Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM KONTEKS

KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :

NAMA : MULIANI INDAH SARI

NIM : 1801022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berrkat dan limpah
rahmatnya maka kami dapat menyelesaikan tugas makalah  dengan tepat waktu dan
berikut ini penulis susuan smua  makalah dengan judul “ aspek legal dan etik dalam konteks
keperawatan jiwa “. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan jiwa
bisa selesai dengan tepat waktu.

Tanpa adanya bantuan dari pihak makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Saya

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan

makalah ini

Makassar, 02 juni 2020


DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………………………………


Daftar isi ………………………………………………………………………………………...
Bab l
Pendahuluan ……………………………………………………………………………………..
a. Latar belakang ……………………………………………………………………………
b. Tujuan ……………………………………………………………………………………
Bab ll
Tinjauan materi …………………………………………………………………………………
1. Pengertian legal dan etik …………………………………………………………………
2. Aspek legal dalalm keperawatan jiwa …………………………………………………..
3. Standar keperawatan psikiatri ………………………………………………………….
4. Tinjauan standar etik dan legal dalam keperawatan mental psikiatri ……………….
Bab lll
Penutup …………………………………………………………………………………………..
a. Kesimpulan ……………………………………………………………………………….
Daftar pustaka …………………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Perawat merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan langsung kepada individu, keluarga dan masyarakat, sebagai salah
satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek
keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan , dimana cirri sebagai profesi adalah mempunyai body of
knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan
kepada masyarakat langsung.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk
implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada
individu , keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan
kesejateraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan
dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitasi. Dalam melakukan praktek keperawatan , perawat secara
langsung berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat
interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja
maupun tidak disengaja. Kondisi demikian inilah sering menimbulkan konflik baik
pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Etika merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika
berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak bak dan dengan kewajiban
moral. Etika merupakan metode penyelidikan yang membantu orang memahami
moralitas perilaku manusia (yaitu ilmu yang mempelajari moralitas), prsktik atau
keyakinan kelompok tertentu (misalnya,
kedokteran, keperawatan, dll), dan standar perilaku moral yang diharapkan dari
kelompok tertentu sesuai dalam kode etik profesi kelompok tersebut (kozier,B : 2010).
Pelayanan kepada umat manusia merupakan funsi utama perawat dan dasar
adanya profesi keperawatan . kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal.
Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak membedakan
kebangsaan, warna kulit, politik, status social dan lain-lain. Keperawatan adalah
pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat.
Peayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat akan berbuat hal yang benar, hal
yang diperlukan dan hal yang megungtungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena
manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk
mengarahkan bagaimana harus bertindak.
Asuhan keperawatan jiwa ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan klien
dan kemandirian klien serta membantu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya baik fisik maupun psikologis, baik pad individu, keluarga maupun
kelompok masyarakat (komunikasi), dalam upaya penanganan masalah kesehatan jiwa
salah satu terapi spesialis yang dapat diberikan pada klien dengan gangguan jiwa adalah
berupa terapi kelompok/ therapeutic community. Oleh karena itulah asuhan keperawatan
harus bersifat holistic. Selain bersifat holistic, pendekatan humanistic dalam
mengimplementasikan berbagai terapi harus benar-benar diperhatikan . dengan
demikian, siapapun yang melakukan terapi keperawatan, khususnya psychoterapi harus
mempunyai kemampuan dalam mengatasi masalah pasien secara ilmiah,
memperhatiakn legal dan etis agar tindakannya tidak bertentangan dengan norma yang
ada baik dalam menjalankan standar asuhan , dalam berhubungan dengan profesi lain
dan juga secara humanistic dalam memperlakukan pasien sebagai subjek dan objek
dalam pelaksanaan asuhan (G.W Stuart. 2013).
2. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
Untuk memahami mengenai aspek legal dan etik terapi keperawatan di komunitas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian legal dan etik


Legal adalah suatu peraturan atau norma yang telah ditetapkan dan di sepakati,
boleh tidaknya tindakan yang dilakukan.
Dan etik adalah suatu perilaku atau tindakan seseorang baik atau buruk  yang
dilakukan dan mengacu pada peraturan atau norma.
Sebenarnya boleh atau tidaknya itu tergantung kondisi orang gangguan jiwa
tersebut, perawat pasti melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang telah di
tentukan, jadi kita harus mengetahui menyebab terjadinya dilakukan tindakan
tersebut.

Pada aspek legal yang mengenai hak dan kewajiban pasien ini harus ada untuk
perawat, yaitu

1. Perawat harus menghormati hak pasien, meskipun pasien tersebut orang


dengan gangguan jiwa tetapi pasien tersebut juga memiliki hak penuh dan
sama seperti kita, jadi kita harus menjelaskan tujuan dari tindakan kita
2. Merujuk kasus atau masalah pasien jika harus ditangani lebih lanjut, jika
pasien tersebut membahayakan diri sendiri dan orang lain ataupun
lingkungannya maka harus diikat dan diamankan sampai dia tidak
membahayakan lagi, perawat juga harus menjelaskan kepada pasien alasan
kenapa diikat, karena dia membahayakan orang lain.
3. Membina hubungan saling percaya dengan menyimpan rahasia pasien agar
pasien bisa tenang dan mau untuk kita lakukan tindakan keperawatan, tetapi
terkadang pasien tiak langsung percaya dengan apa yang kita jelaskan jadi
kita harus mengikuti maksud pasien karena pasien dengan gangguan jiwa
berbeda dengan pasien yang berpenyakit, jadi perawat harus bersabar dan
beradaptasi kadang pasien tersebut mau berbicara dan menjelaskan apa yang
terjadi dengan dirinya, kadang juga diam, kita ngomong atau bertanya apa
saja tetap tidak mau menjawab.
4. Perawat juga harus memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang apa yang terjadi terhadap pasien, dan alasan kenapa pasien diikat juga
harus kita jelaskan, agar keluarga pasien bisa tenang dan saling mendukung
dengan tindakan perawat
5. Setelah perawat memberkan informasi kepeada pasien dan membina
hubungan saling percaya terhadap pasien dan keluarga, maka keluarga kita
mintai persetujuan terlebih dahulu sebelum perawat melakukan tindakan
keperawatan, tatapi biasanya keluarga sudah di jelaskan terlebih dahulu
mengenai kondisi pasien, jadi jika pasien mengalami hal yang
membahayakan untuk orang lain, perawat dan petugas kesehatan lain
langsung bertindak untuk mengikatnya, karena tindakan tersebut harus
dilakukan secara cepat
6. Setelah perawat meminta persetujuan, perawat membuat cacatan untuk pasien
mengenai perkembangan pasien apakah sudah membaik atau belum.

7.
B. ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN JIWA
Pokok bahasan aspek legal dan etis dalam keperawatan jiwa diawali
dengan pembahasan peran fungsi perawat jiwa, domain aktivitas keperawatan jiwa,sta
ndar praktik keperawatan jiwa, dan penerapan konsep etika dalam keperawatan
jiwa.Peran dan fungsi perawat jiwa saat ini telah berkembang secara kompleks dari
elemenhistoris aslinya (Stuart, 2002).
Peran perawat jiwa sekarang mencakup parameterkompetensi klinik, advokasi pasien,
tanggung jawab fiskal (keuangan), kolaborasi profesional, akuntabilitas (tanggung
gugat) sosial, serta kewajiban etik dan legal.Dengan demikian, dalam memberikan
asuhan keperawatan jiwa perawat dituntutmelakukan aktivitas pada tiga area utama
yaitu:

1) aktivitas asuhan langsung.


2) aktivitas komunikasi, dan
3) aktivitas pengelolaan/penatalaksanaan manajemen keperawatan

C. Standar keperawatan psikiatri


Keperawatan kesehatan jiwa sering dihadapkan pada situasi etik yang
komplek dalam perawatan pasien da kelurga, serta komunitas. Perawat harus
mempunyai perhatian, pengetahuan, kesadaran diri dan kemapuan untuk
memfokuskan kegiatan klien. Untuk itu diperlukan pedoman tanggung jawab
standar etik yang tinggi dalam pelaksanaan praktek asuhan keperawatan. Dalam
memahami standar legal dan etik dalam terapi keluarga perlu diketahui terlebih
dahulu definisi standar etik dan legal secara umum.
Standar keperawatan adalah pernyataan otoritatif yang digunakan oleh
profesi keperawatan untuk mendeskripsikan tanggung jawab dan peran perawat
secara akuntabilitas, yang memberikan kewenangan bagi praktek keperawatan
profesional dan kerangka kerja untuk evaluasi praktek keperawatan. Standar
keperawatan juga menentukan akuntabilitas profesi keperawatan terhadap
masyarakat dan pasien sebagiamana tanggung jawab perawat (shives, L.R,
2012) standar etik dalam keperawatan kesehatan jiwa mengacu dari standar
keperawatan secara umum (Shives, L.R, 2012) yaitu standar asuham dan
standar penampilan profesional .
Adapun standar asuhan keperawatan ( stuart & laraia, 2005) ini meliputi :
1. Standar pertama yaitu pengkajian . kegiatan yang dilakukan perawat
kesehatan mental psikiatri dalam pengkajian adalah mengumpulkan data
kesehatan klien.
2. Standar kedua adalah diagnosis. Perawat kesehatan mental psikiatri
menganalisa data yang didapatkan dari pengkajian dan menentukan
diagnose berdasarkan pada analisa
3. Standar ketiga adalah indenntifikasi criteria hasil. Perawat kesehatan mental
psikiatri melakukan identifikasi tujuan keperswatan yang akan dicapai oleh
klien .
4. Standar keempat adalah perencaaan. Perawat kesehatan mental psikiatri
mengembangkan perencanaan asuhan yang mencakup intervensi untuk
mencapai tujuan . pada tahap perencanaan dapat dikembangkan intervensi
generalis dan intervensi spesialis yang meliputi terapi individu kelompok,
keluarga dan komunitas.

