Anda di halaman 1dari 5

RESUME PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER

PADA MASALAH KASUS KRITIS PADA SISTEM PERNAFASAN :


COVID-19

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu :
Nuridha Fauziyah, S.Kep., Ners. M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 6 IKP - 4B
1. Cintya Ramadhanty
2. Ida Sonia
3. Karlina Julianti
4. Rafi Kharisma Maulana
5. Rima Ferdilla Ramadhanty
6. Sri Ayu Fujastuti
7. Yono Saepudin
8. Ripandi (Lanjutan)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FIKES SEBELAS APRIL SUMEDANG

2021
Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Pada Masalah Kasus Covid-19

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pencegahan utama Covid-19 bertujuan untuk menghindari


perkembangan penyakit atau kecacatan pada individu yang sehat. Sebagian besar kegiatan
promosi kesehatan berbasis populasi, seperti mendorong jarak sosial, mengadopsi praktik
cuci tangan dan pemakaian yang benar. Masker untuk mengurangi resiko tertular infeksi
Covid-19. Contoh lain dari pencegahan utama Covid-19 termasuk pengendalian/pembatas
orang masuk ke negara lain terutama ke indonesia. Mereka yang masuk ke negara tersebut
harus di karantina selama masa inkubasi Covid-19 yaitu 14 hari.

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan promosi kesehatan dan perlindungan diri.
Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan intervensi pada individu, misalnya makan
makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk
mencegah terjadinya penyakit. Perlindungan diri dilakukan melalui tindakan tertentu,
misalnya imunisasi/vaksin, proteksi pada bahan industri berbahaya, mencuci tangan
dengan larutan antiseptik, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, dan lain-lain.

Pencegahan primer dengan promosi kesehatan pada kasus Covid-19 dapat dilakukan
dengan cara :

1. Menyaring informasi dari media sosial


2. Menerapkan etika batuk
3. Konsumsi makanan bergizi
4. Olah raga
Pencegahan primer dengan perlindungan diri pada kasus Covid-19 dapat dilakukan
dengan cara resignasi :
1. Membersihkan tangan secara rutin
2. Menggunkan masker
3. Sosial distancing dan isolasi diri
4. Menghindari kontak tanpa pelindung dengan hewan liar
Pencegahan primer sebagai salah satu cara membentuk masyarakat sehat. Masyarakat
sehat adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan untuk melakukan upaya pencegahan,
peningkatan derajat kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Usaha-
usaha pengorganisasian dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi lingkungan,
pemberantasan penyakit menular, pendidikan kebersihan perorangan, dan pengembangan
rekayasa sosial.

b. Pencegahan Sekunder
Secondary Prevention (penceghan sekunder) yaitu pencegahan terhadap masyarakat
yang masih/sedang sakit, dengan dua kelompok kegiatan :

1. Early diagnoosis and prompt treatment (Diagnosis awal dan pengobatan segera atau
adekuat), antara lain melalui : Pemeriksaan kasus dini (early case finding), pemeriksaan
umum lengkap (general check up), pemeriksaan misa (mask screening), survei terhadap
kontak, sekolah dan rumah (contects survei, school survei, house hold survei), kasus
(case holding) , pengobatan adekuat (adekuat treatement)

2. Disability limitation (Pembatasan kecacatan) Penyempurnaan dan intensitifikasi


terhadap terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan gfasilitas kesehatan,
penuruan bebas sosial penderita, dll.

Pada pencegahan level ini menekankan pada upaya penemuan kasus secara dini atau
awal dan pengobatan tepat atau “early diagnosis and prompt treatment”. Pencegahan
sekunder ini dilakukan mulai saat fase patogenesis (masa inkubasi) yang mulai saat bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh manusia sampai saat timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan. Diagnosis dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses
patologik (proses perjalanan penyakit) sehingga akan dapat memperpendek waktu sakit
dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.

Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan padsa fase penyakit asimtomatis,


tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit secara klinis
melalui deteksi dini (early detection). Deteksi dini pada tahap preklinis memungkinkan
dilakukan pengobatan segera (prompt treatment) yang diharapkan memberikan prognosis
yang lebih baik tentang kesudahan penyakit daripada diberikan terlambat. Deteksi dini
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Anamnesis atau pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung


kepada pasien (auto anamnese) atau pada keluarga (Allo anamnese) untk
menegakkan diagnosa.

2. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis


— Pengkajian awal (Initial Assessment)
1. Pengkajian Airway
a. Patikan jalan nafas paten saat berbicara dengan pasien
b. Kaji apakan ada dipsnea, nafas abnormal, suara nafas abnormal, batuk
dan pengeluaran sputum.
2. Pengkajian Breathing
a. Kaji apakah ada takipnea (>20/mnt), dipsnea
b. Ukur saturasi oksigen (SpO2 > 96%)
c. Auskultasi untuk mendengarkan apakah ada suara tambahan (ronchi atah
wheezing)
d. Lakukan pemeriksaan diagnostic terkait paru-paru (ro thorax, CT Scan
Thorax)
3. Pengkajian Circulation
a. Kaji apakah ada sianosis, capillary refill time (00/beats/mnt)
b. Kaji tekanan darah, MAP dan Pulse Pressure
c. Kaji apakah ada tanda-tanda shock (hipotensi)

4. Pengkajian Disability

a. Kaji kesadaran menggunakan AVPU, GCS dan pupillary reflex

b. Kaji apakah ada komorbid, kaji riwayat pengobatan, kaji kapan terakhir
kali minum obat penurun panas dan anti nyeri

c. Kaji apakah mengalami lemah otot

d. Ukur GDS pasien

5. Pengakajian Exposure

a. Kaji riwayat kontak erat sesuai pedoman WHO atau kemenkes Revisi 5

b. Lakukan pemeriksaan sekunder juga pemeriksaan Head to Toe

6. Pengkajian Extra

a. Hasil laboratorium
b. EKG 2 Lead

c. CT Scat Thorax

d. Ro Thorax

e. PCR

7. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium : Darah lengkap/ darah rutin, LED, Gula Darah, Ureum,


Creatinin, SGOT, SGPT, Natrium, Kalium, Chlorida, Analisa Gas
Darah, Procalcitonin, PT, APTT, Bilirubin direct, Bilirubin Indirect,
Bilirubin total, pemeriksaan laboratorium RT-PCR.

b. Radiologi : Thorax AP/PA

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan progresi penyakit ke arah berbagai


akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pencegahan tersier biasanya dilakukan oleh para dokter dan sejumlah profesi kesehatan
lainnya (mis. Fisioterapis). Jenis intervensi yang dilakukan sebagai pencegahan tersier,
target yang ingin dicapai lebih kepada mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan
jaringan dan organ, mengurangi sekulae, disfungsi, dan keparahan akibat penyakit,
mengurangi komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang penyakit, dan memperpanjang
hidup.

Pencegahan tersier untuk mengurangi dampak negatif dari penyakit yang sudah ada
dengan memulihkan fungsi dan mengurangi komplikasi terkait penyakit. Pencegahan
tersier juga bertujuan untuk meningkatkan kualitan hidup penderita penyakit Covid-19.
Dalam situasi Covid-19 ini dapat melibatkan penggunaan antiretroviral untuk mencegah
penggandaan dan efek merusak dari virus di paru-paru menjadi lebih khusus. Penumonia
terkait Covid-19 bisa sangat parah sehingga pasien mungkin memerlukan ventilasi
mekanis. Penggunaan ventilator untuk melestarikan kehidupan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai