Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 1

“MENERAPKAN PROSES KEPERAWATAN JIWA, PRINSIP


LEGAL ETIS DAN LINTAS BUDAYA DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

1. ANGGENLINA
2. MUTIARA
3. YOYON KARUNIA SAPUTRA

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Hermawati, S.Kep., M.Kep

IKBS ST FATIMAH MAMUJU TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa atas berkat dan rahmat yang melimpah sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah “Menerapkan proses keperawatan
jiwa, prinsip legal etis dan lintas budaya dalam asuhan
keperawatan jiwa” dengan tepat waktu dan tanpa halangan suatu
apapun.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan


yang telah diberikan dalam proses penyusunan makalah ini, kami
ucapkan terimakasih kepada:
1. Ns. Hermawati, S.Kep., M.Kep
2. Teman – teman kelompok 5

Penulis menyadari bahwa dalam penyusun makalah


Menerapkan proses keperawatan jiwa, prinsip legal etis dan lintas
budaya dalam asuhan keperawatan jiwa ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak agar pembuatan
makalah ini menjadi lebih baik lagi dan mampu memberikan
manfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Mamuju, 26 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I.......................................................................................................................

PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang............................................................................................

B. Rumusan Masalah.......................................................................................

C. Tujuan..........................................................................................................

D. Manfaat........................................................................................................

BAB II.....................................................................................................................

PEMBAHASAN.....................................................................................................

A. Pengertian proses keperawatan jiwa...........................................................

B. Prinsip legal etis dalam asuhan keperawatan jiwa..................................

C. Pengertian lintas budaya dalam keperawatan jiwa...............................

BAB III..................................................................................................................

PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan n
pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa
individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart,
2007) . Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4)
disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Definisi sehat menurut
kesehatan dunia World Health Organization (WHO) adalah suatu
keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak
hanya bebas dari penyakitatau kecacatan. Manusia akan beradaptasi
terhadap keseimbangan melalui mekanisme penanganan yang
dipelajari pada masa lampau. Apabila manusia berhasil beradaptasi
dengan masa lampau, berarti ia telah mempelajari aktivitas
mekanisme penanganan yang adekuat untuk beradaptasi terhadap
kesulitan yang lebih kompleks dimasa mendatang dan bisa
menyebabkan terjadinya keadaan yang mernpunyai pengaruh buruk
terhadap kesehatan jiwa atau gangguan jiwa. 2 Gangguan jiwa
merupakan salah satu masalah kesehatan utama diberbagai Negara
maju, modern dan industri. Menurut penelitian WHO, prevalensi
gangguan jiwa adalah 100 jiwa/1000 penduduk. Data statistik yang
dikemukakan oleh WHO (1990) menyebutkan bahwa setiap saat 2 – 3
% dari penduduk di dunia berada dalam keadaan membutuhkan
pertolongan serta pengobatan untuk suatu ganguan jiwa. Hasil riset
WHO diperkirakan pada setiap saat, 450 juta orang diseluruh dunia
terkena dampak permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku dan

4
jumlahnya terus meningkat. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa satu dari
lima orang dewasa pemah mengalami gangguan jiwa dari jenis biasa
sampai yang serius (Rizki, 2012) Data yang dikeluarkan oleh Badan
Kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2006 menyebutkan bahwa
diperkirakan 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan
kejiwaan, dari tingkat ringan hingga berat. Sebaiknya, Departemen
Kesehatan menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa berat
sebesar 2,5 Juta jiwa, yang diambil dari data RSJ seIndonesia
(Ahmad, 2009) Diperkirakan lebih dari 90 % klien dengan skizofrenia
mengalami halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi
tetapi sebagian besar klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
mengalami halusinasi dengar. Suara dapat berasal dari dalam diri
individu atau dari luar dirinya. Suara dapat dikenal (familiar). Suara
dapat tunggal atau multipel. Isi suara dapat 3 memerintah sesuatu
pada klien atau seringnya tentang perilaku klien sendiri. Di Rumah
Sakit Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa yaitu halusinasi dengar, 20% mengalami halusinasi
penglihatan dan 10% mengalami halusinasi penghidu, pengecap,
perabaan. Berdasarkan hasil laporan rekam medik ( RM ) Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta, didapatkan data dari Maret-April 2013
tercatat jumlah pasien rawat inap 880 orang dan terdiri dari pasien
halusinasi 450 orang, perilaku kekerasan 106 orang, isolasi sosial :
menarik diri 105 orang, harga diri rendah 61 orang, waham 21 orang
dan defisit perawatan diri 138 orang,

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian proses keperawatan jiwa?
2. Bagaimana prinsip legal etis dalam asuhan keperawatan jiwa?
3. Bagaiman lintas budaya dalam keperawatan jiwa?

C. TUJUAN

5
1. Menguraikan pengertian proses keperawatan jiwa
2. Menguraikan prinsip keperawatan pada anak
3. Menguraikan lintas budaya dalam keperawatan jiwa

D. MANFAAT
Pembuatan makalah Keperawatan jiwa ini diharapkan bermanfaat
bagi mahasiswa untuk dapat memahami berbagai pendekatan model
keperawatan jiwa dan mampu mengetahui penerapan dari
pendekatan dalam memberikan asuhan dan pelayanan keperawatan

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Keperawatan Jiwa


Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan pada pasien (individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis, dan teratur (Depkes,
1998; Keliat, 1999).
Proses ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan masalah klien sehingga
mutu pelayanan kesehatan secara optimal.
Proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian (termasuk
analisis data dan pembuatan pohon masalah), perumusan diagnosis,
pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
(Fortinash, 1995).
1. Pengkajian
Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi
pengumpulan data, analisis data, dan perumusan masalah pasien.
Data yang dikumpulkan adalah data pasien secara holistik, meliputi
aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Seorang perawat
jiwa diharapkan memiliki kemampuan tilik diri (self awareness),
kemampuan mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi secara
terapeutik, dan kemampuan berespons secara efektif (Stuart dan
Sundeen, 2002) karena hal tersebut menjadi kunci utama dalam
menumbuhkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Stuart dan Sundeen (2002) menyebutkan bahwa faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber

7
koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien adalah aspek
yang harus digali selama proses pengkajian.
Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi
hal berikut :
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama / alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik / biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medis

Data yang didapatkan dikelompokkan menjadi data objektif


dan data subjektif. Data objektif adalah data yang didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan secara langsung oleh perawat.
Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
pasien dan/atau keluarga sebagai hasil wawancara perawat.
Jenis data yang diperoleh dapat sebagai data primer bila
didapat langsung oleh perawat, sedangkan data sekunder bila data
didapat dari hasil pengkajian perawat yang lain atau catatan tim
kesehatan lain.
Setelah data terkumpul dan didokumentasikan dalam format
pengkajian kesehatan jiwa, maka seorang perawat harus mampu
melakukan analisis data dan menetapkan suatu kesimpulan
terhadap masalah yang dialami pasien. Kesimpulan itu mungkin
adalah sebagai berikut :
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan.

8
1) Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow
up secara periodik, karena tidak ada masalah serta pasien
telah memiliki pengetahuan untuk antisipasi masalah.
2) Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya
prevensi dan promosi sebagai program antisipasi terhadap
masalah.
b. Ada masalah dengan kemungkinan
1) Risiko terjadinya masalah, karena sudah ada faktor yang
mungkin dapat menimbulkan masalah.
2) Aktual terjadi masalah dengan disertai pendukung.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito (1998), diagnosis keperawatan adalah
penilaian klinis tentang respons aktual atau potensial dari individu,
keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu Permasalahan (P)
berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan
sebab akibat secara ilmiah. Perumusan diagnosis keperawatan jiwa
mengacu pada pohon masalah yang sudah dibuat. Pada rumusan
diagnosis keperawatan yang menggunakan typology single
diagnosis, maka rumusan diagnosis adalah menggunakan etiologi
saja.
3. Rencana Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat
komponen, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, rencana tindakan
keperawatan, dan rasional. Tujuan umum berfokus pada
penyelesaian masalah (P). tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian etiologi (E). Tujuan ini merupakan rumusan
kemampuan pasien yang harus dicapai. Pada umumnya
kemampuan ini terdiri atas tiga aspek, yaitu sebagai berikut (Stuart
dan Sundeen,2002).

9
a. Kemampuan kognitif diperlukan untuk menyelesaikan etiologi
dari diagnosis keperawatan.
b. Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
c. Kemampuan afektif perlu dimiliki agar pasien percaya akan
kemampuan menyelesaikan masalah.
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian
tindakan yang dapat dilaksanakan untuk mencapai setiap tujuan
khusus. Sementara rasional adalah alasan ilmiah mengapa
tindakan diberikan. Rencana tindakan yang digunakan di tatanan
kesehatan jiwa disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan
jiwa Indonesia. Standar Keperawatan Amerika menyatakan
terdapat empat macam tindakan keperawatan, yaitu asuhan
mandiri, kolaboratif, pendidikan kesehatan, dan observasi lanjutan.
Tindakan keperawatan harus menggambarkan tindakan
keperawatan yang mandiri serta kerja sama dengan pasien,
keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa
yang lain.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum tindakan keperawatan
diimplementasikan perawat perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat
ini (here and now). perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan
teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan,
perawat harus membuat kontrak dengan pasien dengan
menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta pasien
yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait
dengan standar tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal
yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan.

10
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada
dua macam, yaitu:
a. Evaluasi proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan.
b. Evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan
membandingkan respons pasien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditetapkan.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai
berikut:
S : respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan.
O : respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap ada, muncul
masalah baru, atau ada data yang kontradiksi terhadap
masalah yang ada.
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut:
a. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah).
b. Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan
semua tindakan tetapi hasil belum memuaskan).
c. Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ada).
d. Rencana selesai jika tujuan sudah tercapai dan perlu
mempertahankan keadaan baru.

B. Prinsip Legal Etis Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa

11
Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos yang berarti karakter,
watak kesusilaan, atau adat kebiasaan yang etika tersebut
berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat
penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah
dilakukan. Penerapan aspek etik dalam keperawatan jiwa sangat
terkait dengan pemberian diagnosis, perlakuan atau cara merawat, hak
pasien, stigma masyarakat, serta peraturan atau hukum yang berlaku.
Prinsip legal etis keperawatan ada 8, antara lain :
1. Otonomi (Autonomi)
Prinsip ini didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan membuat keputusan sendiri.
2. Berbuat baik (Beneficence)
Berbuat baik berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan.
4. Tidak merugikan (Non-maleficence)
Prinsip ini tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan
psikologis pada pasien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip ini dibutuhkan untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain.
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasian adalah informasi tentang pasien
harus dijaga privasi pasien.
8. Akutablitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seseorang profesional dapat dinili dlam situasi yang tidak jelas atau

12
tanpa terkecuali.
Beberapa aturan di Indonesia sering mendiskreditkan pasien
gangguan jiwa, yaitu seseorang yang mengalami gangguan jiwa tanda
tangannya tidak sah. Proses rawat inap dapat menimbulkan trauma
atau dukungan, yang bergantung pada institusi, sikap keluarga dan
teman, respons staf, serta jenis penerimaan atau cara masuk rumah
sakit. Ada tiga jenis proses penerimaan pasien yang masuk ke rumah
sakit jiwa, yaitu masuk secara informal, sukarela, atau masuk dengan
paksaan.
Hak pasien sangat bergantung pada peraturan perundangan.
Menurut Undang-Undang Kesehatan Pasal 144 mengatakan,
“Menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang
sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat
mengganggu kesehatan jiwa”. Beberapa hak pasien yang telah
diadopsi oleh banyak Negara Bagian di Amerika antara lain sebagai
berikut :
1. Hak untuk berkomunikasi dengan orang di luar rumah sakit.
2. Hak terhadap barang pribadi.
3. Hak menjalankan keinginan.
4. Hak terhadap “Habeas Corpus”.
5. Hak terhadap pemeriksaan psikiatrik yang mandiri.
6. Hak terhadap keleluasaan pribadi.
7. Hak persetujuan tindakan (informed consent).
8. Hak pengobatan.
9. Hak untuk menolak pengobatan.
Etika keperawatan merupakan suatu acuan dalam
melaksanakan praktik keperawatan, tidak terkecuali keperawatan jiwa.
Keputusan dan tindakan perawat psikiatri kepada klien dibedakan oleh
apa yang dinamakan dengan ethical manner (cara yang sesuai dengan
etik). Menurut Curtin (1978) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam
Principles and Practice of Psychiatric Nursing Care (1995), membuat

13
suatu model untuk pengambilan keputusan suatu etik, yaitu sebagai
berikut :
1. Meliputi pengumpulan informasi untuk mengklarifikasi latar
belakang isu tersebut.
2. Mengidentifikasi komponen etik atau keadaan dilema yang terjadi,
seperti adakah faktor ancamannya (dilihat dari sudut hak untuk
dapat menolak pelayanan).
3. Mengklarifikasi hak dan tanggung jawab yang ada pada seluruh
pihak, meliputi klien, perawat, dan pihak lain seperti keluarga klien,
dokter, lembaga perawatan kesehatan, ulama / pendeta, pekerja
sosial, dan mungkin juga hakim.
4. Yang terakhir adalah solusi yang diimplementasikan ke dalam
tindakan. Dalam konteks memenuhi harapan sosial dan sesuai
dengan hukum yang berlaku, perawat memutuskan ke dalam
tujuan dan metode implementasi.

C. Lintas Budaya Dalam Keperawatan Jiwa


Kebudayaan adalah suatu gagasan, tindakan, hasil karya
manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan
masyarakat (Koentjoroningrat, 1986). Budaya merupakan salah satu
dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia
yang bersifat sosial.
Pemberian asuhan keperawatan lintas budaya, perawat secara
sadar mempelajari norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya
tertentu dalam rangkamemberikan asuhan dengan tujuan untuk
membantu individu mempertahankan kesejahteraannya.
Tujuan dari keperawatan lintas budaya, yaitu :
1. Membantu individu/keluarga dengan budaya yang berbeda-beda
untuk mampu memahami kebutuhannya terhadap asuhan
keperawatan dan kesehatan.

14
2. Membantu perawat dalam mengambil keputusan selama
pemberian asuhan keperawatan pada individu/keluarga mealui
pengkajian gaya hidup, keyakinan tentang kesehatan dan praktik
kesehatan paien.
3. Asuhan keperawatan yang relevan dengan budaya dan sensitif
terhadap kebutuhan pasien akan menurunkan kemungkinan stres
dan konflik karena kesalahpahaman budaya.
Peran perawat yaitu menjembatani antara sistem perawatan
yang dilakukan masyarakat dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3
prinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1. Mempertahankan Budaya
Mempertahankan budaya bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Misalnya adalah budaya olah raga setiap pagi.
2. Negosiasi Budaya
Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatan. Misalnya pasien sedang
hamil pantang makan ikan yang berbau amis, maka ikan dapat
diganti dengan protein yang lainnya.
3. Restrukturisasi Budaya
Hal ini dilakukan bila budaya pasien yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Misalnya merubah kebiasaan pasien merokok menjadi
tidak merokok.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan pada pasien (individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis, dan teratur
(Depkes, 1998; Keliat, 1999).
Proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian (termasuk
analisis data dan pembuatan pohon masalah), perumusan
diagnosis, pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi (Fortinash, 1995).
Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos yang berarti
karakter, watak kesusilaan, atau adat kebiasaan yang etika
tersebut berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok
sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu
yang telah dilakukan.
Kebudayaan adalah suatu gagasan, tindakan, hasil karya
manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka
kehidupan masyarakat (Koentjoroningrat, 1986).

B. SARAN
Sebagai mahasiswa keperawatan dan calon perawat yang
professional ada baiknya kita benar-benar mendalami konsep teori

16
keperawatan menurut para ahli terutama pada pasien jiwa karena
pada dasarnya melakukan tindakan keperawatan tanpa dibekali
dengan teori yang telah dikuasai akan sangat sulit untuk
tercapainya tujuan perawat dalam melakukan pengkajian dan juga
akan menjadi berbelit dan tidak nyaman bagi klien/pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Lilik, Azizah, Zainuri, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa
– Teori dan Aplikasi Klinik Edisi Pertama. Yogyakarta : Indomedia
Pustaka.
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Huda, Chairul, 2015. Transkultural Nursing. Dikutip dari portalgaruda.org.
Pada tanggal 5 Juli 2018

17

Anda mungkin juga menyukai