Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ TREND KEPERAWATAN JIWA ”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperaawatan Jiwa
Dosen pengampu : Ns. Siti Nuryanti, S,Kep.,M.Pd

Disusun Oleh :

NUR AINUN

NIM. P07220116109

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang “Trend Keperawatan Jiwa” . Meskipun masih banyak kekurangan di
dalamnya.

Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan
memberi tugas ini. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai materi tersebut. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna.

Oleh sebab itu saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat dan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Balikpapan, 08 Agustus 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
D. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................ 3
A. Pengertian .......................................................................................................... 3
B. Trend Keperawatan Jiwa ................................................................................... 3
1) Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi ......................................................... 3
2) Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa .................................................. 6
3) Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa .......................................... 8
4) Kecenderungan situasi di era global .............................................................. 9
5) Globalisasi dan perubahan orientasi sehat ..................................................... 9
6) Kecenderungan penyakit jiwa ..................................................................... 10
7) Meningkatnya post traumatik sindrom ........................................................ 11
8) Meningkatnya masalah psikososial ............................................................. 11
9) Trend bunuh diri pada anak dan Remaja ..................................................... 12
10) Masalah AIDS dan NAPZA .................................................................... 13
11) Pattern of parenting .................................................................................. 13
12) Perspektif life span history ...................................................................... 14
13) Kekerasan................................................................................................. 15
14) Masalah ekonomi dan kemiskinan........................................................... 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional


keluar dan masuk ke dalam negeri. Setelah tahun 2000, dunia khususnya
bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era Pada masa
itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat
dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat
yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah
urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan
remaja, penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran
agresifitas atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan
kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam
keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan
masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif. Dengan banyaknya masalah-masalah yang ada dalam
keperawatan jiwa yang kini kita hadapi, maka kita perlu mengkaji ulang
faktor yang mempengaruhi masalah-masalah keperawatan jiwa
Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada
upaya pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi
tentang kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan
penanganannya. Upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat pada
saat ini tidak mungkin dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja, tetapi perlu
peran serta seluruh masyarakat dan keluarga klien untuk memfasilitasi peran
aktif dari kader kesehatan dalam upaya kesehatan jiwa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :


1. Apakah pengertian trend keperawatan jiwa ?
2. Apa saja trend dalam keperawatan jiwa ?

1
C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu :


1. Untuk mengetahui pengertian trend keperawatan jiwa
2. Untuk mengetahui trend yang terdapat dalam keperawatan

D. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika
penulisan.

BAB II: TINJAUAN TEORI


Terdiri dari penjelasan pengertian trend keperawatan jiwa dan 14
trend keperawatan jiwa.

BAB III: PENUTUP


Terdiri dari kesimpulan dan saran.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan


analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan
masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak
orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan
yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan
menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada. (American Nurses Associations).
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung,
komunikasi dan management, bersifat positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan
kepribadian yang bersangkutan. (WHO)
Trend Keperawatan Jiwa adalah masalah-masalah yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat
dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.

B. Trend Keperawatan Jiwa

Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan


jiwa di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai


pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di
Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan
kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir.
3
Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah
kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi malahan harus dimulai
dari masa pranikah.banyak penelitian yang menunjukkan adanya
keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental
seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut
membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa
konsepsi.
Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang
hebat terlahir dari seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya
sudah dipelajari sejak dalam kandungan pada saat bayi belum lahir yang
sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang
teratur.Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California
menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti serta diberikan stimulasi
dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan, ternyata setelah
dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih
baik. Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding
and attachment pada bayi baru lahir dapat meningkatkan inteligensi
bayi antara 15-30%.
Marion cleves meneliti tentang tikus-tikus yang hamil. Beberapa
tikus hamil yang diberikan stimulasi aliran listrik rendah, cahaya, suara
dan jebakan-jebakan menunjukkan banyaknya percabangan dendrite
sebagai prasyarat kecerdasan. Setelah dibandingkan dengan kelompok
control ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan. Demikian
juga penelitian-penelitian yang dilakukan di hospital Bangkok Thailand,
pada bayi-bayi yang mendapat prenatal care yang baik dan stimulasi
sejak dalam kandungan. Ternyata bayi tersebut mampu berbicara,
berkomunikasi, menirukan suara, menyebut kata pertama dan senyum.
Hal ini didukung oleh penemuan beatriz manrique (presiden the
Venezuela ministry for the development of intelligence) dalam
penelitian pada 600 bayi, ternyata stimulasi sejak dalam kandungan
dapat menigkatkan kemampuan adaptasi, attachment, dan bahasa.
Demikian juga dengan kaitan antara masa kehamilan dengan
skizofrenia.Skizofrenia sering dianggap sebagai penyakit kronis dan
tidak dapat disembuhkan. Anggapan tersebut keliru, karena dengan

4
pengobatan yang baik banyak penderita yang dapat kembali ke
masyarakat dan berfungsi optimal. Salah satu kendala dalam mengobati
skizofrenia optimal adalah keterlambatan penderita datang ke klinik
pengobatan. Timbul pertanyaan, mungkinkah penyakit ini dideteksi
sedini mungkin dan dicegah perkembangannya? Tahun 1988, Mednick
dkk dalam penelitian epidemiologi melaporkan penemuan yang
menarik, yaitu hubungan antara skizofrenia dengan infeksi virus dalam
kandungan. Laporannya didasarkan atasepidemi virus influenza pada
tahun 1957 di kota Helsinki.epidemi ini sangat spesial mengingat
pertama, terjadinya dalam kurun waktu yang pendek, dimulai pada
tanggal 8 oktober dan berakhir 5 minggu kemudian 14 November.
Kedua, epidemi ini sangat menyebar. Hampir dua pertiga penduduk
kota ini terkena infeksi dalam berbagai tingkatan. Kondisi ini
memungkinkan dilakukannya evaluasi efek jangka panjang.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi
sedang berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko
yang leih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari.
Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi
pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko
menderita skizofrenia.Mednick menghidupkan kembali teori
perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita
skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam
kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurnagnya
kemampuan dalam mempertahankan perhatian, membedakan suara
rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi
sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam
kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh
lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak,
trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak
seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini
menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi,
kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan
gangguan emosi.

5
2) Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh


jumlah penderita sakit jiwa di propinsi lain dan daerah istimewa
Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi didominasi
masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan
menengah ke atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.
Kecenderungan itu tampak dari banyaknya pasien yang
menjalani rawat inap maupun rawat jalan di RS Grhasia Yogyakarta
dan RS Sardjito Yogyakarta. Pada dua rumah sakit tersebut klien
gangguan jiwa terus bertambah sejak tahun 2002 lalu. Pada tahun 2003
saja jumlahnya mencapai 7.000 orang, sedang pada 2004 naik menjadi
10.610 orang. Sebagian dari klien menjalani rawat jalan, dan klien yang
menjalani rawat inap mencapai 678 orang pada 2003 dan meningkat
menjadi 1.314 orang pada tahun 2004. yang menarik, klien gangguan
jiwa sekarang tidak lagi didominasi kalangan bawah, tetapi kalangan
mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dan kalangan
professional juga ada diantaranya. Klien gangguan jiwa dari kalangan
menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola
stress dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power
syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan.
Kepala staf medik fungsional jiwa RS Sardjito Yogyakarta,
Prof.Dr. Suwadi mengatakan, pada tahun 2003 jumlah klien gangguan
jiwa yang dirawat inap sebanyak 371 pasien. Tahun 2004 jumlahnya
meningkat menjadi 433 pasien. Jumlah itu, belum termasuk klien rawat
jalan di poliklinik yang sehari-hari rata-rata 25 pasien. Demikian juga di
propinsi Sumatera Selatan, gangguan kejiwaan dua tahun terakhir ini
menunjukkan kecenderungan peningkatan. Beban hidup yang semakin
berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien
gangguan jiwa.
Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) daerah Propinsi Sumatera
Selatan mengungkapkan: setahun ini jumlah klien gangguan jiwa yang
ditangani di RSJ mengalami peningkatan 10-15% dibandingan dengan
tahun sebelumnya. Kecenderungannya, kasus-kasus psikotik tetap

6
tinggi, disusul kasus neurosis yang cenderung meningkat, rekam medis
di RSJ Sumsel mencatat, jumlah klien yang dirawat meningkat dari
jumlah 4.101 orang (2003) menjadi 4.384 orang (2004). Dari
keseluruhan jumlah klien yang dirawat selama 2004, sebanyak 1.872
pasien diantaranya dirawat inap di RSJ itu. Sebanyak 1.220 orang
adalah sebagai pasien lama ang sebelumnya pernah dirawat. Kondisi
lingkungan yang semakin keras, dapat menjadi penyebab meningkatnya
jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk
individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan timgkat
kemiskinan terlalu menekan.Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang
ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa
penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang
kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta
bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan
remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis adalah
bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya
mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan
keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis
menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya
rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi
emosional.
Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja
kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik
bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah
keluarga.Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan
psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal
secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan
melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain,
seperti mengamuk.

7
3) Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi


berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan
stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada
manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi
masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada
satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei,
Direktur WHO wilayah Asia Tenggara, hamper satu per tiga dari
penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri.
Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia
diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita
gangguan kesehatan jiwa.
Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat
DepKes) mengatakan, angka itu menunjukkan jumlah penderita
gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu
dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa
cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai
skizofrenia. Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita
gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global,
dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar
satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap
tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya
bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa
setiap tahunnya.
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan
banyak hal. Namun, menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu
Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini,
yaitu :

8
1. Gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain
berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi
(tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol
dan lain-lain.
2. Gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya,
karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting)
hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan
frustasi, konflik, dan tekanan krisis.
3. Gangguan sosial atau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa
stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan
antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup,
dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor
keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).

4) Kecenderungan situasi di era global

Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas
antara negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan
politik. Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan
bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector
termasuk sektor kesehatan.

5) Globalisasi dan perubahan orientasi sehat

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan yankes termasuk


keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan
penyelenggaraan pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan
(perawat “jiwa” ) harus mempunyai standar global dalam memberikan
pelayanan kesehatan, jika tidak ingin ketinggalan.
Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator kesehatan warga di masa
mendatang bukan lagi masalah klinis seperti prevalensi gangguan jiwa,
melainkan berorientasi pada konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan
jiwa bukan hanya menangani orang sakit, melainkan pada peningkatan
kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit,

9
tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi
social Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan upaya proaktif untuk
pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upaya kesehatan jiwa
lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan kesehatan
jiwa bergeser dari hospital base menjadi community base.
Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :
a. Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun
yang diperalat oleh orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada
yang diperalat/ memperalat diri sendiri, dimana manusia itu menjadi
pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada
tujuan perkembangan diri manusia.
b. Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya,
merangsang perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu
membuat manusia untuk mengungkapkan kebutuhan batinnya
berupa seni dan perilaku normatif kolektif.
c. Masyarakat terhindar dari sifat-sifat rakus, eksploitatif, pemilikan
berlebihan, narsisme, tidak mendapatkan kesempatan meraup
keuntungan material tanpa batas.
d. Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam
dimensi-dimansi yang dapat dipimpin dan diobservasi. Partisipasi
aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat. Untuk
mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya : Setiap orang
harus meningkatkan kualitas hidup yang dapat menjamin terciptanya
kondisi sehat yang sesungguhnya mandiri dan tidak bergantung pada
orang lain merupakan orientasi paradigma kesehatan jiwa.

6) Kecenderungan penyakit jiwa

Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of


disease“ (Michard & Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan
bagi ”Public Health Policy” yang secara tradisional memberi perhatian
yang lebih pada penyakit infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan
kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian akibat
penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan

10
masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty
Adjusted Life Year) diketahuilah bahwa gangguan jiwa merupakan
masalah kesehatan utama secara internasional. Perubahan sosial
ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu
menyebabkan semakin tigginya angka pengangguran, kemiskinan, dan
kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan
gangguan jiwa dalam kehidupan manusia ( Antai Otong, 1994).
Untuk menjawab tantangan ini diperlukan tenaga-tenaga
kesehatan seperti psikiater, psilolog, social Worker, dan perawat
psikiatri yang memadai baik dari segi kuantitas. Saat terjadinya tsunami
di Aceh, banyak orang yang terpapar dengan kejadian Traumatis, yang
mengalami, menyaksikan kejadian-kejadian yang berupa ancaman
kematian atau kematian yang sebenarnya dan mereka yang cedera serta
yang dalam ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang
lain. Respons yang terjadi berupa rasa takut yang kuat serta tidak
berdaya, sedangkan bagi anak-anak apa yang menghadapinya akan
dieksperikan dengan perilaku yang kacau.

7) Meningkatnya post traumatik sindrom

Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang


pengalaman trauma yang umum di alami manusia dalam kejadian
sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan dan
berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka menjadi
manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir
menjadi tidak produktif. Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan
yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling
keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa
yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

8) Meningkatnya masalah psikososial

Lingkup keswa sangat luas dan kompleks, juga saling


berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pd UU

11
No. 23 1992 tentang Kes. Dan Ilmu Psikiatri, masalah kesehatan jiwa
secara garis besar digolongkan menja
a. Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan
kualitas hidup, yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna
dan nilai2 kehidupan manusia
b. Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul
akibat terjadinya perubahan sosial, meliputi :

• Psikotik gelandangan
• Pemasungan penderita gangguan jiwa
• Masalah anak jalanan
• Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
• Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik
• Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
• Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah,
korban kekerasan pd anak, dll)

9) Trend bunuh diri pada anak dan Remaja

Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dengan


sengaja cara. Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang
sangat mengancam, angka kejadian terus meningkat.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap
tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga
termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34
tahun, selain faktor kecelakaan. Metode yang paling disukai =
menggunakan pistol, menggantung diri dan minum racun.
Latar belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rumah tangga,
ekonomi (perasaan malu terlilit utang).

12
10) Masalah AIDS dan NAPZA

Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan


merupakan dampak dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara
yang semakin maju. Hal terpenting yang mendukung merebaknya
NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang lemah bahkan
terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah
dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai,
sehingga dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih
bertindak tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini
akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang khususnya dalam
era globalisasi

11) Pattern of parenting

Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak,


maka pola asuh keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik
adalah pola asuh dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi
disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana
orang tua menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang
menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan
berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara pada
orang tuanya saat punya masalah.
Orang tua menjadi teman dalam ekspresi feeling anak sehingga
anak menjadi sehat jiwanya.Kontrol yg tinggi ada. Bagaimana anak
dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian
menjadi hal yang sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena akan
memiliki self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak
bertanggung jawab mengerjakan tugas-tugas di rumah seperti.
Mencuci, menyiram bunga dan lain-lain. Tipe Pola Asuh :
Autoratif = kontrol tinggi & kehangatan tinggi
Otoriter = kontrol tinggi, kehangatan rendah
Permisif = kontrol rendah, kehangatan tinggi
Neglected = kontrol rendah, kehangatan Rendah

13
12) Perspektif life span history

Perspektif keperawatan jiwa adalah pandangan dasar tentang


hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadi kerangka dasar
dalam praktik keperawatan jiwa. Setiap individu memiliki harkat dan
martabat, sehingga masing masing individu perlu dihargai. Tujuan
individu meliputi : tumbuh, sehat, otonomi dan aktualisasi diri. Masing
masing individu berpotensi untuk berubah, karena kita tahu bahwa
manusia adalah makhluk holistik yang kebutuhannya berbeda. Semua
prilaku individu itu bermakna meliputi : pikiran, persepsi, perasaan dan
tindakan. Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam
keperawatan jiwa antara lain sebagai berikut (Depkes RI, 1998) :

a. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu


perlu dihargai.
b. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi
diri.
c. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.
d. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan sebagai manusia yang utuh.
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
f. Semua perilaku individu adalah bermakna.
g. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang
dipengaruhi oleh kondisi genetik, lingkungan, kondisi stres, dan
sumber yang tersedia.
i. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi
individu.
j. Setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan
yang sama.
k. Kesehatan mental adalah komponen kritis dan penting dari
pelayanan kesehatan yang komprehensif.
l. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan untuk kesehatan fisik dan mentalnya.

14
m. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahteraan,
memaksimalkan fungsi (meminimalkan
kecacatan/ketidakmampuan), dan meningkatkan aktualisasi diri.
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan
pertumbuhan pada individu

13) Kekerasan

Perilaku kekerasan atau amuk dapat disebabkan karena frustasi,


takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil
konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan
juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan
ketergantungan pada orang lain.

Perilaku kekerasan juga dapat diartikan sebagai agresi berkaitan


dengan trauma pada masa anak saat lapar, kedinginan, basah, atau
merasa tidak nyaman. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara
terus menerus, maka ia menampakan reaksi berupa menangis, kejang,
atau kontraksi otot, perubahan ekspresi warna kulit, bahkan mencoba
menahan nafasnya (Barry, 1998). Setelah anak bertambah dewasa,
maka ia akan menampakkan reaksi yang lebih keras pada saat
kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi, seperti melempar barang,
menjerit, menahan nafas, mencakar, merusak atau bersikap agresif
terhadap barang mainannya. Bila reward dan punishment tidak
dijalankan, maka ia cenderung mengganggap perbuatan tersebut benar.

14) Masalah ekonomi dan kemiskinan

Pengangguran telah menybabkan rakyat indonesia semakin


terpuruk. Daya beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk,
kurang gizi, mudah teragitasi, kekebalan menurun dan infrastruktur yg
masih rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami gangguan jiwa.
Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus gangguan jiwa di
Indonesia.

15
Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu
dsertai dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini
diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak
terjangkau dan penggusuran yang kerap terjadi.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat di simpulkan bahwa dalam keperawatan jiwa terdapat trend dan


issue keperawatan jiwa yang semakin berkembang di masyarakat maka
seperti penyakit HIV,NAPZA,dan masalah ekonomi dan rumah tangga dan di
sinilah tugas perawat mencegah terjadinya seperti bunuh diri,stress,maka
perawat perlu member pendidikan kesehatan dan pengarahan lainnya.

B. Saran

Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap


berbagai trend dan isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat
dikembeangkan dalam tatanan layanan keperawatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika
Aditama.

Effendy. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. (edisi


2).Jakarta: EGC.

Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga,Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta: EGC.

Frisch & Frisch. (2002). Psychiatric Mental Health Nursing. (2nd ed). New York:n
Thomson Learning, Inc.
Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott-RavenPublisher:philadelphia..

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta

Evyoktaviani. 2017. Trend dan issue keperawatan jiwa.


https://evioktaviany.blogspot.com/2017/05/trend-dan-issue-keperawatan-jiwa.html.
(Diakses pada 08 Agustus 2018 pukul 11.00 WITA)

Ninawardany. 2014. Trend dan issue tentang keperawatan jiwa.


http://nadiawardany.blogspot.com/2014/11/trend-dan-issue-tentang-keperawatan-
jiwa.html. (Diakses pada 08 Agustus 2018 pukul 11.30 WITA)

Dosenmuda. 2013. Kecenderungan trend dan issue keperawatan jiwa.


http://dosenmudaa.blogspot.com/p/blog-page_11.html. (Diakses pada 08 Agustus
2018 pukul 11.50 WITA)

Blogspot. 2009. Askep jiwa perilaku kekerasan.


http://wir-nursing.blogspot.com/2009/07/askep-jiwa-perilaku-kekerasan.html.
(Diakses pada 08 Agustus 2018 pukul 11.50 WITA)

18

Anda mungkin juga menyukai