Anda di halaman 1dari 20

Tugas Individu : Keperawatan Jiwa 1

Dosen Pengampuh : Harmanto S.Kep., Ns., M.Kep

“Trend Isu Keperawatan Jiwa, Peran Dan Fungsi Perawat Jiwa”

DI SUSUN OLEH :

ASRIATI(4201020013)

HISRINA STIANY LASTARI (4201020005)

SELVI (4201020014)

SYAIFUL(4201020006)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

BAUBAU

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Trend Isu
Keperawatan Jiwa, Peran Dan Fungsi Perawat Jiwa ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan jiwa 1. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang keperawatan jiwa 1
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu
selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Baubau, maret, 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1

B. PERUMUSAN MASALAH.........................................................................................2

C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................................3

A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA..........................................................................3

B. CIRI-CIRI JIWA YANG SEHAT................................................................................4

C. PANDANGAN PERAWAT TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA.....................6

D. PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA...................................................................6

E. TREN DAN ISU KEPERAWATAN JIWA.................................................................7

F. PERAN PERAWAT JIWA........................................................................................12

G. FUNGSI PERAWAT JIWA.......................................................................................13

H. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN JIWA......................................................14


BAB III..................................................................................................................................16

PENUTUP.............................................................................................................................16

A. KESIMPULAN..........................................................................................................16

B. SARAN......................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling
mengancam di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu meningkat.
Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama semakin berat.
Gangguan jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah tetapi juga kalangan
pejabat dan kalangan menengah ke atas. Pada saat ini penyakit gangguan jiwa
tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan lansia tetapi juga oleh anak-anak dan
remaja. Seseorang yang terkena gangguan jiwa akan melakukan hal yang
seharusnya tidak dilakukan seperti menggunakan obat-obatan terlarang dan
melakukan bunuh diri.
Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di
dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain
factor diatas penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan oleh
perkembangan otak ketika masih janin yang menyebabkan penyakit skizofrenia.
Oleh karena itu saat ini seluruh Negara di dunia berusaha meningkatkan
kesehatan jiwa warga negaranya. Begitu juga dengan Indonesia yang berusaha
meningkatkan pelayanan pada pasiennya dengan meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan jiwa.

1
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan dan tema yang diangkat maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Kesehatan Jiwa?
2. Bagaimana ciri-ciri jiwa yang sehat?
3. Bagaimana pandangan perawat tentang kesehatan jiwa?
4. Apakah yang dimaksud dengan Keperawatan Jiwa?
5. Bagaimana tren dan isu dalam keperawatan jiwa?
6. Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien dan perawat?

C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini beertujuan untuk memahami tentang keperawatan
jiwa, bagaimana perang perawat dalam melaksanakan keperawatan jiwa dan
bagaimana manfaatnya kepada pasien dan perawat. Makalah ini juga disusun
untuk memahami tentang diagnose keperawatan jiwa yang sesuai dengan standar
aturan keperawatan yang berlaku dan memberikan bimbingan kepada pasien yang
mengalami gangguan jiwa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA


Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerepkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya atau instrumennya.
Keperawatan jiwa merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang perilaku
manusia, psikososial, bio-psik dan teori-teori kepribadian, dimana
penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau
instrumen yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
(Erlinafsiah, 2010)
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptif yang
disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri
dan terapi keperawatan jiwa melalui proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
individu, keluarga dan masyarakat (Sujono dan Teguh, 2009).
Menurut WHO kesehatan jiwa adalah kesehatan jiwa bukan hanya tidak
ada gangguan jiwa melainkan megandung berbagai karakteristik yang positif
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya.Menurut UU kesehatan Jiwa no 13 tahun 1996
kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini
berjalan selaras dengan orang lain.
Menurut Rosdahl, Texbook of Basic Nursing, 1999:58 kesehatan jiwa
adalah A mind that grows and adjust, is in control, and is free of serious
stress. Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari

3
stress yang serius.Pada jiwa yang sehat ada beberapa factor yang dapat
memprngaruhinya. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Inherited Characteristic (Warisan Karakteristik)
Beberapa teori percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal
dengan sempurna dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah
mental yang sehat di pandangan hidupnya. Di sisi lain orang yang
mengalami kecacatan genetik mempengaruhi seseorang untuk
mempertahankan kesehatan jiwanya. Setiap orang memiliki sifat yang
berbeda, ada yang sensitive dan ada yang temperamental semua itu
dipengaruhi oleh lingkungannya.
2. Nurturing During Childhood (Pemeliharaan Sewaktu Kecil)
Hal ini mengacu pada interaksi dengan orang tua di masa kecil juga
akan mempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai
dengan positif ketika anak dilahirkan akan menciptakan perasaan
cinta, aman dan mau menerima. Pemeliharan yang buruk ketika kecil
juga akan mempengaruhi mental sang anak seperti kekurangan kasih
saying ibu, penolakan dari orang tua dan kegagalah komunikasi awal.
3. Life Circumstance (Keadaan Hidup)
Keadaan hidup bisa mempengaruhi keadaan mental seseorang dimulai
dari dia lahir. Contoh keadaan yang positif adalah sukses di sekolah,
keuangan yang mencukupi, kesehatan fisik yang baik, pekerjaan yang
menyenangkan dan perkawinan yang sukses. Sedangkan keadaan
hidup yang negative meliputi kesehatan fisik yang buruk, pekerjaan
dan perkawinan yang tidak sukses.

B. CIRI-CIRI JIWA YANG SEHAT


Setiap orang ingin memiliki jiwa yang sehat, tetapi tidak semua orang bisa
mengontrol emosi dan mengelola stresnya. Sehingga banyak orang yang
memilih jalan yang salah yaitu dengan mengakhiri hidupnya. Jiwa yang sehat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

4
1. Menurut WHO :
a. Menyesuaikan diri secara konstruktif walaupun kenyataan sangat buruk
b. Memperoleh kepuasan dari hasil usaha
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d. Hubungan antar manusia saling menolong dan memuaskan
e. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran
f. Rasa bermusuhan diselesaikan secara kreatif dan konstruktif
g. Mempunyai kasih saying
2. Menurut Abraham Maslow
a. a.memiliki persepsi realita yang efektif.
b. Menerima diri sendiri
c. Spontan
d. Sederhana dan wajar
3. Menurut Jahoda
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi: keseimbangan ekspresi dan represi,konflik internal suasana hati
dan emosi
d. Otonomi :keseimbangan tergantung dan mandiri, menerima konsekuensi
atas perilakunya,bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keputusannya,
tindakannya dan perasaannya.
e. Persepsi realitas : kemampuan individu memiliki penerimaan tentang
dunia luar melalui pengalaman berfikir.
f. Menguasai lingkungan : individu merasa sukses dalam menjalankan
perannya dalam masyarakat atau kelompok menghadapi dunia luar secara
efektif, mendapatkan kepuasan hidup.

5
C. PANDANGAN PERAWAT TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA
Bukan hanya kesehatan fisik saja yang penting, tetapi kesehatan jiwa juga
harus dijaga agar bisa menjalankan kehidupan dengan baik. Menjaga
kesehatan jiwa sangat sulit karena masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Bagi seseorang yang tidak mampu mengelola emosi dan stressnya akan
menyebabkan gangguan pada jiwanya. Walaupun begitu seorang perawat
memiliki pandangan positif terhadap seseorang yang mengalami gangguan
jiwa, yaitu sebagai berikut :
1. Gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan perilaku
manusia.
2. Perilaku manusia selalu bisa diarahkan pada respon yang baru.
3. Perilaku manusia selalu dipengaruhi oleh factor lingkungan yang dapat
menguatkan dan melemahkan
Seorang perawat akan selalu berfikir positif tentang pasiennya,
walaupun pasien tersebut mengalami gangguan kejiwaan. Selain itu
seorang perawat juga akan melakukan evaluasi tentang kesehatan pada
jiwa pasiennya, yaitu sebagai berikut :
a. Status fungsional : kemampuan melakukan tugas sehariandan
memenuhi peran yang menantang
b. Status psikologi ; (alarm emosional dan intelektual) perasaan
kesejahteraan, status mental dan emosi, persepsi kualitas hidup,
sumber daya memaksimalkan potensi pribadi
c. Status klinis :dimensi kesehatan fisik.

D. PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA


Menurut Dorothy dan Cecelia keperawatan jiwa adalah proses dimana
perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep
diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih
harmonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.Menurut Kaplan
Sadock keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupayauntuk

6
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang akan mendukung integrasi,
pasien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi dan komunitas.
Menurut ANA (American Nurses Association) keperawatan jiwa adalah
area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku
manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.

E. TREN DAN ISU KEPERAWATAN JIWA


Tren dan isu dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat
dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Berikut ini
beberapa contoh tren dan isu yang terjadi dalam keperawatan jiwa :
1. Kesehatan Jiwa dimulai masa konsepsi
Di Indonesia banyak terjadi gangguan jiwa di mulai pada usia 19 tahun
dan jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir.
Perkembangan pada saat ini menunjukkan bahwa jika berbicara masalah
kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi bahkan sebelum pranikah.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa adanya keterkaitan kesehatan
fisik dan mental seseorang ketika berada dalam kandungan di masa yang akan
datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental
seseorang dimulai pada masa konsepsi. Berikut ini merupakan hasil dari
penelitian :
a. Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik,
getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental
dan emosional yg lebih baik.
b. Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam
kandungan. Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi
sedang berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko

7
yang lebih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan
penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu
yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita
skizofrenia. Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan
neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia
terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan.
Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan dalam
mempertahankan perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan,
working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada
penderita skizofrenia. Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat
sejak dalam kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh
lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak,
trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak
seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini
menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan
proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi.
2. Tren peningkatan masalah kesehatan
Pada era globalisasi ini masalah kesehatan jiwa sudah meningkat, hal
ini sudah terbukti dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beban
hidup yang semakin berat. Pada saat sekarang ini pasien gangguan jiwa bukan
hanya dari kalangan bawah tetapi juga dari kalangan mahasiswa, pns, pegawai
swasta pejabat dan masyarakat kalangan menengah ke atas. Semua itu terjadi
karena sebagian besar masyarakat menengah ke atas tidak mampu mengelola
stress dan juga bisa disebabkan oleh post powewr syndrome atau mutasi
jabatan. Pada saat sekarang ini penyakit gamgguan jiwa tidak lagi mengenal
strata social dan usia. Banyak orang kaya yang terkena gangguan jiwa karena
hartanya habis akibat bencana.
Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang
mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan,

8
gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya.
Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang
menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang
yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
3. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder
    Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman
trauma yang umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari.
Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak
mengalami stress yang demikian. Mereka menjadi manusia yang invalid
dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak produktif. Trauma
bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul
sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi
tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.
4. Tren bunuh diri pada anak-anak dan remaja
Gagasan bunuh diri merupakan keluhan pertamayang sering dijumpai
dalam pelayanan psikiatrik darurat. Semua ancaman bunuh diri, sikap dan
buah pikiran itu harus ditanggapi dengan serius, sampa dapat dibuktikan
sebaliknya. Pasien yang berisiko bunuh diri perlu diamati secara cermat. Alas
an seseorang bunuh dir adalah putus asa dengan masalah dia hadapi dan tidak
merasa tidak berdaya. Di dunia pun bunuh diri merupakan masalah psikologis
dunia yang sangat mengancam, angka kejadian terus meningkat dan sangat
mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang
diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria,
Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki Jerman
dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit
seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang
sebenarnya 10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini
yang mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada
anak-anak dan remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara

9
yang sering diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang,
harakiri (menikam atau merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan
untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi
mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap
perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984.
Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga
kehormatan pimpinannya.  Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap
tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu
dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor
kecelakaan. Metode bunuh diri yang paling disukai adalah menggunakan
pistol, menggantung diri dan minum racun.
5. Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa
Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka pola
asuh keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh
dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol
yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat,
teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi,
belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara
pada orang tuanya saat punya masalah. Orang tua menjadi teman dalam
ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Bagaimana anak
dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian menjadi hal
yang sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena akan memiliki self
confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak bertanggung jawab
mengerjakan tugas-tugas di rumah sepert: mencuci, menyiram bunga dll
6. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi
Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung
ditemukannya obat psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku
klien gangguan jiwa, peran perawat tidak terbatas di Rumah Sakit, tetapi
dituntut lebih sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus pada

10
pelayanan preventif dan promotif. Perubahan hospital based care menjadi
community based care merupakan trend yang signifikan dalam pengobatan
gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri harus mengintegrasikan diri dalam
community mental health, dengan tiga kunci utama :
a. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta
hubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.
b. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisikan perannya
c. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan
promosi kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based
care. Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting, terutama
keperawatan mental psikiatri baik dalam jumlah maupun kualitas.
1. Isu Seputar Yankep Mental Psikiatri
a. Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat dipertanggungjawabkan
karena masih kurangnya hasil-hasil riset tentang keperawatan jiwa klinik.
b. Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikannya
yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara
internasional.
c. Pembedaan perang perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman
sering kali tidak jelas “position description” job responsibility dan system
reward dalam pelayanan.
d. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan.
2. Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa
Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat
dikotomis melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling menunjang).
Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu
pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta. Tetapi agama tanpa ilmu
pengetahuan bagaikan orang lumpuh.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa
yang sehat banyak penelitian dilakukan diantaranya sebuah penelitian yang

11
mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai
agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari
analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu
kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.
Menurut Rando (1984) keyakinan agama dapat membantu menyokong
pasien dalam menghadapi krisi kehidupan termasu kematian. Dimensi
spiritual merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam masyarakat
Indonesia. Walaupun hal ini sering kali terabaikan. Pengertian tentang
pentingnya memahami kebutuhan spiritual pasien yang dilandasi atas
keyakinan beragama, nilai dan pengalaman kehidupan pasien sering tidak
menjadi focus tenaga kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya
menjelaskan secara ilmu aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual menurut
Randi (1984) adalah mencari arti kehidupan, meninggal secara wajar dan
kebutuhan untuk ditemani pada saat sakratul maut.

F. PERAN PERAWAT JIWA


Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan
spesifik (Dalami,2010). Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan
kolaborasi diantaranya adalah yang pertama yaitu sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, yaitu perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas. Dalam menjalankan perannya,
perawat menggunakan konsep perilaku manusia, perkembangan kepribadian
dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas. Perawat melaksanakan
asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan proses
keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan
serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.
Peran perawat yang kedua yaitu sebagai pelaksana pendidikan
keperawatan yaitu perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada

12
individu, keluarga dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri
sendiri, anggota keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya
diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan
jiwa. Peran yang ketiga yaitu sebagai pengelola keperawatan adalah perawat
harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini
perawat diminta menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan,
menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan, berperan serta
dalam aktifitas pengelolaan kasus dan mengorganisasi pelaksanaan berbagai
terapi modalitas keperawatan.
Peran perawat yang kekempat yaitu sebagai pelaksana penelitian yaitu
perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

G. FUNGSI PERAWAT JIWA


Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara
langsung dan asuhan keperawatan secara tidak langsung (Erlinafsiah, 2010).
Fungsi tersebut dapat dicapai melalui aktifitas perawat jiwa, yaitu: pertama,
memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan perasaan aman, nyaman baik fisik,
mental,dan sosial sehingga dapat membantu penyembuhan pasien. Kedua,
bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam
membantu mengatasi segera dan tidak ditunda sehingga tidak terjadi
penumpukkan masalah. Ketiga, sebagai model peran yaitu perawat dalam
memberikan bantuan kepada pasien menggunakan diri sendiri sebagai alat
melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh perawat.
Fungsi perawat yang keempat yaitu memperhatikan aspek fisik dari
masalah kesehatan klien merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal ini
perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam

13
evaluasi pasien jiwa untuk mengidentifikasi adanya penyakit fisik sedini
mungkin sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat. Kelima, memberikan
pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, kleuarga dan komunitas
yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, ciri-ciri sehat
jiwa, penyebab gangguan jiwa, ciriciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas
keluarga, dan upaya perawatan pasien ganggua jiwa. Keenam, sebagai
perantara sosial yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien,
keluarga dan masyarakat dalam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
Fungsi yang ketujuh adalah kolaborasi dengan tim lain adalah perawat
membantu pasien mengadakan kolaborasi dengan petugas kesehatan lain yaitu
dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja
sosial, psikolog, dll. Kedelapan, memimpin dan membantu tenaga perawatan
adalah pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan jiwa didasarkan pada
manajemen keperawatan kesehatan jiwa. Kesembilan, menggunakan sumber
di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini penting diketahui
oleh perawat bahwa sumber-sumber yang ada dimasyarakat perlu
diidentifikasi untuk digunakan sebagai faktor pendukung dalam mengatasi
masalah kesehatan jiwa yang ada dimasyarakat.

H. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN JIWA


Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat
dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala
yang berbeda dan muncul oleh berbagai penyebab. Proses keperawatan
merupakan sarana/wahana kerjasama perawat dengan klien, yang umumnya
pada tahap awal peran perawat lebih besar dari pada peran klien, namun pada
proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar daripada peran perawat,
sehingga kemandirian klien dapat dicapai (Keliat, 1998). Manfaat dari proses
kepeawatan jiwa dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Manfaat keperawatan jiwa bagi perawat :

14
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan
terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa
perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
2. Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien :
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
b. Terhindar dari malpraktik.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-masalah yang
didapat selama hidup. Dalam menjalankan kehidupan setiap orang akan
mendapatkan masalah. Sebagian besar manusia tidak mampu mengontrol
emosi dan mengelola stresnya, sehingga akan melakukan yang hal-hal yang
tidak baik bagi dirinya. Walaupun begitu ada sebagian orang yang bisa
melaluinya dengan baik. Kesehatan jiwa menjadi masalah besar di dunia dan
dianggap sangat mengancam. Seseorag yang mengalami gangguan jiwa akan
melakukan beberapa hal, seperti menggunakan NAPZA, melakukan bunuh
diri dll. Setiap tahunnya kasus bunuh diri selalu meningkat yang
menyebabkan banyak orang yang meninggal. Pada saat sekarang ini tren dan
isu tentang keperawatan jiwa sangat berkembang. Gangguan jiwa bukan
hanya terjadi pada orang dewasa dan lansia saja tetapi juga terjadi pada anak-
anak dan remaja. Dan tidak hanya dialami oleh masyarakt kalangan bawah
saja tetapi juga kalangan menengah ke atas.

B. SARAN
Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti ekonomi dan
kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental. Orang yang
mengalami depresi atau stress akan berusaha menghilangkan stresnya dengan
menggunakan NAPZA dan ada yang melakukan bunuh diri. Untuk itu sebagai
seorang perawat kita harus bisa merawat pasien dengan gangguan jiwa dengan
baik agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Penigkatan pelayanan
terhadap pasien juga harus diperhatikan. Untuk mengurangi pasien penyakit
jiwa bisa dilakukan dengan dimensi spiritual, sehingga pasien harus lebih
diperkenalkan dengan agamanya dan memperkuat imannya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, A.I, Sadock B.J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (I); Jakarta. Widya
Medika.
Hamid, A.Y.S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa (I);
Jakarta. Buku Kedokteran ECG.
Shives, L.R. (1998). Basic Consept of Psychiatric-Mental Health Nursing (4); East
Washington Square. Lippincott.
Prasetyo, H. Nugroho, P. (2009). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dalam Merawat
Pasien Jiwa pada Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Soedirman. 4 (1), 15-19.
Prihartini, Y. Hotnida, E. Peran Perawat dalam Program Terapi dan Pemberdayaan
Pasien dengan Dual Diagnosis. Bulletin Ilmiah Populer.35-42.
Novita, M.(2012). Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi
Pada Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2011. Diakses pada tanggal 27 September 2012 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31490
Anonim. Kesehatan Jiwa. Diakses pada tanggal 28 September 2012 dari
http://faperta.ugm.ac.id/articles/kesehatan_jiwa.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai