Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ETIKA KONSEP DAN ETIK DALAM

KEPERAWATAN PALIATIF

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2


NAMA ANGGOTA :

1. Anggrey Dwi Farensia ( 2014201066 )


2. M. Arief Febrianto ( 2014201002 )
3. Tio Nurindah Pratiwi ( 2014201089 )

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Fitrianola Rezkiki, S.Kep., M.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ MAKALAH ETIKA KONSEP
DAN ETIK DALAM KEPERAWATAN PALIATIF “. Di susun untuk memenuhi syarat
salah satu tugas Keperawatan Menjelang Ajal & Paliatif Tahun Ajaran 2022-2023.

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam
makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa menyusun makalah yang lebih
sempurna lagi.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Aamiin.

Bukittinggi, 01 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. PENGERTIAN..................................................................................................................3
B. DASAR HUKUM KEPERAWATAN PALIATIF...........................................................3

1. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif (Kep. Menkes NOMOR :


812/Menkes/SK/VII/2007).................................................................................................3
2. Medikolegal Euthanasia.................................................................................................5

C. KAJIAN ETIK TENTANG PERAWATAN PALIATIF..................................................5

1. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif............................................................................5


2. Prinsip Otomatis.............................................................................................................8

D. KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PERAWATAN PALIATIF................................9

1. Tujuan Kebijakan.........................................................................................................10
2. Sasaran Kebijakan Perawatan Paliatif..........................................................................10
3. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif...........................................................................10
4. Sumber Daya Manusia.................................................................................................11
5. Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif..................................................................12
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812 / Menkes / Sk / Vii /
2007..................................................................................................................................12

BAB III PENUTUP................................................................................................................14

A. KESIMPULAN...............................................................................................................14
B. SARAN............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
ii
iii
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan


menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski pada akhirnya
pasien meninggal dunia, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual,serta tidak setres menghadapi penyakit yang di deritanya. Prinsip
perawatan paliatif : menghargai setiap kehidupan, mengganggap kematian sebagai proses
yang normal, tidak mempercepat atau menunda kematian, menghargai keinginan pasien
dalam mengambil keputusan, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu,
mengintegrasikan aspek psikologis, social, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
keluarga, menghindari tindakan medis yang sia sia, memberikan dukungan yang di
perlukan agar pasien tetep aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat,
memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi
terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif
menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik,
psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan paliatif adalah pelayanan
kesehatan yang bersifat holistic dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi
dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai
akhir hayatnya.
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata
sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu,
komprehensif dan holistik, maka diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia
yang memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan
pelayanan perawatan paliatif.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian etik dan kebijakan keperawatan paliatif ?


2. Apa Dasar Hukum Keperawatan Paliatif?
3. Bagaimana Kajian Etik tentang Perawatan Paliatif?
4. Bagaimana Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif?

1
C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian etik dan kebijakan keperawatan paliatif


2. Mengetahui Dasar Hukum Keperawatan Paliatif
3. Mengetahui Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif
4. Mengetahui Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif

2
PEMBAHASAN
D. PENGERTIAN

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah - masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya,
meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski
pada akhirnya pasien meninggal, sebelum meninggal sudah siap secara psikologis dan
spiritual. Etik adalah Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai,standar
perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan apa
yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan kejahatan, apa
yang dikehendaki dan apa yang ditolak.
Etika Keperawatan adalah Kesepakatan / peraturan tentang penerapan nilai
moral dan keputusan keputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan
(Wikipedia,2008).

E. DASAR HUKUM KEPERAWATAN PALIATIF

Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :


1. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif (Kep. Menkes NOMOR :
812/Menkes/SK/VII/2007)

a. Persetujuan tindakan medis / informed consent untuk pasien paliatif


1) Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif
melalui komunikasi yang intensif dan berkesinambungan antara tim perawatan
paliatif dengan pasien dan keluarganya.
2) Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada
dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

3
3) Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya
setiap tindakan yang berisiko dilakukan informed consent.
4) Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien
sendiri apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya.
Waktu yang cukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan
keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak kompeten, maka keluarga
terdekatnya melakukannya atas nama pasien.
5) Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan
atau pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang harus
atau boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya
kemudian menurun (advanced directive). Pesan dapat memuat secara eksplisit
tindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat pula hanya
menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam membuat
keputusan pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan
akan dijadikan panduan utama bagi tim perawatan paliatif.
6) Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan paliatif
dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi dapat
diberikan pada kesempatan pertama.

b. Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif.


1) Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat
oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
2) Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien
memasuki atau memulai perawatan paliatif.
3) Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi,
sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan
telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan
(advanced directive) atau dalam informed consent menjelang ia kehilangan
kompetensinya.
4) Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak
resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam advanced directive tertulis. Namun
demikian, dalam keadaan tertentu dan atas pertimbangan tertentu yang layak

4
dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat
dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
5) Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien
berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan
menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah
pada saat tersebut.

c. Perawatan pasien paliatif di ICU Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU
mengikuti ketentuan umum yang berlaku. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim
perawatan paliatif harus mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan
penghentian peralatan life-supporting.

d. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan yang


bersifat kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan
yang mempertimbangkan keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu dapat
didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang terlatih.

2. Medikolegal Euthanasia

Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang


hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup
atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien
sendiri.

F. KAJIAN ETIK TENTANG PERAWATAN PALIATIF


1. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif terkait dengan sluruh bidang perawatan mulai dari medis,
perawatan, psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga secara praktis, prinsip
dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan prinsip pada praktek medis yang
baik. Prinsip dasar perawatan paliatif : (Rasjidi, 2010).
a. Sikap peduli terhadap pasien

5
Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan segala aspek dari
penderitaan pasien, bukan hanya masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan
tidak boleh bersifat menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama,
atau faktor induvidal lainnya tidak boleh mempengaruhi perawatan.

b. Menganggap pasien sebagai seorang individu.


Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala-gejala yang
sama, namun tidak ada satu pasienpun yang sama persis dengan pasien lainnya.
Keunikan inilah yang harus inilah yang harus dipertimbangkan dalam
merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.

c. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi
penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaanperawatan.

d. Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlakdiperlukan sebelum perawatan dimulai atau
diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan yang akan
diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.

e. Memilih tempat dilakukannya perawatan.


Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya harus ikut serta
dalam diskusi ini. Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi
perawatan di rumah.

f. Komunikas.
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah
hal yang sangat penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan paliatif.

g. Aspek klinis:
Perawatan yang sesuaisemua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan
prognosis dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini penting karena pemberian
pareawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan
menambah penderitaan pasien. Pemberian perawatn yang berlebihan beresiko
6
untuk memberikan harapan palsu kepada pasien.Hal ini berhubungan dengan
masalah etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya
karena dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak
etis.
h. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawatan
palitif memberikan perawtan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga
dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta
koordinasi yang baik dari masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan
hasil yang maksimal kepada pasien dan keluarga .

i. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin


Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan. Perawatn
medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi
yang tidak terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien maupun
keluarga.

j. Perawatan yang berkelanjutan.


Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir. merupakan
dasr tujuan dari parawtan paliatf.Masalah yang sering terjadi adalah pasien
dipindahkan dari satu tempat ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan
komunitas perawatan .

k. Mencegah terjadinya kegawatan


Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah
terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan
penyakit. Pasien dan keluarga harus diberituaukan sebelumnya mengenai masalah
yang sering terjadi dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan
emosional.

l. Bantuan kepada sang perawat.


Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress fisik dan
emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan

7
perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif
tergantung dari pemberi perawatan.

8
2. Prinsip Otomatis

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikirlogis dan mampu membuat keputusan sendiri.prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional.

a. Non maleficence (tidak merugikan)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. Prinsip tidak merugikan, bahwa kita berkewajiban jika melakukan suatu
tindakan agar jangan sampai merugikan orang lain.

b. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlukan oleh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.

c. Beneficience (berbuat baik)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.Terkadang dalam
situsi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

d. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum,standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

e. Kerahasiaaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus
dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun dapat

9
memperoleh informasi tersebut kecuali diizinkan oleh pasien dengan bukti
persetujuannya.

f. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab
pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain.
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

G. KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PERAWATAN PALIATIF

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap


keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan
hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch,
Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999), adalah:

a. Gejala fisik
b. Kemampuan fungsional (aktivitas)
c. Kesejahteraan keluarga
d. Spiritual
e. Fungsi sosial
f. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
g. Orientasi masa depan
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri
i. Fungsi dalam bekerja

Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di


rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga
paliatif.
Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang
tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di
rumah sakit Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat
memberikan pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan
seperti di rumah pasien sendiri.

10
Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan
kesehatan secara medis bagi masyarakat. Kompeten adalah keadaan kesehatan mental
pasien sedemikian rupa sehingga mampu menerima dan memahami informasi yang
diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional berdasarkan informasi
tersebut.

1. Tujuan Kebijakan

Tujuan Umum: Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di
Indonesia.
Tujuan Khusus :
a. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia.
b. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif
c. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

2. Sasaran Kebijakan Perawatan Paliatif

a. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.
b. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan
tenaga terkait lainnya.
c. Institusi-institusi terkait, misalnya:
1) Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota.
2) Rumah Sakit pemerintah dan swasta.
3) Puskesmas.
4) Rumah perawatan/hospis.
5) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

3. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif

a. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :


1) Penatalaksanaan nyeri.
2) Penatalaksanaan keluhan fisik lain.

11
3) Asuhan keperawatan
4) Dukungan psikologi
5) Dukungan sosial
6) Dukungan kultural dan spiritual
7) Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).

b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat
rumah.

4. Sumber Daya Manusia

a. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerja sosial, rohaniawan,


keluarga, relawan.
b. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti pendidikan/pelatihan
perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat.
c. Pelatihan
1) Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan kerjasama
antara para pakar perawatan paliatif dengan Departemen Kesehatan (Badan
Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik). Modul-modul tersebut terdiri dari modul untuk
dokter, modul untuk perawat, modul untuk tenaga kesehatan lainnya, modul
untuk tenaga non medis.
2) Pelatih : Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan Fakultas
Kedokteran.
3) Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihan dan Pendidikan
Badan PPSDM. Pada tahap pertama dilakukansertifikasi pemutihan untuk
pelaksana perawatan paliatif di 5 (lima) propinsi yaitu : Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Denpasar, Makasar. Pada tahap selanjutnya sertifikasi diberikan
setelah mengikuti pelatihan.
4) Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif, ilmu
keperawatan paliatif).

12
5. Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif

Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:


a. Rumah sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus.
b. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.
c. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah
karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
d. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan
khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak mungkin
dilakukan oleh keluarga. Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat
pelayanan/sarana kesehatannya adalah :
1) Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
2) Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B
non pendidikan.
3) Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan dan
kelas A.
4) Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan
semua unsur terkait.

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812 / Menkes / Sk /


Vii / 2007

Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Menimbang :
a. Bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin meningkat
jumlahnya baik pada pasien dewasa maupun anak;
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien
dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif
dan rehabilitatif juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium
terminal;
c. Bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu adanya Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.

13
Mengingat :
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
b. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b /Menkes /Per /II
/1988 tentang Rumah Sakit;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585 /Menkes /Per/IX
/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per /XI
/2006 tentang Pedoman Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan;
f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang
Proyek Panduan Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
g. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 319/PB/A.4/88
tentang Informed Consent;
h. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 336/PB/A.4/88
tentang MATI.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
a. Kesatu :keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan perawatan paliatif
b. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan Paliatif sebagaimana
dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
c. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Keputusan ini
d. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini
dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
e. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
f. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini,
akan dilakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya.

14
PENUTUP
H. KESIMPULAN

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan


kualitas kehidupan pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalahmasalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal serat terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang dapat
dipertanggung jawabkan, didalam etik terdapat nila-nilai moral yang merupakan dasar
dari perilaku manusia (niat), yang terpenting adalah rambu rambu etika, moral maupun
hukum yang tegas tentang euthanasia, agar terdapat kejelasan.

I. SARAN

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam mengikuti


proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan pasien paliatif baik di
instansi rumah sakit maupun di pelayanan lanjutan atau home care, serta menerapkan
prinsip etik perawatan paliatif berdasarkan hokum perawatan paliatif. Dan diharapkan
juga ada kritik dan saran yang dapat membangun sehingga kami dapat menyempurnakan
makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
Kemp, Charles.2009. Klien Sakit Terminal, seri asuhan keperawatan. Edisi 2.
Jakarta:EGC
Perry & Potter, 1997, Fundamental Keperawaran, Buku Ajar Konsep, Proses dan
Praktik, ( Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk) Ed. 4, EGC, Jakarta.
Komalawati. D. Veronica, 1989, Hukum dan Etika dalam Praktek Dokter, Pustaka
Harapan, Jakarta
https://es.scribd.com/document/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-
PaliatifKelompok-1(04/09/2018;07:42)

16

Anda mungkin juga menyukai