Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TREND DAN ISU KEPERAWATAN JIWA TENTANG

MASALAH NAPZA DAN HIV

NAMA KELOMPOK 4:
1. ANJAR PRAYOGA
2. LAILI AGUSTRIANI
3. NUR SINTA DEVI
4. NURAINI SAPUTRI
5. PULUNG LUKITO AJI
6. TITIK PURDIYANTI
7. WIDDYA

PRODI SI KEPERAWATAN
STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
Tahun Ajaran 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadiran allah swt,kami dari kelompok empat membuat


makalah ini bertujuan untuk memberitahu kepada pembaca tentang TREND DAN
ISU KEPERAWATAN JIWA PADA MASALAH HIV DAN NAPZA. Semoga
bagi rekan-rekan yang membaca dapat medapatkan ilmu yang bermanfaat dari
makala yang kami buat. Kami membuat makalah ini juga bertujuan agar mendapat
nilai yang memuaskan dari dosen pembimbing kami, semoga dosen pembimbing
kami dapat menenerima makalah yang kami buat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal
ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
menyempurnakanmalakah ini dimasa yang akan datang agar lebih baik.

Pringsewu, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3

BAB I...................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN...................................................................................................................... 6

A. TREND DAN ISU KEPERAWATAN JIWA.................................................................................6


B. MASALAH NAPZA DAN HIV/ AIDS...................................................................................12
C. FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN NAPZA......................................................................13
D. GEJALA KLINIS PENGGUNAAN NAPZA..............................................................................13
E. DAMPAK PENGGUNAAN NAPZA.......................................................................................14
F. CARA PENANGGULANGAN.................................................................................................16

BAB III PENUTUP............................................................................................................... 18

A. KESIMPULAN.....................................................................................................................18
B. SARAN...............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga
professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Setelah tahun 2000, dunia
khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003
era Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional
berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan
berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya
aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran,
kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja,
penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran
agresifitas atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya
angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang
gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola
nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut
usia serta penyakit degeneratif. Dengan banyaknya masalah-masalah yang
ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita hadapi, maka kita perlu
mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah-masalah keperawatan
jiwa.
Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada
upaya pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi
tentang kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan
penanganannya. Upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat
pada saat ini tidak mungkin dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja,
tetapi perlu peran serta seluruh masyarakat dan keluarga klien untuk
memfasilitasi peran aktif dari kader kesehatan dalam upaya kesehatan
jiwa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Trend dan Isu Keperawatan JIwa ?
2. Menjelaskan trend dan isu keperawatan jiwa tentang masalah napza
dan hiv?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas IKD III
2. Untuk mengetahui apa saja trend dan isu keperawatan jiwa tentang
masalah napza dan hiv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Trend dan Isu Keperawatan Jiwa


Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-
masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-
masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional
maupun global.
1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Dahulu kalau/jika berbicara kasus kesehatan jiwa
biasanya dimulai pada saat o n s e t terjadinya hingga klien
mengalami gejala-gejala-gejala-gejala. Di Indonesia berlimpah gangguan
jiwaterjadi semenjak pada usia 19 tahun & kita jarang sekali
melihat fenomena masalahsebelum anak lahir. Pertumbuhan
terkini menyimpulkan bahwa berbicara kasus kesehatan jiwa wajib
dimulai dari masa konsepsi / bahkan wajib dimulai dari masa  p r a n i k a h .
Berlimpah penelitian yg menunjukkan adanya keterkaitan
m a s a d l m kandungan dgn kesehatan fisik & mental seseorang di
masa yg mau datang.Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa
kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.

2. Trend peningkatan kasus kesehatan jiwa


Kasus jiwa mau berkembang atau berubah naik di era globalisasi.
Sebagai misalnya jumlah penderita sakit jawa di provinsi lain dan daerah
istimewa Jogjakarta terus berkembang atau berubah naik. Penderita tak
lagi didominasi masyarakat kelas bawah, kalangan pejabat dan masyarakat
lapisan menangah keatas juga tersentuh gangguan psikotik dan
depresif.Kasus-kasus gangguan kejiwaan yg ditangani karena para
psikiater & dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tak
mengenal baik strata sosial maupun usia.

3. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa


Terjadinya konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan
mewujudkan/adalah salah satu pemicu yg memunculkan stress,
depresi, & aneka gangguan kesehatan   j i w a p a d a m a n u s i a .
Menurut data World Health Organization (WHO), kasus
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah
m e n j a d i k a s u s y g sangat serius. WHO (2001) menyataan, amat
tak ada satu dari empat manusia didunia mengalami kasus mental.

4. Kecenderungan situasi di era globalisasi


Pertumbuhan IPTEK yg begitu cepat &
p e r d a g a n g a n b e b a s s e b a g a i c i r i globalisasi, mau berdampak
pada semua faktor termasuk kesehatan. Perawat dituntutmampu
memberikan askep yg profesional & bisa mempertanggung
jawabkansecara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa
mengembangkan ilmu & teknologi di bidang keperawatan
khususnya keperawatan jiwa. Perawat jiwa dlm era global w a j i b
membekali diri dgn bahasa internasional, kemampuan
k o m u n i k a s i &  pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yg cukup
tinggi & jiwa entrepreneurship.

5. P e r u b a h a n O r i e n t a s i S e h a t
Pengaruh globalisasi t e r h a d a p p e r t u m b u h a n p e l a y a n a n
kesehatan t e r m a s u k   keperawatan ialah tersedianya alternatif
pelayanan & persaingan penyelenggaraan  p e l a y a n a n ( p e r s a i n g a n
kualitas).Tenaga kesehatan (perawat sejawat) wajib
memiliki standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan,
jika tak ingin ketinggalan. Fenomena kasus kesehatan jiwa,
indicator kesehatan jiwa di masa mendatang bukan lagi kasus
klinis seperti prevalensi gangguan jiwa. melainkan  berorientasi
pada konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan
hanya menangani manusia sakit, melainkan pada peningkatan
kualitas hidup. Jadi konsepkesehatan jiwa buka lagi sehat / sakit,
tetapi keadann optimal yg ideal dlm perilaku & kemampuan
fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan u p a y a
proaktif buat pencegahan daripada menunggu di RS,
o r i e n t a s i u p a y a kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) &
promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjad
community base.Empat Ciri Penyusun Struktur Masyarakat Yg Sehat :

a. Suatu masyarakat yg di dalamnya tak ada seorang manusia


pun yg diperalatkarena manusia lain. Karena karena 1tu
seharusnya tak ada yg diperalat/ memperalatdiri sendiri, dimana
manusia 1tu menjadi pusat dari semua aktivitas ekonomi
maupun politik diturunkan pada tujuan pertumbuhan diri manusia.

b. Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dlm


pekerjaannya, merangsang pertumbuhan akal budi & lebih
jauh lagi, mampu membuat manusia buat  mengungkapkan
kebutuhan batinnya berupa seni & perilaku normatif kolektif.

c. Masyarakat terhindar dari sifat-sifat rakus, eksploitatif,


pemilikan berlebihan,narsisme, tak mendapatkan
kesempatan meraup keuntungan material tiada  batas.

d. Keadann masyarakat yg memungkinkan manusia bertindak dlm


dimensi-dimensiyg bisa dipimpin & diobservasi. Partisipasi
aktif & bertanggung jawabdalam kehidupan masyarakat.
Buat mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya :
Setiap manusia wajib menaikkan kualitas hidup yg bisa
menjaminterciptanya keadann sehat yg sesungguhnya. Mandiri &
tak bergantung padaorang lain mewujudkan/adalah orientasi
paradigma kesehatan jiwa.

6. K e c e n d e r u n g a n P e n y a k i t
Kasus kesehatan jiwa mau menjadi “The global burdan
of disease“ (Michard &Chaterina, 1999). Hal ini mau menjadi
tantangan bagi † Public Health Policy† yg secara
tradisional memberi perhatian yg lebih pada penyakit
infeksi. Standar  pengukuran buat kebutuhan kesehatan
g l o b a l s e c a r a t r a d i s i o n a l i a l a h a n g k a kematian dampak
penyakit. Ini sudah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah
bukan kasus. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty
Adjusted Lfe Year)d i k e t a h u i l a h bahwa gangguan jiwa
mewujudkan/adalah kasus kesehatan utama secara
internasional. P e r u b a h a n s o s i a l e k o n o m i y g a m a t c e p a t &
situasi sosial politik yang tak  menentu menyebabkan
semakin tigginya angka pengangguran, kemiskinan,
& kejahatan, situasi ini bisa menaikkan angka kejadian krisis &
gangguan jiwadlm kehidupan manusia ( Antai Otong, 1994).

7. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder


Trauma yg katastropik, yaitu trauma di luar rentang
p e n g a l a m a n t r a u m a y g umum di alami manusia dlm kejadian
sehari-hari. Membuat dampak keadann stress  berkepanjangan &
berusaha buat tak mengalami stress yg demikian. Merekamenjdi
manusia yg invalid dlam keadann kejiwaan dgn dampak akhir
menjaditidak produktif. Trauma bukan semata2 gejala-gejala
kejiwaan yg memiliki sifat individual,trauma muncul sebagai
dampak saling keterkaitan antara ingatan sosial & ingatan  pribadi
tentang peristiwa yg mengguncang eksistensi kejiwaan.

8. Naiknya Kasus Psikososial


Lingkup kasus kesehatan jiwa, sangat luas & kompeks jg
saling berhubungandengan segala aspek kehidupan manusia.
Mengacu pada undang-undang Nomor 23Tahun 1992 tentang
Kesehatan & Ilmu Kedokteran Jiwa (psychitri), secara garis  besar
kasus kesehatan jiwa digolongkan menjadi :
a. Kasus pertumbuhan manusia yg harmonis & peningkatan kualitas,
hidupyaitu kasus kejiwaan yg berkait dgn makna & nilai-
nilai kehidupanmanusia, misalnya:
a) Kasus kesehatan jiwa yg berkaitan dgn lifecycle kehidupan
manusia,semenjak dari persiapan pranikah, anak dlm
kandungan, balita, anak, remaja, dewasa, usia lanjut.
b) Dampak dari menderita penyakit menahun yg memunculkan
disabilitas.
c) Pemukiman yg sehat.
d) Pemindahan tempat tinggal.

b. K a s u s P s i k o s o s i a l y a i t u k a s u s p s i k i s / k e j i w a a n y g
m u n c u l s e b a g a i aikbat terjadinya perubahan sosial, misalnya:
a) P s i k o t i k g e l a n d a n g a n ( s e s e o r a n g y g b e r k e l i a r a n

d i t e m p a t u m u m & diperkirakan menderita gangguan


jiwa psikotik dan dianggap mengganggu ketertiban /
keamanan lingkungan).
b) Pemasungan penderita gangguan jiwa.
c) Kasus anak jalanan.
d) Kasus anak remaja (tawuran, kenakalan).
e) Penyalahgunaan Narkotika & psikotropika.
f) Kasus seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual, &
lain-lain).
g) T i n d a k kekerasaan sosial (kemiskinan,
p e n e l a t a r a n t a k d i b e r i n a f k a h , korban kekerasaan pada
anak & lain-lain).
h) Stress pascatrauma (ansietas, gangguan emosional,
berulangkali merasakankembali suatu pengalaman
traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasaan,  
penyerangan /penganiyaan secara fisik / seksual, termasuk
pemerkosaan, terorisme & lain-lain).
i) Pengungsi/imigrasi (kasus psikis / kejiwaan yg muncul sebagai
akibat terjadinya suatu perubahan sosial, seperti cemas, depresi,
stress pascatrauma,& lain-lain.
      
c. Kasus usia lanjut yg terisolasi (penelataran, penyalahgunaan fisik,
gangguan psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap
perubahan, perubahan minat,gangguan tidur, kecemasan,
depresi, gangguan pada daya ingat, dll).
d. K a s u s kesehatan tenaga kerja ditempat kerja
( k e s e h a t a n j i w a t e n a g a k e r j a ,  menurunnya produktivitas,
stress di tempat kerja, & lain-lain).

B. Masalah Napza dan HIV/ AIDS


Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan
merupakan dampak dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara
yang semakin maju. Hal terpenting yang mendukung merebaknya NAPZA
di negara kita adalah perangkat hukum yang lemah bahkan terkadang
oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah dengan
keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga
dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak
tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin
menigkat untuk masa yang akan datang khususnya dalam era globalisasi.
Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang
disebut dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade yang
lalu kita mengenal istilah zionisme, maka dengan ini sejalan dengan
globalisasi kita berhadapan dengan dengan ideologi kafirisasi yang disebut
dengan Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan
dunia global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang
mereka anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis.

Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan


tercabiknya wajah kaum beragama, utamanya umat muslim, mereka
menuduh umat islam sebagai fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan
Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah mengatakan : “Musuh Barat
terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah satu program mereka
adalah menghancurkan islam melalui penghancuran generasi mudanya
dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya (NAPZA).

Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah


memanfaatkan energi yang tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta
orang pemuda) yang berusia 15-25 tahun melalui NAPZA (Narkotik dan
Zat Adikif lainnya) dan telah membunuh 30 orang perbulannya. Masalah
lainnya muncul seiring dengan merebaknya pemakaian NAPZA.
Menjelang tahun 2008 pertumbuhan HIV AIDS di dunia dapat mencapai 4
orang permenit. Ini merupakan ancaman hilangnya kehidupan dan
runtuhnya peradaban.

C. Faktor Penyebab Penggunaan NAPZA


Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan
NAPZA meliputi:

1. Faktor biologic
Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol.
Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik
yang tidak nyaman.

2. Faktor psikologik
a. Tipe kepribadian ketergantungan
b. Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiayaan
waktu masa kanak kanak
c. Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan
d. Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
e. Keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang
positif, kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak
sebagai individu, dan orang tua yang adiksi

3. Faktor sosiokultural
a. Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
b. Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan
berbagai zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana.
c. Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
d. Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan
kesempatan
D. Gejala klinis penggunaan NAPZA
1. Perubahan Fisik :
a. Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo
( cadel ) , apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
b. Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut
jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
c. Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair,
menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi,
kejang, kesadaran menurun.
d. Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan
pada lengan.

2. Perubahan sikap dan perilaku :


a. Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah,
sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
b. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,
mengantuk di kelas atau tempat kerja.
c. Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang
tanpa ijin.
d. Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar
bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
e. Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal
oleh anggota keluarga yang lain.
f. Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi
tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang
berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan
dan sering berurusan dengan polisi.
g. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar,
bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.
E. Dampak penggunaan NAPZA
NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
1. Komplikasi Medik, biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan
cukup lama. 
Pengaruhnya pada :
a. Otak dan susunan saraf pusat :
a) gangguan daya ingat
b) gangguan perhatian / konsentrasi
c) gangguan bertindak rasional
d) gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi
e) gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja
f) gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik /
buruk.
b. Pada saluran napas dapat terjadi radang paru (Bronchopnemonia),
pembengkakan paru (Oedema Paru).
c. Pada jantung dapat terjadi peradangan otot jantung serta penyempitan
pembuluh darah jantung.
d. Pada hati dapat terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum
suntik dan hubungan seksual.
e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV/AIDS.Para pengguna
NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau
melakukan hubungan seksual demi mendapatkan uang untuk membeli
zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing nanah
(GO), raja singa (Siphilis) dll. Dan juga pengguna NAPZA yang
mengunakan jarum suntik secara bersama-sama membuat angka
penularan HIV/AIDS semakin meningkat. Penyakit HIV/AIDS
menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual, selain itu juga
dapat melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke janin.
f. Pada sistem Reproduksi sering mengakibatkan kemandulan.
g. Pada kulit sering terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang
menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan
baju lengan panjang.
h. Komplikasi pada kehamilan :
a) Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS.
b) Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati
c) Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.
2. Dampak Sosial :
a. Di Lingkungan Keluarga :
a) Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi
pertengkaran, mudah tersinggung.
b) Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
c) Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib,
hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
d) Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau
pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan.
e) Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk
biaya pengobatan dan rehabilitasi.

b. Di Lingkungan Sekolah :
a) Merusak disiplin dan motivasi belajar.
b) Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
c) Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman
sebaya.

c. Di Lingkungan Masyarakat :
a) Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna /
mangsanya.
b) Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang
telah menjadi ketergantungan.
c) Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian,
pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
d) Meningkatnya kecelakaan.
F. Cara Penanggulangan
Kita semua, khususnya tim kesehatan harus merasa terpanggil
menyelamatkan generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA
(Narkotika, Alkohol, psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Perawat
merupakan komponen terbesar dari seluruh tim kesehatan, maka upaya-
upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan menjadi hal yang
sangat penting karena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam
rentang waktu yang lama di banding tim kesehatan lainnya. Melalui forum
presentasi orientasi keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan suatu
topic dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pengguna NAPZA.

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh


dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi
agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan
spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan (DepKes., 2002).

Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAZA menjalani


program terapi (detoksifikasi) dan komplikasi medik selama 1 (satu)
minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi)
selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke
program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2000).

Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama
karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas dan
sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari
(2000) bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu
menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi
selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi
(rumah sakit, pusat rehabilitasi dan unit lainnya) selama 3-6 bulan.
Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh
menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa
sampai 2 tahun (Wiguna, 2003).

Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di


ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di ruang
detoksifikasi.Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai
menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan
menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA
yang selalu terjadi (DepKes, 2001).

Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat:


1. Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi
2. Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA
3. Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya
4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan
dengan lingkungannya

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa dalam keperawatan jiwa terdapat trend dan issue
keperawatan jiwa yang semakin berkembang di masyarakat seperti penyakit HIV
dan NAPZA. penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi
yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada
perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus
zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan
jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan
toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik

B. Saran
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai
trend dan isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan
dalam tatanan layanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT.


Refika Aditama.
Effendy. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. (edisi
2).Jakarta: EGC.
Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga,Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Frisch & Frisch. (2002). Psychiatric Mental Health Nursing. (2nd ed). New
York:n Thomson Learning, Inc.

Anda mungkin juga menyukai