BERESIKO PADA :
OLEH:
KELOMPOK 3
DOSEN PEMBIMBING:
2020
KATA PENGANTAR
puji syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat dan
rahmat-nyalah kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan hiv/aids tentang
“Pencegahan Penularan Hiv/Aids Beresiko Pada : Penghuni Lembaga Pemasyarakatan
” tepat pada waktunya dalam penyusunan makalah ini kami sadar karena kemampuan kami
sangat terbatas. maka makalah ini masih mengandung banyak kekurangan untuk itu kami
harapkan para pembaca bersedia memberi saran dan pendapat untuk makalah ini.
akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini,
kami atas nama kelompok penyusun menyampaikan terimakasih yang tak terhingga. semoga
tuhan yang maha pemurah memberkati kita, sehingga upaya kecil ini besar manfaatnya bagi
kita semua.
Kelompok 3
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka............................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Umum................................................................................................
D. Tujuan Khusus...............................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Kritik Dan Saran............................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sampai dengan 2017, terdapat 36,9 juta orang hidup dengan HIV (Human Immunodeficiency
Virus) di seluruh dunia1 . Infeksi baru HIV di seluruh dunia pada 2017 mencapai 1,8 juta
orang2 . Di Indonesia, sejak 2005 sampai dengan Maret 2019, jumlah kasus HIV yang
dilaporkan mencapai 338.363 orang 3 sedangkan jumlah kondisi AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) yang dilaporkan sejak pertama kali ditemukan pada 1987
sampai dengan Maret 2019 mencapai 115.601 orang4 . Dari Januari sampai dengan Maret
2019 transmisi HIV yang terlaporkan sebanyak 11.081 orang, sedangkan kasus AIDS
mencapai 1.536 orang5 . Meskipun secara global jumlah orang yang terinfeksi HIV baru
semakin menurun, namun masih banyak orang-orang yang tertinggal dalam penanganan
terhadap HIV/AIDS, utamanya bagi populasi dengan resiko tinggi infeksi HIV yang
merupakan populasi kunci HIV. Berdasarkan laporan UNAIDS (United Nations Programme on
HIV/AIDS) 2018, pada 2017 47% infeksi baru HIV di seluruh dunia berasal dari kelompok
populasi kunci dan pasangannya6 , di Asia Pasifik, 84% infeksi baru HIV berasal dari populasi
kunci dan pasangan seksualnya 7 . Dalam konteks Indonesia, kasus HIV pada beberapa
Populasi Kunci belum menunjukkan penurunan, kecuali pada Penasun (pengguna napza
suntik), Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSL), dan prevalensi pada LSL (Laki-laki yang
berhubungan seks dengan laki-laki) meningkat dua kali lipat (meidina rahmawati, 2019)
HIV/AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun meskipun jumlah
kasus baru tidak selalu mengalami peningkatan yang signifikan bahkan stabil atau menurun
dibandingkan tahun yang sebelumnya. Pada Januari hingga Juni 2012 dilaporkan kasus baru
HIV sebanyak 9.883 kasus, sedangkan kasus baru AIDS sebanyak 2.224 kasus yang tersebar
di 33 provinsi. Peningkatan signifikan populasi penjara terjadi bersamaan dengan munculnya
wabah HIV. Pada 2003, para ahli memperkirakan bahwa 8,75 juta orang dipenjarakan di
seluruh dunia dan lebih dari 80 % adalah lak-ilaki. Dari jumlah ini, setengahnya terdapat di
Amerika Serikat, Cina, dan Rusia. Pada 1997, di Amerika Serikat terdapat lebih dari 35.000
narapidana dengan HIV setiap harinya. Pada tahun yang sama, lebih dari 150.000 yang
dibebaskan terinfeksi HIV. Pada tahun yang sama diperkirakan 20 sampai 26 persen orang
yang hidup dengan HIV di Amerika Serikat pernah menjalani hukuman di lapas/rutan.
(Christian setiadi).
B. Rumusan masalah
1. Apa itu Pengertian lapas?
2. Apa itu HIV/AIDS?
3. Bagaimana proses Program Pencegahan dan kawalan HIV/AIDS di penjara?
4. Bagaimana penyediaan perawatan, pengobatan dan pencegahan HIV dan
dukungan bagi perempuan di lapas?
5. Bagaimana cara Meningkatkan peluang pengembangan kapasitas profesional
tentang HIV di lapas bagi staf Lapas?
6. Bagaimana proses Pemantauan Dan Evaluasi?
C. Tujuan umum
Dapat memahami cara pencegahan penularan HIV AIDS bersesiko pada penghuni
lembaga pemasyarkatan.
D. Tujuan khusus
1. Mengetahui Pengertian lapas
2. Mengetahui HIV/AIDS
3. Mengetahui proses Program Pencegahan dan kawalan HIV/AIDS di penjara
4. Mengetahui cara penyediaan perawatan, pengobatan dan pencegahan HIV dan
dukungan bagi perempuan di lapas
5. Mengetahui cara Meningkatkan peluang pengembangan kapasitas profesional
tentang HIV di lapas bagi staf Lapas
6. Mengetahui proses Pemantauan Dan Evaluasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian lapas
Lapas adalah bentuk lembaga pemasyarakatan yang kondisi fisik bangunannya terbuka, tanpa
sekat, tembbok tebal dan jeruji besi. Dalam sistem pemasyrakatan , lembaga pemasyrakatan
terbuka dimaksudkan sebaga tempat pembinaan lanjutan bagi narapidana yang telah
menjalani setengah masa pidananya atau tempat untuk untuk menjalani masa asimilasi.
AIDS merupakan cabaran kasihatan masa kini. AIDS adalah satu penyakit berjangkit
yang berkait rapat dengan tingkah laku yang berisiko. Justru itu, AIDS boleh dicegah
sekiranya manusia mengawal tingkah laku yang berisiko tinggi seperti berkongsi
jarum suntikan terutamanya dikalangan penagih dan mengadakan hubungan seks
dengan mereka yang telah dijangkit HIV.
Semenjak kes pertama dilaporka pada tahun 1981, AIDS terus meningkat dan
menyebabkan kematian tidak kira bangsa, umur dan status social. Dianggarkan
sehingga penghujung tahun 2001, lebih 40.000.000 manusia seluruh dunia telah
mengidap HIV dan masih hidup, sepanjang tahun 2001 sebanyak 3.000.000 orang
mengidap HIV telah meninggal dunia dan lebih kurang 14.000 jangkit HIV baru
berlaku setiap hari dimana 95% dari padanya adalah di Negara membangun.
Di Malaysia sehingga penghujung tahun 2001, seramai 44.278 orang telah dilaporkan
telah mengidap HIV dengan 6025 terkena AIDS. Lelaki masih menjadi mangsa utama
jangkitan ini. Penyebab utama HIV adalah pengambilan dadah secara berkongsi
jarum suntikan (IDU) yaitu sebanyak 74%. Lebih kurang 80% dari mereka adalh
terdiri dari golongan yang produktif yaitu yang berusia di antara 20-40 tahun.
Sepanjang tahun 2001, terdapat 43.277 orang banduan dipenjara diseluruh Negara.
Lebih 51 % dari pada banduan adalah berisiko tinggi . mereka terdiri dari pada
banduan yang ditahan di bawah akta dadah berbahaya (ADB) , mereka yang terlibat
dengan penyalahagunaan dadah walaupun tidak dikategorikan di bawah ADB,pelacur
dan lain-lain kesalahan berkaitan.
Sebanyak 62,0% disaring untuk hiv semasa kemasukan,95,3% selepas 6 bulan dan
30,8% sebelum bebas. Sebanyak 27.160 orang yang disaring 3.113 orang disahkan
positif.
Sepanajang tahun yang sama sejumlah 1.666 orang pendidkan aids telah dilaksanakan
didalam institusi penjara diseluruh Negara
2. Objektif
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang cara
jangkitan,pencegahan,dan kawalan HIV/AIDS.
b. Saringan HIV dikalangan banduan
c. Mencegah penularan jangkitan HIV dikalangan banduan
d. Penjagaan kesehatan,rawatan,dan sokongan semasa dalam tahanan
3. Strategi
Semua staf lapas dan penyedia pelayanan kesehatan serta siapa pun yang berhubungan
secara reguler dengan napi hendaknya diberi akses yang tepat waktu atas informasi yang
relevan dan bahan-bahan pendidikan mengenai HIV, kewaspadaan universal dan
profilaksis pasca pajanan (PEP). Selain itu, staf lapas dan keluarga mereka hendaknya
diberi informasi tenang moda penularan dan pencegahan HIV, pelayanan yang tersedia
untuk perawatan IMS, pendistribusian kondom dan juga mengenai konseling mandiri dan
tes sukarela.
Kerangka perundang-undangan yang peka jender, kebijakan lapas dan peraturan lapas
diperlukan untuk menjamin bahwa kebutuhan perempuan dalam lapas ditangani secara
sistematis dan berkelanjutan. Sebuah kerangka menyeluruh hendaknya juga memberi
perhatian pada kesejahteraan sosial dan fisik dan psikologis—semua sangat penting
dalam pengelolaan dan minimalisasi penularan HIV di dalam lapas.
Setiap upaya hendaknya dilakukan dengan melibatkan napi perempuan dan organisasi
non pemerintah dalam pengembangan program-program pencegahan HIV, pengobatan,
perawatan dan mendukung program-program dalam lapas serta membangun link antara
program lapas dan pelayanan pencegahan dan pengobatan HIV di masyarakat.
Program pengembangan kapasitas berkala bagi staf lapas merupakan hal yang sangat
penting untuk membangun pengetahuan mengenai pencegahan, pengobatan, perawatan
dan dukungan bagi perempuan dalam lapas. Pelatihan ini hendaknya tidak dibatasi pada
staf umum lapas namun juga penyedia pelayanan medis (dokter, perawat, teknisi
laboratorium, dan apoteker dll.) penyuluh ketergantungan obat, pekerja sosial dan
profesional lain yang mungkin memberikan kontribusi terhadap program HIV dalam
lapas. Program ini hendaknya dimasukkan sebagai bagian dari kurikulum program
pelatihan reguler bagi staf lapas. Selain HIV, permasalahan lain seperti kebutuhan
spesifik jender, hak asasi dengan fokus khusus pada keterkaitannya dengan HIV dan
stigma dan diskriminasi hendaknya menjadi bagian dari kurikulum. Napi perempuan
hendaknya dilatih sebagai pendidik sebaya untuk memberikan informasi, komoditas
pencegahan, bantuan dan dukungan kepada sesama napi.
Risiko tinggi yang dihadapi perempuan di lapas dan respons yang diberikan hendaknya
dipantau dan dievaluasi secara reguler. Riset mengenai HIV dan perempuan dalam lapas
hendaknya didorong dan dilakukan untuk mengisi kesenjangan bukti-bukti yang
berkenaan dengan permasalahan ini.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lapas adalah bentuk lembaga pemasyarakatan yang kondisi fisik bangunannya terbuka,
tanpa sekat, tembbok tebal dan jeruji besi. Dalam sistem pemasyrakatan , lembaga
pemasyrakatan terbuka dimaksudkan sebaga tempat pembinaan lanjutan bagi narapidana
yang telah menjalani setengah masa pidananya atau tempat untuk untuk menjalani masa
asimilasi.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus.
Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA dan DNA penjamu untuk membentuk
virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang, utamanya menyebabkan
munculnya tanda dan gejala AIDS. (Nursalam & Kurniati, 2009).
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan
oleh HIV, ditandai dengan adalnya kegagalan progresif system imun (Irianto, 2014). Kerusakan
progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat
rentan terserang berbagai penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak terlalu berbahaya lama
kelamaan akan menyababkan pasien sakit parah bahkan meninggal (Rendi & Margareth, 2012).
proses Program Pencegahan dan kawalan HIV/AIDS di penjara adalah situasi semasa,
strategi dan objektif.
cara penyediaan perawatan, pengobatan dan pencegahan HIV dan dukungan bagi
perempuan di lapas adalah lembaga pemasyarakatan hendaknya menyediakan akses
terhadap paket penanggulangan (intervensi) yang menyeluruh.
Mengetahui proses Pemantauan Dan Evaluasi yaitu Risiko tinggi yang dihadapi
perempuan di lapas dan respons yang diberikan hendaknya dipantau dan dievaluasi secara
reguler. Riset mengenai HIV dan perempuan dalam lapas hendaknya didorong dan
dilakukan untuk mengisi kesenjangan bukti-bukti yang berkenaan dengan permasalahan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali.Rohani, Sian. Teo, Dkk. (2002). Manual Pencegahan Dan Kawalan Hiv/Aids Di
Institusi Penjara. Kementrian Kesehatan Malaysia.
2. Nasronudin. Hiv & Aids Pendekatan Biologi Molekuler Klinis & Sosial Ed 2
3. Nurs,Nursalam., Kurniawati , Dian. (2007). Asuhan Keperawatan Pd Pasien
Terinfeksi Hiv/Aids. Jakarta:Penerbit Salemba
4. Nuzzillah, Nur A. & Sukendra, Dyah M. 2017. ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP
NARAPIDANA KASUS NARKOBA TERHADAP PERILAKU BERISIKO PENULARAN HIV/AIDS.
Journal of Health Education 2 (1) (2017). Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
6. Unodc.org. Perempuan dan HIV dalam lingkungan Lapas. Diakses pada 11 Maret 2020 dari
https://www.unodc.org/documents/hiv-
aids/UNODC_UNAIDS_2008_Perempuan_dan_HIV_dalam_Lingkungan_Lapas_-_BI.pdf