Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan
rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat
serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang
tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.Adapun
maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES Hafshawaty, kami susun
dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul ” Aspek Legal Etik dalam Keperawatan Jiwa dan Lintas
Budaya dalam Asuhan ” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................
BAB I ...........................................................................................................................................
PENDAHULUAN............................................................................................................................
TUJUAN........................................................................................................................................
MANFAAT ...................................................................................................................................
BAB II ..........................................................................................................................................
3. DILEMA ETIK DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK DALAM KEPERAWATAN JIWA....
PENUTUP ....................................................................................................................................
3.1.KESIMPULAN .........................................................................................................................
3.2.SARAN....................................................................................................................................
PENDAHULUAN
Perawat merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai salah satu
tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek
keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of
knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada
masyarakat langsung(Kozier, 2010). Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud
adalah bentuk implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik
kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan
dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitasi. Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung
berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi
inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak
disengaja, kondisi demikian inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan
penerima praktek keperawatan (Kozier, 2010). Etika merupakan peraturan dan prinsip bagi
perbuatan yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral. Etika merupakan metode penyelidikan yang membantu orang
memahami moralitas perilaku manusia (yaitu ilmu yang mempelajari moralitas), praktik
atau keyakinan kelompok tertentu (misalnya, kedokteran, keperawatan, dan sebagainya),
dan standar perilaku moral yang diharapkan dari kelompok tertentu sesuai dalam kode etik
profesi kelompok tersebut (Kozier, 2010). Pelayanan kepada umat manusia merupakan
fungsi utama perawat dan dasar adanya profesi keperawatan. "ebutuhan pelayanan
keperawatan adalah universal. Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia)
karena itu tidak membedakan kebangsaan, warna kulit, politik, status sosial dan lain-lain.
Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga,
yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan
kepercayaan bahwa perawat akan berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan
hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi
bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana
harus bertindak. Asuhan keperawatan jiwa ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
klien dan kemandirian klien serta membantu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya baik fisik maupun psikologis, baik pada individu, keluarga maupun kelompok
masyarakat (komunitas). Dalam upaya penanganan masalah kesehatan jiwa salah satu
terapi spesialis yang dapat diberikan pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi
kelompok atau therapeutic community. Oleh akrenaitulah asuhan keperawatan harus
bersifat holistik. Selain bersifat holistik, pendekatan humanistik dalam
mengimplementasikan berbagai terapi harus benar-benar diperhatikan. Dengan demikian,
siapapun yang melakukan terapi keperawatan, khususnya psychoterapiharus mempunyai
kemampuan dalam mengatasi masalah pasien secara ilmiah, memperhatikan legasl dan etis
agar tindakannya tidak bertentangan dengan norma yang ada baik dalam menjalankan
standar asuhan,dalam berhubungan dengan profesi lain dan juga secara humanistik dalam
memperlakukan pasien sebagai subjek dan objek dalam pelaksanaan asuhan (Stuart. G. W,
2013). Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional
keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa
transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat
tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan
hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif (Direja, 2011). Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memahami mengenai aspek legal dan etik keperawatan jiwa serta
trend issue yang sedang marak di kalangan masyarakat yaitu seklusi pada pasien dengan
gangguan jiwa.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka ditemukan beberapa rumusan masalah
adalah sebagai berikut :
3. Bagaimana dilema etik dan proses pengambilan keputusan etik dalam keperawatan
jiwa?
seklusi di Indonesia?
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan
Jiwa
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami dan mengetahui issue dan legal etik keperawatan jiwa
c. Untuk memahami dan mengetahui dilema etik dan proses pengambilan keputusan etik
dalam keperawatan jiwa
e. Untuk memahami dan mengetahui peran dan fungsi perawat dalam keperawatan jiwa
f. Untuk memahami dan mengetahui peran budaya dalam asuhan keperawatan jiwa
g. Untuk memahami dan mengetahui trend dan issue keperawatan jiwa : seklusi di
Indonesia
1.4. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan Makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk
mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam mempelajari teori
aspek legal etik keperawatan jiwa dan trend issue keperawatan jiwa : seklusi di Indonesia.
2. Bagi Tenaga Kesehatan (Perawat) Makalah ini bagi tenaga kesehatan khususnya untuk
perawat adalah untuk mengetahui pentingnya bagaimana teori aspek legal etik keperawatan
jiwa dan trnd issue keperawatan jiwa : seklusi di Indonesia.
3. Bagi Mahasiswa Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik menyusun maupun pembaca
adalah untuk menambah wawasan tentang teori aspek legal etik keperawatan jiwa dan
trnd issue keperawatan jiwa : seklusi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Legal adalah suatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) (Ermawati, 2015). Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prisip-prisip
yang diyakini oleh profesi keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang bberhubungan
dengan pasien, masyarakat, teman sejawatmaupun dengan organisasi propesi, serta
pengaturan praktik dalam keperawatan itu sendiri (Barger&Wiliams, 1999). Etika
keperawatan merupakan suatu acuan dalam melaksanakan prakktik keperawatan, tidak
terkecuali keperawatan jiwa. Keputusan dan tindakan perawat psikiarti kepada klien
dibedakan oleh apa yang dinamakan dengan ethical manner (cara yang sesuai denagan etik)
(Ermawati, 2015).
1) Menurut Beeker(Dalam Kozier, Erb 1990) empat hal yang harus ditanyakan perawat
untuk melindungi mereka secara hukum (Ermawati, 2015) :
d) Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, rute, waktu, dan pasien
yang benar.
f) Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan tepat dan akurat.
h) Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik(raport) dengan pasien.
l) Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan dan secara penuh setiap
tugas yang dilaksanakan.
3)Berbagai aspek legal dalam keperawatan Fungsi hukum dalam praktik keperawatan
yaitu (Ermawati, 2015) :
4)legal untuk perawat Untuk menjalankan praktik secara hukum perawatan harus
dilindungi dari tuntutan malpraktik dan kelahiran pada keadaan darurat. Contoh
(Ermawati, 2015) :
c. Di indonesia UU kesehatan No.23 tahun 1992. Menurut curtin (1978) yang dikutuip
oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Pratice of Psychiatrtic Nursing Care (1995),
membuat suatu model untuk pengambilan keputusan suatu etik yaitu sebagai
berikut (Direja, 2011) :
2. Mengidentifikasi komponen etik atau atau keadaan dilema yang terjadi, seperti adakah
faktor ancamannya (dilihat dari sudut hak untuk dapat menolak pelayanan).
3. Mengklarifikasi hak dan tanggung jawab yang ada pada seluruh pihak, meliputi klien,
perawat, dan pihak lain seperti kuluarga klien, dokter, lembaga perawatan
kesehatan,ulama/pendeta, pekrja sosial, dan mungkin juga hakim.
Terdapat empat pendekatan yang digunakan perawat untuk melakukan pendekatan dalam
pemberian asuhan keperawatan yaitu sebagai berikut.
a) Utilitarianism: tindakan yang dilakukan oleh perawat yang dapat menimbulkan
kebahagian.
d) Fairness: sikap yang mengutamakan keadilan dan kejujuran dalam kehidupan, tidak
mendiskriminasikan pasien.
4. Yang terakhir adalah solusi yang diimplementasikan ke dalam tindakan . dalam konteks
memenuhi harapan sosial dan sesuai dengan hukum yang berlaku, perawat memutuskan
kedalam tujuan dan metode implementasi. Terdapat dua penerimaan klien dirumah
sakit jiwa yaitu kesepakatan yang disadari dan kesepakatan yang tidak disadari, meliputi
isu mengenai hukum dan aspek etik, serta legal dan aspek propesional. Perawat
psikiartri mempunyai peran dalam tugas propesional dan tugas pribadi yaitu sebagai
berikut (Direja, 2011) :
1. Pemberian pelayanan
3. Sebagai warga negara pribadi Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-
masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar
pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global (Direja, 2011). Ada
beberapa trend penting yang rnenjadi perhatian dalam Keperawatan Jiwa di antaranya
adalah masalah berikut (Direja, 2011) :
a) Kesehatan jiwa dimutai masa konsepsi Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa
biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala
b) Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Masalah jiwa akan meningkat di era
globalisasi
d) Kecenderungan situasi di Era Globalisasi. Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak
ada lagi pembatas antar Negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan
politik.
e) Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat Globalisasi atau era pasar bebas disadari atau
tidak telah berdampak pada pelayanan kesehatan.
5. Kecenderungan Penyakit
a) Pelayanan keperawatan mental psikiatri yang ada kurang bisa dipertanggung jawabkan
secara ilmiah hal ini karena masih kurangnya hasil-hasit riset keperawatan tentang
keperawatan jiwa klinik.
b) b) Perawat psikiatri yang ada kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan
yang rendah dan belum adanya lisensi untuk praktek yang bisa diakui secara
internasional.
c) Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman seringkai tidak
jelas dalam “Position Description", job responsibility dan system reward di dalam
pelayanan keperawatan dimana mereka bekerja (Stuart Sudeen,1998).
d) Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa keperawatan)
Etika adalah kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip perbuatan yang bisa disebut
benar. Etika berhubungan dengan peraturan atas perbuatan atau tindakan yang
mempunyai prinsip benar atau salah serta prinsip moralitas karena etika bertanggung
jawab secara moral (Wulan, 2011). Prinsip etika mempunyai peranan penting dalam
menentukan perilaku yang beretika dan dalam pengambilan keputusan etis. Prinsip etika
berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang,
diperlukanatau diizinkan dalam suatu keadaarL Menurut Beuchamp dan Childress
(Fowler, 1989; Potter & Perry, 1992) prinsip etika dapat digunakan untuk
memperkirakan issu etika dan membuat keputusan etis yang terdiri dari atas(Wulan,
2011) :
a. Otonomi
b. Non-maleficience
Dengan tidak sesuainya standar ini, para perawat kesehatan membuat diri mereka
terlibat dalam moral maleficence yang sah (Seedhouse, 1992). Contoh prinsip
nonmaleficence dapat terjadi dalam pemberian kemoterapi kepada pasien kanker,
diketahui bahwa kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan dapat juga
mem'mbulkan ”kerugian” (efek samping) pada pasien(Wulan, 2011).
c. Beneficience
d. Veracity
Prinsip veracity (kejujuran) menurut Veatch dam Fry (1987) didefinisL kan untuk
menyatakan hal yang sebenamya dan tidak berbohong.Kejujuran merupakan dasar
terbinanya hubungan saling percaya antara perawat-pasien. Perawat sering tidak
memberitahukan kejadian yang sebenarnya pada pasien yang sakit parah. Namun
penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa pasien ingin diberi
tahu tenmng kondisinya secara jujur (Priharjo, 1995). Mengatakan yang sebenamya,
mengarahkan perawat untuk menghindari kebohongan pada pasien atau menipu
pasien(Wulan, 2011). f. Confidentiality Confidentiality (kerahasiaan) merupakan bagian
dari privasi, seseorang bersedia untuk menjaga kerahasiaan informasi. Confiden tiality
adalah sesuatu yang profesional dan merupakan kewajiban yang etis dalam
menggunakan penggalian pengetahuan pasien untuk meningkatkan kualitas perawatan
pasien dan bukan untuk tujuan lain, seperti gosip, kepentingan orang lain, dan
memberikan informasi pasien pada orang lain. Perawat harus mempertahankan
kerahasiaan tentang data pasien baik secara verbal maupun informasi tertulis. Menjaga
kerahasiaan data pasien adalah sesuatu yang khusus dan penting dalam perawatan
pasien gangguan jiwa. Meskipun pada kenyataannya, masyarakat memberikan label
atau stigma kepada setiap orang yang didiagnosis menderita gangguan jiwa. Setiap
pelanggaran terhadap prinsip confidentiality sepertj memberitahukan data pasien,
diagnosis pasien, gejala yang ditun jukkan pasien, perilaku, dan hasil pengobatan tanpa
mendapat persetujuan dari pasien akan memengaruhi kualitas hidup pasien. Tenaga
kesehatan khususnya perawat seringkali kesulitan untuk mempertahankan
keseimbangan ini (Mohr, 2003). Menurut Winslade (1995) praktik confidentiality terdiri
dari tiga aspek berupa subjek individu atau perawatan kesehatan berhubungan dengan
informasi pasien, hubungan profesional antara perawat dan pasien serta menjelaskan
prosedur pertukaran informasi pasien yang secara logis dapat menerima, mengizinkan
dan mengakses informasi yang bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi sensitif dan
mengeluarkan larangan individu (Registered Nursing Association British Columbia, 2000
dalam Wulan, 2011). g. Fidelity Menurut Veatch dan Fry (Priharjo, 1995) prinsip fidelity
(kesetiaan/ ketaatan) didefinisikan sebagai tanggung jawab dalam konteks hubungan
perawatan pasien yang meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan
kerahasiaan dan memberikan perhatian/kepedulian. Mempertahankan kerahasiaan
secara moral dapat diterima. Kadang-kadang dengan alasan moral yang tepat, janji
dapat dibatalkan untuk memberikan keuntungan bagi yang lain (Pujiastuti, 2004).
Menurut Purba dan Marlindawati (2010) pada keperawatan jiwa prinsip etik dan moral yang
harus dilaksanakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa adalah sebagai
berikut :
a) Outonomy (penentuan diri) yang merupakan hak para individu untuk mengatur
kegiatankegiatan mereka menurut alasan dan tujuan mereka sendiri
b) Beneficience (melakukan hal yang baik) berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik
c) Juctice (keadilan) dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan
d) Non malfience (tidak merugi) berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak
menimbulkan bahaya/cedera secara fisik dan psikologik
e. Veracity Prinsip veracity (kejujuran) menurut Veatch dam Fry (1987) didefinisL kan
untuk menyatakan hal yang sebenamya dan tidak berbohong.Kejujuran merupakan
dasar terbinanya hubungan saling percaya antara perawat-pasien. Perawat sering tidak
memberitahukan kejadian yang sebenarnya pada pasien yang sakit parah. Namun
penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa pasien ingin diberi
tahu tenmng kondisinya secara jujur (Priharjo, 1995). Mengatakan yang sebenamya,
mengarahkan perawat untuk menghindari kebohongan pada pasien atau menipu
pasien(Wulan, 2011).
i. Diagnose keperawatan seharusnya meliputi respon adiktif klien atau respons naladaptif
klien, mendefinisikan karakteristik respon tersebut dan pengaruh stressornya.
l. Evaluasi meliputi penilaian kembali fase- fase sebelumnya dari proses keperawataan
menentukan tahapan untuk merencanakan tujuan yang hendak dicapai.
C. TREND ISSUE SEKLUSI
Definisi Seklusi adalah penempatan pasien di ruang terkunci dimana tidak dapat keluar
dengan bebas tanpa izin perawat untuk memberikan perlindungan bagi pasien atau orang
lain. Ruangan ini dianggap memberikan isolasi dan pengurangan rangsangan indrawi
(Mayers, et al. 2010). Menurut jurnal yang berjudul “The Use Seclusion in Emergency
Medicine” yang menyatakan seklusi adalah pengurungan seorang pasien ke area yang
ditentukan untuk jangka waktu tertentu.Empat varian pengasingan telah dicatat:
3.2 Tujuan
Menurut jurnal yang berjudul “Seclusion : The Perspective Nurses” yang menyatakan
bahwa sebuah studi komprehensif menunjukkan alasan-alasan berikut untuk dilakukan
seklusi pada pasien jiwa yaitu (Lendemeijer, 2000):
c) Mengandung perilaku untuk melindungi iklim terapeutik dan ketertiban harian bangsal
d) Seklusi sebagai hukuman, sering disebut sebagai bagian dari pendekatan perilaku
3.3 Indikasi Menurut jurnal yang berjudul “Seclusion : The Perspective Nurses” yang
menyatakan bahwa seklusi sebagai intervensi, setelah insiden agresif atau perilaku
kekerasan yang dilakukan oleh pasien dengan gangguan jiwa atau perilaku pasien yang
mengganggu orang lain dan pasien lain. Indikasi seklusi yaitu pasien dengan perilaku
kekerasan yang membahayakan diri sendiri, orang lain dengan lingkungan.
3.5 Perasaan Perawat saat melakukan Seklusi Peran perawat selama proses pengasingan,
tetapi juga menjadi orang yang paling peduli dengan perawatan harian pasien, menentukan
perasaan yang berpengalaman untuk sebagian besar. Dukungan sosial dan pengakuan
terhadap dampak dari proses pengasingan pada kesejahteraan mereka diperlukan untuk
menghindari efek yang terkait dengan stres dalam jangka panjang.Karena beban emosional
mengikuti pengasingan dan risiko pengembangan respon stres patologis, penelitian proses
ini diperlukan untuk kepentingan kesehatan perawat. Maka dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan perasaan perawat pada saat melakukan seklusi pada pasien dengan
gangguan jiwa (Nagel, 2009) :
a. Tension Dalam ketegangan, ketakutan akan ancaman dari pasien itu diklasifikasikan, rasa
takut sering dirasakan sebagai gairah fisik: Ketegangan dirasakan untuk oleh beberapa
perawat dalam waktu yang panjang. Para perawat mungkin merasakannya sebagai
ketegangan, gelombang adrenalin. Ketegangan pada diri perawat adalah sebagai stimulus
untuk mengetahui bahwa perawat harus segera bertindak dengan kekuatan fisik. Setelah
semua tugas terselesaikan maka terdapat perasaan lega pada diri perawat.
b. Trust Konsep kepercayaan tidak hanya terkait dengan perasaan percaya atau percaya diri,
tetapi juga perasaan solidaritas dan dukungan. Juga ketidakpercayaan dari beberapa orang
yang terlibat atau merasa tidak aman, kepercayaan diri dan keyakinan penutupan positif
dari situasi yang terkait dengan kegiatan seklusi terkait dengan kepercayaan.
c. Power Ketimpangan kekuasaan dan kontrol antara pasien dan staf dalam acara
pengasingan, menginduksi perasaan yang terkait dengan otoritas dan kekuasaan, seperti
ketidakberdayaan dan perasaan tanggung jawab untuk kesejahteraan pasien d. Rest
Terlepas dari tema utama ketegangan, kepercayaan dan kekuasaan, pengasingan juga
terkait dengan perasaan tidak manusiawi sehubungan dengan intervensi.
a) PBB (Commision of Human Right) Melihat perkembangan tuntutan akan hak asasi
manusia yang semakin besar, maka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1946
membentuk Komisi Hak Asasi Manusia (Commission of Human Right). Komisi tersebut
berhasil membuat pernyataan HAM, yang dikenal dengan sebutan Universal Declaration of
Human Rights, 10 Desember 1948, yang ditandatangani oleh 48 negara. Dalam pernyataan
tersebut, antara lain mengemukakan bahwa setiap manusia mempunyai hak asasi yaitu:
15) Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakatnya masingmasing.
16) Hak untuk menikmati kesenian.
1) Pasal 1 ayat 1 berbunyi “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajibdihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia”
2) Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau
pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas
dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis
kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan
dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,
hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.”
