Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ Trend dan Issue Keperawatan Jiwa”

Kelas:
2B

Oleh:

Kelompok 2

1. Delfira Suci Ramadani (183110208)


2. Dwi rahayu (183110210)
3. Elsa sulistia putri (183110211)
4. Fadia sukma jaas (183110212)
5. Farahdiba aulia amru (183110213)
6. Fini Andrika (183110214)
7. Heksa nadianda putri (183110215)

Dosen Pembimbing :

Heppi Sasmita M.Kep, Sp.Kep.Jiwa

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah
ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami susun sebagai tugas dari
mata kuliah keperawatan jiwa dengan judul “Trend san Issu
keperawatan jiwa”. Terima kasih kami sampaikan kepada ibu Heppi
Sasmita S.Kep, M.Kep, Sp.Jiwa selaku dosen mata kuliah
Anthropologi Keperawatan yang telah membimbing dan memberikan
kuliah demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.

Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat


memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa dan penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk
pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah
ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada
waktu mendatang.

Padang, 15 januari 2020


Kelompok 2

DAFTAR ISI

Kata
pengantar……………………………………………………………………i
Daftar
isi………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang....................................................
..................................................1
B. Rumusan Masalah
............................................................
..../.....................2
C. Tujuan......................................................
....................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Trend curent issue dan kecenderungan dalam keperawatan
jiwa...................4
B. Trend dalam pelayanan keperawatan mental
psikiatri..................................16
C. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era
Globalisasi..............16
D. Issue Seputar Yankep Mental
Psikiatri.........................................................17
E. Trend atau Isu Dimensi Spritual Keperawatan
Jiwa.....................................17
F. Trend dan issue keperawatan
jiwa...............................................................19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
..................................................................
.........31
B. Saran
..................................................................
........32

DAFTAR PUSTAKA
.....................................................33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era
globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak
tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai
terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola
kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju.
Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan
masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja,
penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran agresifitas
atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya angka kejadian
penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur
harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang
berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Dengan
banyaknya masalah-masalah yang ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita
hadapi, maka kita perlu mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah-
masalah keperawatan jiwa
Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada upaya
pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang
kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan penanganannya. Upaya
pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat pada saat ini tidak mungkin
dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja, tetapi perlu peran serta seluruh
masyarakat dan keluarga klien untuk memfasilitasi peran aktif dari kader
kesehatan dalam upaya kesehatan jiwa.

B. Rumusan masalah
1. kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
2. bagaimana cara meningkatkan masalah kesehatan jiwa ?
3. apa saja faktor penyebab kecenderungan gangguan jiwa ?
4. apa yang menjadi kecenderungan situasi di era globalisasi yang
mempengaruhi kesehatan jiwa ?
5. bagaimana perubahan orientasi sehat dalam keperawatan jiwa?
6. Apa saja penyakit yang cenderung dalam keperawatan jiwa ?
7. Bagaimana peningkatan Post Traumatic Syndrome Disorder
8. Bagiamana peningkatnya dalam masalah psikososial?
9. Seperti apa trend bunuh diri pada anak dan remaja?
10. masalah dalam napza dan hiv/aids ?
11. pattern of parenting dalam keperawata jiwa
12. hal-hal yang mempengaruhi kesehatan jiwa?
13. Bagaimana profesi keperawatan mental psikiatri di Indonesia
menghadapinya?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami ilmu tentang tren dan
issu keperawatan jiwa
2. Tujuan khusus
a. Untuk memahami kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
b. Untuk memahami bagaimana cara meningkatkan masalah kesehatan
jiwa
c. Untuk memahami apa saja faktor penyebab kecenderungan
gangguan jiwa
d. Untuk memahami apa yang menjadi kecenderungan situasi di era
globalisasi yang mempengaruhi kesehatan jiwa
e. Untuk memahami bagaimana perubahan orientasi sehat dalam
keperawatan jiwa
f. Untuk memahami Apa saja penyakit yang cenderung dalam
keperawatan jiwa
g. Untuk memahami Bagaimana peningkatan Post Traumatic
Syndrome Disorder
h. Untuk memahami Bagiamana peningkatnya dalam masalah
psikososial
i. Untuk memahami Seperti apa trend bunuh diri pada anak dan remaja
j. Untuk memahami masalah dalam napza dan hiv/aids
k. Untuk memahami pattern of parenting dalam keperawata jiwa
l. Untuk memahami hal-hal yang mempengaruhi kesehatan jiwa
m. Untuk memahami Bagaimana profesi keperawatan mental psikiatri
di Indonesia menghadapinya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Trend curent issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah


yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan
kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan
terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari
masa konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak penelitian
yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan
fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian
berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa
konsepsi. Diantara hasil penelitian:
Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik, getaran,
sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosional yg
lebih baik.
 Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada
trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan
bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu dalam kandungan
dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia. Mednick menghidupkan
kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada
penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam
kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan
dalam mempertahankan perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan,
working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita
skizofrenia. Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam
kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan,
misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau
terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan
neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala
skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku
yang aneh dan gangguan emosi.

2. Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa

Masalah kesehatan jiwa akan meningkat di era globalisasi, sudah terbukti


dua tahun terakhir, hal ini dikarenakan beban hidup yang semakin berat. Klien
gangguan jiwa tidak lagi didominasi kalangan bawah tetapi kalangan mahasiswa,
PNS, pegawai swasta, kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas
juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Penyebab dikalangan menengah ke
atas sebagian besar akibat tidak mampu mengelola stress dan ada juga akibat post
power syndrome atau mutasi jabatan. Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang
ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa
tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami
tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain
itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan
meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan
penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan
keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan
merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar
menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit
jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik.
Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah
keluarga.

Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang
menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang
kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan
dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.

3. Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa


Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan
merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai
gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization
(WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah
menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak ada
satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan
ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan


jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang
mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal
karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan
dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa
setiap tahunnya.
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun,
menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab
gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya
antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi
(tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain.
Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah
dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara
anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga,
gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial
(perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau
sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan
diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).

4. Kecenderungan Situasi di Era Globalisasi

Perkembangan IPTEK yg begitu cepat dan perdagangan bebas sebagai ciri


globalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan. Perawat
dituntut mampu m’berikan askep yg profesional dan dpt m’pertanggung jawabkan
secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa m’kembangkan ilmu dan teknologi di
bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Perawat jiwa dalam era global
harus membekali diri dgn bahasa internasional, kemampuan komunikasi dan
pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa entrepreneurship.

5. Perubahan Orientasi Sehat

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan yankes termasuk keperawatan


adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan
pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan (perawat “jiwa” ) harus
mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika tdk ingin
ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator keswa di masa
mendatang bukan lagi masalah klinis spt prevalensi gangguan jiwa, melainkan
berorientasi pd konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya
menangani orang sakit, melainkan pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep
kesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam
perilaku dan kemampuan fungsi social Paradigma sehat Depkes, lbh menekankan
upaya proaktif untuk pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upaya
kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan
kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjadi community base.

Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :


a. Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg
diperalat oleh orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang
diperalat/ memperalat diri sendiri, diman manusia itu mjd pusat dari
semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada tujuan
perkembangan diri manusia.
b. Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya,
merangsang perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu
membuat manusia untuk mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa
seni dan perilaku normatif kolektif.
c. Masyarakat terhindar dari sifat- sifat rakus, eksploitatif, pemilikan
berlebihan, narsisme, tidak mendapatkan kesempatan meraup
keuntungan material tanpa batas.
d. Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam
dimensi yang dapat dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan
bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan
struktur masyarakat sehat, kuncinya : Setiap org harus meningkatkan
kualitas hidup yang dapat menjamin terciptanya kondisi sehat yang
sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung pada orang lain
merupakan orientasi paradigma kesehatan jiwa

6. Kecenderungan Penyakit

Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of disease“


(Michard & Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public Health
Policy” yang secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit
infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional
adalah angka kematian akibat penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa
seolah-olah bukan masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY
(Disabilitty Adjusted Life Year) diketahuilah bahwa gangguan jiwa merupakan
masalah kesehatan utama secara internasional. Perubahan sosial ekonomi yang
amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu menyebabkan semakin
tingginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat
meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan manusia
( Antai Otong, 1994).

Untuk menjawab tantangan ini diperlukan tenaga-tenaga- kesehatan seperti


psikiater, psilolog, social Worker, dan perawat psikiatri yang memadai baik dari
segi kuantitas. Saat terjadinya tsunami di Aceh, banyak orang yang terpapar
dengan kejadian Traumatis, yang mengalami, menyaksikan kejadian-kejadian
yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sebenarnya dan mereka yang
cedera serta yang dalam ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang
lain. Respons yang terjadi berupa rasa takut yang kuat serta tidak berdaya,
sedangkan bagi anak-anak apa yang menghadapinya akan dieksperikan dengan
perilaku yang kacau.

Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu trauma diluar


rentang. Pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian sehari-
hari. Pengalaman katastropik dalam berbagai bentuk, baik peperangan (memang
sedang terjadi), pemerkosaan (banyak dialami sebagian wanita di Aceh), maupun
bencana alam, (gempa dan bencana tsunami), sungguh mengerikan. Ini akan
membuat mereka dalam keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak
mengalami stress yang sedemikian. Dalam kriteria klinik seperti yang disusun
dalam Diagnostic and Statical Manual Of Mental Disorder lll dan Lv serta
Pedoman Pengggolongan dan Diagnosis gangguan jiwa lll di Indonesia
menyatakan, gejala yang ditemukan pada mereka itu menggambarkan suatu yang
stress yang terjadi berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dengan demikian
mereka menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat dan
resultante akhir penderita ini akan menjadi tidak produktif. Padahal seperti
diketahui ada diantara mereka yang berkali-kali telah mengalami pengalaman
katastropik yaitu saat daerah tersebut ada dalam kondisi berlangsungnya Daerah
Operasi Militer dan peristiwa-peristiwa sesudahnya. Kondisi itu memang amat
melumpuhkan tidak hanya ragawi, tetapi juga kondisi kejadian masyarakat di
daerah NAD. Di kemudian hari, mereka menjadi manusia yang tanpa alasan selalu
berusaha menghindar terhadap kejadian yang mirip, terutama terhadap kekerasan
yang sebernarnya tidak akan terjadi. Mereka juga menjadi manusia yang selalu
bermimpi menakutkan terjadi secara berulang-ulang. Akibatnya, tidur yang
seharusnya kan membuat restorasi terhadap kondisi tubuh, namun yang terjadi
adalah sebaliknya. Mereka berada dalam keadaan lelah dan seakan berada dalam
kondisi depresi. Mungkin saja mereka kan berperilaku atau merasa seakan-akan
kejadian traumatis itu terjadi kmbaki, termasuk pengalaman, ilusi, halusinasi, dan
episode kilas balik dalam bentuk disosiatif. Penelitian mutakhir tentang kajian
trauma (trauma studies) mulai memahami bahwa trauma bukan semata-mata
gejala kejiwaan yang bersifat individual. Trauma muncul sebagai akibat dari
saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang
mengguncang eksistensi kejiwaan. Dalam konteks tsunami Aceh dan bencana-
bencana besar lainnya di Indonesia, kompleksitas sosial dan kultural sangat
penting mengingat bahwa masyarakat telah mengalami dan menjadi saksi
berbagai macam kekerasan sejak berlangsungnya operasi keamanan di daerah ini.
Oleh karena itu, pemahaman tentang trauma sebagai proses sosial dan sekaligus
proses kejiwaan yang bersifat personal mutlak diperlukan untuk mencari jalan
keluar dari lingkaran ingatan traumatis yang dialami oleh klien-klien yang
mengalami yang mengalami bencana di seluruh penjuru Indonesia. Menariknya,
Sigmund Freud sendiri pernah mengemukakan bahwa trauma adalah suatu ingatan
yang direpresi. Dan, karena direpresi itulah maka trauma sering berlangsung
secara tidak sadar dalam periode yang cukup lama. Guncangan psikologis yang
disebabkan oleh ingatan mengerikan tentang gelombang tsunami, tentang mayat-
mayat yang berserakan, dan tentang kehilangan banyak anggota keluarga
sekaligus berpotensi untuk membentuk ingatan yang traumatis. Perawat jiwa pada
masa akan datang penting untuk menekuni kajian trauma, juga menggarisbawahi
proses yang dalam studi psikologi sering disebut sebagai transference. Istilah ini
merujuk pada ‚“transfer“ pengalaman traumatis yang terjadi dari orang yang
secara fisik langsung mengalami peristiwa yang mengerikan kepada orang lain
yang tak secara langsung mengalaminya. Freud memberi contoh bahwa
psikoanalis juga dapat mengalami proses transference saat ia secara tak sadar
melakukan identifikasi dengan korban trauma tersebut. Dori Laub, psikiater yang
terlibat dalam pembuatan Shoah, mengatakan bahwa transference itu bisa terjadi
saat psikoanalis, atau siapapun juga yang melakukan wawancara dengan korban.

7. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder


Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma
yang umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan
stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian.
Mereka menjadi manusia yang invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir
menjadi tidak produktif. Trauma bukan semata2 gejala kejiwaan yang bersifat
individual, trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial
dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

8. Meningkatnya Masalah psikososial


Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan
dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pd UU No. 23 1992 tentang
Kesehatan Dan Ilmu Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara garis besar
digolongkan menjadi :
a) Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas
hidup, yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai-
nilai kehidupan manusia.
Misalnya:
i. Masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle
kehidupan manusia, mulai dari persiapan pranikah, anak
dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa, usia lanjut.
ii. Dampak dari menderita penyakit menahun yang
menimbulkan disabilitas.
iii. Pemukiman yang sehat.
iv. Pemindahan tempat tinggal.

b) Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat
terjadinya perubahan sosial, meliputi :
a. Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum
dan diperkirakan menderita gangguan jiwa psikotik dan dianggap
mengganggu ketertiban/keamanan lingkungan).
b. Pemasungan penderita gangguan jiwa
c. Masalah anak jalanan
d. Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
e. Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik
f. Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
g. Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah,
korban kekerasan pd anak, dll) Stress pasca trauma (ansietas,
gangguan emosional, berulang kali merasakan kembali suatu
pengalaman traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasan,
penyerangan/ penganiayaan fisik/ seksual, termasuk pemerkosaan,
terorisme, dll)
h. Stress pascatrauma (ansietas, gangguan emosional, berulangkali
merasakan kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam,
ledakan, kekerasaan, penyerangan/penganiyaan secara fisik atau
seksual, termasuk pemerkosaan, terorisme dan lain-lain).
i. Migrasi ( masalah psikis/ kejiwaan akibat perubahan sosial, spt
cemas, depresi, stress pasca trauma, dll)
j. Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan
fisik, gangguan psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap
perubahan, perubahan minat, gangguan tidur, kecemasan, depresi,
gangguan pada daya ingat, dll).
k. Masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja (penurunan
produktivitas, stress di tempat kerja, dll)

9. Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja

Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam,


angka kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari
100.000 penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri.
Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang.
Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk.
Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha
bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat
tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat
terjadi pada anak-anak dan remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk
Negara yang sering diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di
Jepang, harakiri (menikam atau merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan
untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan
Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap perusahaan
Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling terkenal kasus
bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka, ketika skandal suap
Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga kehormatan
pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau
terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab
utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan. Metode yg
paling disukai = menggunakan pistol, menggantung diri dan minum racun.
Keberhasilan BD pd pria lebih banyak 3 x dr wanita. Bunuh diri : suatu tindakan
mencabut nyawa sendiri dengan sengaja (jalan pntas yang dikutuk Tuhan). Latar
belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi,
perasaan malu dan terlilit utang.

10. Masalah Napza dan HIV/ AIDS

Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan


dampak dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju.
Hal terpenting yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah
perangkat hukum yang lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali
menjadi backing, ditambah dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi
pengedar dan pemakai, sehingga dampaknya SDM Indonesia kalah dengan
Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA.
Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang khususnya
dalam era globalisasi. Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat
besar yang disebut dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade
yang lalu kita mengenal istilah zionisme, maka dengan ini sejalan dengan
globalisasi kita berhadapan dengan dengan ideologi kafirisasi yang disebut
dengan Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia
global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang mereka
anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis.

Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah
kaum beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam sebagai
fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris Yahudi)
pernah mengatakan : “Musuh Barat terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“.
Salah satu program mereka adalah menghancurkan islam melalui penghancuran
generasi mudanya dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya
(NAPZA).
Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah memanfaatkan energi yang
tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang pemuda) yang berusia 15-25
tahun melalui NAPZA (Narkotik dan Zat Adikif lainnya) dan telah membunuh 30
orang perbulannya. Masalah lainnya muncul seiring dengan merebaknya
pemakaian NAPZA. Menjelang tahun 2008 pertumbuhan HIV AIDS di dunia
dapat mencapai 4 orang permenit. Ini merupakan ancaman hilangnya kehidupan
dan runtuhnya peradaban.
Kita semua, khususnya tim kesehatan harus merasa terpanggil menyelamatkan
generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA (Narkotika, Alkohol,
psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Perawat merupakan komponen terbesar
dari seluruh tim kesehatan, maka upaya-upaya pengcegahan dan penatalaksanaan
keperawatan menjadi hal yang sangat penting karena perawat senantiasa berada di
sisi klien dalam rentang waktu yang lama di banding tim kesehatan lainnya.
Melalui forum presentasi orientasi keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan
suatu topic dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pengguna NAPZA.

11. Paterrn of Parenting dalam Keperawatan Jiwa


Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka pola asuh
keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana
orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi.
Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain,
teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan
berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara pada ortunya
saat punya masalah. Ortu menjadi teman dalam ekspresi feeling anak sehingga
anak menjadi sehat jiwanya. Kontrol yg tinggi ad. Bagaimana anak dilatih mandiri
dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian mjd hal yg sangat penting
dalam kesehatan jiwa, karena akan memiliki self confidence yang cukup. Orang
tua juga melatih anak bertanggung jawab mengerjakan tugas2 di rumah seperti
Mencuci, menyiram bunga dll.
Tipe Pola Asuh :
a. Autoratif = kontrol tinggi & kehangatan tinggi
b. Otoriter = kontrol tinggi, kehangatan rendah
c. Permisif = kontrol rendah, kehangatan tinggi
d. Neglected = kontrol rendah, kehangatan Rendah

12. Masalah Ekonomi dan Kemiskinan


Pengangguran telah menybabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya
beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi,
kekebalan menurun dan infrastruktur yang masih rendah menyebabkan banyak
rakyat mengalami gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi
pencetus gangguan jiwa di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi
kenaikan BBM selalu dsertai dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan
jiwa. Hal ini diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak
terjangkau dan penggusuran yang kerap terjadi.

B. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri


a. Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan
kesehatan jiwa secara global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa
sudah saatnya berbasis pada komunitas (community based care) yang
member penekanan pada preventif dan promotif.
b. Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat cepat, perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan
cara mengembangkan institusi pendidikan yang telah ada dan
mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa.
c. Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk
melindungi konsumen, sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang
bekerja di pelayanan.
d. Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita
dengan narasumber, yang dalam hal ini kita masih mengacu pada
Negara-negara Barat terutama Amerika, maka perlu untuk menyaring
konsep-konsep keperawatan mental psikiatri yang didapatkan dari luar.

C. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi


Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung ditemukannya
obat psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan jiwa,
peran perawat tidak terbatas di RS, tetapi dituntut lbh sensitif terhadap lingkungan
sosialnya, serta berfokus pd pelayanan preventif dan prmotif. Perubahan hospital
based care mjd community based care = trend yg signifikan dlm pengobatan
gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri hrs mengintegrasikan diri dalam
community mental health, dengan 3 kunci utama :
a) Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat
serta hubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.
b) Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.
c) Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan
dan promosi kesehatan, sudah saatnya mengembangkan
community based car. Pengembangan pendidikan keperawatan
sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri baik dalam
jumlah maupun kualitas.

D. Issue Seputar Yankep Mental Psikiatri


a) Pelayanan keperawatan Mental Psikiatri, kurang dapat dipertanggung
jawabkan karena masih kurangnya hasil- hasil riset keperawatan Jiwa Klinik.
b) Perawat Psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan
yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara
internasional.
c) Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman
sering kali tidak jelas “Position description.” job responsibility dan sistem
reward di dalam pelayanan.
d) Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan).

E. Trend atau Isu Dimensi Spritual Keperawatan Jiwa


Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini
begitu tinggi sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar
manusia dirasakan menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya
sebatas imitasi saja. Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai / menjunjung
tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan hubungan social ini. Dengan
demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan
yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak pasti
antara moral, norma,nilai – nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang
Hawari ( 1996 ) hal – hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial,
antara lain : pola hidup social religious menjadi materialistis dan sekuler. Nilai
agama dan tradisional diera modern menjadi serba boleh dan seterusnya.
Perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga mental,
seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya
fisik tetapi juga mental, social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh
WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak,
karena mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama 24dimensi spiritual,
konsep dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan
dimensi spiritual.
Spritual menurut New Webster’s Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit
berasal dari bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini
merupakan bagian yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam
jasmani manusia, sebagai jiwa, dan terpisah dari tubuh saat manusia meniggal.
Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit dalam kamus bahasa Indonesia ( Dep
Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh sedangkan spiritual
berartikejiwaan, rohani, mental atau moral.

Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang
sehat banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang
mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai
agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya
bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu kekosongan
rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat. Namun demikian
upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum
menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran
perawat professional, diantaranya :

a) Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985


pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat
pada tahun 1869.
b) Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
c) Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi ) Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah
dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan
kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun
2010.

F. Trend dan issue keperawatan jiwa


1. KESEHATAN JIWA

Menurut WHO kesehatan jiwa adalah kesehatan jiwa bukan hanya tidak
adagangguan jiwa melainkan megandung berbagai karakteristik yang
positif menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkankedewasaan kepribadiannya. Menurut UU kesehatan Jiwa no 13
tahun 1996 kesehatan jiwa adalah kondisiyang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, emosional secara optimal dariseseorang dan perkembangan ini
berjalan selaras dengan orang lain.

Menurut Rosdahl, Texbook of Basic Nursing, 1999:58 kesehatan jiwa adalahA


mind that grows and adjust, is in control, and is free of serious stress. Kondisi
jiwaseseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan,
dalampengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.Pada jiwa yang sehat
ada beberapa factor yang dapat memprngaruhinya. Factor tersebut adalah
sebagai berikut :

a) Inherited Characteristic (Warisan Karakteristik)

Beberapa teori percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal


dengansempurna dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah mental yang
sehat dipandangan hidupnya. Di sisi lain orang yang mengalami
kecacatan genetikmempengaruhi seseorang untuk mempertahankan kesehatan
jiwanya. Setiap orang memiliki sifat yang berbeda, ada yang sensitive dan ada
yang temperamental semuaitu dipengaruhi oleh lingkungannya.

b) Nurturing During Childhood (Pemeliharaan Sewaktu Kecil)

Hal ini mengacu pada interaksi dengan orang tua di masa kecil juga
akanmempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai dengan positif
ketika anak dilahirkan akan menciptakan perasaan cinta, aman dan mau
menerima.

Pemeliharan yang buruk ketika kecil juga akan mempengaruhi mental


sang anak sepertikekurangan kasih saying ibu, penolakan dari orang tua dan
kegagalah komunikasi awal.

c) Life Circumstance (Keadaan Hidup)


Keadaan hidup bisa mempengaruhi keadaan mental seseorang dimulai dari
dialahir. Contoh keadaan yang positif adalah sukses di sekolah,
keuangan yang mencukupi, kesehatan fisik yang baik, pekerjaan yang
menyenangkan danperkawinan yang sukses. Sedangkan keadaan hidup yang
negative meliputi kesehatan fisik yang buruk, pekerjaan dan perkawinan yang
tidak sukses.

2. CIRI-CIRI JIWA YANG SEHAT

Setiap orang ingin memiliki jiwa yang sehat, tetapi tidak semua orang bisa
mengontrol emosi dan mengelola stresnya. Sehingga banyak orang yang memilih
jalan yang salah yaitu dengan mengakhiri hidupnya. Jiwa yang sehat memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :

a) Menurut WHO :
a. Menyesuaikan diri secara konstruktif walaupun kenyataan sangat
buruk
b. Memperoleh kepuasan dari hasil usaha
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d. Hubungan antar manusia saling menolong dan memuaskan
e. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran
f. Rasa bermusuhan diselesaikan secara kreatif dan konstruktif
g. Mempunyai kasih sayang

b) Menurut Abraham Maslowa.


a. Memiliki persepsi realita yang efektif.
b. Menerima diri sendiri
c. Spontan
d. Sederhana dan wajar

c) Menurut Jahoda
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi: keseimbangan ekspresi dan represi, konflik internal
suasana hati danemosi
d. Otonomi: keseimbangan tergantung dan mandiri, menerima
konsekuensi atasperilakunya, bertanggung jawab terhadap diri
sendiri, keputusannya, tindakannya dan perasaannya.
e. Persepsi realitas : kemampuan individu memiliki penerimaan
tentang dunialuar melalui pengalaman berfikir.
f. Menguasai lingkungan : individu merasa sukses dalam
menjalankan perannya dalam masyarakat atau kelompok
menghadapi dunia luar secara efektif, mendapatkan kepuasan
hidup.

3. PANDANGAN PERAWAT TERHADAP PASIEN PENYAKIT


JIWA

Bukan hanya kesehatan fisik saja yang penting, tetapi kesehatan jiwa
jugaharus dijaga agar bisa menjalankan kehidupan dengan baik. Menjaga
kesehatan jiwa sangat sulit karena masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Bagi
seseorang yangtidak mampu mengelola emosi dan stressnya akan menyebabkan
gangguan pada jiwanya. Walaupun begitu seorang perawat memiliki
pandangan positif terhadap seseorang yang mengalami gangguan jiwa, yaitu
sebagai berikut :

a. Gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan perilaku


manusia
b. Perilaku manusia selalu bisa diarahkan pada respon yang baru.
c. Perilaku manusia selalu dipengaruhi oleh factor lingkungan yang dapat
menguatkan dan melemahkan
Seorang perawat akan selalu berfikir positif tentang pasiennya, walaupun pasien
tersebut mengalami gangguan kejiwaan. Selain itu seorang perawat juga akan
melakukan evaluasi tentang kesehatan pada jiwa pasiennya, yaitu sebagai berikut :

a. Status fungsional : kemampuan melakukan tugas sehariandan


memenuhiperan yang menantang
b. Status psikologi ; (alarm emosional dan intelektual) perasaan
kesejahteraan, status mental dan emosi, persepsi kualitas hidup,
sumberdaya memaksimalkan potensi pribadi
c. Status klinis : dimensi kesehatan fisik.

4. PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA

Menurut Dorothy dan Cecelia keperawatan jiwa adalah proses


dimana perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan
konsep diri yangpositif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih
harmonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.Menurut Kaplan
Sadock keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang akan mendukungintegrasi,
pasien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi
dankomunitas.

Menurut ANA (American Nurses Association) keperawatan jiwa adalah


areakhusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku
manusiasebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mentalmasyarakat dimana klien berada.

5. TREN DAN ISU KEPERAWATAN JIWA

Tren dan isu dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang


sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapat dianggapancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baikdalam tatanan regional maupun global.

Berikut ini beberapa contoh tren dan isu yangterjadi dalam keperawatan jiwa :

1. Kesehatan Jiwa dimulai masa konsepsi

Di Indonesia banyak terjadi gangguan jiwa di mulai pada usia 19 tahun dan
jarangsekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan pada
saat ini menunjukkan bahwa jika berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai
dari masa konsepsi bahkan sebelum pranikah. Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwaadanya keterkaitan kesehatan fisik dan mental
seseorang ketika berada dalam kandungan di masa yang akan datang.
Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang
dimulai pada masa konsepsi. Berikut inimerupakan hasil dari penelitian :

a. Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara,


musik, getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan
fisik, mental danemosional yg lebih baik.
b. Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam
kandungan. Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat
epidemi sedang berada pada trimester dua dalam kandungan
mempunyai resiko yang lebih tinggiuntuk menderita skizofrenia
di kemudian hari. Penemuan penting inimenunjukkan bahwa
lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentudalam
kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia.
Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan
neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita
skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak
dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti
berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan perhatian,
membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory,
dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita
skizofrenia. Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat
sejak dalam kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya
diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam
kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat
yangmempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan
neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-
gejala skizofrenia seperti halusinasi,kekacauan proses pikir,
waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi

2. Tren peningkatan masalah kesehatan

Pada era globalisasi ini masalah kesehatan jiwa sudah meningkat, hal inisudah
terbukti dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beban hidup
yangsemakin berat. Pada saat sekarang ini pasien gangguan jiwa bukan
hanya darikalangan bawah tetapi juga dari kalangan mahasiswa, pns, pegawai
swasta pejabat dan masyarakat kalangan menengah ke atas. Semua itu terjadi
karena sebagian besar masyarakat menengah ke atas tidak mampu
mengelola stress dan juga bisadisebabkan oleh post powewr syndrome atau
mutasi jabatan. Pada saat sekarang ini penyakit gamgguan jiwa tidak lagi
mengenal strata social dan usia. Banyak orangkaya yang terkena gangguan jiwa
karena hartanya habis akibat bencana.

Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan
yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang
berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas
penyebabnya. Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik.
Klien yang menunjukkangejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah
orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain,seperti mengamuk.
berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi
,kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan
gangguanemosi.2.5.2 Tren peningkatan masalah kesehatanPada era globalisasi ini
masalah kesehatan jiwa sudah meningkat, hal inisudah terbukti dalam dua tahun
terakhir. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yangsemakin berat. Pada saat
sekarang ini pasien gangguan jiwa bukan hanya darikalangan bawah
tetapi juga dari kalangan mahasiswa, pns, pegawai swasta pejabat dan masyarakat
kalangan menengah ke atas. Semua itu terjadi karena sebagian besar masyarakat
menengah ke atas tidak mampu mengelola stress dan juga bisa
disebabkan oleh post powewr syndrome atau mutasi jabatan. Pada saat sekarang
ini penyakit gangguan jiwa tidak lagi mengenal strata social dan usia. Banyak
orangkaya yang terkena gangguan jiwa karena hartanya habis akibat bencana.
Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga
menunjukkankecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan
kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan
yang berlebihan,gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak
jelas penyebabnya. Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan
psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat
mata. Inilah orang yang kerap mengocehtidak karuan, dan melakukan hal-hal
yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain,seperti mengamuk.

3. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder

Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma


yangumum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan
stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian.
Mereka menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat
akhir menjadi tidak produktif. Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang
bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan
sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi
kejiwaan.
4. Tren bunuh diri pada anak-anak dan remaja

Gagasan bunuh diri merupakan keluhan pertama yang sering dijumpai dalam
pelayanan psikiatrik darurat. Semua ancaman bunuh diri, sikap dan buah pikiran
itu harus ditanggapi dengan serius, sampa dapat dibuktikan sebaliknya. Pasien
yang berisiko bunuh diri perlu diamati secara cermat. Alasan seseorang bunuh dir
adalahputus asa dengan masalah dia hadapi dan tidak merasa tidak berdaya. Di
dunia punbunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat
mengancam, angkakejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun
1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat
bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25
orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37 orang per 100.000
penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah
usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar dari angka tersebut,
tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai
tampak meningkat terjadi pada anak-anakdan remaja. Di Benua Asia,
Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa
warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikamatau merobek
perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama baikatasannya.
Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita
melakukan bunuh diri, ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos
terbongkarpada tahun 1984.

Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga


kehormatan pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO)
pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam
setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk
satu dari tiga penyebab utamakematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor
kecelakaan. Metode bunuh diri yang paling disukai adalah menggunakan pistol,
menggantung diri dan minum racun.
5. Paterrn of Parenting dalam Keperawatan Jiwa

Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka pola
asuhkeluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh
dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol
yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat,
teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat
rekreasi, belajar danberkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani
bicara pada orang tuanyasaat punya masalah. Orang tua menjadi teman dalam
ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Bagaimana anak
dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian menjadi hal
yang sangat penting dalam kesehatan jiwa,karena akan memiliki self confidence
yang cukup. Orang tua juga melatih anak bertanggung jawab mengerjakan tugas-
tugas di rumah seperti: mencuci, menyiram bunga dll

6. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi

Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung ditemukannya obat


psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan jiwa,
peranperawat tidak terbatas di Rumah Sakit, tetapi dituntut lebih
sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus pada pelayanan
preventif dan promotif. Perubahan hospital based care menjadi community
based care merupakan trend yang signifikan dalam pengobatan gangguan
jiwa. Perawat mental psikiatri harus mengintegrasikan diri dalam community
mental health, dengan tiga kunci utama :

a. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat


sertahubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.
b. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisikan perannyac.
Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan
danpromosi kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based
care. Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting,
terutama keperawatan mental psikiatri baik dalam jumlah maupun
kualitas.
7. Isu Seputar Yankep Mental Psikiatri
a. Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat
dipertanggungjawabkan karena masih kurangnya hasil-hasil riset
tentang keperawatan jiwa klinik.
b. Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena
pendidikannya yang rendah dan belum adanya licence untuk
praktek yang diakui secara internasional.
c. Pembedaan perang perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan
pengalamansering kali tidak jelas “position description” job
responsibility dan systemreward dalam pelayanan.d. Menjadi
perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik
(mahasiswakeperawat.

8. Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa

Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat


dikotomis melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling
menunjang). Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu
atom, ilmu pengetahuan tanpaagama bagaikan orang buta. Tetapi agama tanpa
ilmu pengetahuan bagaikan orangvlumpuh. Merujuk dari pentingnya pengetahuan
dan agama tersebut untuk jiwa yang sehatbanyak penelitian dilakukan
diantaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak
terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya.
Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yangmenderita
penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletakpada
siraman keimanan yang kuat. Menurut Rando (1984) keyakinan agama dapat
membantu menyokong pasien dalam menghadapi krisi kehidupan termasu
kematian. Dimensi spiritual merupakan hal yangsangat penting diperhatikan
dalam masyarakat Indonesia. Walaupun hal ini seringkali terabaikan. Pengertian
tentang pentingnya memahami kebutuhan spiritual pasien yang dilandasi atas
keyakinan beragama, nilai dan pengalaman kehidupan pasien sering tidak
menjadi focus tenaga kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh
sulitnya menjelaskan secara ilmu aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual
menurut Randi (1984) adalah mencari arti kehidupan, meninggal secara wajar dan
kebutuhan untuk ditemani pada saat sakratul maut.

6. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN JIWA

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan


jiwamerupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin
tidak dapatdilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan
gejala yangberbeda dan muncul oleh berbagai penyebab. Proses
keperawatan merupakan sarana/wahana kerjasama perawat dengan klien, yang
umumnya pada tahap awalperan perawat lebih besar dari pada peran
klien, namun pada proses akhirnyadiharapkan peran klien lebih besar
daripada peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai (Keliat,
1998). Manfaat dari proses kepeawatan jiwa dapatdisimpulkan sebagai
berikut :

A. Manfaat keperawatan jiwa bagi perawat :


a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan
terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan
bahwa perawatbertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.

B. Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien :


a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
b. Terhindar dari malpraktik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi merupakan


salah satu masalah yang paling sering menyebabkan gangguan jiwa di Indonesia.
Himpitan ekonomi yang semakin besar dikarenakan penghasilan yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dapat menjadi salah satu pencetus untuk
seseorang bunuh diri. Saat ini masalah ganguan jiwa semakin meningkat. Beban
hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab
bertambahnya klien gangguan jiwa. Terutama karena meningkatnya harga-harga
semua bahan pokok, BBM dan adanya era globalisasi.

Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah
karena gangguan sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu
masalah keuangan. Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang
yang merupakan kalangan kelas bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat
menyerang baik itu orang kalangan bawah, menengah maupun kelas atas. Jika
seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkungan dan tidak dapat
berusaha menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya maka seseorang akan
cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.
Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-
tindakan yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau pengingkaran
diri akan kondisi atau kenyataan yang ada. Pasien cenderung tidak mampu
menerima kondisi yang ada sehingga muncul suatu keinginan untuk melakukan
hal-hal yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan dalam kasus ini pun
cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien adalah dengan melakukan
bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang menjadi trend issue
dalam keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi, tingkat pendidikan
bahkan beban kerja yang dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif terakhir
dalam menyelesaikan masalah yang dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir
inilah yang seharusnya menjadi pusat garapan perawat-perawat jiwa untuk
meluruskan kembali persepsi yang berkembang di masyarakat mengenai tindakan
bunuh diri. Hal ini berguna untuk rehabilitasi pasien yang pernah mencoba untuk
melakukan tindakan tersebut dan juga untuk pencegahan terjadinya tindakan ini
yang semakin marak. Segala tindakan pencegahan dan rehabilitasi ini tentu akan
terlaksana dengan dukungan dari segala pihak baik pemerintah maupun bidang
kesehatan lainnya.

C. Saran

Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend


dan isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam
tatanan layanan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Donovan, Abigail L, dkk. Substance Use and the Acute Psychiatric Patient
Emergency Management. USA: Humana Press.
Townsend, Mary, dkk. 2018. Pocket Guide to Psychiatric Nurshing edition
10. Philadelpia: F. A Davis Company.

Videbeck, Sheila L. 2017. Psychiatric- Mental Health Nursing seven edition.

Philadelpia: Wolters Kluwer

Anda mungkin juga menyukai