Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF


PRINSIP MORAL DAN LEGAL DALAM PALIATIF CARE

Dosen Pembimbing : Misparsih S.Kp,M.Kes


Disusun Oleh : Kelompok 3

 Arya Nugraha (2018720108)  Fathia Yasmin (2018720123)


 Aldhy Rifany N R (2018720107)  Sevina Putri Anggraeni (2018720096)
 Dihana Pamela (2018720114)  Sri Ayu Wulandari (2018720098)
 Dimas Bimantoro H P (2018720115)  Widya Tirta Dewi (2018720101)
 Dina Pratiwi (2018720116)  Zahrina Fakhriah Izazi (2018720104)
 Fajar Putri Az Zahra (2018720121)  Salsya Dhita W (2018720095)
 Salsya Dhita W (2018720095)  Yayu Supriyanti Azizah (2018720103)

Kelas : 5B

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Moral
dan Legal dalam Keperwatan”. Makalah ini kami buat bertujuan untuk menyelesaikan tugas
keperawatan menjelang ajal dan paliatif. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan untuk kepentingan proses belajar. Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna,
oleh karena itu segala kritik dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan di masa mendatang.

Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan
kemajuan ilmu pengetahuan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1

B. Tujuan .................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................4

A. Definisi................................................................................................................................4

B. Tujuan Keperawatan Paliatif .............................................................................................6

C. Prinsip Perawatan................................................................................................................6

D. Tujuan dan Fungsi Kode etik..............................................................................................7

E. Konsep moral dalam keperawatan ......................................................................................8

F. Prinsip – Prinsip Etik ..........................................................................................................9

G. Konsep Moral Right dalam Keperawatan...........................................................................13

H. Nilai-nilai Profesional ........................................................................................................13

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN KASUS .............................................................16

BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………………. 19


A. Kesimpulan......................................................................................................................19

B. Saran..................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. ( World Health Organization 2016 )

Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan  penyakit yang
dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi
merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup (Robert, 2003). Perawatan
paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada  pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan
kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan. Perawatan
paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan
pilihan ( National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013). Pada perawatan  paliatif
ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan
suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu agar mahasiswa mampu memahami Moral dan
Legal dalam Keperawatan Paliatif.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan
cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual.
(World Health Organization, 2016) Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada
pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah,
dan menghilangkan penderitaan. Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi
otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality
Palliative, 2013). Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang
harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari
siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).

Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
(1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan criteria tertentu
untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan
pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip
moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN (1996), etika berfokus pada yang
seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau buruk.Sedangkan menurut Rowson,
(1992).etik adalah segala sesuatu yang berhubungan/alasan tentang isu moral.

Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih tindakan
baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang
dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988).Etika merupakan bagian dari filosofi yang
berhubungan dengan keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee, 1994).Menurut
Webster’s “The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty and obligation,

4
ethics offers conceptual tools to evaluate and guide moral decision making” Beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral dan susila, falsafah hidup,
kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang diwajibkan, larangan
untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau undang-undang. Dan hal
ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu tentang
moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia sebagai dasar
prilakunnya.Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan.

Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan
pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan praktek
dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman
sejawat, profesi dan diri sendiri.Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan daftar prilaku atau
bentuk pedoman/panduan etik prilaku profesi keperawatan secara professional (Aiken,
2003).dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah memberikan perlindungan bagi
pelaku dan penerima praktek keperawatan. Kode etik profesi disusun dan disahkan oleh
organisasi profesinya sendiri yang akan membina anggota profesinya baik secara nasional
maupun internasional. (Rejeki, 2005).

Konsep etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari anggota
untuk melaksanakannya.Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang professional dan
mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik sangatlah
diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya dapat menjalankan kode
etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang teguh dan
selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya.(Misparsih, 2005). Etika keperawatan
memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar-benar tepat atau bermoral. Etika
keperawatan sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi anggotanya
tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi mempunyai pengetahuan atau
ketrampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi orang
lain.(Samporno, 2005).

5
Etika profesi keperawatan merupakan practice discipline dan sebagai implimentasinya
diwujudkan dalam asuhan praktek keperawatan. Perawat harus membiasakan diri untuk
sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai gambaran tanggung jawabnya dalam praktik
keperawatan.(Priharjo, 1995).

B. Tujuan Perawatan paliatif

Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,


memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit
yang dideritanya.

Perawatan paliatif meliputi :

1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya


2. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
3. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit pasien
dan kehilangan mereka.

C. Prinsip Perawatan Paliatif Care

Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga pasien,
Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang competent dan
compassionet, Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative
care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan
pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)

6
Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal


2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.

4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.

5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya

6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.

7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya


8. Menghindari tindakan yang sia-sia

D. Tujuan dan Fungsi Kode etik keperawatan


Secara umum menurut Kozier (1992) dikatakan bahwa tujuan kode etik profesi keperawatan
adalah meningkatkan praktek keperawatan dengan moral dan kualitas dan menggambarkan
tanggung jawab, akontabilitas serta mempersiapkan petunjuk bagi anggotannya. Etika profesi
keperawatan merupakan alat untuk mengukur prilaku moral dalam keperawatan.Dalam
menyusun alat pengukur ini keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang
mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat (Suhaemi, 2002). Adanya penggunaan kode
etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat meletakkan kerangka berfikir perawat
untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat anggota tim kesehatan
lain dan kepada profesi.

Tujuan pokok rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik keperawatan, merupakan
standar etika perawat, yaitu:
1. Menjelaskan dan menerapkan tanggung jawab kepada pasien, lembaga dan masyarakat
2. Membantu tenaga/perawat dalam menentukan apa yang harus diperbuat dalam
menghadapi dilema etik dalam praktek keperawatan.
3. Memberikan kesempatan profesi keperawatan menjaga reputasi atau nama dan fungsi
profesi keperawatan.

7
4. Mencerminkan/membayangkan pengharapan moral dari komunitas.
5. Merupakan dasar untuk menjaga prilaku dan integrasi.

Sesuai tujuan tersebut diatas, perawat diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan
etika profesi secara terus menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru dan
mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat-perawat muda. Disamping
maksud tersebut, penting dalam meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat
dapat memahami dan menyenangi profesinya. Menurut American Ethics Commission Bureau on
Teaching, tujuan etika profesi keperawatan adalah, mampu:
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsure moral dalam praktik keperawatan
2. Membentuk strategi/cara dan menganalisa masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Beberapa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
fungsi kode etik keperawatan, adalah:
1. Memberikan panduan pembuatan keputusan tentang masalah etik keperawatan.
2. Dapat menghubungkan dengan nilai yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan
3. Merupakan cara mengevaluasi diri profesi perawat
4. Menjadi landasan untuk menginisiasi umpan balik sejawat
5. Menginformasikan kepada calon perawat tentang nilai dan standar profesi keperawatan
6. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral

Sedangkan kode etik keperawatan di Indonesia yng dikeluarkan oleh organisasi profesi (PPNI)
telah diatur lima pokok etik, yaitu : hubungan perawat dan pasien, perawat dan praktek, perawat
dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat dan profesi. Kelima pokok etik
keperawatan yang ada merupakan bentuk kode etik yang telah mejadi panduan dari semua
perawat Indonesia untuk menjalankan profesinya.

E. Konsep Moral dalam praktek keperawatan


Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori keperawatan, yaitu

8
segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi masalah keperawatan dengan
menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan praktek keperawatan tidak lepas dari fenomena
keperawatan dan hubungan pasien dan perawat. Fenomena keperawatan merupakan
penyimpangan/tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio, psiko, social dan spiritual),
mulai dari tingkat individu untuk sampai pada tingkat masyarakat yang juga tercermin pada
tingkat system organ fungsional sampai subseluler (Henderson, 1978, lih, Ann Mariner, 2003).
Asuhan keperawatan merupakan bentuk dari praktek keperawatan, dimana asuhan keperawatan
merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktek keperawatan yang diberikan pada pasein
dengan menggunakan proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika
dan etiket keperawatan (Kozier, 1991). Asuhan keperawatan ditujukan untuk memandirikan
pasien, (Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003).

Keperawatan merupakan Bentuk asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan


masyarakat berdasarkan ilmu dan seni dan menpunyai hubungan perawat dan pasien sebagai
hubungan professional (Kozier, 1991). Hubungan professional yang dimaksud adalah hubungan
terapeutik antara perawat pasien yang dilandasi oleh rasa percaya, empati, cinta, otonomi, dan
didahulu adanya kontrak yang jelas dengan tujuan membantu pasien dalam proses penyembuhan
dari sakit (Kozier,1991).

F. Prinsip-prinsip etik

1. Otonomi (Autonomy)

Otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos, yang berarti sendiri, dan nomos yang
berarti aturan. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berfikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
professional merefleksikan anatomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.

9
Contoh tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :

1. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberi tahu sebelumnya.


2. Melakukan sesuatu tanpa member informasi relevan yang penting diketahui klien dalam
membuat suatu pilihan.
3. Memberitahukan klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan.
4. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghentikan informasi
tersebut.
5. Memaksa klien member informasi tentang hal-hal yang mereka susah tidak bersedia
menjelaskannya.

2. Berbuat baik ( Beneficience )

Berarti hanya melalukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan  dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dan otonomi.

Contoh perawatan yang menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya apabila klien dalam keadaan resiko
serangan jantung.

3. Keadilan ( justice )

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang  sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

10
Contoh  : seorang perawat sedang bertugas sendirian disuatu unit RS kemudian ada seorang klien
yang baru masuk bersaman dengan klien yang memerlukan bantuan perawat tersebut.

Agar perawat tidak menghindar dari satu klien, klien yang lainnya maka perawat seharusnya
dapat mempertimbangkan faktor-faktor dalam situasi tersebut, kemudian bertindak berdasarkan
pada prinsip keadilan.

4. Tidak  merugikan ( Nonmaleficience )

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya / cedera fisik dan psikologis pada klien.
Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih
keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.

Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfuse darah
bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
kepada dokter bahwa ia tak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien
bertambah buruk dan terjadilah pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan untuk
memberikan transfuse darah. Dalam hal ini, akhirnya transfuse darah tidak diberikan karena
prinsip Beneficience walaupun sebenarnya pada saat bersamaan terjadi penyalahgunaan prinsip
maleficience.

5. Kejujuran ( veracity )

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaian kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, kompresensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan proknosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan parternalistik bahwa “ doctors knows best” sebab individu

11
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

Contoh : Ny. M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawat dir s dengan berbagai
macam fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam kecelakaan tersebut
masuk kerumah sakit yang sama dan meninggal. Ny. M bertanya berkali-kali kepada perawat
tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawatnya untuk tidak
mengatakan kematian suami Ny. M kepada Ny. M perawat tidak diberi alas an apapun untuk
petunjuk tersebut dan mengatakan keprihatinannyan kepada perawat kepala ruangan, yang
mengatakan bahwa intruksi harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik
kejujuran.

6. Menepati janji ( fidelity )

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalaha kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehattan dan meminimalkan penderitaan.

7. Kerahasiaan ( confidentiality )

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga prifasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan klien
harus dihindari.

8. Akuntabilitas ( accountability )

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

12
Contoh perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, klien, sesame karyawan dan
masyarakat. Jika salah member dosis obat pada klien perawat tersebut dapat digugat oleh klien
yang menerima obat, oleh dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional.( Potter & perry ,2005

G. Konsep Moral Right dalam Keperawatan :


1. Advokasi
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak
pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam
mempraktekkan keperawatan professional,
2. Responsibilitas (tanggung jawab)
Eksekusi terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat.
Misal pada saat memberikan obat, perawat bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan
klien dengan memberikannya dengan aman dan benar, dan mengevaluasi respons klien
terhadap obat tersebut.
3. Akuntabilitas (tanggung gugat)
Dapat menjawab segala hal yang berhubungan dengan tindakan seseorang atau dapat
mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan, dan dapat menerima
konsekuensi dari tindakan tersebut.

4. Loyalitas
Suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal balik terhadap pihak
yang secara profesional berhubungan dengan perawat.Loyalitas harus dipertahankan oleh
setiap perawat baik loyalitas kepada klien, teman sejawat, rumah sakit maupun profesi.

H. Nilai-nilai professional yang harus diterapkan oleh perawat


1. JUSTICE (Keadilan)
Menjaga prinsip-prinsip etik dan legal, sikap yang dapat dilihat dari Justice,
adalah: Courage (keberanian/Semangat, Integrity, Morality, Objectivity), dan
beberapa kegiatan yang berhubungan dengan justice perawat: Bertindak sebagai
pembela klien, Mengalokasikan sumber-sumber secara adil, Melaporkan tindakan
yang tidak kompeten, tidak etis, dan tidak legal secara obyektif dan berdasarkan fakta.

13
2. TRUTH (kebenaran)
Kesesuaian dengan fakta dan realitas, sikap yang berhubungan denganperawt
yang dapat dilihat, yaitu: Akontabilitas, Honesty, Rationality, Inquisitiveness (ingin
tahu), kegiatan yang beruhubungan dengan sikap ini adalah: Mendokumentasikan
asuhan keperawatan secara akurat dan jujur, Mendapatkan data secara lengkap
sebelum membuat suatu keputusan, Berpartisipasi dalam upaya-upaya profesi untuk
melindungi masyarakat dari informasi yang salah tentang asuhan keperawatan.
3. AESTHETICS
Kualitas obyek, kejadian, manusia yang mengarah pada pemberian kepuasan dengan
prilaku/sikap yang tunjukan dengan Appreciation, Creativity, Imagination,
Sensitivity, kegiatan perawat yang berhubungan dengan aesthetics: Berikan
lingkungan yang menyenangkan bagi klien, Ciptakan lingkungan kerja yang
menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain, Penampilan diri yang dapat
meningkatkan “image” perawat yang positif.
4. ALTRUISM
Peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan sikap yang ditunjukan
yaitu: Caring, Commitment, Compassion (kasih), Generosity (murah hati),
Perseverance (tekun, tabah (sabar), kegiatan perawat yang berhubungan dengan
Altruism:Memberikan perhatian penuh saat merawat klien, Membantu orang
lain/perawat lain dalam memberikan asuhan keperawatan bila mereka tidak dapat
melakukannya, Tunjukan kepedulian terhadap isu dan kecenderungan social yang
berdampak terhadap asuhan kesehatan.
5. EQUALITY (Persamaan)
Mempunyai hak, dan status yang sama, sikap yang dapt ditunjukan oleh perawat
yaitu: Acceptance (menerima), Fairness (adil/tidak diskriminatif), Tolerance,
Assertiveness, kegiatan perawat yang berhubungan dengan equality: Memberikan
nursing care berdasarkan kebutuhan klien, tanpa membeda-bedakan klien,
Berinteraksi dengan tenaga kesehatan/teman sejawat dengan cara yang tidak
diskriminatif
6. FREEDOM (Kebebasan)

14
Kapasitas untuk menentukan pilihan, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat
yaitu: Confidence, Hope, Independence, Openness, Self direction, Self Disciplin,
kegiatan yang berhubungan dengan Freedom: Hargai hak klien untuk menolak terapi,
Mendukung hak teman sejawat untuk memberikan saran perbaikan rencana asuhan
keperawatan, Mendukung diskusi terbuka bila terdapat isu controversial terkait
profesi keperawatan
7. HUMAN DIGNITY (Menghargai martabat manusia)
Menghargai martabat manusia dan keunikan martabat manusia dan keunikan
individu, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat, yaitu: Empathy, Kindness,
Respect full, Trust, Consideration, kegiatan yang berhubungan dengan sikap Human
dignity: Melindungi hak individu untuk privacy, Menyapa/memperlakukan orang lain
sesuai dengan keinginan mereka untuk diperlakukan, Menjaga kerahasiaan klien dan
teman sejawat.

15
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

KASUS

Tn.M H. (56 thn) masuk ICU setelah di lakukan RJP di IGD. Menurut Keluarganya ,
klien pingsan 2 jam SMRS, dan mengalami Arithmia hebat di UGD. Informasi yang didapat dari
anaknya, Tn.MH perokok berat sejak muda dan memiliki riwayat hipertensi, kontrol tidak
teratur. Hari kedua di ICU , klien dipasang Ventilator karena mengalami penurunan kesadaran
dan vital sign tidak stabil cenderung kearah penurunan, dan tidak berespon terhadap semua terapi
yang diberikan. TD : 70/50 mmHg, tidak pernah naik, bahkan cendrung menurun. Urine out put
hanya 100 c/ 24 jam. Reffleks pupil terhadap cahaya (-), midriasis. DPJP di ICU juga
mengkonsulkan klien ke dokter jantung, dokter karena respon klienyang tidk baik terhadap
terapi yang diberikan. Hari ke 5 di ICU tim dokter memanggil keluarganya , dan menyampaikan
bahwa saat ini secara medis klien dinyatakan mengalami mati batang otak, meskipun saat ini
denyut jantung relatif stabil dan ventilator terpasang dengan “setting”minimal therapi.

Anak tetua Tn.MH meminta tim dokter mempertahan kan Ventilator dan therapi medik
secara maksimal, karena masih berharap kesembuhan bagi ayahnya, meskipun tim medik
memberitahu kemungkinan harapan hidup sedikit sekali. Istri klien mengatakan sudah parah dan
siap menerima segala kemungkinan yang akan terjadi, dan meminta anaknya untuk tidak
memperpanjang sakit ayahnya dengan meminta tim dokter dan perawat untuk memberikan
terapi maksimal kepada klien. Menurut istri klien, yang dilakukan saat ini adalah mempersiapkan
kemungkinan terburuk yang akan diterima keluarga. Istri klien juga mengatakan, bahwa
suaminya akan mendonorkan kornea matanya untuk dapat dimanfaatkan, tetapi semua anak nya
menolak, karena mereka tidak ingin ayah nya kembali dengan organ yang tidak utuh. Tetapi
istrinya tetap mengingatkan wasiat ayahnya.

Sore harinya , klien meninggal dunia, Kemudian dokter mempersiapkan untuk melakukan
pengambilan kornea mata klien, dengan informed consent yang ditanda tangani istri klien.
Selesai proses pengambilan kornea, jenazah klien dirapihkan dan dilakukan pemulasaraan oleh
tim binroh rumah sakit, untuk selanjutnya dibawa ke rumah duka

Pertanyaannya :

1. Ada berapa prinsip moral yang terdapat pada kasus tersebut ?


2. Mana yang menjadi prioritas dari prinsip moral untuk diselesaikan kelompok, sebutkan
alasannya pemilihan prinsip moral prioritas dan rasionalisasinya
3. Bagaimana penyelesaian dari prinsip moral tersebut.

16
4. Apa kesimpulan dari penyelesaian prinsip moral rioritas yang kelompok tentukan.

PEMBAHASAN

1. Prinsip moral yang terdapat pada kasus


a. Otonomi
b. Beneficience
c. Non-Malaficienci
d. Veracity

2. Prioritas dari prinsip Moral dan Rasionalnya


Prioritas dari prinsip moral tersebut kelompok memilih prinsip moral otonomi
karena dikasus alenia kedua, yaitu mempertahankan pelayanan terhadap pasien yang
terdapat dalam kalimat “ ketika anak tertua dari Tn. MH meminta tim dokter
mempertahankan ventilitator dan terapi edik secaramaksimal” itu termasuk kedalam
prinsip moral otonomi karna perawat harus meminta persetujuan dari keluarga untuk
melakukan tindakan tersebut, perawat tidak boleh melakukan tindakan tanpa adanya
persetujuan dari pihak keluarga pasien. Selanjutnya, menjalankan wasiat sesuai dengan
keinginan pasien yang terdapat pada kalimat “suaminya berkata ingin mendonorkan
kornea matanya untuk dapat dimanfaatkan”, ini juga termasuk dalam prinsip otonomi
dimana pasien meminta untuk didonorkan kornea matanya, sehingga kita memerlukan
persetujuan tindakan dari pihak keluarga berupa informed consent untuk melakukan
tindakan medis yang akan diberikan kepada pasien.

3. Penyelesaian dari prinsip moral


Penyelesaian dari prinsip moral otonomi yaitu tetep memperhatikan hak pasien
maupun keluarga pasien, sesuai dengan etik legal dalam keperawatan. Karena sesuai
dengan etik otonomi yaitu didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Seperti konflik pada kasus dan
penyelesaian prinsip moral yang sudah kami diskusikan, tenaga medis harus selalu

17
menginformasikan kepada keluarga pasien tindakan medis yang akan diberikan kepada
pasien untuk meminta persetujuanya.

4. Kesimpulan dari penyelesaian prinsip moral


Tenaga medis terus berupaya dalam memberikan terapi yang baik untuk pasien,
walaupun harapan hidup pasien sudah tidak lama lagi. Tenaga medis harus mengatakan
dengan sebenarnya tentang kondisi pasien saat ini bagaimana kepada pihak keluarga,
walaupun memang nantinya pihak keluarga belum bisa menerimanya. Tetapi dengan kita
memberitahu kondisi yang sebenarnya keluarga akan lebih siap dalam mempersiapkan
proses kehilangan salah satu kelurgannya. Kemudian wasiat pasien ingin mendonorkan
kornea matanya telah disetujui oleh pihak keluarga pasien, perawat memberikan
informed consent untuk melakukan persetujuan tindakan tersebut.

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan.Oleh sebab itu pemberian pelayanan/asuhan
keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika keperawatan. Standar asuhan
perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan, sedangkan
etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat masih
sulit dilaksanakan dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum dijabarkan secara
terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tehnisnya.

Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik terdapat nilai-
nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia (niat).Prinsip-prinsip moral telah banyak
diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam profesi
keperawatan.Penerapan nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh
ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan. Setiap manusia mempunyai hak
dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga bagi pasien sebagai penerima asuhan
keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai hak dan kewajiban masing-
masing.Kedua-duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai posisinya.

Disinilah sering terjadi dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi
disebabkan oleh beberapa factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping itu karena
adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilemma etik harus
diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi profesi dengan penuh
tanggung jawab dan tuntas
B. Saran

19
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur
dan sebagai bentuk pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktik keperawatan
Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya perangkat-
perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik dilapangan.
2. Sebagai seorang mahasiswa, khususnya mahasiswa fakultas keperawatan kita harus
mengetahui dengan pasti segala bentuk etika maupun isu etik keperawatan; dan makalah
ini merupakan salah satu bagian pembelajaran yang sesuai.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika


http://wiwinjehabut.wordpress.com/2012/11/27/prinsip-prinsip-etika-dalam-
keperawatan/

21

Anda mungkin juga menyukai