ibu pilih.
3. Pilihan jawaban bapak/ibu akan dirahasiakan dan tidak
dipublikasikan.
4. Tanyakan kepada peneliti jika ada kesulitan.

No Pertanyaan Sangat Buruk Biasa-bia Baik Sangat


buruk sa saja baik
1. Bagaimana
menurutanda 1 2 3 4 5
kualitas hidup
anda?

No Pertanyaan Sangat Tidak Biasa-bia Memua Sangat


tidak memu sa saja skan memuas
memuaskan askan kan
2. Seberapa puas
andaterhadap 1 2 3 4 5
kesehatan
anda?
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah
mengalami hal-halberikut ini dalam 2 minggu terakhir.
No Pertanyaan Tidak Sedikit Dalam Sangat Dalam
sama jumlah sering jumlah
sekali sedang berlebih
an
3. Seberapa jauh rasa
sakit fisik 1 2 3 4 5
menghalangi Anda
untuk beraktivitas
sesuai kebutuhan
Anda?
4. Seberapa sering Anda
membutuhkan terapi
medis untuk 1 2 3 4 5
menjalankan aktivitas
sehari-hari?
5. Seberapa jauh Anda 1 2 3 4 5
menikmati hidup
Anda?

6. Seberapa jauh Anda


merasa hidup Anda 1 2 3 4 5
bermakna?

7. Seberapa baik Anda 1 2 3 4 5


bisa berkonsentrasi?

8. Secara umum,
seberapa aman 1 2 3 4 5
perasaan Anda dalam
kehidupan
sehari-hari?
9. Seberapa sehat
lingkungan dimana
lansia tinggal 1 2 3 4 5
(berkaitan dengan
sarana dan
prasarana)?
Pertanyaan berikut adalah tentang bagaimana Anda benar-benar mengalami
ataumampu melakukan hal-hal berikut dalam 2 minggu terakhir.
No Pertanyaan Tida Sedikit Sedang Sering Sepenuh
k kali nya
sama dialami
sekali
10. Apakah Anda memiliki
cukup energi untuk 1 2 3 4 5
beraktivitas sehari-hari?
11. Apakah Anda dapat
menerima penampilan 1 2 3 4 5
tubuh Anda?
12. Apakah Anda memiliki
cukup uang untuk
1 2 3 4 5
memenuhi kebutuhan
Anda?
13. Seberapa jauh Anda
mendapatkan informasi
yang Anda butuhkan 1 2 3 4 5
dalam kehidupan sehari-
hari?
14. Seberapa sering Anda
memiliki kesempatan
1 2 3 4 5
untuk bersenang-senang
atau rekreasi?

No Pertanyaan Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


buruk bia sa baik
saja
15. Seberapa baik
kemampuan Anda 1 2 3 4 5
dalam bergaul?
No Pertanyaan Sangat tidak Tidak Biasa-bia Memua Sangat
memuaskan memu sa saja skan memuas
askan kan

16. Seberapa puaskah Anda


1 2 3 4 5
dengan tidur Anda?
17. Seberapa puaskah Anda
dengan kemampuan Anda
untuk melakukanaktivitas 1 2 3 4 5
kehidupan
Anda sehari-hari?
18. Seberapa puaskah Anda
dengan kemampuan Anda
1 2 3 4 5
untuk beraktivitas?

19. Seberapa puaskah Anda


1 2 3 4 5
terhadap diri Anda?
20. Seberapa puaskah Anda
dengan hubungan sosial
1 2 3 4 5
Anda atau dengan
orang lain?
21. Seberapa puaskah Anda
dengan kehidupan seksual 1 2 3 4 5
Anda?
22. Seberapa puaskah Anda
dengan dukungan yang
1 2 3 4 5
Anda peroleh dari
teman Anda?
23. Seberapa puaskah Anda
dengan kondisi tempat 1 2 3 4 5
Anda tinggal saat ini?
24. Seberapa puaskah Anda
dengan akses Anda pada
1 2 3 4 5
pelayanan kesehatan?

