Anda di halaman 1dari 5

RESUME ELECTRO CONVULSIF THERAPY (ECT)

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG DEWA RUCI


RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Nama perawat yang mengkaji : Hergina Novi Iriyani


Unit : Rawat
Ruang :R4
Tanggal masuk rumah sakit : 22 Agustus 2019
Tanggal pengkajian : Rabu 05 Sepember 2019
Cara pengkajian : Rekam medis dan wawancara kepada klien

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun
Tempat,tanggal lahir : Ungaran, 19 Juli 1992
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Alamat : Ungaran

II. Alasan Masuk


Pasien masuk UGD pada tanggal 22 Agustus 2019 jam 20.30, pasien dibawa oleh
suami nya dan seorang ustadz yang tinggal di rumah nya. Pasien mengatakan sebelum
masuk RSJ ia menengar suara saat di masjid seperti suara suami dan ibu nya. Pasien
mendengar suara ibu nya yang ngetakan kepada suaminya untuk meninggalkan
pasien. Pasien menyatakan mendengar suara-suara 3 hari sebelum masuk RS. pasien
bicara ngelantur, suicide (+), mengatakan mau bakar?, bicara sendiri, mondar mandir,
tidur (-) selama 3 hari, makan minum diarahkan. Pasien mengatakan takut
ditinggalkan suaminya. Pasien mengatakan stress karena mempunyai 3 anak yang
masih kecil. Di UGD pasien di lakukan pengkajian dan EKG.
.
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran
III. Faktor Predisposisi
Pasien mengatakan dirawat di RSJ karena ngomong ngelantur, dan mendengar suara-
suara. Pasien sehari-hari menjaga warung dan sebagai ibu rumah tangga.. Pasien
mengatakan mengatakan pernah dipukul oleh ayah nya saat masih sekolah menengah
atas karena membela kakak nya,. Pasien mengatakan di tampar oleh ayah nya. Pasien
mengatakan ayah nya sering memukul jika pasien dan kakaknya melakukan
kesalahan kecil/sepele. Pasien lebih sering menyaksikan kakak nya di pukul oleh
ayahnya. Pasien mengatakan bahwa suami nya tipikal orang yang tegas dan cukup
keras, namun pasien tidak pernah dipukul oleh suami. Pasien jarang mengikuti
kegiatan di masyarakat. Pasien mengatakan jarang sholat 5 waktu selama di rumah
IV. Pengkajian Fisik
a. Tanda-tanda Vital
TD : 100/70 mmHg.
N : 76 x/menit.
RR : 20 x/menit.
b. Antropometri
BB : 48 kg.
TB : 158 cm.
c. Keluhan Fisik
Pasien mengatakan sedang sariawan.

V. Pengkajian Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
: klien

: Meninggal (Lk)

: Perempuan

……. : tinggal serumah

VI. Aspek Medis


a. Diagnosa Medis : Gangguan Psikotik Skizofrenia akut
b. Terapi Medis : Risperidone 2 mg, Trihexypedinil 2 mg

VII. Pengertian ECT


ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggerakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk
terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan
pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall.

VIII. Indikasi ECT


Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manik depresi. Klien
schizofrenia stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik. ECT lebih efektif dari
antidepresan untuk klien depresi dengan gejala psikotik (waham, paranoid, dan gejala
vegetatif), berikan antidepresan saja (imipramin 200-300 mg/hari selama 4 minggu)
namun jika tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan ECT. Mania
(gangguan bipolar manik) juga dapat dilakukan ECT, terutama jika litium karbonat
tidak berhasil. Pada klien depresi memerlukan waktu 6-12x terapi untuk mencapai
perbaikan, sedangkan pada mania dan katatonik membutuhkan waktu lebih lama yaitu
10-20x terapi secara rutin. Terapi ini dilakukan dengan frekuensi 2-3 hari sekali. Jika
efektif, perubahan perilaku mulai kelihatan setelah 2-6 terapi.

IX. Kontra Indikasi


a. Peningkatan tekanan intra kranial (karena tumor otak, infeksi SSP).
b. Keguguran pada kehamilan, gangguan sistem muskuloskeletal (osteoartritis berat,
osteoporosis, fraktur karena kejang grandmal).
c. Gangguan kardiovaskuler: infark miokardium, angina, hipertensi, aritmia dan
aneurisma.
d. Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
e. Keadaan lemah.

X. Peran Perawat
Perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan alat dan mengantisipasi
kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.

XI. Persiapan Alat


Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan ECT, adalah sebagai berikut:
a. Konvulsator set (diatur intensitas dan timer.
b. Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain.
c. Kain kasa.
d. Cairan Nacl secukupnya.
e. Spuit disposibel.
f. Obat SA injeksi 1 ampul.
g. Tensimeter.
h. Stetoskop.
i. Slim suiger.
j. Set konvulsator.

XII. Tindakan ECT


a. Pra ECT
Pemeriksaan ECT Non Premedikasi
Tanggal : 05 september 2019
Waktu : 08:30 WIB.
ECT : Ke 3

Lampiran :
- Berkas RM terkait.
- Permintaan tindakan tertulis dari DPJP.
- Inform Consent ECT.
- Hasil pemeriksaan penunjang.
Darah rutin, Elektrolit (natrium, natrium, clorida).
Kimia Klinis (GDS, SGOT, SGPT, Ureum, Creaatinin), EKG, Vital Sign.
- Puasa 6 jam.
- Lepas perhiasan soflen, gigi palsu.

b. Intra ECT
- PF dan pemeriksaan penunjang.
- Buat pasien merasa aman dan nyaman.
- Posisikan pasien tidur terlentang.
- Pasang electroda ECT pada bitemparalis dan electroda EEG pada osfrontalis.
- Pasang bite block pada mulut pasien untuk melindungi gigi agar bibir dan lidah
tidak tergigit.
- Pegang setiap persendian yang rawan terjadi dislokasi, ikuti gerak motoric.
- Dokter memastikan pasien siap di berikan ECT.
Hasil :
- Lama kejang : 2 menit
- Durasi : 5 menit
- Energy :
- Dynamic impedance :
c. Post ECT
- Pasien tampak bingung.
- Pasien tampak gelisah.
- Pasien direstrain.
- Pasien dipindahkan ke ruangan.
- Pasien dibiarkan sampe sadar penuh dan tidak merasa pusing lagi.

Anda mungkin juga menyukai