3) Pasal 1 ayat 4 yang berbunyi “Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani
maupun rohani, pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari
seseorang atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah
dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam
atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada
setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh,
atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat
publik.”
c) Pancasila Sila ke 2 yang berbunyi “ Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” dimana sila ini
mempunyai makna sebagai berikut :
d) Pembukaan UUD 1945 alinea pertama yang berbunyi “Bahwa kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan perikeadilan”.
Pada alinea ini bermakna pada alenia pertama mengungkap dalil obyektif dimana
penjajahan bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, maka penjajahan di
harus di tentang dan di hapuskan agar semua bangsa di dunia mendapat hak publik
absolutnnya(merdeka). Serta pada alenia pertama mengandung pernyataan subyektif
tentang aspirasi bangsa Indonesia dalam membebaskan diri dari belenggu penjajahan. 3.7
Legal Etik Seklusi di Indonesia Sesuai dengan penjelasan konsep Seklusi diatas bahwa
pengasingan lingkungan adalah salah satu strategi utama untuk menangani.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Legal etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang sah menurut Undang-undang
keperawatan yang berlaku dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan pasien,
masyarakat, teman sejawat maupun dengan organisasi profesi, serta pengaturan praktik dalam
keperawatan itu sendiri. Sehinggalegal etika keperawatan dijadikan acuan dalam melaksanakan
prakktik keperawatan, tidak terkecuali keperawatan jiwa. Keputusan dan tindakan perawat psikiarti
kepada klien dibedakan oleh apa yang dinamakan dengan ethical manner (cara yang sesuai dengan
etik). Salah satu prinsip etik perawat dalam menjalankan tugasnya yaitu prinsip otonomi yang berarti
hak untuk membuat keputusan sendiri. Menghormati otonomi menyangkut penghormatan terhadap
otonomi individu untuk dengan bebas menentukan sendiri apa yang akan dilakukan. Ini
menunjukkan bahwa setiap individu tidak hanya membuat pilihan untuk membuat keputusan
sendiri, tetapi juga bebas dalam menerima setiap konsekuensi dari keputusan yang dibuat. Namun,
dalam keadaan tertentu jika pasien jiwa mengalami depresi sampai membuat tindakan yang
membahayakan maka perawat jiwa melakukan Seklusi atau pengurungan pasien dalam suatu ruang
untuk mencegah kerusakan atau bahaya terhadap orang lain, lingkungan, fasilitas rumah sakit serta
dirinya sendiri. Namun saat ini, seklusi banyak di kritik oleh berbagai pihak karena dianggap
melanggar hak asasi kemanusiaan pada pasien jiwa, sehingga timbul lah beberapa penelitian dan
keputusan untuk melakukan seklusi pada pasien jiwa maka perawat harus tetap memenuhi
kebutuhan dasar pasien jiwa.
4.2 Saran
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
memperbaiki makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, Farida, dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Stuart, Gail. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC.
Purba, Jenny Marlindawani, dkk. 2009. Dilema Etik dan Pengambilan Keputusan Etik dalam Praktik
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Simpson, A. Scott. 2014. Journal General Hospital Psychiatriy : Risk for physical restraint or seclusion
in the psychiatric emergency service (PES). Vol.36. England : Elsevier.
VanDerNagel, J.E.L. 2009. International Journal of Law dan Psychiatry : Seclusion : The Perspective of
Nurses. Vol. 32. England : Elsevier.
Georgiva, Irina. 2013. Psychiatry Research : Reducing seclusion through involuntary medication: A
randomizedclinical trial. Vol. 205. England : Elsevier.
Janssen. W. A. 2013. Differences in Seclusion Rates Between Admission Wards: Does Patient
Compilation Explain?. Vol. 52. DOI 10.1007/s11126-012-9225-3. Spinger : Netherland.
Brown, Julia S. 1990. On The Seclusion of Psychiatric Patients Vol. 35 No. 05. Pergamon Press Ltd :
USA.
Morrison, Paul. 1992. Journal on Enviromental Psychology : The Use Of Environmental Seclusion In
Psychiatric Settings : A Multidimensional Scalogram AnalysisVol. 10. Academic Press Ltd : USA.