25. Seberapa puaskah Anda


dengan transportasi Anda? 1 2 3 4 5

No Pertanyaan SS S KK TP STP
26 Seberapa sering anda merasa 1 2 3 4 5
kesepian, putus asa, dan cemas
RUMUS KUESIONER KUALITAS HIDUP

No. Domain Persamaan untuk Menghitung Skor Skor Tranfor


Domain Rata- masi
rata Skor
1. Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 +
(kesehatan Q17 + Q18
fisik)
2. Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26)
(kesehatan
jiwa)
3. Domain 3 Q20 + Q21 + Q22
(hubungan
sosial)
4. Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14 + Q23 +
(lingkungan) Q24 + Q25
Jumlah
Metode Transformasi Skor

Domain 1 Domain 2 Domain 3 Domain 4

Juml Trans Juml Transf Jum Transf Jumla Transf


ah forma ah ormasi lah ormas h ormasi
skor si skor skor skor i skor skor
skor skor
7 0 6 0 3 0 8 0
8 6 7 6 4 6 9 6
9 6 8 6 10 6
5 19
10 13 11 13
9 13
11 13 6 25 12 13
10 19 13 19
12 19 7 31
13 19 11 19 14 19
8 44 15 25
14 25 12 25
9 50 16 25
15 31 13 31 17 31
16 31 10 56
14 31 18 31
17 38 19 38
15 38 11 69
18 38 20 38
19 44 16 44 12 75
21 44
20 44 17 44 13 81 22 44
21 50 18 50 14 94 23 50
22 56 24 50
19 56 15 100
23 56 25 56
20 56 26 56
24 63
21 63 27 63
25 63
28 63
26 69 22 69
29 69
27 69 23 69 30 69
28 75 31 75
24 75
29 81 32 75
25 81
30 81 33 81
31 88 26 81 34 81
32 88 27 88 35 88
36 88
33 94 28 94
37 94
34 94 29 94 38 94
35 100 30 100 39 100
40 100
KUESIONER INTERAKSI SOSIAL

Kerjasama (Cooperation)

No. Pernyataan Selalu Sering Kadang Jarang Tidak


pernah
1 Saya memperkenalkan diri 5 4 3 2 1
pada lansia yang baru saya
jumpai
2 Saya menyapa lansia lain 5 4 3 2 1
Ketika bertemu
3 Saya suka melakukan 5 4 3 2 1
aktivitas bersama-sama
dengan lansia lain
4 Saya merasa mampu jika 5 4 3 2 1
saya melakukan kegiatan
bersama lansia lain
5 Saya suka membantu 5 4 3 2 1
lansia lainnya

Persaingan (Competition)

No. Pernyataan SL SR K J TP
6 Saya berlomba mengajak teman 5 4 3 2 1
saya untuk membantu
menyelesaikan masalah dengan
lansia lain
7 Saya bersaing menggunakan 5 4 3 2 1
Bahasa Indonesia untuk
berkomunikasi dengan setiap
Orang
8 Saya berlomba menolong lansia 5 4 3 2 1
lain yang memerlukan bantuan
9 Saya iri dengan apa yang dimiliki 5 4 3 2 1
lansia lain
10 Saya ingin selalu lebih dari lansia 5 4 3 2 1
Lainnya
Pertentangan (Conflict)

No. Pernyataan SL SR K J TP
11 Saya bertengkar dengan lansia 5 4 3 2 1
lain
12 Saya memarahi lansia lain 5 4 3 2 1
13 Saya mengambil barang milik 5 4 3 2 1
lansia lain
14 Saya suka memaksa lansia lain 5 4 3 2 1
untuk melakukan yang saya mau
15 Jika saya ada masalah dengan 5 4 3 2 1
orang lain maka saya akan
mengatakan langsung pada orang
Tersebut

Persesuaian (Accomodation)

No. Pernyataan SL SR K J TP
16 Saya merasa sulit harus 5 4 3 2 1
berkomunikasi dengan lansia lain
17 Saya merasa nyaman dengan 5 4 3 2 1
lingkungan saya
18 Saya menolong lansia lain yang 5 4 3 2 1
memerlukan bantuan saya
19 Saya bergaul dengan orang-orang 5 4 3 2 1
yang berbeda suku dan agama
dengan saya
20 Saya dapat menghargai pendapat 5 4 3 2 1
orang lain.
Lampiran 4:
Lampiran 5 :
Lampiran 6 :
Lampiran 7 :
Lampiran 8 :
Lampiran 9 :
Interaksi sosial
No Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Kerjasama Persaingan Pertentangan Persesuaian Score Code
Kelamin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 P 47 SMA Masih bekerja 4 5 3 4 3 4 3 4 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 4 4 56 0

2 P 50 SD Masih bekerja 3 3 4 4 3 4 3 4 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 51 1

3 P 59 SD Masih bekerja 2 2 4 4 3 3 3 3 2 1 1 1 2 2 3 3 4 4 4 4 55 0

4 P 45 SMP Masih bekerja 4 4 3 2 4 4 4 4 1 1 4 1 1 1 3 4 3 3 4 4 59 0

5 L 50 SD Masih bekerja 2 4 2 5 4 4 2 4 1 1 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 50 1

6 L 50 SD Masih bekerja 4 3 3 3 3 4 2 3 1 1 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 52 1

7 P 45 SMA Masih bekerja 3 3 3 2 3 4 2 4 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 54 0

8 P 59 SD Masih bekerja 3 4 3 3 3 4 3 3 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 56 0

9 L 60 SD Tidak bekerja 4 2 2 3 4 4 3 4 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 4 4 48 1

10 P 61 SD Tidak bekerja 4 4 3 2 4 4 2 4 1 1 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 52 1

11 P 45 Perguruan tinggi Masih bekerja 4 2 4 4 3 3 2 3 1 1 2 2 1 2 2 2 4 3 3 3 51 1

12 P 55 SMP Masih bekerja 3 4 4 3 4 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 4 4 4 3 3 54 0

13 P 66 SD Tidak bekerja 2 2 2 3 4 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 2 41 1

14 P 65 SD Masih bekerja 4 4 3 4 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 4 4 51 1

15 P 70 SD Tidak bekerja 4 4 3 3 4 4 2 4 2 2 1 1 2 1 4 3 3 3 4 4 58 0

16 P 45 SMA Masih bekerja 4 4 3 3 4 3 4 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 4 4 4 54 0

17 L 56 SMA Masih bekerja 3 4 4 4 4 4 2 4 1 1 1 1 1 1 2 1 4 4 4 4 54 0

18 L 45 SMA Masih bekerja 5 5 4 4 3 3 4 3 1 1 1 1 1 1 2 1 3 4 4 4 55 0

19 L 79 SD Tidak bekerja 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 4 4 54 0

20 L 79 SMP Tidak bekerja 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 59 0

21 L 63 SMA Tidak bekerja 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 1 3 2 4 3 3 3 52 1

22 P 45 Perguruan tinggi Masih bekerja 3 2 3 3 4 3 3 3 1 1 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 50 1

23 L 55 SMA Masih bekerja 3 3 3 3 4 3 3 3 1 1 1 1 1 1 4 4 3 4 4 3 53 0

24 P 60 SMP Tidak bekerja 3 3 2 3 5 3 3 3 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 3 54 0

25 P 54 SD Masih bekerja 3 4 2 4 3 4 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 54 0
26 P 47 Tidak sekolah Masih bekerja 4 4 3 5 4 4 3 4 1 1 2 2 1 2 3 3 3 3 4 4 60 0

27 L 69 SD Tidak bekerja 3 3 2 3 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 4 3 4 4 3 3 56 0

28 L 65 SD Tidak bekerja 5 5 4 4 3 4 2 4 1 1 1 1 1 1 4 3 4 4 5 5 62 0

29 P 45 SMA Masih bekerja 5 3 4 4 4 4 2 4 1 1 1 1 1 1 4 3 4 4 5 5 61 0

30 P 45 SMP Masih bekerja 3 4 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 4 2 3 3 3 3 48 1

31 P 60 SD Tidak bekerja 5 5 3 4 4 4 3 4 2 2 1 1 2 1 3 2 3 3 5 5 62 0

32 L 70 Tidak sekolah Tidak bekerja 4 3 4 2 3 3 2 3 2 2 1 1 2 1 3 2 4 4 4 4 54 0

33 L 81 Tidak sekolah Tidak bekerja 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 1 1 2 1 3 2 4 4 4 4 61 0

34 L 46 SMA Masih bekerja 3 3 4 3 3 3 3 3 1 1 2 2 1 2 3 3 4 4 3 3 54 0

35 P 55 SD Masih bekerja 2 3 4 3 4 3 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 4 4 2 2 47 1

36 P 70 SD Tidak bekerja 4 4 3 3 2 4 3 4 1 1 2 2 1 2 4 3 3 3 4 4 57 0

37 P 72 SD Tidak bekerja 3 4 3 4 4 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 50 1

38 P 55 SMA Masih bekerja 3 3 3 4 3 4 3 4 1 1 2 1 2 1 3 3 3 3 3 4 54 0

39 L 67 Tidak sekolah Masih bekerja 4 3 3 4 3 4 3 4 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 2 3 50 1

40 P 54 Perguruan tinggi Masih bekerja 3 3 4 4 3 3 3 3 1 1 2 2 1 2 3 4 4 4 3 3 56 0

41 L 66 SD Tidak bekerja 3 2 2 3 4 3 2 3 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 45 1

42 P 68 SD Tidak bekerja 3 3 3 4 3 4 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 55 0

43 L 58 SMA Tidak bekerja 4 3 3 4 4 4 2 4 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 4 4 54 0

44 P 57 SMP Tidak bekerja 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 4 3 2 2 3 3 46 1

45 P 63 SD Tidak bekerja 3 3 3 4 3 4 3 4 1 1 1 1 1 1 4 3 3 4 4 4 55 0

46 P 65 SD Tidak bekerja 2 4 4 3 2 3 3 3 1 1 2 2 1 2 3 3 4 4 2 2 51 1

47 P 70 Tidak sekolah Tidak bekerja 3 3 4 3 3 4 3 4 2 2 1 1 2 1 4 3 4 4 4 4 59 0

48 P 70 SD Tidak bekerja 3 4 3 4 3 4 3 4 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 58 0

49 P 45 SMA Masih bekerja 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 1 4 3 3 4 4 4 56 0

50 L 59 SMP Masih bekerja 3 3 2 3 3 4 3 3 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 2 3 44 1

51 L 66 SD Tidak bekerja 5 4 3 4 3 4 3 4 1 1 1 1 1 1 3 4 3 3 3 3 55 0

52 L 70 SD Tidak bekerja 4 4 4 4 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 4 4 4 4 56 0

53 L 60 Tidak sekolah Tidak bekerja 4 4 4 4 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 4 4 54 0


54 L 65 SD Tidak bekerja 4 4 3 3 4 3 3 3 1 1 2 2 1 1 3 3 3 3 4 4 55 0

55 P 45 Perguruan tinggi Masih bekerja 4 4 4 4 4 4 2 4 1 1 1 1 1 1 3 2 4 4 4 4 57 0

56 P 46 SD Masih bekerja 3 3 4 3 4 3 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 3 4 3 3 51 1

57 P 45 SMA Masih bekerja 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 58 0

58 P 57 SMA Masih bekerja 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 1 1 2 1 3 3 4 4 4 4 62 0

59 P 59 SD Masih bekerja 3 3 3 4 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 5 5 56 0

60 P 60 SD Masih bekerja 3 3 2 3 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 3 3 49 1

61 P 57 SMP Masih bekerja 3 3 2 5 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 3 3 46 1

62 P 67 SMP Masih bekerja 5 5 3 4 5 5 3 3 1 1 1 1 1 1 4 2 3 3 3 3 57 0

63 L 70 Tidak sekolah Tidak bekerja 5 4 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 50 1

64 P 71 SD Tidak bekerja 3 3 4 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 4 4 3 3 49 1

65 P 56 SD Tidak bekerja 4 3 4 4 4 5 2 5 1 1 2 2 1 2 3 3 4 4 4 4 62 0

66 P 45 Pergurua tinggi Masih bekerja 2 3 3 4 4 5 2 5 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 56 0

67 L 45 SD Masih bekerja 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 1 1 1 3 2 3 3 3 3 50 1

68 L 46 SMA Masih bekerja 3 3 3 3 4 4 2 3 2 2 1 1 2 1 3 3 3 4 4 4 55 0

69 P 70 SD Tidak bekerja 4 4 3 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 4 1 3 3 4 4 52 1

70 P 71 SMP Tidak bekerja 3 3 2 3 2 4 3 4 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 3 3 45 1

71 P 49 Perguruan tinggi Masih bekerja 5 4 4 4 3 4 3 3 1 1 1 1 1 1 3 2 4 4 3 3 55 0

72 P 50 SD Tidak bekerja 4 3 3 3 2 3 3 3 1 1 2 2 1 2 3 2 3 3 4 3 51 1

73 P 55 SMA Masih bekerja 4 3 3 4 3 3 2 3 1 1 2 2 1 2 4 3 4 3 3 4 55 0

74 L 56 SMP Masih bekerja 2 3 3 3 2 3 3 3 1 1 2 2 1 2 2 3 3 3 2 2 46 1

75 L 75 SD Tidak bekerja 4 2 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 4 4 47 1

76 p 45 Perguruan tinggi Masih bekerja 4 3 2 3 4 4 2 4 2 2 1 1 2 1 4 3 2 2 4 4 54 0

Kualitas Hidup
NO Umum Kesehatan Fisik (Domain 1) Psikologi Domain 2) Sosial (Domain 3) Lingkungan (Domain 4) Total Code

1 2 3 4 10 15 16 17 18 Hasil 5 6 7 11 19 26 Hasil 20 21 22 Hasil 8 9 12 13 14 23 24 25 Hasil

1 4 5 2 3 4 4 2 5 4 69 4 4 2 4 4 2 69 4 2 5 69 4 4 2 3 5 4 4 3 69 69 0

2 3 3 4 4 2 4 3 2 2 38 3 3 2 3 4 3 50 4 2 4 56 3 4 2 3 2 3 4 2 50 48 1

3 2 2 2 3 4 5 5 4 3 75 4 3 2 3 3 1 56 4 2 4 56 4 4 2 2 4 5 4 2 63 63 0

4 4 4 1 1 4 5 4 2 4 81 4 4 4 4 4 2 75 2 4 4 69 4 4 2 4 4 2 3 4 63 72 0

5 2 4 2 2 4 5 5 4 4 81 2 2 4 4 4 2 56 5 2 4 69 4 4 3 4 4 4 5 3 75 70 0

6 4 3 2 1 4 4 1 4 4 69 4 3 2 4 4 3 56 3 2 4 50 2 3 2 1 4 4 3 3 38 53 1

7 3 3 3 3 3 4 5 4 4 69 4 5 4 4 4 1 81 2 2 2 25 4 3 3 3 2 3 4 3 56 57 1

8 3 2 3 4 3 4 2 4 4 56 4 4 3 3 3 4 56 3 2 3 44 4 3 4 3 4 3 3 3 63 55 1

9 4 2 2 1 4 4 2 4 4 69 3 3 3 3 4 3 56 3 3 4 56 4 4 2 2 4 4 1 3 50 58 0

10 4 4 4 4 3 2 3 4 4 44 4 5 3 4 4 2 75 4 4 3 69 5 3 3 3 5 4 5 3 75 66 0

11 4 2 3 3 3 4 2 3 3 50 3 3 3 3 3 4 44 4 2 3 50 4 3 1 3 4 4 4 3 56 50 1

12 3 4 4 4 2 3 3 4 4 44 3 4 2 4 3 3 56 3 2 3 44 4 4 2 3 3 3 4 3 56 50 1

13 2 2 3 3 3 3 3 3 4 69 3 3 3 4 3 3 56 4 4 4 75 4 3 3 3 4 3 3 3 56 64 0

14 4 4 3 2 4 4 3 4 4 69 4 4 3 4 3 5 56 4 4 4 75 4 3 3 3 4 3 3 3 56 64 0

15 4 4 2 2 2 4 2 4 4 63 4 5 3 4 4 3 69 3 3 2 44 4 4 2 3 4 4 3 3 63 60 0

16 4 4 1 3 2 4 2 4 3 56 4 4 3 5 3 2 69 3 2 4 50 4 3 1 3 4 3 3 3 50 56 1

17 3 4 4 3 4 4 2 3 3 50 4 4 3 3 4 4 56 4 2 3 50 4 3 2 3 4 5 4 3 63 55 1

18 5 5 1 1 4 5 3 4 4 81 5 4 3 5 5 1 88 4 2 5 69 5 4 2 3 5 5 5 4 81 80 0

19 4 3 3 4 3 3 3 2 3 44 3 4 3 2 3 3 50 3 2 3 44 2 2 3 2 2 3 3 4 44 44 1

20 4 3 3 3 3 3 4 3 3 50 2 2 2 3 3 2 44 4 2 3 50 4 3 2 3 3 4 3 2 50 48 1

21 4 3 3 2 2 3 2 3 3 44 3 2 2 3 3 5 31 3 2 3 44 2 2 2 3 4 4 4 3 50 42 1

22 3 2 2 3 3 3 2 3 3 50 3 4 3 3 3 3 56 3 2 3 44 3 3 2 3 3 2 3 3 44 48 1

23 3 3 2 2 3 2 2 3 3 50 3 3 4 3 3 3 56 4 3 4 69 3 3 3 4 4 4 3 3 63 59 0

24 3 3 2 2 4 3 2 4 4 63 3 3 3 3 3 4 44 3 2 2 31 2 3 2 2 4 2 2 3 38 44 1

25 3 4 4 4 3 4 2 3 2 38 3 4 3 4 4 3 63 4 3 4 69 4 4 2 3 2 4 4 2 56 56 1

26 4 4 2 2 5 4 3 4 5 81 4 4 4 4 4 2 75 5 2 4 69 5 3 3 3 4 4 5 3 69 73 0
27 3 3 3 2 3 2 3 4 3 56 4 4 3 4 4 2 69 3 2 3 44 4 3 1 3 5 4 3 3 56 56 1

28 5 5 1 4 4 5 3 4 5 75 4 5 4 5 4 2 81 4 3 4 69 4 5 4 4 4 5 5 3 81 76 0

29 5 3 1 4 1 4 4 4 4 63 4 4 3 4 4 1 75 4 2 4 56 4 5 5 4 5 4 3 3 81 68 0

30 3 4 3 4 3 4 2 4 3 50 3 3 2 2 3 3 44 3 2 3 44 3 4 2 3 2 4 4 3 56 48 1

31 5 5 2 2 5 5 4 4 5 88 4 4 4 5 4 2 81 4 3 4 69 5 5 2 4 4 5 5 3 81 80 0

32 4 3 1 1 3 3 1 3 3 56 4 4 3 3 3 3 56 4 4 3 69 4 4 1 2 4 3 3 2 50 58 0

33 4 4 2 2 4 5 4 4 4 81 4 4 3 4 4 2 69 4 2 4 56 4 3 2 3 5 4 4 4 69 69 0

34 3 3 2 3 2 2 2 3 3 44 1 2 2 2 3 4 25 3 2 3 44 3 3 1 3 4 2 3 3 44 39 1

35 2 3 2 2 2 3 3 3 3 56 3 3 3 3 3 5 44 3 2 3 44 3 3 1 3 5 2 2 2 44 47 1

36 4 4 3 2 4 5 3 4 5 75 4 5 4 5 4 2 81 3 3 2 44 4 4 2 4 4 4 2 3 63 66 0

37 3 4 3 4 3 4 2 3 4 50 3 4 3 3 3 3 56 4 2 3 50 3 4 1 1 3 3 3 2 38 48 1

38 3 3 2 4 2 5 2 4 4 56 3 3 3 4 4 3 56 4 2 4 56 4 3 1 3 5 4 4 3 63 58 0

39 4 3 4 5 3 5 3 4 4 56 4 4 3 4 4 4 63 4 2 3 50 4 3 1 3 4 4 3 3 56 56 1

40 3 2 4 4 4 5 4 4 3 63 4 3 3 3 3 4 50 4 2 3 50 4 3 1 3 3 3 3 3 50 53 1

41 3 2 1 4 2 4 2 3 3 50 3 3 3 4 3 3 56 3 2 3 44 4 3 1 3 5 4 3 3 56 51 1

42 3 3 1 4 4 4 4 4 4 69 4 3 3 4 4 2 69 4 2 4 56 4 3 2 3 5 4 3 3 63 64 0

43 4 3 2 4 4 3 4 4 5 69 4 3 3 4 4 3 63 4 3 4 69 4 4 2 3 4 4 4 3 63 66 0

44 3 3 2 2 3 3 3 3 3 56 3 3 3 3 3 3 50 3 2 3 44 4 3 2 3 3 4 3 3 56 51 1

45 3 3 1 4 3 4 4 4 4 69 4 3 3 4 4 2 69 4 2 3 50 4 3 2 3 4 4 3 3 56 61 0

46 2 4 2 2 5 2 4 4 5 75 2 2 4 3 3 3 44 3 2 3 44 4 4 2 3 3 4 5 3 63 56 1

47 3 3 3 2 4 2 4 4 3 63 3 3 3 3 4 2 56 3 2 3 44 4 3 1 3 2 5 3 3 50 53 1

48 3 4 1 2 4 4 4 4 4 81 4 3 3 4 4 2 69 4 2 3 50 4 3 2 3 5 3 3 3 56 64 0

49 3 3 1 2 4 4 3 3 3 69 4 4 3 4 3 2 69 3 2 3 44 4 2 2 3 5 3 3 3 56 59 0

50 5 5 2 4 5 4 4 4 5 81 4 5 4 5 4 2 81 4 3 4 69 5 5 2 4 4 4 5 3 75 76 0

51 3 3 3 3 2 4 4 3 4 56 4 4 3 3 4 2 69 4 2 3 50 3 4 3 2 1 3 4 2 44 55 1

52 4 4 2 4 4 4 4 4 5 69 4 4 3 4 3 3 63 4 3 4 69 4 4 4 4 4 4 4 3 75 69 0

53 3 4 1 1 4 3 3 4 4 75 4 4 3 3 3 4 56 3 4 4 69 4 4 2 2 4 4 4 3 63 66 0

54 2 3 1 4 4 2 4 3 3 56 4 2 3 3 3 5 44 3 2 3 44 2 3 1 3 4 4 3 3 50 48 1
55 4 4 3 2 3 3 4 4 4 69 3 4 3 2 4 3 56 4 3 4 69 3 3 4 2 2 3 3 3 50 61 0

56 4 4 3 2 3 2 2 3 3 44 2 3 3 2 3 3 44 3 3 3 50 4 3 4 2 2 3 4 3 56 48 1

57 4 4 3 2 4 3 3 3 3 56 4 3 3 4 3 3 56 4 3 4 69 4 3 4 2 3 3 3 2 50 58 0

58 4 4 4 2 3 3 3 4 3 56 4 3 3 4 4 3 63 4 3 5 75 3 4 4 3 3 3 4 3 63 64 0

59 5 4 4 2 2 4 3 3 3 50 3 3 4 3 4 3 56 4 4 5 81 2 4 4 2 3 4 4 3 56 60 0

60 5 4 3 3 2 4 4 2 4 63 4 2 4 2 4 3 56 3 3 5 69 3 4 4 3 3 3 4 3 63 62 0

61 3 3 2 3 3 4 1 4 4 56 3 3 4 3 3 3 56 5 4 4 81 3 4 4 3 3 4 4 3 63 64 0

62 3 3 2 4 4 5 2 2 3 56 4 3 4 3 3 3 56 4 3 4 69 3 4 4 3 3 4 4 3 63 61 0

63 5 4 5 3 3 5 3 2 2 44 3 2 3 2 3 3 44 3 3 3 50 3 3 3 3 3 2 3 4 50 47 1

64 3 3 4 4 3 4 3 1 2 38 3 2 3 2 3 3 44 3 3 3 50 3 3 3 3 3 2 3 4 50 45 1

65 4 3 3 2 3 4 4 3 1 56 4 4 3 4 5 3 69 4 4 3 69 3 3 3 2 4 4 3 3 56 62 0

66 2 3 3 2 2 3 3 3 3 50 3 4 3 3 5 4 56 4 4 4 75 3 3 3 2 4 3 3 2 50 58 0

67 4 4 3 2 3 3 4 4 4 63 3 4 4 3 4 3 63 3 2 4 50 3 3 3 3 3 3 3 2 50 56 1

68 5 3 4 3 4 2 3 4 3 50 4 3 4 4 4 4 63 4 3 5 75 4 3 3 4 4 3 3 3 63 62 0

69 4 4 5 4 1 4 2 2 2 25 3 2 4 3 2 2 50 3 4 3 56 2 3 3 3 3 3 4 4 56 46 1

70 3 3 4 3 1 5 2 1 1 31 4 2 3 3 4 3 56 3 4 4 69 3 4 4 3 3 3 4 3 63 54 1

71 3 4 2 2 3 4 3 4 4 69 4 4 5 3 3 3 69 4 4 5 81 4 3 4 3 3 3 3 4 63 70 0

72 4 4 3 2 2 3 3 2 4 50 3 3 3 3 3 4 44 3 3 3 50 3 2 3 3 3 4 3 3 50 48 1

73 3 3 3 2 3 4 3 4 3 63 3 3 4 4 3 3 56 4 5 4 81 2 4 3 2 4 4 3 3 56 64 0

74 2 3 4 4 3 3 4 3 3 44 3 3 4 3 3 3 56 3 4 3 56 3 3 3 2 4 4 3 3 56 53 1

75 4 2 4 4 1 4 3 1 1 25 2 3 3 3 2 4 38 3 3 3 50 4 3 2 3 4 4 4 3 63 44 1

76 4 3 2 1 2 3 4 4 4 69 4 3 3 4 4 3 63 3 4 4 69 3 3 3 3 4 3 4 4 63 66 0
Frequency Table

jenis klamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 27 35.5 35.5 35.5

Valid perempuan 49 64.5 64.5 100.0

Total 76 100.0 100.0

umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

45-59 42 55.3 55.3 55.3

60-74 30 39.5 39.5 94.7


Valid
75-90 4 5.3 5.3 100.0

Total 76 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak sekolah 7 9.2 9.2 9.2

