Anda di halaman 1dari 7

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. PENGERTIAN
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000 dalam Dermawan, 2013).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004 dalam Dermawan,
2013).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Potter & Perry, 2005 dalam
Dermawan, 2013).
Jadi dapat disimpulkan, defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi
dimana seseorang mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri dan tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

B. TANDA DAN GEJALA


Menurut Depkes (2000) dalam Dermawan (2013), tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Data Subjektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktifitas
c. Merasa tidak berdaya
2. Data Objektif
a. Rambut kotor, acak-acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat.

C. ETIOLOGI
Menurut Depkes (2000) dalam Dermawan (2013), penyebab defisit perawatan diri
adalah :
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukugan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Fator Presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/leah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawata diri.
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi, yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh diamandikan.
f. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-lain.
g. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

D. RENTANG RESPON
Adaptif
Maladaptif

Pola Perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan


Diri Seimbang diri kadang tidak perawatan diri
 Pola Perawatan Diri Seimbang: saat klien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri
 Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stressor kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
 Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stress.

Jenis-jenis Perawatan Diri


1. Kuarng perawatan diri: Mandi dan kebersihan; adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas mandi dan kebersihan diri.
2. Kuarng perawatan diri: Mengenakan pakaian/berhias adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kuarng perawatan diri: Makan adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan..
4. Kuarang perawatan diri: Toileting adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelsaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004).

E. PSIKOPATOLOGI

Defisit Perawatan Diri

Penurunan
Kemampuan dan
Motivasi Merawat Diri

Isolasi Sosial

Gangguan jiwa dapat bersumber dari faktor genetic (masyarakat umum, orang
tua, saudara kandung, anak),lingkungan dan juga ekspresi emosi yang berlebihan.
Semua itu mmbuat individu mengalami stressor. Dari ketidakmampuan individu
menghadapi stressor akan berimbas ke koping yang tidak efektif. Dari koping yang
tidak efektif tentunya akan menimbulkan banyak masalah. Jika menimbulkan
gangguan berfikir, maka akan terjadi waham, HDR dan kecemasan yang berimbas ke
halusinasi dan resiko perilaku kekerasan. Koping individu yang tidak efektif juga
dapat menurunkan motivasi dan kemampuan dalam hubungan sosial yang
menyebabkan isolasi sosial, resiko nutrisi kurang dari kebutuhan dan DPD (Stuart dan
Sudden, 2009).

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA


Diagnosa keperawatan utama adalah defisit perawatan diri

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Pasien mampu menjaga dan merawat kebersihan dirinya
b. Tujuan Khusus
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara mandiri
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
2. Intervensi
a. SP I :
1) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
Rasional : agar pasien mengetahui pentingnya menjaga kebersihan diri
2) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
Rasional : Agar pasien mengetahui cara menjaga kebersihan diri
3) Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Rasional : Agar pasien bisa mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Rasional : Agar pasien memasukkan setiap kegiatan latihannya ke dalam
catatan kegiatan harian

b. SP II :
1) Mengevaluasi jadwal harian pasien
Rasional : Agar diketahui kegiatan yang sudah dilakukan pasien
2) Menjelaskan cara makan yang baik
Rasional : Agar pasien mengetahui cara makan yang benar
3) Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik
Rasional : Agar pasien mampu mempraktekkan cara makan yang baik
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Rasional : Agar pasien memasukkan setiap kegiatan latihannya ke dalam
catatan kegiatan harian

c. SP III :
1) Mengevaluasi jadwal harian pasien
Rasional : Agar diketahui kegiatan yang sudah dilakukan pasien
2) Menjelaskan cara eliminasi yang baik
Rasional : Agar pasien mengetahui cara eliminasi yang baik
3) Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
Rasional : Agar pasien mampu mempraktekkan cara eliminasi yang baik
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Rasional : Agar pasien memasukkan setiap kegiatan latihannya ke dalam
catatan kegiatan harian

d. SP IV :
1) Mengevaluasi jadwal harian pasien
Rasional : Agar diketahui kegiatan yang sudah dilakukan pasien
2) Menjelaskan cara berdandan yang baik
Rasional : Agar pasien mengetahui cara berdandan yang baik
3) Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan yang baik
Rasional : Agar pasien mampu mempraktekkan cara berdandan yang
baik
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Rasional : Agar pasien memasukkan setiap kegiatan latihannya ke dalam
catatan kegiatan harian
H. DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa ; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan

Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan

Jiwa. Jakarta : TIM

Yosep, H. Iyus. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Nurjannah. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen Proses


Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta :
Moco Medi

Anda mungkin juga menyukai