KEPERAWATAN PALIATIF
DOSEN PENGAMPU :
Ns. Fitrianola Rezkiki, S.Kep., M.Kep.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam
makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa menyusun makalah yang lebih
sempurna lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. PENGERTIAN..................................................................................................................3
B. DASAR HUKUM KEPERAWATAN PALIATIF...........................................................3
1. Tujuan Kebijakan.........................................................................................................10
2. Sasaran Kebijakan Perawatan Paliatif..........................................................................10
3. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif...........................................................................10
4. Sumber Daya Manusia.................................................................................................11
5. Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif..................................................................12
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812 / Menkes / Sk / Vii /
2007..................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN...............................................................................................................14
B. SARAN............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
ii
iii
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN PENULISAN
2
PEMBAHASAN
D. PENGERTIAN
3
3) Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya
setiap tindakan yang berisiko dilakukan informed consent.
4) Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien
sendiri apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya.
Waktu yang cukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan
keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak kompeten, maka keluarga
terdekatnya melakukannya atas nama pasien.
5) Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan
atau pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang harus
atau boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya
kemudian menurun (advanced directive). Pesan dapat memuat secara eksplisit
tindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat pula hanya
menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam membuat
keputusan pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan
akan dijadikan panduan utama bagi tim perawatan paliatif.
6) Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan paliatif
dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi dapat
diberikan pada kesempatan pertama.
4
dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat
dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
5) Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien
berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan
menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah
pada saat tersebut.
c. Perawatan pasien paliatif di ICU Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU
mengikuti ketentuan umum yang berlaku. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim
perawatan paliatif harus mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan
penghentian peralatan life-supporting.
2. Medikolegal Euthanasia
Perawatan paliatif terkait dengan sluruh bidang perawatan mulai dari medis,
perawatan, psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga secara praktis, prinsip
dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan prinsip pada praktek medis yang
baik. Prinsip dasar perawatan paliatif : (Rasjidi, 2010).
a. Sikap peduli terhadap pasien
5
Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan segala aspek dari
penderitaan pasien, bukan hanya masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan
tidak boleh bersifat menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama,
atau faktor induvidal lainnya tidak boleh mempengaruhi perawatan.
c. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi
penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaanperawatan.
d. Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlakdiperlukan sebelum perawatan dimulai atau
diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan yang akan
diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.
f. Komunikas.
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah
hal yang sangat penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan paliatif.
g. Aspek klinis:
Perawatan yang sesuaisemua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan
prognosis dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini penting karena pemberian
pareawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan
menambah penderitaan pasien. Pemberian perawatn yang berlebihan beresiko
6
untuk memberikan harapan palsu kepada pasien.Hal ini berhubungan dengan
masalah etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya
karena dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak
etis.
h. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawatan
palitif memberikan perawtan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga
dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta
koordinasi yang baik dari masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan
hasil yang maksimal kepada pasien dan keluarga .
7
perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif
tergantung dari pemberi perawatan.
8
2. Prinsip Otomatis
b. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlukan oleh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
d. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum,standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
e. Kerahasiaaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus
dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun dapat
9
memperoleh informasi tersebut kecuali diizinkan oleh pasien dengan bukti
persetujuannya.
f. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab
pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain.
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
a. Gejala fisik
b. Kemampuan fungsional (aktivitas)
c. Kesejahteraan keluarga
d. Spiritual
e. Fungsi sosial
f. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
g. Orientasi masa depan
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri
i. Fungsi dalam bekerja
10
Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan
kesehatan secara medis bagi masyarakat. Kompeten adalah keadaan kesehatan mental
pasien sedemikian rupa sehingga mampu menerima dan memahami informasi yang
diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional berdasarkan informasi
tersebut.
1. Tujuan Kebijakan
Tujuan Umum: Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di
Indonesia.
Tujuan Khusus :
a. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia.
b. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif
c. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
a. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.
b. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan
tenaga terkait lainnya.
c. Institusi-institusi terkait, misalnya:
1) Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota.
2) Rumah Sakit pemerintah dan swasta.
3) Puskesmas.
4) Rumah perawatan/hospis.
5) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.
11
3) Asuhan keperawatan
4) Dukungan psikologi
5) Dukungan sosial
6) Dukungan kultural dan spiritual
7) Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat
rumah.
12
5. Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif
13
Mengingat :
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
b. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b /Menkes /Per /II
/1988 tentang Rumah Sakit;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585 /Menkes /Per/IX
/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per /XI
/2006 tentang Pedoman Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan;
f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang
Proyek Panduan Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
g. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 319/PB/A.4/88
tentang Informed Consent;
h. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 336/PB/A.4/88
tentang MATI.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
a. Kesatu :keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan perawatan paliatif
b. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan Paliatif sebagaimana
dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
c. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Keputusan ini
d. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini
dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
e. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
f. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini,
akan dilakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya.
14
PENUTUP
H. KESIMPULAN
I. SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Kemp, Charles.2009. Klien Sakit Terminal, seri asuhan keperawatan. Edisi 2.
Jakarta:EGC
Perry & Potter, 1997, Fundamental Keperawaran, Buku Ajar Konsep, Proses dan
Praktik, ( Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk) Ed. 4, EGC, Jakarta.
Komalawati. D. Veronica, 1989, Hukum dan Etika dalam Praktek Dokter, Pustaka
Harapan, Jakarta
https://es.scribd.com/document/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-
PaliatifKelompok-1(04/09/2018;07:42)
16