Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENERAPAN ETIK DALAM PERAWATAN PALIATIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Paliatif yang


Dibina oleh Ibu Iis Noventi S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun oleh kelompok 4 :

1.Adhitya Utama Putra (1150022051)

2.Febriyanti Maria Mumtahanah (1150022054)

3.Kholidah Fauziyyah (1150022061)

4.Annisa Hibatul Jahiroh (1150022079)

5.Putri Islamiyah (1150022084)

6.Farda Dwi Nova Diani (1150022086)

PRODI DII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami diatas untuk Allah SWT, karena berkat segala limpahan
rahmat dan karunia- Nya kami masih diberi nikmat berupa sehat dan kelancaran dalam
menyelesaikan makalah dengan judul “ Penerapan etik dalam penerapan paliatif “ .
Makalah disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Keperawatan
Anak di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun penyusunannya, oleh karena
itu penulis menunggu kritik dan saran, agar dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
maupun orang lain yang membutuhkan.

Dalam penyelesaian makalah ini tidak luput dari bantuan pikiran serta dorongan
dari berbagai anggota kelompok. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang setinggi-tingginya untuk semua anggota kelompok yang telah
membantu. Semoga segala bantuan yang telah diberikan untuk penulis mendapatkan
pahala yang setimpal dari Allah SWT. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.

Surabaya, 20 Februari 2024

Nama penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Pengertian.................................................................................................................3
B. Konsep Etik...............................................................................................................3
C. Dasar hukum keperawatan paliatif............................................................................4
D. Kajian Etik tentang petrawatan paliatif.....................................................................7
BAB III..............................................................................................................................13
PENUTUP.........................................................................................................................13
A. Simpulan.......................................................................................................................13
B. Saran-Saran...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa
sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan
nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World
Health Organization (WHO, 2016).
Menurut WHO (2016), penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan
paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%,
penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan
memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%. Pada tahun 2011 terdapat 29 juta
orang meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif.
Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok
dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%,
pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, etal., 2014).Prevalensi penyakit paliatif di
dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik Barat 29%, diikuti Eropa
dan Asia Tenggara masing-masing 22% Benua Asia terdiri dari Asia Barat, Asia
Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara Indonesia merupakan salah
satu negara yang termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain bahwa
Indonesia termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif (WHO,
214).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000
orang, diabetes melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur,
tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 3.6%. Kementrian kesehatan
(KEMENKES, 2016) mengatakan kasus HIV sekitar 30.935, kasus TB I sekitar

4
330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung dan
penyakit diabetes sekitar 1,5% (KEMENKES, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola
komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain,
memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat
sekarat dan berduka (Matzo& Sherman, 2015). Penyakit dengan perawatan
paliatif
merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan
paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO, 2016).
Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial,
emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang
tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan
paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain
dan menggunakan pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan
pasien dan keluarga mereka (Canadian Cancer Society, 2016).

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan paparan pada latar belakang di atas, masalah dalam
makalah ini dirumuskan sebagai berikut.
(1) Apa definisi dari perawatan paliatif dan etik?
(2) Apa saja dasar hukum tentang perawatan paliatif?
(3) Apa saja kajian etik dalam perawatan paliatif?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:
(1) Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami definisi dari
perawatan paliatif dan etik.
(2) Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami dasar hukum tentang
perawatan paliatif.

5
(3) Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami kajian etik dalam
perawatan paliatif.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perawatan paliatif adalah adalah kesehatan terpadu yang aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintregrasi. Tujuannya untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya
pasien meninggal, sebelum meninggal sudah siap secara psikologis dan spiritual.
Etik adalah Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar
perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar
dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan
kejahatan, apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak. Etika Keperawatan adalah
Kesepakatan / peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusan keputusan
yang ditetapkan untuk profesi keperawatan (Wikipedia,2008)

B. Konsep Etik
Menurut Chely Veronica Maurubh, S.Kep., Ns. (2022) etik dalam konteks
Bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos, yang berarti cara berpikir, cara
memaknai sesuatu, atau perilaku yang dapat diterima dalam kelompok. Secara

6
luas etik juga dapat diartikan sebagai sifat yang berkaitan dengan seseorang dalam
berperilaku dan berhubungan dengan orang lain. Menunjukkan yang lain
berpendapat bahwa etika adalah masalah moral yang darinya adakah yang bisa
membedakan antara baik dan buruk.
Etika adalah ilmu tentang hubungan atau tingkah laku manusia atau
kepribadian dan aksi moral terhadap nilai dalam berinterkasi dengan orang lain,
mungkin hanya menafsirkan etika sebagai ilmu dan pengetahuan tentang yang
baik dan yang buruk, tentang hak, dan kewajiaban secara moral. Etika dan etik
merupakan satu kesatuan yang utuh praktis tidak dapat dipisahkan dan keduanya
mengandung unsur Hukum. Jika etika dan etik dilanggar maka akan terjadi
konsekuensi bagi orang yang melanggarnya baik teguran, sanksi bahkan bisa
masuk dalam ruang lingkup undang- undang. Sanksi untuk pelanggaran etik lebih
berat dari pada pelanggaran etika (Chely Veronica Maurubh, S.Kep., Ns., 2022).
Persoalan etik jika dikaitkan dengan pelayanan maka dapat diartikan sebagai
prinsip dalam kerja yang ketat, dalam praktiknya etik lebih dikenal sebagai kode
etik sedangkan etika dikenal dengan tata krama dan nilai-nilai kesopanan. Etik
menjadi pedoman dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan di mana saja kita dan
dengan siapa kita berhubungan termasuk juga kedalam perawatan paliatif. Adanya
etik akn memudahkan kita dalam memberikan perawatan dan asuhan keperawatan
kepada pasien, karena etik adalah dasar tindakan dan pengambilan keputusan
dalam memberikan asuhan keperawatan perawat paliatif akan diperhadapkan
dengan persoalan etik (Chely Veronica Maurubh, S.Kep., Ns., 2022).

C. Dasar hukum keperawatan paliatif


Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :
1. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif (Kep.Menkes NOMOR :
812/Menkes/SK/VII/2007 )
a) Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif.
Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif.

7
b) Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif. Keputusan dilakukan
atau tidak dilakukan tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang
kompeten atau oleh Tim perawatan paliatif. Informasi tentang hal
ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien memasuki atau
memulai perawatan paliatif.
c) Perawatan pasien paliatif di ICU Pada dasarnya perawatan paliatif
pasien di ICU mengikuti ketentuan umum yang berlaku. Masalah
medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan yang
bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan
pertimbangan yang mempertimbangkan keselamatan pasien tindakan
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang
terlatih.

2. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu
untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.
Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :
Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif (Kep.Menkes NOMOR :
812/Menkes/SK/VII/2007 )
a) Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif.
Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif.
b) Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif. Keputusan dilakukan
atau tidak dilakukan tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang
kompeten atau oleh Tim perawatan paliatif. Informasi tentang hal
ini sebaiknya telah di informasikan pada saat pasien memasuki atau
memulai perawatan paliatif.
c) Perawatan pasien paliatif di ICU Pada dasarnya perawatan paliatif
pasien di ICU mengikuti ketentuan umum yang berlaku.

8
d) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif.
Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga
medis, tetapi dengan pertimbangan yang mempertimbangkan
keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatan yang terlatih.

D. Kajian Etik tentang petrawatan paliatif


1) Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif Perawatan paliatif terkait dengan
seluruh bidang perawatan mulai dari medis, perawatan, psikologis sosial,
budaya dan spiritual, sehingga secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif
dapat dipersamakan dengan prinsip pada praktek medis yang baik. Prinsip
dasar perawatan paliatif. (Rasjidi, 2010)
a) Sikap peduli terhadap pasien Termasuk sensifitas dan empati. Perlu
dipertmbangkan segala aspek dari penderitaan pasien, bukan hanya
masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat
menghakimi .Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor
induvidal lainnya tidak boleh mempengaruhi perawatan.
b) Menganggap pasien sebagai seorang individu. Setiap pasien adalah unik.
Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala-gejala yang sama, namun
tidak ada satu pasienpun yang sama persis dengan pasien lainnya.
Keunikan inilah yang harus inilah yang harus dipertimbangkan dalam
merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.
c) Pertimbangan kebudayaan Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya
lainnya bisa jadi mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini harus
diperhatikan dalam perencanaan perawatan .
d) Persetujuan Persetujuan dari pasien adalah mutlakdiperlukan sebelum
perawatan dimulai atau diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan
setuju dengan perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti
segala usaha perawatan.
e) Memilih tempat dilakukannya perawatan Untuk menentukan tempat
perawatan, baik pasien dan keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini.

9
Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di
rumah.
f) Komunikasi Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun
dengan keluarga adalah hal yang sangat penting dan mendasar dalam
pelaksanaan perawatan paliatif.
g) Aspek klinis : perawatan yang sesuai Semua perawatan paliatif harus
sesuai dengan stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita
pasien .hal ini penting karena karena pemberian parawatan yang tidak
sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah penderitaan
pasien. Pemberian perawatan yang berlebihan beresiko untuk memberikan
harapan palsu kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan masalah etika
yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya karena
dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak
etis.
h) Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi
perawtan palitif memberikan perawtan yang bersifat holistik dan intergratif
sehingga dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup
pasien serta koordinasi yang baik dari masing masing anggota tim tersebut
untuk memberikan hasil yang maksimal kepada pasien dan keluarga.
i) Kualitas perawatan yang ebaik mungkin Perawatan medis secara
konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan. Perawatan medis yang
konsisten akan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi
yang tidak terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien
maupun keluarga.
j) Perawatan yang berkelanjutan. Pemberian perawatan simtomatis dan
suportif dari awal hingga akhir merupakan dasar tujuan dari parawatan
paliatif. Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu
tempat ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas
perawatan .
k) Mencegah terjadinya kegawatan Perawatan paliatif yang baik mencakup
perencanaan teliti untuk mencegah terjadinya kegawatan fisik dan

10
emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien dan
keluarga harus diberitahukan sebelumnya mengenai masalah yang sering
terjadi dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan
emosional.
l) Bantuan kepada sang perawat Keluarga pasien dengan penyakit lanjut
sering kali rentan terhadap stress fisik dan emosianal terutama apabila
pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan perhatian khusus kepada
mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif tergantung dari
pemberi perawatan.
m) Pemeriksaan ulang Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien
secara terus menerus mengingat pasien dengan penyakit lanjut karena
kondisinya akan cenderung dari waktu ke waktu
2) Prinsip –prisip Etik
a) Autonomy (otonomi) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri.prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional.
Contohnya:
1. Partisipasi Pasien dalam Perencanaan Perawatan: Pasien paliatif secara
aktif dilibatkan dalam perencanaan perawatan mereka, memberikan
kesempatan untuk menyampaikan preferensi, nilai-nilai, dan keinginan
mereka terkait perawatan akhir hidup.
2. Pemberian Informasi yang Komprehensif: Tim perawatan paliatif
memberikan informasi yang komprehensif kepada pasien mengenai
kondisi mereka, opsi perawatan yang tersedia, serta risiko dan
manfaatnya, memberikan dasar yang kuat bagi pengambilan keputusan
bersama.
3. Respek terhadap Keputusan Pasien: Keputusan yang diambil oleh
pasien paliatif, terutama terkait perawatan akhir hidup, dihormati dan
diterapkan oleh tim perawatan sesuai dengan keinginan pasien.

11
4. Dukungan untuk Advance Care Planning: Pasien paliatif diberikan
dukungan untuk membuat rencana perawatan maju (advance care
planning) yang mencerminkan keputusan medis dan perawatan sesuai
dengan nilai-nilai dan keinginan mereka.
b) Non maleficienci (tidak merugikan ) Prinsip ini berati tidak menimbulkan
bahaya/ cedera fisik dan psikologis pada klien. Prinsip tidak merugikan,
bahwa kita berkewajiban jika melakukan suatu tindakan agar jangan
sampai merugikan orang lain.
Contohnya:
1. Identifikasi Risiko dan Pencegahan Kejadian
Tidak Diinginkan:Perawat memasang Side Rails pada bad pasien
lansia dan memiliki resiko jatuh.
2. Manajemen Nyeri yang Hati-hati: Dalam perawatan pasien paliatif, tim
kesehatan berupaya untuk mengelola nyeri dengan hati-hati,
meminimalkan risiko efek samping dan ketidaknyamanan
yang berlebihan.
3. Pengelolaan Gejala yang Efektif: Staf perawatan paliatif berkomitmen
untuk mengelola gejala lainnya, seperti mual, muntah, atau kelelahan,
dengan pendekatan yang tidak merugikan dan mempertimbangkan
kesejahteraan pasien.
4. Pendekatan Terapi yang Sesuai: Terapi yang dipilih untuk pasien
paliatif disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan preferensi pasien,
menghindari pilihan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau
penderitaan yang tidak perlu.
5. Keterlibatan Keluarga dalam Keputusan: Dalam membuat keputusan
perawatan, tim kesehatan berupaya melibatkan keluarga pasien paliatif
secara etis dan meminimalkan dampak negatif dari
keputusan yang diambil.
c) Veracity ( kejujuran ) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.
Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan

12
kebenaran pada setiap pasien dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti.
Contohnya :
1. Pemberian Informasi yang Jujur: Tim perawatan paliatif memberikan
informasi yang jujur dan transparan kepada pasien mengenai perkiraan
prognosis, opsi perawatan, serta manfaat dan risiko dari
keputusan yang diambil.
2. Komunikasi Terbuka dengan Keluarga: Keluarga pasien paliatif
diberikan informasi yang jelas dan terbuka mengenai kondisi pasien,
memastikan bahwa mereka memahami situasi secara menyeluruh.
3. Keterlibatan Pasien dalam Perencanaan Perawatan Akhir Hidup:
Pasien paliatif diajak untuk berpartisipasi dalam perencanaan
perawatan akhir hidup dan keputusan sulit, memastikan kejujuran
dalam menjelaskan opsi perawatan yang tersedia.
4. Pemberitahuan tentang Perubahan Kondisi: Pasien dan keluarganya
secara jujur diberitahu mengenai perubahan signifikan dalam kondisi
kesehatan pasien, memungkinkan mereka untuk memahami dan
mempersiapkan diri secara emosional.
5. Konseling Spiritual yang Jujur: Jika diperlukan, pasien paliatif dan
keluarganya mendapatkan konseling spiritual yang jujur,
mengakomodasi nilai-nilai dan kepercayaan mereka dalam
menghadapi akhir hidup.
d) Beneficienec ( berbuat baik ) Beneficience berarti, hanya melakukan
sesuatu yang yang baik. Kebaikan memerlukan pencegahan dari kesalahan
atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan
kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situsi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
Contohnya:
1. Pengelolaan Nyeri yang Optimal: Tim perawatan paliatif berfokus
pada pengelolaan nyeri pasien secara optimal, menggunakan

13
pendekatan yang meminimalkan rasa sakit dan
meningkatkan kenyamanan.
2. Dukungan Psikososial: Pasien paliatif dan keluarganya mendapatkan
dukungan psikososial yang intensif, melibatkan bantuan dari konselor
atau dukungan mental yang dapat membantu mereka menghadapi
tantangan emosional.
3. Perencanaan Perawatan yang Sesuai: Tim perawatan paliatif bekerja
sama dengan pasien dan keluarganya untuk merencanakan perawatan
yang sesuai dengan nilai-nilai dan preferensi pasien, mengoptimalkan
kesejahteraan pasien.
4. Keterlibatan Pasien dalam Keputusan Perawatan: Pasien paliatif
didorong untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan
terkait perawatan mereka, memastikan bahwa preferensi dan nilai
mereka dihormati.
5. Kualitas Hidup yang Ditingkatkan: Tim perawatan paliatif berusaha
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memperhatikan
aspek fisik, psikologis, dan sosial, sehingga memberikan manfaat
maksimal bagi pasien.
e) Justice ( keadilan ) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama
dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip–prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum,standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
Contohnya:
1. Pelayanan yang Merata: Rumah sakit memastikan bahwa pelayanan
paliatif tersedia dan merata untuk semua pasien yang memenuhi
kriteria, tanpa diskriminasi berdasarkan faktor-faktor seperti usia, jenis
kelamin, atau latar belakang sosial-ekonomi.
2. Akses yang Adil terhadap Sumber Daya: Pasien paliatif memiliki
akses yang adil dan setara terhadap sumber daya seperti peralatan

14
medis, obat-obatan, dan tenaga medis yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka.
3. Dukungan Kesejahteraan Sosial: Rumah sakit menyediakan dukungan
sosial yang setara bagi pasien paliatif, termasuk dukungan keagamaan
atau spiritual, tanpa memandang latar belakang atau
kepercayaan tertentu.
4. Keadilan dalam Perencanaan Perawatan Akhir Hidup: Pasien paliatif
memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam perencanaan
perawatan akhir hidup, memastikan bahwa keputusan tersebut
mencerminkan nilai-nilai dan preferensi pasien tanpa adanya
ketidaksetaraan.
f) Kerahasiaaan ( Confidentiality ) Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini
adalah bahwa informasi tentang pasien harus dijaga privasinya. Apa yang
terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh pasien dengan bukti
pesetujuannya.
Contohnya:
1. Privasi Ruang Perawatan: Pasien paliatif ditempatkan di ruang
perawatan yang memberikan privasi maksimal, memastikan bahwa
diskusi dan perawatan dilakukan dengan keamanan dan kepercayaan.
2. Kerahasiaan Informasi Medis: Informasi medis pasien paliatif dijaga
kerahasiaannya dengan ketat, hanya diakses oleh staf yang berwenang
dan terlibat langsung dalam perawatan pasien.
3. Konseling Pribadi: Konseling dan diskusi mengenai perencanaan
perawatan akhir hidup atau keputusan sulit dilakukan dengan pasien
paliatif dan keluarganya secara pribadi, menjaga kerahasiaan serta
memberikan ruang untuk pembicaraan yang intim.
4. Ruang Konsultasi yang Tertutup: Diskusi antara tim perawatan paliatif
dan pasien dapat dilakukan di ruang konsultasi yang tertutup untuk
memastikan privasi dan keamanan informasi yang dibagikan.

15
5. Penggunaan Sistem Informasi yang Aman: Rumah sakit menggunakan
sistem informasi yang aman dan terenkripsi untuk menyimpan dan
mentransfer data pasien paliatif, mencegah risiko pelanggaran privasi.
g) Akuntabilitas (accountability). Prinsip ini berhubungan erat dengan
fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan
dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan
standar yang pasti yang man tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Contohnya:
1. Catatan Medis yang Akurat dan Lengkap: Staf perawatan paliatif
bertanggung jawab untuk menyusun catatan medis yang akurat dan
lengkap, mencerminkan perawatan yang diberikan kepada
pasien paliatif.
2. Pemantauan Efektivitas Perawatan: Tim perawatan secara rutin
mengevaluasi efektivitas perawatan paliatif dan mengambil tindakan
korektif jika diperlukan, menunjukkan akuntabilitas dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas perawatan.
3. Pelaporan Kecelakaan atau Kejadian Tidak Diinginkan: Staf kesehatan
di rumah sakit secara akuntabel melaporkan setiap kecelakaan atau
kejadian tidak diinginkan yang terkait dengan perawatan pasien
paliatif, dan mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mencegah
terulangnya kejadian tersebut.
4. Edukasi dan Pelatihan Terus-menerus: Perawat dan staf perawatan
paliatif berpartisipasi dalam program edukasi dan pelatihan terus-
menerus untuk memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka,
menciptakan akuntabilitas dalam pembaruan profesi.
5. Evaluasi Kualitas Hidup Pasien: Tim perawatan paliatif bertanggung
jawab untuk secara teratur mengevaluasi kualitas hidup pasien dan
memastikan bahwa upaya perawatan sesuai dengan preferensi dan
nilai-nilai pasien.

16
E. Penerapan Etik Pada Perawatan PaliatiF
Menurut Chely Veronica Maurubh, S.Kep., Ns., (2022) pemberian keperawatan
paliatif menghadapkan perawat pada berbagai kondisi dilema etik, perawat
mengalami situasi yang serba salah dan dilematis. Di bawah ini adalah contoh
situasi klinis di mana perawat menghadapi aspek dilema etika.
(1) Euthanasia
Tindakan euthanasia merupakan tindakan untuk mengakhiri kehidupan
manusia dengan tujuan meringankan penderitaan yang dialaminya. Pasien
palitif identik dengan kondisi penderitaan yang berkepanjangan, euthanasia
dapat menjadi salah satu tindakan untuk menghilangkan penderitaaan yang
dialami bagi pasien. Namun tindakan ini tidak sesuai dengan prinsip
perawatan paliatif yaitu menghargai setiap nyawa pasien. Tindakan
euthanasia perlu mendapatkan pertimbangan dari keluarga dan paling penting
melihat kondisi pasien, prinsip mendasar dari tindakan ini adalah mengurangi
penderitaan pasien dan beban keluarga. Prinsip etik yang terkait dengan
tindakan ini yaitu: beneficience, non- maleficience. veracity, confidentiality,
accountability (Chely Veronica Maurubh, S.Kep., Ns., 2022).
(2) Manajamen Nyeri
Setting perawatan paliatif sering dikaitkan dengan rasa penderitaan dan
kesakitan yang dialami oleh pasien, sehingga sangat penting memperhatikan
permasalahan nyeri yang dialami oleh pasien, manajemen nyeri yang populer
pada pasien paliatif adalah penggunaan obat-obatan golongan opioid, namun
di sisi lain obat ini dapat memberikan efek samping lain yang juga berbahaya,
kondisi seperti ini dibutuhkan prinsip etik sebagai landasan dalam mengambil
keputusan, apakah tindakan yang diberikan memberikan manfaat atau justru
sebaliknya membahayakan nyawa pasien. Prinsip etik yang terkait dengan
tindakan ini yaitu: beneficience, non-maleficience. Accountability (Chely
Veronica Maurubh, S.Kep., Ns., 2022).
(3) Penggunaan Obat-Obatan Sedative
Pasien paliatif sering mengalami keluhan secara fisik dan psikologis, untuk
mengatasi keluhan tersebut pasien biasanya diberikan obat- obatan sedative

17
namun sebisa mungkin tetap diberikan tindakan non farmakolis terlebih
dahulu. secara prinsip pemberian obat-obatan sedative dilakukan ketika
intervensi lainnya tidak dapat mengontrol keluhan yang dialami oleh pasien
dan kondisinya betul-betul membutuhkan obat-obat tersebut, mengingat
penggunaan obat- obatan sedative juga dapat memberikan efek negative pada
kondisi kesehatan pasien. Prinsip etik yang terkait dengan tindakan ini yaitu:
beneficience, nonmaleficience. veracity, accountability (Chely Veronica
Maurubh, S.Kep., Ns., 2022).
(4) Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi menjadi hal mendasar dalam menunjang
perbaikan kondisi kesehatan pasien, namun kondisinya berbeda saat intake
cairan dan nutrisi justru dibatasi bahkan dapat dihentikan. Pada setting
perawatan paliatif khususnya pada situasi menjelang ajal beberapa alat bantu
cairan dan nutrisi dilepaskan atau tidak dibutuhkan lagi, namun perlu
diketahui bagi perawat bahwa situasi ini dapat dilakukan jika memang
kondisi pasien dalam keadaan sekarat atau menjelang ajal dimana tidak lagi
membutuhkan terapi cairan dan nutrisi atau saat diberikanpun tidak
memberikan lagi manfaat kepada pasien. Tindakan ini tentunya harus
mendapatkan persetujaun dari pasien atau keluarga pasien. Prinsip etik yang
terkait dengan tindakan ini yaitu: beneficience, non- maleficience. veracity,
accountability (Chely Veronica Maurubh, S.Kep., Ns., 2022).
(5) Resusitasi Jantung Paru
Tindakan resuisitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan life saving yang
diberikan pada pasien dengan kondisi nyawa terancam, namun pemberian
tindakan RJP pada setting perawatan paliatif perlu mendapatkan
pertimbangan dengan baik dan mendapatkan persetujuan dari keluarga,
bahkan beberapa kondisi pasien sudah menyampaikan untuk tidak diberikan
tindakan RJP pada saat kondisi menjelang kematian. Hal ini karena tindakan
RJP pada pasien perawatan paliatif kecil kemungkinannya untuk
penyelamatan jiwa. Prinsip etik yang terkait dengan tindakan ini yaitu:

18
beneficience, non-maleficience, veracity, accountability (Chely Veronica
Maurubh, S.Kep., Ns., 2022).

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan pasien dan keuarganya dalam menghadapi masalah masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan
meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain,
fisik, psikososial dan spirittual. Etik merupakan kesadaran yang sistematis
terhadap prilaku yang dapat dipertanggungjawabkan di dalam etik terdapat nilai
nilai moral yang merupakan dasar dari perilaku manusia (niat). Yang terpenting
adalah rambu-rambu etika, moral maupun hukum yang tegas tentang euthanasia,
agar terdapat kejelasa

B. Saran-Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan
pasien paliatif baik di instansi rumah sakit maupun di pelayanan lanjutan atau

19
home care,serta menerapkan prinsip etik perawatan paliatif berdasarkan hukum
perawatan paliatif.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat. Chritiono M, 2007, Dinamika Etika & Hukum Kedokteran dalam


Tantangan Zaman, ECG, Jakarta
Asshiddiqie. Jimly, 2005, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia, Ketua Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia dan Guru Besar Hukum Tata Negara
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Guwandi, 2000, Bioethics & Biolaw, Faultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta. Komalawati. D. Veronica, 1989, Hukum dan Etika dalam
Praktek Dokter, Pustaka Harapan, Jakarta
Kozier, 2000, Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.
Philadelphia. Addison Wesley.
Mendri. Ni Ketut, 2009, Hubungan Pemberian Informasi Tindakan Invasif Oleh
Perawat Dengan Pemahaman Hak Pasien Rawat Inap Di IRNA I RSUP
Dr. Sardjito, Tesis Tidak Dipublikasikan. Pasca Sarjana UGM
Yogyakarta

20
Perry & Potter, 1997, Fundamental Keperawaran, Buku Ajar Konsep, Proses dan
Praktik, ( Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk) Ed. 4, EGC, Jakarta.
Rasjidi. Imam, 2010, Perawatan Paliatif Suportif & Bebas Nyeri Pada Kanker, CV
Sagung Seto, Jakarta Sutarno, Eutanasia Yang Tidak Disadari Di Rumah
Sakit, disampaikan dalamKongres Masyarakat Hukum Kesehatan
Indonesia di Yogyakarta 10 Juni 2012 Tejawinata.
Sunaryadi, 2008, Perawatan Paliatif adalah Hak Asasi Setiap Manusia,
disampiakan pada seminar peringatan hari paliatif sedunia 26 Oktober
2008, Surabaya. (Kepala Pusat Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri
RSU Dr. Soetomo periode 1992-2006)
WHO. 2009. WHO Definition of Palliative Care. http://www.WHO.Int/ can
cerlpallia tiveldefinitionlenl. Diakses tanggal 4 Mei 2011.

21

Anda mungkin juga menyukai