D. Tinjauan standar etik dan legal dalam keperawatan mental psikiatri


Etik adalah cabang filosofi ysng berkaitan dengan nilai- nilai berdasarkan suatu
standar moral dari kelompok atau profesi (shives,2012) menurut aiken (2004)
etik adalah seluruh pernytaan tentang benar atau salah dan apa yang seharusnya
dilakukan . menurut mandle, boyle, dan o’donohoe (1994), dikutip dari kozier
erik mengatur bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana mereka
melakukan hubungan dengan orang lain. Dari definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa etik berhubungan dengan bagiamana seseorang bertingkah laku dan
bertindak yang seharusnya dengan menghormati diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Etik merupakan suatu standar perilaku atau nilai yang diyakini baik secara
individual ataupun kelompok. Hal inilebih menggambarkan apa yang
dikehendaki dari pada mengenai apa tujuan yang disampaikan oleh individu
standar ini perlun dipelajari melalui sosialisasi, pertumbuhan, dan pengalaman.
Standar etik, petunjuk-petunjuk, dan prinsip-prinsip yang tidak legal dapat
dilaksanakan kecuali akan berkaitan dengan hukum yang berlaku (reid, 2002
dalam stuart & laraia, 2005).

Untuk etiknya, semua orang baik orang dengan gangguan jiwa atau tidak
wajib kita memperhatikan hak seseorang, orang dengan gangguan jiwa juga
memiliki hak, hak untuk bebas,dll. Tetapi kalau semua itu tidak terkendalikan
maka kita apalagi sebagai seorang perawat sudah menjadi tugas kita untuk
mengamankan pasien tersebut, kita bisa mengikatnya dan ditempatkan di tepat
yang khusus yang tidak ada orang atau benda lain, kita mengikatnya juga harus
menjelaskan tujuan tindakan kita, karena orang gangguan jiwa juga memiliki
perasaan jadi kalau tidak kita jelaskan takunya nanti akan lebih parah dengan
penyakit jiwnya.

Tindakan kita juga harus menguntungkan bagi pasien dan juga orang yang
lain, dengan kita mengikatnya maka orang lain tidak akan ketakutan dan pasien
juga bisa lebih tenang, biasanya pasien dengan kondisi tersebut itu pasien dengan
resiko perilaku kekerasan dan halusinasi, maka selain kita mengikat kita juga
harus memberi obat penenang dan memberikan terapi agar pasien tidak lagi
mengamuk dan membahayakan orang lain, jadi indakan yang kita lakukan harus
menguntungkan juga bagi pasien sendiri dan orang lain.
Perawat juga harus memperhatikan apakah tindakan yang dilakukan (mengikat)
membahayakan untuk pasien atau tidak, perawat juga harus mempelajari betul
teknik bagaimana cara dan prosedur untuk mengikat pasien, tidak semua pasien
mau mengikuti isyarat dari kita banyak pasien juga yang tidak mau mengikuti
perintah kita dan memberontak kencang, itu juga bisa membahayakan perawat
sendiri, pentingnya pembentukan tim juga harus dlakukan demi keselamatan
pasien yang orang lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
orang dengan gangguan jiwa itu tidak semua harus di ikat, harus memperhatikan
dan mengetahui masalah yang terjadi terlebih dahulu, jiwa semua orang dengan gangguan
jiwa kita ikat semua maka akan membahayakan orang gangguan jiwa tersebut, yang
sudah dijelaskan di atas bahwa setiap orang baik gangguan jiwa atau tidak mereka
memiliki hak masing-masing untuk diperlakukan dengan baik, jiwa orang dengan
gangguan jiwa tersebut tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain ataupun
lingkungan sekitarnya maka kita tidak perlu mengikatnya karena orang dengan gangguan
jiwa tersebut tidak perlu diwaspadai, jika orang gangguan jiwa tersebut membahayakan
diri sendiri dan orang lain,
seperti contoh, dia ingin mencelakai diri sendiri ataupun orang lain dan sudah
sangat tidak bisa dikendalikan maka kita harus mengikat dan mengamankan sampai
pasien tersebut tenang dan tidak membahayakan diri sendiri ataupun orang lain, tindakan
yang dilakukan perawat ini sesuai prosedur bukan untuk melukai pasien tetapi untuk
mengamankan kondisi lingkungan sekitar, demi kebaikan pasien dan orang lain jadi
saling menguntungkan. Orang dengan gangguan jiwa juga memiliki riwayat masalah
sendiri-sendiri jadi semuanya tergantung kondisi pasien untuk dilakukannya tindakan
tersebut.

 
DAFTAR PUSTAKA

www.slideshare/CBIngsights/global-healthcare-report

yusuf.A. fitryasari R. nihayati .N, 2015. Buku ajar keperawatan kesehatan medika . Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai