DI SUSUN OLEH :
Kelas L2 Keperawatan
KELOMPOK II
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami berbagai
macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan.Dengan
kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Ucapkan terima kasih tidak lupa kami hanturkan kepada dosen dan teman-teman yang
banyak membantu dalam penyusunan makalah yang berjudul “Askep Komunitas Pada
Penyakit Mental”. Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal perbuatan.
Oleh karena itu, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaan dalam pembuatan
makalah ini dan juga memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam
membuat karya tulis ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang akan kami susun ini bisa
memberikan manfaat untuk diri kami sendiri, teman-teman, maupun orang lain.
(Kelompok 2)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gangguan jiwa ( mental disorder) merupakan salah satu dari empat
masalah kesehatan utama dinegara-negara maju tetapi masih kurang popular di kalangan
masyarakat awam. Dimasa lalu banyak orang menganggap gangguan jiwa merupakan
penyakit yang tidak dapat diobati (hawari, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan pada
fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya titik diri dan persepsi
yang menyebabkan penurnan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi
sehingga mengganggu seseorang dalam proses hidup di masyarakat ( Nasir dan Muhit,
2011).
Menurut WHO 2007 saat ini lebih dari 450 juta penduduk didunia hidup dengan
gangguan jiwa. Di Indonesia, berdasarkan data riskesdas tahun 2007, menunjukan
prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar
11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa
Indonesia lebih kurang 150 juta ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental
emosional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi gangguan mental (mental disorder) ?
2. Apa macam-macam ganguan mental (mental disorder) ?
3. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan Mental (Mental
disorder) ?
4. Bagaimana pencegahan gangguan mental (Mental disorder) ?
5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penyakit mental ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gangguan mental (mental disorder)
2. Untuk mengetahui macam-macam ganguan mental (mental disorder)
3. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan
Mental (Menta disorder)
4. Untuk mengetahui pencegahan gangguan mental (Mental disorder)
5. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada penyakit mental
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah
resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan
Jiwa). Definisi gangguan mental (mental disorder) dalam PPDGJ II yang merujuk pada
DSM-III adalah: “Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom
atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment/disability) dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
Secara lebih luas gangguan mental (mental disorder) juga dapat didefinisikan
sebagai bentuk penyakit, gangguan, dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental,
disebabkan oleh kegagalan mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan/mental
terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan
fungsional atau struktural dari satu bagian, satu orang, atau sistem kejiwaan/mental
(Kartono, 2000:80)
Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi
perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam
hubungan orang dengan masyarakat”. (Maslim, tth:7).
a. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa: Sindrom atau pola perilaku
Sindrom atau pola psikologik
b. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain
berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ
tubuh, dll.
c. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll) (Maslim,
tth:7).
1) Faktor Organis (somatic), misalnya terdapat kerusakan pada otak dan proses
demensia.
2) Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya, reaksi neuritis dan reaksi
psikotis pribadi yang terbelah, pribadi psikopatis, dan lain-lain. Kecemasan,
kesedihan, kesakitan hati, depresi, dan rendah diri bisa menyebabkan orang sakit
secara psikis, yaitu yang mengakibatkan ketidakseimbangan mental dan
desintegrasi kepribadiannya. Maka sruktur kepribadian dan pemasakan dari
pengalaman-pengalaman dengan cara yang keliru bisa membuat orang terganggu
psikisnya. Terutama sekali apabila beban psikis ternyata jauh lebih berat dan
melampaui kesanggupan memikul beban tersebut.
3) Faktor-faktor lingkungan (milieu) atau faktor-faktor sosial. Usaha pembangunan
dan modernisasi, arus urbanisasi dan industialisasi menyebabkan problem yang
dihadapi masyarakat modern menjadi sangat kompleks. Sehingga usaha
penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan sosial dan arus moderenisasi
menjadi sangat sulit. Banyak orang mengalami frustasi, konflik bathin dan
konflik terbuka dengan orang lain, serta menderita macam-macam gangguan
psikis.
Tujuan utama pencegahan gangguan mental adalah membimbing mental yang sakit
agar menjadi sehat mental dan menjaga mental yang sehat agar tetap sehat. Dalam dunia
kesehatan mental pencegahan didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara
yang positif dan bijaksana dari lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau
kerugian. (Prayitno, 1994:205). Sementara AF. Jaelani (2000:87), berpendapat bahwa
pencegahan mempunyai pengertian sebagai metode yang digunakan manusia untuk
menghadapi diri sendiri dan orang lain guna meniadakan atau mengurangi terjadinya
gangguan kejiwaan. Dengan demikian pencegahan gangguan mental didasarkan pada
upaya individu terhadap diri dan orang lain untuk menekan serendah mungkin agar
tidak terjadi gangguan mental sesuai dengan kemampuannya.
Upaya pencegahan, banyak para ahli yang memberikan metode upaya pencegahan
mulai dari faktor yang mempengaruhi sampai akibat yang ditimbulkan. Pada dasarnya
upaya pencegahan ialah didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan mental.
A. Pengkajian
Data inti komunitas (Core)
Usia penderita : 12- 19 tahun
Jenis kelamin : remaja perempuan dan laki-laki
Agama : islam
Kebiasaan : menyendiri
Perilaku yang di tampilkan : rasa takut yang berlebihan
1. Lingkungan fisik
Kondisi bangunan : jarak rumah warga berdekatan, tipe rumah permanen,
lingkungan bersih
Keadaan jalan : di sekitar jalan bersih
Fasilitas umum : terdapat sekolah terdekat di lingkungan tersebut dapat di
tempuh oleh remaja dengan berjalan kaki.
2. Pelayanan kesehatann & sosial
Pelayanan kesehatan : tidak terdapat puskesmas terdekat di daerah tersebut.
Untuk menjangkau akses pelayanan kesehatan seperti ke puskesmas masyarakat
harus ke daerah lain yang bisa di tempuh sekitar 2,5 km.
3. Ekonomi
Perekonomian di tempat tersebut : pendapatan ekonomi di lingungan tersebut
sangat minim karena keterbatasan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya dan
sumber mata pencaharian sebagian besar sebagai pedagang kaki lima, karyawan
dan buruh.
4. Transportasi dan keamanan
Tempat tinggal remaja memiliki mobilitas yang tinggi : alat transportasi seperti
motor saja yang dapat masuk dipermukiman warga karena jarak antar rumah
berdekatan dan gangnya sangat sempit.
Fasilitas transportasi yang dimiliki remaja : Banyak remaja yang beraktivitas di
lingkungan tersebut menggunakan sepeda motor dan berjalan kaki.
5. Politik dan pemerintahan
Dukungan pemerintah setempat tentang kesehatan : pemerintah kurang
memperhatikan kondisi kesehatan remaja di lingkungan tersebut karena tidak
adanya tenaga kesehatan yang melakukan edukasi pada remaja melalui
sosialisasi
Strategi pemerintah setempat dalam membina remaja : pemerintah mendukung
adanya karang taruna pada remaja di lingkungan tersebut.
6. Komunikasi
Remaja berkomunikasi dengan remaja lain atau keluarga : remaja kurang
berkomunikasi secara langsung dengan remaja lain atau keluarga karena merasa
kurang percaya diri
7. Pendidikan
Sekolah yang ada di tempat tinggal remaja cukup dekat dengan lingkungan
karena remaja di lingkungan tersebut selalu berjalan kaki saat ke sekolah.
Kegiatan yang dilakukan di luar sekolah yaitu selalu menyendiri.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan remaja : tidak ada
Diagnosa
Diagnosa yang diangkat berdasarkan Nanda :
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan penurunan control terhadap
lingkungan
Intervensi
1. Upaya pencegaan primer
Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua dan remaja penyakit
mental
Melatih remaja dan keluarga dengan tehnik komunikasi, cara menyelesaikan
masalah
2. Upaya pencegahan sekunder
Deteksi dini adanya ciri-ciri penyakit mental
Tindakan perawatan segera yang dilanjutkan dengan pembinaan atau
layanan konsultasi
3. Upaya tersier
Melakukan rehabilitasi pembinaan lanjutan
Melakukan rujukan
Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah ditetapkan
dengan menggunakan 4 pendekatan yaitu:
Evaluasi
PENUTUP
Kesimpulan
Secara lebih luas gangguan mental (mental disorder) juga dapat didefinisikan
sebagai bentuk penyakit, gangguan, dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental,
disebabkan oleh kegagalan mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan/mental
terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan
fungsional atau struktural dari satu bagian, satu orang, atau sistem kejiwaan/mental
(Kartono, 2000:80)
d. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa: Sindrom atau pola perilaku
Sindrom atau pola psikologik
e. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain
berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ
tubuh, dll.
f. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T .(2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik , Jakarta
: EGC
Keluarga.Singapore: Elsevier
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan