A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium
tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Arif Mansjoer, 2002). Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit
yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ,
terutama paru. Sifat sistemik ini disebabkan oleh penyebaran hematogen dan
limfogen setelah terjadi infeksi Mycobacterium tuberculosis data insidens dan
prevalensi tuberkulosis anak tidak mudah dengan penelitian indeks tuberkulin
dapat diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis anak. Kriteria
masalah tuberkulosis di suatu negara adalah kasus BTA positif per satu juta
penduduk. Jadi sampai saat ini belum ada satu negara pun yang bebas
tuberculosis.
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular.
Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman
ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman
berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas.
Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang
biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung,
seperti saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini
diantaranya adalah sebagai berikut: tuberculosis paru primer dan tuberculosis
post primer. Tuberculosis primer sering terjadi pada anak, proses ini dapat
dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu proses terinfeksinya
partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan
terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi
dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin
serta makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana
penyakit ini terjadi pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis (Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui
terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari
seseorang yang terinfeksi. Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar
pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan
berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetal. Batuk pada
awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan
sputum mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberculosis dapat mempunyai
manifestasi atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status
mental, demam , anorexia dan penurunan berat badan. Basil tuberkulosis dapat
bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer dan Bare, 2002).
Resiko Penyakit TBC : Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar
mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas
selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini
akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun
yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak
usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%
Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi BCG pada anak dan pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita TB
dewasa diisamping itu dengan adanya penyakit karena HIV. maka perhatian
pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan Anak biasanya tertular TB, atau
juga disebut mendapat infeksi primer TB, akan membentuk imunitas sehingga
uji tuberkulin akan menjadi positif, tidak semua anak yang terinfeksi TB
primer ini akan sakit TB.
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Kamis, 06 Februari 2020
Pukul : 09.30
Ruang/RS : Nakula 4/ RSWN
1. Data Demografi
a. Identitas Klien
Nama : An. S
Tanggal Lahir : 18/03/2019
Usia : 11 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Perum Kopri Blok R-11B no 1 02/06 Tembalang
Tgl. Masuk : 02 Februari 2020
Tgl. Pengkajian : 02 Februari 2020
Diagnosa Medis : Febris vomitus, TB Paru
b. Identitas Orang Tua :
1) Ayah
Nama : Tn. A
Usia : 32 Thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta/Alat berat
Agama : Islam
Alamat : Perum Kopri Blok R-11B no 1 02/06 Tembalang
2) Ibu
Nama : Ny. W
Usia : 29 Thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Perum Kopri Blok R-11B no 1 02/06 Tembalang
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengtakan klien demam, pilek dan batuk
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang :
Ibu klien mengatakan klien dibawa ke RS tanggal 02/02/2020 pukul
18.30 WIB karena demam sejak hari sabtu/ 5 hari yang lalu, batuk 4 hari
yang lalu, dan juga pilek, dan juga muntah setiap makan/minum, sebelum
masuk ke RS 2 kali. Ibu klien mengatakan dirumah sempat diberikan
obat peneurun panas atau paracetamol. Setelah itu panas tidak juga turun
dan klien langsung dibawa ke RS. Di IGD klien diberikan terapi
Grafadon 0,7 cc, injeksi ondan dan RL 3cc/kg BB/jam. Setelah itu pasien
dipindahkan ke ruang nakula 4.
b. Riwayat Keperawatan Lalu :
1. Penyakit yang pernah diderita.
Ibu klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit dengan
keluhan sakit yang sama, batuk pilek dan demam saat umur klien 4 bulan
dan didiagnosa dengan TB paru. Dan sekarang klien masuk dengan
gejala yang sama demam dan muntah, serta batuk produktif.
2. Riwayat kehamilan
Saat hamil ibu klien tidak mengalami gangguan kesehatan dan
kelainan gizi. Ibu pasien hanya merasakan mual pada saat-saat awal
kehamilan. Ibu klien rutin memeriksakan kehamilan ke bidan dan dokter
kandungan.
3. Riwayat persalinan
Klien lahir pada usia kehamilan 36 minggu. Klien lahir dengan
normal dengan berat badan 2,6 kg dan panjang badan 49 cm. Bayi
menangis spontan ketika lahir di klinik. ASI selama 6 bulan penuh dan
mulai mendapat makanan tambahan di usia 6 bulan berupa nasi tim, dan
susu formula sampai sekarang. Gigi klien sudah tumbuh 2.
4. Riwayat imunisasi
Ibu klien mengatakan anaknya sudah diimunisasi hingga imunisasi
campak, tinggal imunisasi ulangan
1. Jenis imunisasi BCG, waktu pemberian pada usia 0 bulan, reaksi
setelah pemberian membentuk abses 1 - 2 bulan
2. Jenis imunisasi DPT ( I, II, III, IV ) waktu pemberian usia 3,4,5
bulan,reaksi setelah pemberian demam 1 hari
3. Jenis imunisasi POLIO ( I, II, III, IV ) waktu pemberian usia 3,4,5
bulan, reaksi setelah pemberian tidak ada reaksi
4. Jenis Imunisasi CAMPAK waktu pemberian usia 9 bulan reaksi
setelah pemberian tidak ada reaksi
5. Riwayat alergi
Ibu pasien mengatakan An. S tidak memiliki alergi makanan
ataupun obat.
6. Riwayat pemakaian obat
Sebelum sakit klien hanya mendapatkan obat dirumah yaitu
paracetamol
7. Riwayat tumbuh kembang.
Motorik halus dan motorik kasar klien baik, masalah pada
perkembangan sesuai dengan umur.
Kesimpulan:
Abnormal: bila ada 2 atau lebih keterlambatan di dua sektor/lebih
Meragukan: bila ada 1 sektor atau 2 keterlambatan atau lebih
Normal: bila tidak ada keterlambatan disemua sektor
Tidak dapat di tes: bila terjadi penolakan saat pengkajian.
2. Genogram
Keterangan:
: laki-laki : klien
: perempuan : meninggal
: tinggal dalam satu rumah
Kesimpulan :
No Pertanyaan Jawaban
Tidak Ya
(0) (1)
1. Apakah pasien nampak kurus? 0
2. Apakah terdapat penurunan BB pada 1 1
bulan terakhir? (Berdasarkan penilaian
objektif data BB bila ada/penilaian
subjektif dari orang tua pasien, untuk bayi
≤ 1 tahun BB tidak naik selama 1 bulan
terakhir)
3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi 1
berikut?
Diare 5 kali/hari dan atau muntah > 3
kali perhari dalam seminggu terakhir
Asupan makanan berkurang selama
seminggu terakhir
4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan 1
yang mengakibatkan pasien berisiko
mengalami malnutrisi (stomatitis, ISPA,
diare)?
Total 3
Keterangan:
Skor 0 – 3 : tidak berisiko malnutrisi
Skor 4 – 5 : berisiko malnutrisi
90-99% BB/TB
2 80-89% BB/TB
TOTAL SKOR 2
BB/U
𝐵𝐵−𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 7 −9,4
Z Score : 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 − (−1𝑆𝐷) = 9,4 – (8,4) = -2,4 (Gizi baik)
TB/U
𝑇𝐵 – 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 75 − 74,5
Z Score : 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 –(𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛) = 74,5 − 74,5 = 1,5 (tinggi)
BB/TB
𝐵𝐵−𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 7 − 9,5
Z Score : 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛−(−1𝑆𝐷) = 9,5 − 8,8 = -3,5 (kurus)
IMT/U
𝐵𝐵 7
IMT = (𝑇𝐵)2 = (0,74)2 = 13
𝐼𝑀𝑇− 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 13 − 16,9
Z Score : 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛−(−2𝑆𝐷) = 16,9 − 14,5 = -1,6 (Kurus)
1. Cairan :
a. Kebutuhan Cairan :
Diketahui berat badan anak 7 kg. Maka kebutuhan cairan
dalam 24 jam adalah
= 100 cc/kgBB
= 100 x 7 = 700cc/ 24 jam
Rumus IWL Anak dalam 24 jam :
25 % dari kebutuhan cairan / hasil kebutuhan cairan x 0.25
Diketahui berat badan anak 7 kg. Maka kebutuhan cairan
dalam 24 jam adalah 700 cc / 24 jam.
IWL = 700 x 0.25 = 175 cc / 24 jam
- Total cairan masuk / input :
Infus : RL 21cc/24 jam = 480
ASI : 600 ml / hari
Air mineral: ± 400 ml
Total = 1480 cc (Terpenuhi)
- Total cairan keluar / output:
Urine : 1100 cc
Total = 1100 cc
- IWL : (30 – usia anak dalam tahun x BB(Kg)
= (30 – 0,11 th) x 7 kg
= 209 cc / 24 jam
- Balance cairan : Intake – Output = 1480 cc – 1100 cc = +380
cc
4. Kebutuhan eliminasi
MK: Hipertermia
8. Pemeriksaan fisik
Kepala : Mesochepal, tidak ada lesi dan benjolan , rambut berwarna
hitam
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tak ada peningkatan
vena jugularis.
Mata :
a. Penempatan dan kesejajaran : simetris
b. Warna sklera : putih
c. Warna iris : hitam
d. Konjungtiva : merah muda
e. Ukuran pupil : simetris
f. Refleks pupil : rangsang terhadap cahaya baik
g. Refleks berkedip : berkedip saat ada sentuhan tangan dan cahaya
(dalam batas normal)
h. Gerakan kelopak mata : baik dalam batas normal
Hidung : Simetris, tidak ada polip, terdapat sekret
Mulut : Mukosa bibir kering, membrane mukosa bibir kemerahan,
tidak ada stomatitis, tidak ada labio palato skiziz, gusi tidak
berdarah, gusi pink, tidak ada masalah dalam proses mengunyah
atau menelan.
Telinga : Simetris, tak ada serumen, tak ada benjolan, Higiene
telinga kanan dan kiri bersih
Dada : Bentuk simetris ada retraksi dada saat inspirasi
Paru- paru :
a. Inspeksi : Bentuk simetris, pergerakan dada sewaktu
ekspirasi dan inspirasi simetris. RR: 35 x/menit, SPO2: 99 %
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : Sonor memendek
d. Auskultasi : Terdapat bunyi ronchi (+/+)
Abdomen :
a. Inspeksi : tidak ada perbesaran atau distensi pada abdomen
b. Auskultasi : Bising usus 13x/menit
c. Palpasi : tidak ada perbesaran hati, dan limpa.
d. Perkusi : Timpani
Genetalia : klien berjenis kelamin laki-laki Pasien tidak terpasang
kateter saat dirawat di rumah sakit. Terpasang pampers selama di
RS.
Ekstremitas : Bentuk simetris, tidak terdapat deformitas, tidak ada
paralisis/ paresis, tidak edema di keempat ektrimitas, Akral teraba
hangat, tidak terdapat sianosis, capiraly refil 2 detik, terpasang infus
ditangan kanan.
9. Psikososial anak dan keluarga
a. Respon hospitalisasi
Klien sering gelisah karena merasa dilingkungan baru. Lingkungan
mendukung karena keluarga pasien lain sama-sama memiliki bayi
sehingga memahami kondisi klien.
b. Kecemasan
Menurut orang tua klien merasa cemas karena melihat anaknya
yang pernah dirawat di RS karena sakit yang sama dan anak rentan
terkena penyakit.
c. Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
Keluarga sangat berharap anaknya segera sembuh. Keluarga
terbuka dengan perawat sehingga mudah untuk membantu dalam
mengintervensi pasien. Keluarga mengerti anak menderita TB saat
usia 4 bulan. Dan anak anak bisa lebih rentan terserang penyakit
menular lainnya.
d. Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
Ibu dan bibi klien aktif bertanya jika perawat datang untuk
memberi tindakan kepada klien. Ibu klien mengetahui bahwa
anaknya TB dan rentan terhadap tertularnya penyakit lainnya. Ibu
klien tidak menegtahui An. S tertular batuk flek dar siapa karena
tidak ada keluarga menderita penyakit yang sama atau pun
tetangga.
e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
Orang tua mendukung dengan kooperatif dalam intervensi
keperawatan yang diberikan perawat Selain itu ibu klien juga
mengetahui beberapa teknik perawatan sederhana seperti kompres
saat demam dan pemberian makanan sehat.
f. Konsep diri
Klien merupakan seorang anak laki-laki berusia 11 bulan. Klien
anak ke dua.
g. Spiritual
Klien lahir dari keluarga dengan kepercayaan yang baik. Pasien
belum dapat menjalankan kewajiban pada agamanya karena
terkendala perkembangan usia.
10. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian Asi
- Pertama kali disusui : hari setelah dilahirkan
- Cara Pemberian :Menetek/Disusui langsung
- Lama pemberian : 6 bulan
b. Pemberian Susu Formula
- Alasan pemberian : tidak ada, klien ASI.
- Jumlah pemberian : -
- Cara Pemberian :melalui botol
c. Pemberian makanan tambahan
- Pertama kali diberikan usia : 6 bulan
- Jenis : nasi tim
d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai pada nutrisi:
3 – 7 tahun 3
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Perempuan 1
Diagnosis lainnya 1
Pemeriksaan penunjang
Radiologi
Rontgen Thorax ( 03/02/2020)
COR: CTR= 53,03%, bentuk, letak normal
Retrocardiac dan retrosternal space tak menyempit
Pulmo: Corakan vaskuler meningkat, tampak bercak-bercak
pada kedua perihiler dan parakardial serta retrocardial
Hilus tampak membesar
Diafragma dan sinus costophrenicus kanan dan kiri normal
Tulang dan jaringan lunak baik
*Kesan:
Cor: konfigurasi Normal
Gambaran TB paru primer
Pemeriksaan Laboratorium
(Hematologi) 05 februari 2020
Darah :
LED 1 jam 45 mm 0-10
Hemoglobin 11,2 g/dL 11-15
Hematokrit 35,20 g 40-52
Jumlah Lekosit 8,9 /uL 6-17
Hitung jenis
Neutrophil 35 % 50-70
Limfosit 55,9 % 25-40
Monosit 7,3 % 2-9
Eosinophil 1,7 % 29-47
Basophil 0,1 % 0-1
PH 6 4,8-7,8
Leuksit 1-2
Jamur - Negative
Protein - Negative
Reduksi - Negative
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan bersihan Status Pernafasan : Kepatenan Manajemen Jalan Napas (3140) : Yuni
jalan napas berhubungan Jalan Nafas (0410) : - Kaji tanda – tanda vital klien Ratnas.
dengan sekret dalam jalan Setelah dilakukan tindakan - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
napas keperawatan selama 3 x 2 jam tidak ventilasi
Defenisi : Ketidakmampuan terjadi gangguan ketidakefektifan - Gunakan teknik yang menyenangkan untuk
membersihkan sekresi atau bersihan jalan napas dengan kriteria memotivasi bernafas pada anak-anak
obstruksi dari saluran napas hasil : - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
untuk mempertahankan - Frekuensi pernafasan dapat tambahan
bersihan jalan napas mendekati rentang normal : 20- 25 - Kelola pemberian bronkodilator: combivent,
Batasan karakteristik : x/menit flexotid
- Batuk yang tidak efektif - Tidak ada suara nafas tambahan - Monitor status pernafasan dan oksigenasi
- Sputum dalam jumlah lebih - Mampu mengeluarkan secret - Ajarkan cara batuk/bersin yang benar pada
- Perubahan frekuensi napas - Batuk berkurang klien dan keluarga
- Memberikan fisioterapi dada
2 Ketidakefektifan Termoregulasi (0800) : Perawatan Demam (3740) :
termoregulasi berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
dengan proses infeksi keperawatan selama 2 x 4 jam - Monitor warna kulit dan suhu
penyakit, peningkatan menunjukkan suhu tubuh dalam batas - Monitor asupan dan keluaran
kebutuhan oksigen normal dengan kriteria hasil : - Beri obat atau cairan IV: antipiretik
Defenisi : fluktuasi suhu - Suhu dapat mendekati rentang - Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
diantara hipotermia dan normal yaitu 37 0C - Dorong konsumsi cairan
hipertermia - HR dan RR dalam batas normal -Berikan oksigen, yang sesuai
Batasan karakteristik : - Tidak ada perubahan warna kulit - Fasilitasi istirahat
- Kulit kemerahan - Pantau komplikasi yang berhubungan dengan
- Peningkatan suhu tubuh demam
diatas kisaran normal - Pastikan keamanan pasien yang gelisah
- Peningkatan frekuensi - Lakukan penanganan demam non farmakologis
pernapasan menggunakan teknik tepid sponge untuk
- Gelisah menurunkan suhu tubuh pada anak
- Kulit terasa hangat
3 Resiko kekurangan volume Keseimbangan cairan elektrolit: - Pertahankan catatan intake dan output yang
cairan berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan akurat
kehilangan volume cairan
aktif : muntah, hipertermi keperawatan selama 1 x 8 jam - Monitor status hidrasi (kelembaban membran
Definisi : Penurunan cairan keseimangan cairan dan elektroliit mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
intravaskuler, interstisial, adekuat dengan kriteria hasil : ortostatik), jika diperlukan
dan/atau intrasellular. Ini
mengarah ke dehidrasi, -Tak ada tanda-tanda dehidrasi: - Lakukan terapi IV
kehilangan cairan dengan penurunan BB, mata cekung, turgor - Berikan cairan
pengeluaran sodium
kulit jelek, kulit kering) - Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Batasan Karakteristik :
- Dorong masukan oral
- Kelemahan
- Haus - Dorong keluarga untuk membantu pasien
- Membran mukosa/kulit
makan
kering
- Peningkatan denyut nadi, - Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
penurunan tekanan darah,
penurunan volume/tekanan
nadi
- Konsentrasi urine
meningkat
- Temperatur tubuh
meningkat
- Hematokrit meninggi
CATATAN KEPERAWATAN
13.40 O:
- Pasien tampak batuk batuk
- Keadaan Umum : Komposmentis,
GCS : E4 M6 V5
- Suhu : 37,8 oC
- RR : 35 x/menit
- HR : 104 x/menit
- Suara nafas ronchii (+/+)
- Pasien lebih nyaman setelah dilakukan
pemberian nebulizer
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Mengkaji keadaan umum dan memantau
TTV
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat bronkodilator
- Berikan fisioterapi dada
2 S : Ibu pasien mengatakan demam sudah 1
minggu
Ibu mengatakan panas naik turun
O:
- Pasien tampak gelisah, kemerahan
S: 37,5 C
HR : 104 x/menit
- Kulit Teraba hangat
A : Masalah belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Teknik tepid water sponge
- Kaji adanya tanda tanda infeksi
3 S :- ibu klien mengatakan klien sudah pipis
5x sejak dari tadi pagi
-Ibu klien mengatakan anak muntah saat
batuk/ mengeluarkan dahak
- Ibu klien mengatakan minum anak cukup
banyak, dari pagi sudah habis 1 botol air
mineral 550ml
O:
-Bibir tampak kering kemerahan bagian
dalam, nadi lemah N: 105 x/menit
-N: 104x/menit
- Urin output ±800 cc
Terpasang infus RL 500 ml, 21 cc/jam
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau intake dan ouput cairan
- Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan, seperti makan
kesukaannya
Selasa, 1 S : Ibu klien mengatakan An. S masih batuk Yuni
28/01/2020 berdahak, susah dikeluarkan Ratnas.
12.40 O:
- Pasien tampak batuk batuk
- Suhu : 37,6 oC
- RR : 30 x/menit
- HR : 100 x/menit
- Suara nafas ronchii (+/+)
- Pasien lebih nyaman setelah
dilakukan pemberian nebulizer
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat bronkodilator
- Berikan fisioterapi dada
2 S : Ibu pasien mengatakan anak masih sedikit
panas, tapi setelah di kompres sudah turun
O:
S: 37,1 C
HR : 100 x/menit
- Kulit Teraba hangat
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 S : ibu mengatakan anaka sudah mau makan
dan menghabiskan makannya. Tidak
memuntahkannya lagi
Ibu klien mengatakan minum anak tetap
cukup seperti biasa
O:
- Mukosa bibir sedikit kemerahan
-N: 100x/menit
- urine output 700cc/8 Jam
Terpasang infus RL 500 ml, 21 cc/jam
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
Rabu, 1 S : Ibu pasien mengatakan batuk nya Yuni
29/01/2020 berkurang Ratnas.
19.40 O:
- Pernafasan pasien tampak lebih teratur,
tidak ada batuk
- Suhu : 36,8 oC
- RR : 28 x/menit
- HR : 100 x/menit
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Analisa kasus
An. S dengan usia 11 bulan dengan diagnose TB paru primer, febris
vomitus masuk ke RS dengan keluhan demam, pilek dan batuk. Ibu klien
mengatakan klien dibawa ke RS tanggal 02/02/2020 pukul 18.30 WIB karena
demam sejak hari sabtu/ 5 hari yang lalu, batuk 4 hari yang lalu, dan juga pilek,
dan juga muntah setiap makan/minum, sebelum masuk ke RS 2 kali. Ibu klien
mengatakan dirumah sempat diberikan obat peneurun panas atau paracetamol.
Setelah itu panas tidak juga turun dan klien langsung dibawa ke RS. Di IGD klien
diberikan terapi Grafadon 0,7 cc, injeksi ondan dan RL 3cc/kg BB/jam. Setelah itu
pasien dipindahkan ke ruang nakula 4. Ibu klien mengatakan klien pernah dirawat
di rumah sakit dengan keluhan sakit yang sama, batuk pilek dan demam saat umur
klien 4 bulan dan didiagnosa dengan TB paru. Dan sekarang klien masuk dengan
gejala yang sama demam dan muntah, serta batuk produktif.
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien dan tidak ada yang menderita penyakit kronis seperti TBC, DM, HT, namun
ibu klien mengatakan ayah klien perokok. Dan juga ibu klien mengatakan tidak
tau apakah tetangga memiliki penyakit batuk lama. Klien tinggal serumah dengan
kedua orang tuanya, dan neneknya. Tiap hari an. S dirawat oleh ibu klien dan
neneknya ayah klien bekerja sebagai pengangkut alat berat. Ibu klien mengatakan
Ayah klien juga perokok, tetapi tidak ada yang sakit batuk, pilek dalam keluarga
dalam 1 bulan terakhir
B. Analisa Intervensi
An. S dengan umur 11 bulan masuk dengan keluhan febris hari ke 6 batuk
dan pilek. Diagnose TB paru primer, febris dan vomitus. Setelah melakukan
pengkajian didapatkan masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
nafas, ketidakefektifan termoregulasi, kekurangan volume cairan
An. S tampak batuk batuk , produktif dan susah dikeluarkan. Ibu mengatakan
anak sudah batuk 5 hari. Sebelumnya, ibu mengatakan anggota keluarga yang
serumah menderita penyakit yang sama ibu mengatakan tidak ada. Setelah itu
menetapkan prioritas masslah ketidakefektifan bersihan jalan nafas menjadi yang
pertama. Rencana keperawatan yang telah disusun bertujuan untuk membersihakan
jalan nafas dari secret yang tidak bisa dikeluarkan. Intervensi yang telah dilakukan
ialah Kaji tanda – tanda vital klien, Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi , Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas pada
anak-anak, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan, Kelola pemberian
bronkodilator: combivent, flexotid. Ibu klien mengatakan dahak klien keluar saat
klien muntah. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, Ajarkan cara batuk/bersin
yang benar. Ibu, ayah dan bu de klien mengerti bagaimana etika batuk dan bersin
diharapkan kedepannya anak. S tidak akan terlura penyakit yang sama yang
disebabkan oleh sikap keluarga kurang sehat.
Pada masalah yang kedua an. S masuk dengan Febris selama 6 hari. Anak
muntah dan tidak mau makan dan panas selalu diatas 38 C. setelah itu anak
diberikan intervensi keperawatan diantranya memebrikan kompres dengan Teknik
water tepid sponge dan mengajarkan ibu agar terbiasa dilakukan dirumah walaupun
anak rewel saat diberikan kompres, lalu monitor suhu dan tanda-tanda infeksi.
Monitor masukan cairan dan makanan klien, terakhir pemberian antipiretik
paracetamol infus. Pada hari ke 2 panas turun menjadi normal kembali menjadi
37,1C anak tidak panas lagi. Dan ibu mengetahui cara nonfarmakologi kompres
WTS yang bisa dilakukan dirumah saat dirumah.
Pada masalh ke 3 yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif: muntah. Intervensi yang diberikan diantaranya
yaitu Pertahankan catatan intake dan output yang akurtat, Monitor status hidrasi
(kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika
diperlukan, Lakukan terapi IV, Berikan cairan dan dorong masukan oral, Dorong
keluarga untuk membantu pasien makan dan tawarkan snack (jus buah, buah segar).
Pada hari kedua ibu klien melaporkan tidak ada lagi muntah setiap kali makan,
makan anak sudah cukup dan habis setiap kali makan.
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman
Mycobakterium tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua
organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).Resiko Penyakit
TBC : Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi
infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum
berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan
berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Tuberkulosis
merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
BCG pada anak dan pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita TB
dewasa.
An. S dirawat dengan TB paru primer dan febris vomitus. Saat usia
4 bulan anak. S juga dirawat dengan TB paru dan pertama kalinya
didiagnosa dengan penyakit TB paru. Anak. S memiliki riwayat
keperawatan yang sama diharapkan keluarga menegrti dan tambah paham
dengan kondisi keehatan anak sehingga kedepannya keluarga dapat
mencegah terulang penyakit yang sama yang dapat menganggu tumbuh
kembangnya.
B. Saran
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi asuhan
keperawatan yang tepat kepada pasien dengan TB Paru sesuai dengan
perkembangan ilmu, dapat mengembangkan konsep asuhan keperawatan
pada pasien dengan TB Paru. dan bagi tenaga kesehatan agar menerapkan
asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien dengan TB Paru sesuai
dengan perkembangan ilmu.