SD 35 46.1 46.1 55.3

SMP 11 14.5 14.5 69.7


Valid
SMA 16 21.1 21.1 90.8

Perguruan tinggi 7 9.2 9.2 100.0

Total 76 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

masih bekerja 42 55.3 55.3 55.3

Valid tidak bekerja 34 44.7 44.7 100.0

Total 76 100.0 100.0


interaksi sosial

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tinggi 47 61.8 61.8 61.8

Valid rendah 29 38.2 38.2 100.0

Total 76 100.0 100.0

kualitas hidup

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 40 52.6 52.6 52.6

Valid buruk 36 47.4 47.4 100.0

Total 76 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

interaksi sosial * kualitas 76 100.0% 0 0.0% 76 100.0%


hidup

interaksi sosial * kualitas hidup Crosstabulation

kualitas hidup Total

Baik buruk
Count 32 15 47

tinggi Expected Count 24.7 22.3 47.0

% within interaksi sosial 68.1% 31.9% 100.0%


interaksi sosial
Count 8 21 29

rendah Expected Count 15.3 13.7 29.0

% within interaksi sosial 27.6% 72.4% 100.0%


Count 40 36 76

Total Expected Count 40.0 36.0 76.0

% within interaksi sosial 52.6% 47.4% 100.0%


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 11.799a 1 .001


Continuity Correctionb 10.230 1 .001
Likelihood Ratio 12.120 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.643 1 .001
N of Valid Cases 76

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.74.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for interaksi 5.600 2.020 15.521


sosial (tinggi / rendah)
For cohort kualitas hidup = 2.468 1.326 4.594
Baik
For cohort kualitas hidup = .441 .274 .708
buruk
N of Valid Cases 76
Statistics

interaki sosial kualitas hidup

Valid 76 76
N
Missing 0 0
Mean 53.4868 58.1316
Std. Error of Mean .52499 1.06150
Median 54.0000 58.0000
Mode 54.00 48.00
Std. Deviation 4.57673 9.25396
Variance 20.946 85.636
Minimum 41.00 39.00
Maximum 62.00 80.00

interaki sosial

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

41.00 1 1.3 1.3 1.3

44.00 1 1.3 1.3 2.6

45.00 2 2.6 2.6 5.3

46.00 3 3.9 3.9 9.2

47.00 2 2.6 2.6 11.8

48.00 2 2.6 2.6 14.5

49.00 2 2.6 2.6 17.1

50.00 6 7.9 7.9 25.0

51.00 6 7.9 7.9 32.9

52.00 4 5.3 5.3 38.2

Valid 53.00 1 1.3 1.3 39.5

54.00 13 17.1 17.1 56.6


55.00 9 11.8 11.8 68.4

56.00 8 10.5 10.5 78.9

57.00 3 3.9 3.9 82.9

58.00 3 3.9 3.9 86.8

59.00 3 3.9 3.9 90.8

60.00 1 1.3 1.3 92.1

61.00 2 2.6 2.6 94.7

62.00 4 5.3 5.3 100.0

Total 76 100.0 100.0


kualitas hidup

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

39.00 1 1.3 1.3 1.3

42.00 1 1.3 1.3 2.6

44.00 3 3.9 3.9 6.6

45.00 1 1.3 1.3 7.9

46.00 1 1.3 1.3 9.2

47.00 2 2.6 2.6 11.8

48.00 8 10.5 10.5 22.4

50.00 2 2.6 2.6 25.0

51.00 2 2.6 2.6 27.6

53.00 4 5.3 5.3 32.9

54.00 1 1.3 1.3 34.2

55.00 3 3.9 3.9 38.2

56.00 6 7.9 7.9 46.1

57.00 1 1.3 1.3 47.4

58.00 5 6.6 6.6 53.9


Valid
59.00 2 2.6 2.6 56.6

60.00 2 2.6 2.6 59.2

61.00 3 3.9 3.9 63.2

62.00 3 3.9 3.9 67.1

63.00 1 1.3 1.3 68.4

64.00 7 9.2 9.2 77.6

66.00 5 6.6 6.6 84.2

68.00 1 1.3 1.3 85.5

69.00 3 3.9 3.9 89.5

70.00 2 2.6 2.6 92.1

72.00 1 1.3 1.3 93.4

73.00 1 1.3 1.3 94.7

76.00 2 2.6 2.6 97.4

80.00 2 2.6 2.6 100.0

Total 76 100.0 100.0


Histogram

Anda mungkin juga menyukai