Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapka kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Nyeri Dan Terapi
Komplementer Pada Pasien Paliatif” dengan sebaik-baiknya.

Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada ibu dosen yang telah ikut
serta dalam pembuat makalah ini kami buat untuk memperdalam ilmu kita,

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan
menyediakan sumber informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini
diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
orang banyak supaya mengetahui apa-apa yang ada dalam pelajaran Komukasi
Keperawatan II.

Bandung, 6 November 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

2.1. Perawatan Paliatif ..................................................................................................... 3


2.2. Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif .............................................................. 6
2.3. Manajemen Nyeri ..................................................................................................... 6
2.4. Terapi Komplementer ............................................................................................... 9
2.5. Terapi Akupunktur Pada Pasien Paliatif ................................................................. 19
2.6. Terapi Akupresur Pada Pasien Paliatif ................................................................... 22
2.7. Terapi Herbal Pada Pasien Paliatif ......................................................................... 23
2.8. Terapi Pijat Refleksi Pada Pasien Paliatif ............................................................... 25
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 26

3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 26


3.2. Saran ....................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 28

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan
banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya.
Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 38 6 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al.,
2004).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan.
Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu
adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer.
Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam
pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya.
Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer.
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif. Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi
akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi
perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.

1
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana terapi Akupunktur pada Pasien Paliatif?

Bagaimana terapi Hypnotherapypada Pasien Paliatif?

Bagaimana terapi Akupresur pada Pasien Paliatif?

Bagaimana terapi Self-Hipnosis pada Pasien Paliatif?

Bagaimana terapi Terapy Herbal pada Pasien Paliatif?

Bagaimana terapi Pijat Refleksi pada Pasien Paliatif?

1.3. Tujuan

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana terapi Akupunktur pada Pasien Paliatif

2. Untuk mengetahui bagaimana terapi Hypnotherapy pada Pasien Paliatif

3. Untuk mengetahui bagaimana terapi Akupresur pada Pasien Paliatif

4. Untuk mengetahui bagaimana terapi Self-Hipnosis pada Pasien Paliatif

5. Untuk mengetahui bagaimana terapi Terapy Herbal pada Pasien Paliatif

6. Untuk mengetahui bagaimana terapi Pijat Refleksi pada Pasien Paliatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada
penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang
disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita
serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa
sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan
nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World
Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan
penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana
penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat
memperpanjang hidup (Robert, 2003). Perawatan paliatif merupakan perawatan
yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup
dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan. Perawatan
paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi
pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for
Quality Palliative Care, 2013). Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak
dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari tetapi kematian merupakan suatu

3
hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap
yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).

Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan


perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep
diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell,
2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah
mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin.
Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya,
membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal,
mengintegrasikan aspek- aspek spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi,
2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap
dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang
(Bertens, 2009).

Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan menghargai martabat


serta harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz,
Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu
menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik
lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap
kematian sebagai proses normal, tidak bertujuan mempercepat atau
menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual,
memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan
dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta menggunakan
pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.

Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project


dalam Campbell (2013), meliputi :

4
1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien
dengan semua usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam
kehidupan.
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan
keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif
berlangsung mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga
sembuh atau meninggal sampai periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi
yang bertujuan untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk
dalam aspek fisik, psikologis, sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat,
farmasi, pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah,
pemuka agama, psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan : Tujuan perawatan paliatif
adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit maupun pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam
memberikan informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu
membuat keputusan medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang
membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan
kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta
kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan yang tidak
diperlukan.
10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana tim harus
bekerja pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori
diagnosis, komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta
kemampuan instrumental pasien.

5
11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat
kebijakan, pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat
mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan
evaluasi teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

2.2. Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu
kejadian- kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang
seringkali dikeluhkan pasien yaitu mengenai masalah sperti nyeri, masalah
fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual (IAHPC, 2016). Permasalahan
yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif dilihat dari
persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,
konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau
keagamaan (Campbell, 2013).

2.3. Manajemen Nyeri


A. Definisi Nyeri

Nyeri pada perawatan kritis merupakan sebuah pengalaman subjektif


dan multidimensi. Pengalaman nyeri pada pasien kritis adalah akut dan
memiliki banyak sebab, seperti dari proses penyakitnya, monitoring dan
terapi (perangkat ventilasi, intubasi endotrakheal), perawatan rutin (suction,
perawatan luka, mobilisasi), immobilitas berkepanjangan dan trauma. Nyeri
dilaporkan nyeri sedang-berat. Nyeri yang berkepanjangan dpt mengurangi
mobilitas pasien shg bisa menimbulkan emboli paru dan pneumonia.

B. Komponen Nyeri
a. Komponen sensori
Persepsi tentang karakteristik nyeri seperti intensitas, lokasi dan
kualitas nyeri.

6
b. Komponen afektif
Termasuk emosi yang negatif seperti keadaan yang tidak
menyenangkan, kecemasan, ketakutan yang dihubungkan dengan
pengalaman nyeri.
c. Komponen kognitif
Berkenaan dengan interpretasi nyeri oleh orang berdasarkan
pengalamannya.
d. Komponen tingkah laku
Termasuk strategi yang digunakan oleh seseorang untuk
mengekspresikan, menghindari atau mengontrol nyeri.
e. Komponen fisiologis
Berkenaan dengan nociseptif dan respon stres (Urden L, Stacy K,
2010).
C. Jenis-Jenis Nyeri yang sering Dijumpai Di Bagian Gawat Darurat
1. Nyeri akut
a) Karakteristik : serangan datang mendadak, terjadi akibat kerusakan
jaringan, durasinya singkat kurang dari 6 bulan, bisa diidentifikasi
area nyerinya, tanda dan gejala objektifnya spesifik seperti takikardi,
hipertensi, diaforesis, midriasis dan pucat, serta timbul kecemasan.
b) Penyebab : trauma, pembedahan, prosedur, fraktur, infeksi,
pankreatitis
2. Nyeri kronis
a) Karakteristik : nyeri yang menetap selama lebih dari 6 bulan, disertai
awitan yang temporer yang batasnya tidak jelas.
b) Penyebab : artritis, migrain, nyeri pelvis, low back pain
3. Nyeri kanker
a) Karakteristik : nyeri kanker dapat akut, kronik, intermiten atau
campuran juga bisa berupa kombinasi dari berbagai nyeri.
b) Penyebab : Tumor, HIV/AIDS, kemoterapi, terapi radiasi
4. Nyeri neuropathic

7
a) Karakteristik : digambarkan seperti rasa terbakar, tertusuk seperti
sensasi kejut, atau seperti dijepit. Nyeri ini dibagi menjadi tiga
kategori utama yaitu nyerideaferentasi akibat kerusakan, nyeri yang
melewati jaras simpatis akibat trauma, nyeri neuropatik perifer pada
cedera saraf. 2) Penyebab : lesi primer, disfungsi sistem saraf pusat
dan saraf perifer e. Nyeri Viseral 1) Karakteristik : digambarkan
sebagai nyeri konstan, sulit dilokalisasi, dalam atau meremas-remas
dan biasanya mengacu pada sisi kutaneus. Nyeri visera akut dapat
disertai gejala otonom seperti mual muntah.
b) Penyebab : iskemia, oklusi vena, obstruksi usus
5. Nyeri Somatik
a) Karakteristik : digambarkan sebagai nyeri konstan, terlokalisasi,
berdenyut, perih atau tajam.
b) Penyebab : metastase kanker tulang (Kemp C, 2010).
D. Penanganan Nyeri Kanker
Tujuan utama penanganan nyeri kanker tata laksana keganasan pada
anak adala menyembuhkan pasien dengan menitik beratkan pada terapi
kuratif. Jika keganasan bertambah berat danterapi kuratif tidak
menunjukkan respon yang baik, maka terapi paliatif harus mulai
dipertimbangkan. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasi-
kan pemberian terapi kuratif bersamaan dengan terapi paliatif untuk stadium
lanjut dan terminal. Sampai saat ini sebagian besar anak dengan keganasan
tidak mendapatkan penanganan nyeri yang adekuat, hal ini karena adanya
perbedaan penilaian derajat nyeri antara pasien dan dokter, keengganan
meresepkan opioid karena takut terjadi adiksi, toleransi dan efek samping.
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan non
farmakologis.20 Sekitar 80-90% pasien keganasan dengan keluhan nyeri
dapat diatasidengan pemberian analgesik, terutama morfin.21Strategi
penanganan nyeri secara farmakologis yang digunakan saat ini berpedoman
pada pedoman yang dikeluarkan oleh WHO, sebagai berikut.

8
Terapi harus diberikan dengan jadwal tertentu untuk mencegah awitan
nyeri. Terapi harus diberikandengan cara yang mudah dan dapat diterima
olehpasien. Pemberian dosis terapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
Analgesik harus diberikan berdasarkan derajat nyeri pasien. World Health
Organization telah membuatrekomendasi terapi analgesic. Terapi
Farmakologis Analgesik non opioid, Anti inflamasi non steroid (AINS)
bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase, sehingga
mengganggu konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin yang
merupakan mediator nyeri. Obatini umumnya bekerja di perifer, kecuali
parasetamol yang bekerja di susunan saraf pusat.

2.4. Terapi Komplementer


A. Pengertian Terapi Komplementer

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang


dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang
konvensional.

Terapi Komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai


tambahan untuk terapi konvesional yang direkomendasikan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan induvidu.

Pengobatan Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang


bukan berasal dari Negara yang bersangkutan (WHO).

B. Tujuan Terapi Komplementer


1. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.
2. Untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama system
kekebalan dan pertahanan tubuh.
3. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan.

9
C. Macam- macam Terapi Komplementer
1. System Medis Alternatif
a) Akupunktur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia
atau perubahan fungsi system tubuh dengan cara memasukan jarum
tipis sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meredian.
b) Ayurveda
System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan
obat herbal, obat pencahar dan minyak gosok.
c) Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa
penyakit tertentu dapat diobati dengan memberikan dosis kecil
substansi yang ada pada individu sehat akan menghasilkan gejala
seperti penyakit.
d) Pengobatan Naturopatik
System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya,
kehangatan, pijatan air segar, olah raga teratur dan menghindari
pengobatan, mengenali kemampuan mnyembuhkan tubuh alami.
e) Pengobatan Tradisional Cina
Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk Akupunktur,
pengobatan herbal, pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan
panas dari herbal yang dibakar), qigong (menyeimbangkan aliran
energi melalui gerakan tubuh).
2. Terapi Biologis
Menggunakan substansi alam seperti herbal, makanan dan vitamin.
a) Zona
Progam diet yang memerlukan makanan berprotein,
karbohidrat dan lemak dengan perbandingan 30:40:30. Digunakan
untuk menyeimbangkan insulin dan hormon lain untuk vegetarian.

10
b) Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren.
3. Manipulasi Dan Metode Didasari Tubuh
Didasari pada manipulasi dari atau penggerakan dari satu atau lebih
bagian tubuh.
a) Akupresur
Tehnik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam cara
tertentu pada titik yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa
nyeri menghasilkan analgesic atau mengatur fungsi tubuh.
b) Pengobatan Kiropratik
System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis
dan memasukan fisiotherapy dan terapi cliet.
c) Metode Feldenkrais
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik
melalui perbaikan pergerakan tubuh.
d) Tai chi
Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan
dan meditasi untuk membersihkan, memperkuat dan sirkulasi energi
dan darah kehidupan yang penting.
e) Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau
meremas untuk meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan
relaxsi.
f) Sentuhan Ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk
membuat hubungan menunjukkan penerimaan dan memberikan
penghargaan.
4. Intervensi tubuh dan pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yang di buat untuk
meningkatkan kapasitas pikiran untuk mempengaruhi tubuh.

11
a) Terapi Seni
Menggunakan seni untuk mendamaikan konflik emosional,
meningkatkan kewaspadaan diri dan mengungkapkan masalah yang
tidak di katakan dan didasari klien penyakit mereka.
b) Umpan balik biologis
Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi
visual dan suara tentang fungsi fisiologis otonomi tubuh.
5. Intervensi tubuh-pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan
kapasitas pikiran guna mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
a) Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena
merupakan ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh.
b) Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi,
memperkuat atau membuka jalur emosional.
c) Imajinasi Terbimbing
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan
berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.
d) Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan
menenangkan pikiran menggunakan ritme pernafasan yang berfokus.
e) Terapi Musik
Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik,
psikologis, kogniti dan sosial individu yang menderita cacat dan
peny.
f) Usaha Pemulihan (doa)

12
Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya
yang menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta atau empati
dengan target doa.
g) Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik
psikologi
h) Yoga
Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme
pernafasan dan kesadaran tubuh.
6. Terapi Energi
Melibatkan penggunaan medan energi
a) Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana praktisi
menempatkan tangannya pada atau diatas bagian tubuh dan
memindahkan keharmonisan dan keseimbangan untuk mengobati
gangguan kesehatan.
b) Sentuhan Terapiutik
Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau
praktisi dalam suatu cara yang disengaja tidak semua pasien.
D. Efek Samping Terapi Komplementer

Pada terapi Akupunktur dapat terjadi komplikasi seperti infeksi karena


sterilesasi jarum yang tidak adekuat atau jarum yang ditinggalkan dalam
tempat untuk waktu yang lama, jarum yang patah, perasaan mengantuk
pasca pengobatan. Kontraindikasi pengobatan pada individu yang memiliki
kelainan perdarahan trombositopeni, infeksi kulit atau yang memiliki
ketakutan terhadap jarum.

Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia lain termasuk pestisida


dan logam berat juga terjadi, tidak semua perusahaan menjalankan
pengawasan kualitas yang ketat dan garis pedoman pabrik yang menentukan

13
standar untuk kadar pestisida yang dapat diterima, bahan pelarut sisa tingkat
bacterial dan logam berat untuk alasan ini pembelian obat herbal hanya dari
pabrik yang mempunyai reputasi. Label pada produk herbal harus
mengandung nama ilmiah tanaman nama dan alat pabrik yang sebenarnya,
tanggal kemasan dan tanggal kadaluarsa.

Di Indonesia ada 3 jenis tehnik pengobatan komplementer yang telah


di terapkan oleh Derpartemen Kesehatan untuk di Integrasikan ke dalam
pelayanan konvensional yaitu:

1. Akupunktur Hiperbarik
Dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya.
2. Terapi Hiperbarik
Yaitu suatu metode terapi dimana pasien di masukan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara atmosfir normal, lalu di beri
pernafasan oksigen murni (100%)
3. Terapi herbal medic
Yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alami baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelanyanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka.

E. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 1109 tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif pelayanan
kesehatan.
2. Permenkes RI no 1186 / Menkes / per / XI / 1996 tentang pemanfaatan
Akupunktur di sarana pelayanan kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1076 / Menkes / SK / VII / 2003
tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 121 tahun 2008 tentang standar
pelayanan Medik Herbal.

14
F. Penerapan Dalam Pratik Keperawatan
Keperawatan holistic menghormati serta mengobati jiwa, tubuh dan
pikiran klien, perawatan menggunakan Intervensi Keperawatan holistic
seperti terapi relaxasi, terapi music, sentuhan ringan dan usaha pemulihan
(doa). Intervensi seperti ini mempengaruhi Individu secara keseluruhan
(jiwa, tubuh, pikiran) dan merupakan pelengkap yang bersifat efektif
ekonomis, non, invasive serta non farmakologis untuk pelayanan medis
terapi tersebut di susun dalam 2 tipe:
1. Terapi yang dapat diakses Keperawatan
Di mana seorang perawat dapat mulai mempelajari dan
mempergunakanya dalam pelayanan klien.
2. Terapi latihan spesifik
Di mana seorang perawat tidak dapat melakukan tanpa pelatihan
tambahan dan atau sertifikat.
G. Terapi Yang Dapat Diakses Keperawatan
1. Relaksasi
Tujuan : agar individu mampu memonitor dirinya secara terus menerus
terhadap indicator ketegangan serta untuk membiarkan, melepaskan
dengan sadar ketegangan yang terdapat di bebagai tubuh.
Macam Relaksasi :
a. Relaksasi Progresif
Mengajarkan individu bagaimana beristirahat dengan efektif dan
mengurangi ketegangan pada tubuh.
1) Menyediakan lingkungan yang tenang
2) Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang
duduk atau berbaring, meminta klien untuk tetap diam sebisa
mungkin dan bergerak jika perlu agar tetap merasa nyaman.

15
3) Mengintrusikan klien untuk menutup mata dan mempertahankan
sikap mau menerima.
4) Menginstruksikan untuk bernafas dalam dan keluar secara
perlahan dan dalam menggunakan otot otot paru paru
5) Saat klien bernafas secara perlahan dan nyaman, instruksikan
klien untuk merelaksasikan dan meregangkan otot sesuai urutan
yang diperintahkan, menenangkan dan merelasaksikan serta
merasakan tiap bagian yang berelaksasi.
6) Instruksikan klien untuk menegangkan dan kemudian
merelaksasikan betis, lutut, dan seterusnya.

b. Relaksasi Pasif
Mengajarkan individu untuk merelaksasikan sekelompok otot secara
pasif.

Cara terapi relaksasi :

1) Meditasi dan pernafasan berirama


2) Menyediakan lingkungan yang tenang.
3) Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang
duduk atau berbaring,minta klien untuk tetap diam sebisa
mungkin dan bergerak jika perlu agar tetap merasa nyaman.
4) Menginstruksikan klien untuk bernafas kedalam dan keluar
secara perlahan dan dalam menggunakan otot perut.
5) Pada awal setiap mengeluarkan nafas, minta klien untuk
menyebut angka satu dalam pikirannya, lanjutkan ketahap
meditasi.
6) Menjelaskan ketika pikiran mengembara, bawa kembali untuk
memulai mengeluarkan nafas dalam tanpa pertimbangan.
7) Minta klien melakukan setiap jenis latihan selama 5,10,15 dan
20 menit

16
8) Lakukan setiap hari untuk minimal satu jenis latihan.

c. Relaksasi dan progesif


a) Relaksasi dengan gerakan sensoris
1. Menyediakan tempat yang tenang
2. Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat
sedang duduk atau berbaring, meminta klien untuk tetap
diam sebisa mungkin dan bergerak jika perlu agar tetap
merasa nyaman.
3. Menginstruksikan klien untuk menutup mata dan
mempertahankan sikap mau menerima.
4. Menginstruksikan klien untuk bernafas ke dalam dan ke luar
secara perlahan dan dalam menggunakan otot otot perut.
5. Instrusikan klien untuk mengulang secara perlahan lahan
menyelesaikan setiap kalimat berikut dengan suara rendah
atau untuk dirinya:
6. Sekarang saya sadar melihat …………. Sekarang saya sadar
merasakan ………… Sekarang saya sadar mendengarkan
………..
7. Instrusikan klien untuk mengulang dan menyelesaikan setiap
kata empat kali, kemudian tiga kali, kemudian dua kali dan
terakhir satu kali.
b) Relaksasi dengan music
1. Menfasilitasi klien dengan alat perekam dan alat pendengar.
2. Meminta klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
(duduk atau berbaring dengan tangan dan kaki disilang) dan
untuk menutup mata dan mendengarkan music melalui alat
pendengar.
3. Instrusikan klien untuk membanyangkan terapung atau ditiup
dengan music ketika sedang mendengarkan.

17
Evaluasi:
1. Mengkaji tanda tanda vital klien terutama pola pernafasan.
2. Minta klien untuk menggambarkan tingkat ketegangan atau perasaan
khawatir.
3. Mengamati klien terhadap adanya perilaku yang menunjukan
kecemasan.

2. Terapi Latihan Spesifik


a. Umpan balik biologis
Merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik yang
menggunakan alat elektronik, atau elektromekanik untuk mengukur,
memproses dan memberikan informasi bagi individu tentang
aktivitas system saraf otonom dan neuro moskuler.
b. Sentuhan terapeutik
Sentuhan terapeutik merupakan satu potensi alami manusia
yang terdiri dari meletakkan tangan praktisi pada atau dekat dengan
tubuh seseorang kemudian praktisi mencoba mengarahkan energi
yang ada dalam tubuhnya untuk membawa individu kembali masuk
kedalam keseimbangan energi yang sama d engan praktisi.
c. Terapi kiropraktik
Manipulasi spinal yang diarahkan pada sendi tertentu ole
praktisi dengan menggunakan tangan atau alat.
d. Akupunktur
Merupakan metode stimulasi titik tertentu pada tubuh dengan
memasukan jarum kusus untuk memodifikasi persepsi rasa nyeri,
menormalkan fungsi fisiologis serta mengobati dan mencegah
penyakit.

18
e. Terapi herbal

Menggunakan tanaman, hewan, atau mineral.

2.5. Terapi Akupunktur Pada Pasien Paliatif


Pelayanan medik akupunktur yang dilakukan oleh dokter merupakan salah
satu jenis pelayanan kesehatan yang telah digunakan secara luas di dunia
kedokteran dan manfaatnya telah dirasakan oleh masyarakat dalam hal
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, bahkan digunakan dalam
penyembuhan terhadap beberapa penyakit tertentu, serta untuk pemeliharaan
kualitas hidup manusia.

Layanan paliatif diberikan secara menyeluruh dan terpadu terhadap aspek


aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, sehingga diharapkan dapat
meringankan penderitaan pasien dan beban keluarga. Tugas seorang fisioterapis
sangat diharapkan oleh dokter spesialis rehabilitasi medik dan pasien yang
memerlukan terapi pemulihan fisik, baik akibat trauma / kecelakaan maupun
karena penyakit dan proses degenerasi maupun pasca bedah. Namun fisioterapis
juga menghadapi kendala-kendala khusus dari pasien.

Kendala yang dihadapi yang berasal dari pasien antara lain adalah :

1. Nyeri
Pada pasien pasca trauma baik yang memerlukan tindakan operasi/
non operasi sering disertai dengan nyeri baik kualitas ringan, sedang
maupun berat. Hal ini sangat dirasakan pada pelatihan gerakan pada pasien
dengan kaku sendi akibat immobilisasi anggota gerak yang lama. Nyeri akut
ini bila tidak dikelola dengan baik akan berkembang menjadi nyeri kronik
yang akan lebih menyulitkan fisioterapis di dalam melakukan latihan baik
pasif maupun aktif pada pasien.

19
2. Kelemahan otot gerak
Akibat tidak difungsikannya bagian tubuh dalam waktu yang lama,
akan mengalami hipofungsi. Untuk otot gerak, bila tidak difungsikan dalam
waktu lama akan mengalami hipotrofi sampai atrofi. Otot akan menjadi
lebih kecil, lebih lemah kurang bertenaga. Hal ini akan mengurangi stamina,
kelincahan gerak anggota tubuh.
3. Emosi
Suasana psikologis/emosional pasien sangat dipengaruhi oleh
kepribadian masing-masing. Namun bila pasien dihadapkan pada kenyataan
bahwa dia menderita sakit yang berkepanjangan seolah tanpa harapan
padahal sebelum sakit aktivitas dan mobilitasnya tinggi. Apalagi bila
disertai nyeri baik pada waktu istirahat/diam maupun nyeri yang timbul
pada waktu bergerak/beraktivitas pasti akan lebih menderita lagi. Belum
lagi sikap, perilaku, tata cara serta profesionalisme fisioterapis kurang
mendukung situasi emosional pasien, sudah bisa dipastikan akan lebih
menambah derita emosional pasien.

Ketiga hal tersebut umumnya dihadapi oleh fisioterapis, sehingga diperlukan


metode yang tepat untuk mengatasinya.Pasien yang memerlukan fisioterapis
cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama, oleh karena itu diperlukan
metode yang tepat, efisien dan efektif. Akupunktur adalah metode fisioterapi
yang tepat.

A. Peran Akupunktur Dalam Menunjang Terapi Medis Dan Fisioterapi


1. Akupunktur mampu mengatasi nyeri
WHO (World Health Organization) atau Badan Kesehatan Dunia,
telah memberikan rekomendasi bahwa akupunktur dapat digunakan
untuk terapi nyeri, meliputi :
a. Nyeri akut : pasca bedah, persalinan, cedera olahraga.

20
b. Nyeri kronik: artritis, nyeri kepala, tennis arm, shoulder arm
syndrom, nyeri punggung bawah, nyeri leher (torticollis), migrain,
dan lain-lain.
c. Nyeri kanker: baik nyeri akibat pembesaran / pendesakan tumor ke
jaringan sekitar, nyeri karena proses tindakan untuk menegakkan
diagnosa, maupun nyeri karena terapi menggunakan obat sitostatika.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia sudah menerbitkan Surat


Keputusan dan Peraturan Menkes yang mengatur mengenai Pengobatan
Tradisional, Akupunktur sebagai salah satu bentuk pelayanan di sarana
kesehatan, maupun tenaga lulusan D3 Akupunktur sebagai Tenaga
Kesehatan.

B. Akupunktur mampu Menunjang Pemulihan Fungsi Alat Gerak

Penggunaan praktis akupunktur untuk kasus Bell’s palsy sudah


sangat sering dilakukan dan diteliti. Meskipun titik-titik yang dipilih
berbeda antara praktisi akupunktur satu dengan yang lain, akan tetapi
pada prinsipnya adalah pemilihan titik akupunktur di otot-otot mimik
yang terkena kelumpuhan. Melalui rangsangan listrik frekuensi rendah,
maka otot yang ditusuk jarum dan dialiri listrik tersebut mengalami
kontraksi secara ritmis. Biasanya dilakukan selama 15-30 menit, 2 hari
sekali selama 12 kali dalam 1 seri, dan memberi hasil jauh lebih baik
dan lebih cepat dibandingkan terapi yang hanya menggunakan obat.

Akupunktur tidak hanya digunakan untuk terapi Bell’s palsy


(kelumpuhan otot wajah) tetapi juga kelumpuhan otot gerak lain baik di
anggota gerak atas maupun bawah, baik akibat trauma maupun penyakit
dan proses degenerasi. Akupunktur memberi hasil yang memuaskan bila
terapi akupunktur segera dilakukan (tidak terlambat) pada pasien stroke
maupun cedera tulang belakang sepanjang saraf motoriknya tidak putus/
rusak berat.

21
C. Akupunktur mampu Menenangkan Emosi Pasien.

2.6. Terapi Akupresur Pada Pasien Paliatif


Terapi akupresure merupakan terapi non medis yang meliputi pemijatan
dengan cara menekan titik-titik syaraf tubuh terutama di bagian tangan dan
kaki. Akupresur adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan
pemijatan dan stimulasi pada titik- titik tertentu pada tubuh. berguna untuk
mengurangi bermacam-macam sakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan,
kelelahan dan penyakit. Salah satu bentuk dari pembedahan dengan
menusukkan jarum-jarum ketitik-titik tertentu di badan, akupr esur menye mbuh
kan saki t dan nyeri yang suka r disembuhkan, nyeri punggung, spondilitis,
kram perut, gangguan neurologis, artritis dll. (Mardiantu, 2013).

Falsafah yang mendasari akupresur adalah Taoisme. Falsafah ini


menyatakan bahwa kehidupan jagad raya atau makhluk hidup termasuk
manusia terdiri dari 2 unsur ini merupakan faktor yang mempengaruhi
kesehatan manusia sehat memiliki unsur Yi n dan Yang yang relatif seimbang.
Jika salah satu dominan terganggu atau tidak sehat. Akupresur bertujuan untuk
menyeimbangkan Yin dan Yang. Unsur yi n dalam alam contohnya adalah
perempuan, bulan, bagian bawah, kondisi lemah, dan keadaan gelap/bayangan.

Dalam tubuh manusia unsur yin adalah dada, perut, permukaan tubuh
bagian dalam, cairan kotor, fisik dan organ padat. Sedangkan dalam hal gejala
penyakit, yin adalah penyakit kronis, penderitanya tenang, tubuhnya dingin,
lembab, lemah, pucat, nadi lambat, lemah dan tenggelam, selaput lidah putih,
otot lidah layu, basah, g em uk , da n perjalanan penyakitnya regresif. Unsur
yang dalam alam contohnya adalah laki-laki, matahari, bagian atas, kondisi
kuat dan keadaan terang/panas.

Dalam tubuh manusia yang adalah punggung, pinggul, permukaan tubuh


bagian luar, cairan bersih, psikis/ mental, organ berongga. Adapun dalam hal

22
yang menyangkut gejala penyakit, yang adalah penyakit akut, penderitanya
selalu gelisah, tubuhnya panas dan kering, nadi kuat, cepat, otot lidah kaku,
selaputnya kuning kotor, serta perjalanan penyakit progresif (Sukanta, 2008).

Efek samping dari Terapi Akupresure antara lain : Ngantuk, Merasa


Lapar, Gatal-gatal (kadang-kadang), dan merasa ingin BAB.

2.7. Terapi Herbal Pada Pasien Paliatif


Indonesia merupakan negara dengan kekayaan flora nomor 2 di dunia,
memiliki berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
termasuk untuk pengobatan kanker. Akan tetapi dalam pemakaian tumbuhan
untuk pengobatan masih rendah bila dibandingkan dengan beberapa negara
Asia, terutama dalam hal pemakaian tumbuhan obat yang terintegrasikan dalam
pelayanan kesehatan formal.

Diberbagai belahan dunia tumbuhan obat telah banyak digunakan untuk


pengobatan kanker, baik sebagai pencegahan maupun pengobatan. Tanaman
yang digunakan adalah yang mengandung senyawa atau substansi seperti
karotenoid, vitamin C, selenium, serat dan komponenkomponennya,
dithiolthiones, isotiosianat, indol, fenol, inhibitor protease, senyawa aliin,
fitisterol, fitoestrogen dan limonen. Glukosianalat dan indol, tiosianat dan
isotiosianat, fenol dan kumarin dapat menginduksi multiplikasi enzim fase II
(melarutkan dan umumnya mengaktivasi). Asam askorbat dan fenol memblok
pembentukan karsinogen seperti nitrosamine. Flavonoid dan karotenoid
bertindak sebagai antioksidan. Karotenoid dan sterol mengubah struktur
membran atau integritas. Senyawa yang mengandung sulfur dapat menekan
DNA dan sintesis protein, sedangkan fitoestrogen bersaing dengan estradiol
untuk reseptor estrogen sehingga akan terjadi keadaan anti proliperatif.

23
Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi menyembuhkan
(kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali
(preventif).

Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan


kesehatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun
kalangan kedokteran konvensional. Pelayanan kesehatan tradisional
komplementer alternatif merupakan pelayanan yang menggabungkan pelayanan
konvensional dengan kesehatan tradisional dan/atau hanya sebagai alternatif
menggunakan pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam pelayanan
kesehatan formal. Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem
pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai apabila terdapat kemajuan
yang besar dari para klinisi untuk menerima dan menggunakan obat tradisional.

Penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif diatur dalam standar


pelayanan medik herbal menurut Kepmenkes No.121/Menkes/SK/II/2008
yang meliputi melakukan anamnesis; melakukan pemeriksaan meliputi
pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) maupun
pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, EKG); menegakkan diagnosis
secara ilmu kedokteran; memberikan obat herbal hanya pada pasien dewasa;
pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah ditegakkan;
penggunaan obat herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman berkhasiat
obat sebagai contoh yang selama ini telah digunakan di beberapa rumah sakit;
mencatat setiap intervensi (dosis, bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil
pelayanan yang meliputi setiap kejadian atau perubahan yang terjadi pada
pasien termasuk efek samping.

Banyaknya pilihan tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya


pengobatan kanker secara konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya
penyulit sampingan dalam pengobatan kanker dalam kedokteran konvensional,
serta adanya kasus kanker yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat

24
mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif
antara lain dengan tanaman obat sebagai cara pengobatan kanker.

Studi penelitian di Amerika Serikat dan di seluruh dunia menunjukkan


manfaat positif dari pijat refleksi untuk berbagai kondisi. Secara khusus, ada
beberapa penelitian yang dirancang dengan baik, yang didanai oleh National
Cancer Institute dan National Institute of Health yang menunjukkan janji
refleksologi sebagai intervensi untuk mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan relaksasi, tidur, dan pengurangan gejala psikologis, seperti
kecemasan dan depresi. Mungkin hasil yang paling menguntungkan telah di
bidang paliatif kanker (Ernst, Posadzki, & Lee, 2010).

2.8. Terapi Pijat Refleksi Pada Pasien Paliatif


Kunz dan Kunz (2008) telah mengembangkan ringkasan dari 168 studi
penelitian dan abstrak dari jurnal dan pertemuan dari seluruh dunia. Banyak dari
studi ini berasal dari jurnal peer-review di Cina dan Korea. Semua studi
memiliki informasi tentang frekuensi dan durasi dari aplikasi refleksologi.

Berdasarkan studi mereka terakhir, Kunz dan Kunz mengidentifikasi empat efek
utama yang reflexology menunjukkan:

1. Reflexology berdampak pada organ tertentu (misalnya, pembacaan fMRI


menunjukkan peningkatan aliran darah ke ginjal dan usus)
2. Reflexology dapat menunjukkan perbaikan gejala (misalnya, perubahan
positif yang dicatat dalam ginjal berfungsi dengan pasien dialisis ginjal)
3. Reflexoogy menciptakan efek relaksasi (misalnya, EEG mengukur alpha
dan theta gelombang, tekanan darah menurun, dan kecemasan diturunkan)
4. Bantu Reflexology dalam pengurangan nyeri (27 studi menunjukkan hasil
yang positif bagi pengurangan rasa sakit, misalnya, AIDS, nyeri dada,
neuropati perifer diabetes mellitus, batu ginjal, dan osteoarthritis).

25
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.

1. Akupunktur mempunyai peran penting terkait dengan praktek fisioterapi


khususnya di dalam hal mengatasi rasa nyeri, mempercepat pemulihan otot
gerak serta mengendalikan emosi pasien yang akan menguntungkan pasien
serta dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap fisioterapis.
Akupunktur memenuhi kriteria dalam mendukung terapi jangka panjang
rehabilitasi pasien karena beberapa hal berikut :
a. Efisien dan aman karena tidak ada efek samping berarti yang
ditimbulkan maupun dalam jangka panjang.
b. Efektif dan rasional karena didukung oleh berbagai hasil penelitian dan
jurnal di seluruh dunia.
c. Simpel serta tidak membutuhkan biaya yang tinggi.
2. Akupresur merupakan klasifikasi dari terapi menipulatif dan berbasis tubuh.
Terapi akupresur terbukti berpengaruh terhadap penurunan mual muntah
pada pasien kemoterapi kanker karena dapat memperbaiki aliran energi
lambung dan meningkatkan pengeluaran beta endorpin di hipofise.
3. Mengenai Terapi Herbal, beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat
akhir-akhir ini adalah kecenderungan kembali ke alam. Banyaknya pilihan
tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan kanker secara
konvensional, ketidak- berhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam
pengobatan kanker dalam kedokteran konvensional, serta adanya kasus
kanker yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat mendorong makin

26
banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara lain dengan
tanaman obat sebagai cara pengobatan kanker.
4. Beberapa penelitian yang didanai oleh National Cancer Institute dan
National Institute of Health menunjukkan janji refleksologi sebagai
intervensi untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan relaksasi, tidur,
dan pengurangan gejala psikologis, seperti kecemasan dan depresi. Hasil
yang paling menguntungkan adalah di bidang paliatif kanker (Ernst,
Posadzki, & Lee, 2010).

3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi
pembaca pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/31990469/TUGAS_TERAPI_KOMPLEMENTER_PENG
ARUH_TERAPI_
AKUPRESUR_UNTUK_MENGATASI_MUAL_MUNTAH_AKIBAT_KEMOTER
API_PADA_PASIEN_KA

NKER_KELOMPOK_6. Diakses Pada Tanggal 14 Mei 2018.

http://www.dirgaherdiantaputra.50megs.com/custom4.html. Diakses Pada


Tanggal 14 Mei

2018.

https://media.neliti.com/media/publications/105468-ID-jamu-pada-pasien-
tumorkanker- sebagai-ter.pdf. Diakses Pada Tanggal 14 Mei 2018.

Mardiatu. Pengaruh Akupresu Dalam Meminimalisir Disminore Primer Pada Remaja


Putri Di

28

Anda mungkin juga menyukai