NAMA KELOMPOK 4:
1. ANJAR PRAYOGA
2. LAILI AGUSTRIANI
3. NUR SINTA DEVI
4. NURAINI SAPUTRI
5. PULUNG LUKITO AJI
6. TITIK PURDIYANTI
7. WIDDYA
PRODI SI KEPERAWATAN
STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
Tahun Ajaran 2015/2016
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal
ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
menyempurnakanmalakah ini dimasa yang akan datang agar lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN...................................................................................................................... 6
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................18
B. SARAN...............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga
professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Setelah tahun 2000, dunia
khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003
era Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional
berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan
berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya
aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran,
kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja,
penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran
agresifitas atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya
angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang
gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola
nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut
usia serta penyakit degeneratif. Dengan banyaknya masalah-masalah yang
ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita hadapi, maka kita perlu
mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah-masalah keperawatan
jiwa.
Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada
upaya pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi
tentang kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan
penanganannya. Upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat
pada saat ini tidak mungkin dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja,
tetapi perlu peran serta seluruh masyarakat dan keluarga klien untuk
memfasilitasi peran aktif dari kader kesehatan dalam upaya kesehatan
jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Trend dan Isu Keperawatan JIwa ?
2. Menjelaskan trend dan isu keperawatan jiwa tentang masalah napza
dan hiv?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas IKD III
2. Untuk mengetahui apa saja trend dan isu keperawatan jiwa tentang
masalah napza dan hiv
BAB II
PEMBAHASAN
5. P e r u b a h a n O r i e n t a s i S e h a t
Pengaruh globalisasi t e r h a d a p p e r t u m b u h a n p e l a y a n a n
kesehatan t e r m a s u k keperawatan ialah tersedianya alternatif
pelayanan & persaingan penyelenggaraan p e l a y a n a n ( p e r s a i n g a n
kualitas).Tenaga kesehatan (perawat sejawat) wajib
memiliki standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan,
jika tak ingin ketinggalan. Fenomena kasus kesehatan jiwa,
indicator kesehatan jiwa di masa mendatang bukan lagi kasus
klinis seperti prevalensi gangguan jiwa. melainkan berorientasi
pada konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan
hanya menangani manusia sakit, melainkan pada peningkatan
kualitas hidup. Jadi konsepkesehatan jiwa buka lagi sehat / sakit,
tetapi keadann optimal yg ideal dlm perilaku & kemampuan
fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan u p a y a
proaktif buat pencegahan daripada menunggu di RS,
o r i e n t a s i u p a y a kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) &
promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjad
community base.Empat Ciri Penyusun Struktur Masyarakat Yg Sehat :
6. K e c e n d e r u n g a n P e n y a k i t
Kasus kesehatan jiwa mau menjadi “The global burdan
of disease“ (Michard &Chaterina, 1999). Hal ini mau menjadi
tantangan bagi †Public Health Policy†yg secara
tradisional memberi perhatian yg lebih pada penyakit
infeksi. Standar pengukuran buat kebutuhan kesehatan
g l o b a l s e c a r a t r a d i s i o n a l i a l a h a n g k a kematian dampak
penyakit. Ini sudah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah
bukan kasus. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty
Adjusted Lfe Year)d i k e t a h u i l a h bahwa gangguan jiwa
mewujudkan/adalah kasus kesehatan utama secara
internasional. P e r u b a h a n s o s i a l e k o n o m i y g a m a t c e p a t &
situasi sosial politik yang tak menentu menyebabkan
semakin tigginya angka pengangguran, kemiskinan,
& kejahatan, situasi ini bisa menaikkan angka kejadian krisis &
gangguan jiwadlm kehidupan manusia ( Antai Otong, 1994).
b. K a s u s P s i k o s o s i a l y a i t u k a s u s p s i k i s / k e j i w a a n y g
m u n c u l s e b a g a i aikbat terjadinya perubahan sosial, misalnya:
a) P s i k o t i k g e l a n d a n g a n ( s e s e o r a n g y g b e r k e l i a r a n
1. Faktor biologic
Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol.
Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik
yang tidak nyaman.
2. Faktor psikologik
a. Tipe kepribadian ketergantungan
b. Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiayaan
waktu masa kanak kanak
c. Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan
d. Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
e. Keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang
positif, kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak
sebagai individu, dan orang tua yang adiksi
3. Faktor sosiokultural
a. Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
b. Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan
berbagai zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana.
c. Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
d. Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan
kesempatan
D. Gejala klinis penggunaan NAPZA
1. Perubahan Fisik :
a. Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo
( cadel ) , apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
b. Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut
jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
c. Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair,
menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi,
kejang, kesadaran menurun.
d. Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan
pada lengan.
b. Di Lingkungan Sekolah :
a) Merusak disiplin dan motivasi belajar.
b) Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
c) Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman
sebaya.
c. Di Lingkungan Masyarakat :
a) Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna /
mangsanya.
b) Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang
telah menjadi ketergantungan.
c) Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian,
pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
d) Meningkatnya kecelakaan.
F. Cara Penanggulangan
Kita semua, khususnya tim kesehatan harus merasa terpanggil
menyelamatkan generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA
(Narkotika, Alkohol, psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Perawat
merupakan komponen terbesar dari seluruh tim kesehatan, maka upaya-
upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan menjadi hal yang
sangat penting karena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam
rentang waktu yang lama di banding tim kesehatan lainnya. Melalui forum
presentasi orientasi keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan suatu
topic dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pengguna NAPZA.
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama
karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas dan
sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari
(2000) bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu
menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi
selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi
(rumah sakit, pusat rehabilitasi dan unit lainnya) selama 3-6 bulan.
Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh
menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa
sampai 2 tahun (Wiguna, 2003).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa dalam keperawatan jiwa terdapat trend dan issue
keperawatan jiwa yang semakin berkembang di masyarakat seperti penyakit HIV
dan NAPZA. penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi
yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada
perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus
zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan
jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan
toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik
B. Saran
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai
trend dan isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan
dalam tatanan layanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA