Anda di halaman 1dari 19

ETIK DALAM PERAWATAN PALIATIF DAN

KEBIJAKAN & PROGRAM NASIONAL PERAWATAN


PALIATIF

Mata Kuliah : Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif


Dosen Pengampu : Ns. ALFIANUR, M.Kep.

OLeh : Kelompok 3

DAHNIATI (22311004)
GUSTIA FANI (22311008)
HAMDINA AULIA (22311009)
MEGA AZALINUR (22311014)
REGI ALFIO RISDA (22311019)

PROGRAM STUDI REG B S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PAYUNG NEGERI PEKANBARU
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Etik dalam Perawatan Paliatif dan Kebijakan & Program Nasional
Perawatan Paliatif” ini dengan lancar pada mata kuliah Keperawatan Paliatif.
Serta tak lupa pula sholawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad
SAW, atas petunjuk dan risalahnya yang telah membawa zaman kegelapan ke
dalam zaman yang terang benderang dan atas doa restu dan dorongan dari
berbagai pihak yang telah membantu penulis memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Demikian yang dapat penulis sampaikan
semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi kita
semua.

Pekanbaru, 13 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Etik Dalam Perawatan Paliatif................................................................................6
B. kebijakan nasional terkait perawatan paliatif........................................................11
BAB III...............................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif
pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat
penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap
terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini
mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, &
Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien
dengan perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan
sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek
spiritual (Campbell, 2013).
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul
pada pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi
karena diagnose penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam
menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam melakukan
ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain,
seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya
(Hamid, 2008).Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah
gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang
dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011).
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia
dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut
Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau
tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas
dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah
keseluruhan

berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan,


dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua
pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang
mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek
adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian keperawatan paliatif
2. Pengertian Kebutuhan Spiritual
3. Perngertian Tujuan sosial budaya dalam perawatan paliatif
4. Tinjauan keperawatan paliatif menurut agama dan Kebudayaan
5. Pengertian Agama dan Kebudayaan dalam perawatan paliatif

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu keperawatan paliatif
2. Mengetahui apa itu kebutuhan spiritual
3. Mengetahui tujuan sosial budaya dalam perawatan paliatif
4. Mengetahui tujuan keperawatan paliatif menurut agama dan
kebudayaan
5. Mengetahui agama da kebudayaan alam perawatan paliatif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etik Dalam Perawatan Paliatif


1. Pengertian
Perawatan paliatif adalah Kesehatan terpadu yang aktif dan
menyeluruh, degan pendekatan multidisiplin yang terintregrasi.
Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas hidup nya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, sebelum
meninggal sudah siap secara psikologis dan spiritual. Etik adalah
Kesepakatan tentang praktik moral , keyakinan , sistem nilai, standar
perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang
benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa
yang merupakan kejahatan, apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak.
Etika Keperawatan adalah Kesepakatan / peraturan tentang
penerapan nilai moral dan keputusan-keputusan yang ditetapkan untuk
profesi keperawatan ( Wikipedia.2008 ) .
2. Dasar Hukum Keperawatan Paliatif
Dasar hukum Keperawatan paliatif diantanya meliputi :
a. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif ( Kep. Menkes
NOMOR : 812 / Menkes / SK / VII / 2007 )
1) Persetujuan tindakan medis / informed consent untuk
pasien paliatif . Pasien harus memahami pengertian,
tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif .
2) Resusitasi / Tidak resisutasi pada pasien paliatif .
Keputusan dilakukan atau tidak dilakukan tindakan
resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau
oleh tim perawatan paliatif . informasi tentang hal ini
sebaiknya telah di informasikan pada saat pasien
memasuki atau memulai perawatan paliatif .
3) Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti
ketentuan umum yang berlaku d ) Masalah medikolegal
lainnya pada perawatan pasien paliatif . Tindakan yang
bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis,
tetapi dengan pertimbangan yang mempertimbangkan
keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu dapat
didelegasikan. kepada tenaga kesehatan yang terlatih .
b. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu
untuk memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri
hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien
sendiri.
3. Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif
a. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif terkait dengan sluruh bidang perawatan mulai
dari medis, perawatan , psikologis sosial, budaya dan spiritual,
sehingga secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat
dipersamakan dengan prinsip pada praktek medis yang baik. Prinsip
dasar perawatan paliatif : ( Rasjidi.2010 )
1) Sikap peduli terhadap pasien
Termasuk sensifitas dan empati . Perlu dipertimbangkan
segala . aspek dari penderitaan pasien , bukan hanya masalah
kesehatan . Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat
menghakimi Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama,
atau faktor induvidal lainnya tidak boleh mempengaruhi
perawatan .
2) Menganggap pasien sebagai seorang individu .
Setiap pasien adalah unik . Meskipun memiliki penyakit
ataupun gejala - gejala yang sama , namun tidak ada satu
pasienpun yang sama persis dengan pasien lainnya . Keunikan
inilah yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan
perawatan paliatif untuk tiap individu .
3) Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini harus
diperhatikan dalam perencanaan perawatan .
4) Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlakdiperlukan sebelum
perawatan dimulai atau diakhiri . Pasien yang telah diberi
informasi dan setuju dengan perawatan yang akan diberikan
akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.
5) Memilih tempat dilakukannya perawatan
Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan
keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini. Pasien dengan
penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.
6) Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun
dengan keluarga adalah hal yang sangat penting dan mendast
dalam pelaksanaan perawatan paliatif .
7) Aspek klinis :
Perawatan yang sesuai semua perawatan paliatif harus
sesuai dengan stadium dan prognosis dari penyakit yang
diderita pasien. hal ini penting karena karena pemberian
pareawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang,
hanya akan menambah penderitaan pasien. Pemberian
perawatn yang berlebihan beresiko untuk memberikan harapan
palsu kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan masalah
etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan
hanya karena dokter merasa harus melakukan sesuatu
meskipun itu sia sia adalah tidak etis.
8) Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai
bidang profesi perawatan palitif memberikan perawtan yang
bersifat holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah
tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta
koordinasi yang baik dari masing masing anggota tim tersebut
untuk memberikan hasil yang maksimal kepada pasien dan
keluarga.
9) Kualitas perawatan yang ebaik mungkin
Perawatan medis secara konsisten , terkoordinasi dan
berkelanjutan. Perawatn medis yang konsisten akan
mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang
tidak terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu baik
pasien maupun keluarga.
10) Perawatan yang berkelanjutan.
Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal
hingga akhir. merupakan dasr tujuan dari parawtan paliatf.
Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari
satu tempat ketempat lain sehingga sulit untuk
mempertahankan komunitas perawatan.
11) Mencegah terjadinya kegawatan
Perwatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti
untuk mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional
yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien dan
keluarga harus diberituaukan sebelumnya mengenai masalah
yang sering terjadi dan membentuk rencana untuk
meminimalisasi stress fisik dan emosional.
12) Bantuan kepada sang perawat
Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan
terhadap stress fisik dan emosianal terutama apabila pasien
dirawat di rumah sehingga perlu diberikan perhatian khusus
kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif
tergantung dari pemberi perawatan.
13) Pemeriksaan ulang
Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien
secara terus menerus mengingat pasien dengan penyakit lanjut
karen
b. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikirlogis dan mampu membuat keputusan sendiri.prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
1) Non maleficienci ( tidak merugikan )
Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik
dan psikologis pada klien . Prinsip tidak merugikan, bahwa
kita berkwaiban jika melakukan suatu tindakan agar jangan
sampai merugikan orang lain.
2) Veracity ( kejujuran )
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran Nilai ini
diperlikan oleh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti .
3) Beneficienee ( berbuat baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang
baik . Kebaikan memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang
dalam situsi pelayanan kesehatan , terjadi konflikantara prinsip
ini dengan otonomi.
4) Justice ( keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan
adil terhadap orang lain yang enjunjung prinsip - prinsip mora,
legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek.
profesional ketika tim. perawatan paliatif bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
5) Kerahasiaaan ( Confidentiality )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa
informasi tentang pasien harus dijaga privasinya. Apa yang
terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh
dibacadalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh
pasien dengan bukti pesetujuannya.
6) Akuntabilitas ( accountability )
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti
bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat
digunakan untuk enilai orang lain. Akuntabilitas merupakan
standar yang pasti yang man tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

B. kebijakan nasional terkait perawatan paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah - masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual ( sumber
referensi WHO , 2002 ).
Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap
keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya,
termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup
menurut Jennifer J. Clinch , Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper
( 1999 ), adalah : a . Gejala fisik b . Kemampuan fungsional ( aktivitas ) c .
Kesejahteraan keluarga d . Spiritual e . Fungsi sosial f . Kepuasan terhadap
pengobatan ( termasuk masalah keuangan ) g . Orientasi masa depan h .
Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri i . Fungsi dalam
bekerja.
Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan
di rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan /
pengawasan tenaga paliatif .
Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal
yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang
harus dilakukan di rumah sakit Pelayanan yang diberikan tidak seperti di
rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayaan untuk mengendalikan gejala -
gejala yang ada , dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri.
Sarana ( fasilitas ) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan
kesehatan secara medis bagi masyarakat Kompeten adalah keadaan kesehatan
mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu menerima dan memahami
informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional
berdasarkan informasi tersebut .
1. Tujuan kebijakan
a. Tujuan umum : Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan
paliatif di Indonesia
b. Tujuan khusus :
1) Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar
yang berlaku di seluruh Indonesia
2) Tersusunnya pedoman - pedoman pelaksanaan / juklak
perawatan paliatif.
c. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan .
2. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
a. Seluruh pasien ( dewasa dan anak ) dan anggota keluarga, lingkungan
yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di
seluruh Indonesia
b. Pelaksana perawatan paliatif dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya
dan tenaga terkait lainnya.
c. Institusi - institusi terkait, misalnya :
1) Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten / kota
2) Rumah Sakit pemerintah dan swasta
3) Puskesmas
4) Rumah perawatan / hospis
5) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.
3. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif
a. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
1) Penatalaksanaan nyeri.
2) Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
3) Asuhan keperawatan .
4) Dukungan psikologis
5) Dukungan sosial
6) Dukungan kultural dan spiritual
7) Dukungan persiapan dan selama masa dukacita ( bereavement ) .
b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap , rawat jalan , dan
kunjungan / rawat rumah .
4. Sumber Daya Manusia
a. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan , pekerja sosial,
rohaniawan, keluarga , relawan.
b. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan / pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat.
c. Pelatihan.
1) Modul pelatihan Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan
kerjasama para pakar perawatan paliatif dengan Departemen
Kesehatan ( Badan Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik ). Modul
- modul tersebut terdiri dari modul untuk dokter, modul untuk
perawat , modul untuk tenaga kesehatan lainnya , modul untuk
tenaga non medis .
2) Pelatih : Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan
Fakultas Kedokteran .
3) Sertifikasi dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihan dan
Pendidikan Badan PPSDM . Pada tahap pertama dilakukan
sertifikasi pemutihan untuk pelaksana perawatan paliatif di 5
( lima ) propinsi yaitu : Jakarta , Yogyakarta , Surabaya ,
Denpasar , Makasar . Pada tahap selanjutnya sertifikasi diberikan
setelah mengikuti pelatihan .
4) Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif ( ilmu kedokteran
paliatif , ilmu keperawatan paliatif ).
5. Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif
Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah :
a. Rumah sakit Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang
memerlukan pengawasan ketat . tindakan khusus atau peralatan .
khusus .
b. Puskesmas Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan .
c. Rumah singgah / panti ( hospis ) : Untuk pasien yang tidak
memerlukan pengawasan ketat , tindakan khusus atau peralatan khusus
, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan
pengawasan tenaga kesehatan .
d. Rumah pasien Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat , tindakan khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan
perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga . Organisasi
perawatan paliatif , menurut tempat pelayanan / sarana kesehatannya
adalah :
1) Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas .
2) Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D , kelas C
dan kelas B non pendidikan.
3) Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B
Pendidikan dan kelas A.
4) Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan
melibatkan semua unsur terkait
6. Pembinaan Dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang
dengan melibatkan perhimpunan profesi / keseminatan terkait.Pembinaan
dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan .
7. Pengembangan Dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif
Untuk pengembangan dan peningkatan mutu perawatan paliatif
diperlukan :
a. Pemenuhan sarana , prasarana dan peralatan kesehatan dan non
kesehatan.
b. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan / Continuing Professional
Development untuk perawatan paliatif ( SDM ) untuk jumlah , jenis
dan kualitas pelayanan .
c. Menjalankan program keselamatan pasien / patient safety .
8. Pendanaan
Pendanaan yang diperlukan untuk :
a. pengembangan sarana dan prasarana
b. peningkatan kualitas SDM / pelatihan
c. pembinaan dan pengawasan
d. peningkatan mutu pelayanan .

Sumber pendanaan dapat dibebankan pada APBN / APBD dan sumber


- sumber lain yang tidak mengikat . Untuk perawatan pasien miskin dan
PNS dapat dimasukan dalam skema Askeskin dan Askes.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812 / Menkes /


Sk / Vii / 2007
Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Menimbang :
a. bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin
meningkat jumlahnya baik pada pasien dewasa maupun anak;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan
perawatan kuratif dan rehabilitatif juga diperlukan perawatan paliatif
bagi pasien dengan stadium terminal.
c. bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas , perlu adanya
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.

Mengingat :
a. Undang - undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100 , Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495 ) ;
b. Undang - undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116 , Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4431 ) ;
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Menkes /
Per / 11 / 1988 tentang Rumah Sakit :
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585 / Menkes
/ Per / IX / 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik :
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 /
Menkes / Per / XI / 2006 tentang Pedoman Organisasi RS di
Lingkungan Departemen Kesehatan :
f. Keputusan MEMUTUSKAN : Menteri Nomor 0588 / YM / RSKS /
SK / VI / 1992 tentang Proyek Panduan Pelaksanaan Paliatif dan Bebas
Nyeri Kanker ;
g. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia . Nomor 319
/ PB / A.4 / 88 tentang Informed Consent ;
h. Surat Keputusan Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Nomor 336 / PB /
A.4 / 88 tentang MATI .

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

a. Kesatu keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan perawatan


paliatif
b. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan Paliatif
sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Keputusan ini
c. Ketiga Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini
d. Keempat Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan
ini dilakukan oleh Menteri Kesehatan , Dinas Kesehatan Propinsi ,
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota sesuai dengan fungsi dan tugasnya
masing - masing .
e. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan :
f. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat
keputusan ini , akan dilakukan perbaikan - perbaikan sebagaimana
mestinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah-
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan
mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serat terapi
dan masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.

Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang dapat


dipertanggung jawabkan, didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang
merupakan dasar dari perilaku manusia (niat). Yang terpenting adalah rambu-
rambu etika, moral maupun hokum yang tegas tentang euthanasia agar
terdapat kejelasan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/
20130506131833.skmenkes_Nomor_821MENKESSKVII2007_Tentang_Kebijak
an_Perawatan_paliatif.pdf (13/03/2023)
http://es.scribd.com/documen/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-Paliatif-
Kelompok-1 (13/03/2023)
Kemp, Charles, 2009. Klien Sakit Terminal, Seri Asuhan Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai