Anda di halaman 1dari 43

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN JIWA
“PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA DAN
KONSEPTUAL MODEL DALAM KEPERAWATAN JIWA”

Dosen Pembimbing:
Ns. Gajali Rahman, S. Kep., M. Kep

Di Susun Oleh:
1. Hasni
2. Bobby Fradana
3. Feri Febrian
4. Eka Kristini
5. Galang Teges
6. Burhanto
7. Magdalena

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sehingga penulisan makalah keperawatan jiwa dengan judul proses

terjadinya gangguan jiwa dan konseptual model dalam keperawatan jiwa.

Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah saw,

keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga akhir

zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar

Keperawatan Jiwa. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang

berkaitan dengan judul laporan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari

berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama

kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran

dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan

yang lebih luas kepada pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan

yang mendasar dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan

dalam pemberian saran dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Samarinda, 11 Agustus 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................3
C. Tujuan................................................................................................3
D. Sistematika Penulisan........................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
A. Definisi Gangguan Jiwa.....................................................................4
B. Perspektif Keperawatan Jiwa.............................................................5
C. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Jiwa......................................7
D. Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa.....................................................11
E. Macam-Macam Pengobatan Untuk Pasien dengan Gangguan Jiwa..13
F. Pengertian Model Konseptual Keperawatan Jiwa.............................18
G. Tujuan dari Model Konseptual Keperawatan Jiwa............................19
H. Model Konseptual Keperawatan Jiwa...............................................20
BAB III PENUTUP......................................................................................38
A. Kesimpulan........................................................................................38
B. Saran...................................................................................................38
Daftar Pustaka.............................................................................................40

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang

terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 27 orang terkena skizofrenia,

serta 47,5 juta terkena dimensia. Tren ini juga terjadi di Indonesia. Melihat

dari berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman

penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang

berdampak pada penambahan beban Negara dan penurunan produktivitas

manusia untuk jangka panjang.

Data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi gangguan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan

untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari

jumlah penduduk di Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,

seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7% per

1.000 penduduk.

Kesehatan jiwa menurut undang-undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara

fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikaan kontribusi untuk komunitasnya. Menurut Riyadi

dan Purwanto (2013), kesehatan jiwa suatu kondisi perasaan sejahtera secara

1
subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri,

kebugaran dan kemampuan pengendalian diri.

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya

meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada

fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu,

keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses’

Association mendefenisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang

spesialisasi bidang keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia

sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya (Stuart,

2013).

Center for Mental Health Services (CMHS) secara resmi mengakui

keperawatan kesehatan jiwa adalah salah satu dari lima inti disiplin kesehatan

jiwa. American Nurses Association (ANA) sependapat dengan CMHS, yang

menjelaskan bahwa keperawatan kesehatan jiwa merupakan area khusus

dalam praktik keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai

dasar dan menggunakan diri sendiri (ekspresi, gerak tubuh, bahasa, tatapan

mata, sentuhan, dan nada suara) secara terapeutik sebagai kiatnya

meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental pasien dan

masyarakat dimanapun berada. Caroline (dalam Prabowo, 2014) memperjelas

bahwa keahlian keperawatan kesehatan jiwa adalah merawat seseorang

dengan penyimpangan mental dimana perawat harus memiliki pengetahuan

dan ketrampilan (peka, mau mendengar, tidak menyalahkan, dan

memberikan dorongan) untuk menemukan kebutuhan dasar pasien yang

2
terganggu seperti kebutuhsn fisik, aman dan nyaman, kebutuhan mencintai

dan dicintai, harga diri, dan aktualisasi diri

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu bagaimana konsep keperawatan jiwa dihubungkan

dengan asuhan keperawatan jiwa?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menganalisis proses terjadinya gangguan jiwa dalam

perspektif keperawatan jiwa dan konseptual model dalam keperawatan

jiwa

2. Mahasiswa mampu menganalisis konseptual model dalam keperawatan

jiwa

D. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu:

Bab I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang belakang,

rumusan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

Bab II : Berisi telaah pustaka yang terdiri dari konsep proses terjadinya

gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan jiwa, konsep stress,

rentang sehat sakit jiwa, koping.

Bab III : Berisi tinjauan kasus yang terdiri dari bentuk asuhan keperawatan

kegawatdaruratan pasien dengan fraktur multiple.

Bab IV : Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

3
BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Definisi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang

berkaitan dengan suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau

lebih fungsi penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku,

biologik, gaangguan tersebut mempengaruhi hubungan antara dirinya

sendiri dan juga masyarakat (Maramis, 2010).

Gangguan jiwa atau mental illnes adalah keadaan dimana seseorang

mengalami kesultan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan

dengan orang lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Gangguan jiwa

merupakan suatu gangguan yang sama halnya dengan gangguan jasmaniah

lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang

ringan seperti rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa sakit jiwa

(Budiono, 2010).

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami

gangguan dalam pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam

bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta

dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi

orang sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014).

Gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak

normal baik yang berhubungan dengan keadaan secara fisik maupun secara

mental. Namun, ketidaknormalan tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau

4
rusaknya bagian anggota badan tertentu meskipun terkadanggejalanya

dapat terlihat dengan keadaan fisik.

Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau

perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang

tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.

Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku,

komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu

pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial

manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan jiwa telah

berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini

masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi,

meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari

sepertiga orang di sebagian besar negara- negara melaporkan masalah pada

satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau

beberapa tipe umum dari kelainan jiwa. Ardani (2007)

B. Perspektif Keperawatan Jiwa

Perspektif keperawatan jiwa adalah pandangan dasar tentang

hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadi kerangka dasar

dalam praktik keperawatan jiwa. Setiap individu memiliki harkat dan

martabat, sehingga masing masing individu perlu dihargai. Tujuan individu

meliputi : tumbuh, sehat, otonomi dan aktualisasi diri. Masing masing

individu berpotensi untuk berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah

makhluk holistik yang kebutuhannya berbeda. Semua prilaku individu itu

5
bermakna meliputi : pikiran, persepsi, perasaan dan tindakan.

Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam keperawatan

jiwa antara lain sebagai berikut (Depkes RI, 1998).

1. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu perlu

dihargai.

2. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.

3. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.

4. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi

dengan lingkungan sebagai manusia yang utuh

5. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.

6. Semua perilaku individu adalah bermakna

7. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.

8. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi

oleh kondisi genetik, lingkungan, kondisi stres, dan sumber yang

tersedia.

9. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi

individu.

10. Setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang

sama.

11. Kesehatan mental adalah komponen kritis dan penting dari pelayanan

kesehatan yang komprehensif.

12. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan

keputusan untuk kesehatan fisik dan mentalnya.

6
13. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahteraan,

memaksimalkan fungsi (meminimalkan kecacatan/ketidakmampuan),

dan meningkatkan aktualisasi diri.

14. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan

pertumbuhan pada individu.

C. Faktor yang Menyebabkan Gangguan Jiwa

Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor

pada ketiga unsur yang terus-menerus saling mempengaruhi (Yosep,2007)

yaitu:

1. Faktor – factor somatic (somatogenik) atau organobiologis

a. Neroanatomi

b. Nerofisiologi

c. Nerokimia

d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic

2. Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif

a. Interaksi ibu-anak: normal(rasa percaya dan rasa aman) atau

abnormal bedasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang

terputus(perasaan tak percaya dan kebimbangan)

b. Peranan ayah

c. Persaingan antara saudara kandung

d. Intelegensi

e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat

f. Kehilangan yang menngakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu

7
atau rasa salah

g. Konsep diri, pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang

tidak menentu

h. Keterampilan, bakat, dan kreatifitas

i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya

j. Tingkat perkembangan emosi

3. Faktor-faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau sosiokultural

a. Kestabilan keluarga

b. Pola mengasuh anak

c. Tingkat ekonomi

d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan

Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur

kejiwaan, biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat

beberapa penyebab dari beragai unsur yang saling mempengaruhi atau

kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul gangguan kejiwaan. Menurut

Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab

gangguan jiwa dapat dibedakan atas :

1. Faktor Somatik (Somatogenik), yaitu akibat gangguan pada

neuroanatomi, neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat

kematangan dan perkembangan organik, serta faktorpranatal dan

perinatal.

2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan

anak, peranan ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan

8
dalam keluarga,pkerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor

intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola

adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi

masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat

menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah

yang berlebihan.

3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola

mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah

kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan,

dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh mengenai

keagamaan.

Sedangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab

gangguan jiwa diantaranya:

1. Usia

Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan

usia yang produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya

sendiri secara mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak,

bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan anggota

keluarganya.

2. Tidak bekerja

Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak

mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi dirinya,

sehingga seseorang tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan dan

9
memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak pada

gangguan jiwa.

3. Kepribadian yang tertutup

Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup cenferung

menyimpan permasalahannya sendiri sehingga masalah yang

dihadapi akan semakin menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang

tidak bisa menyelesaikan permasalahan dan enggan mengungkapkan

sehingga menimbulkan depresi dan mengalami gagguan jiwa.

4. Putus obat

Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang

dengan gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang

klien merasa bosan, dan kurang pengetahuan akan menghentikan

minum obat dan merasa sudah sembuh.

5. Pengalaman yang tidak menyenangkan

Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya

adanya aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau

kejadian lain akan memicu seseorang mudah mengalami ganguan

jiwa

6. Konflik dengan teman atau keluarga

Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga misalnya

karena harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan

jiwa. Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akan

memicu stressor yang berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor

10
yang berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan

besar sesorang akan mengalami gangguan jiwa.

D. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa

menurut Maramis tahun 2010 diantaranya:

a. Normal dan Abnormal

Abnormal berarti menyimpang dari yang normal. Seseuatu

dikatakan abnormal apabila terdapat suat norma, dan seseorang tersebut

telah menyimpang dari batas-batas norma

b. Gangguan Kesadaran

Kesadaran mrupakan kemampuan individu dalam mengadakan

pembatasan terhadap lingkungannya serta dengan dirinya sendiri

(melalui panca inderanya).apabila kesadaran tersebut baik maka

orientasi (waktu, tempat, dan orang) dan pengertian yang baik serta

pemakaian informasi yang masuk secara efektfif (melalui ingatan dan

pertimbangan). Kesadaran menurun adalah suatu keadaan dengan

kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secara

keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau tidak

normal merupakan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan

dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai

kenyataan.

11
c. Gangguan Ingatan

Ingatan berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau regristasi

(mencatat atau meregristasi sesuatu pengalaman didalam susunan saraf

pusat); penahanan atau retensi (menyimpan atau menahan catatan

tersebut) ; dan pemanggilan kembali atau “recall” (mengigat atau

mengeluarkan kembali catatan itu). Gangguan ingatan terjadi apabila

terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga usnsur diatas.

d. Gangguan Orientasi

Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat gangguan

kesadarandan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang. Gangguan Afek dan

Emosi. Afek ialah nada perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kebanggan,

kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya

bermanifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik. Emosi

adalah manifestasi fek ke luar dan dsertai oleh banyak komponen fisiologi dan

berlansung relatif tidak lama. Seseorang dikatakan telah mengalami gangguan

afek atau emosi yaitu dapat berupa depresi, kecemasan, eforia, anhedonia,

kesepian, kedangkalan, labil, dan ambivalensi.

e. Gangguan Psikomotor

Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh

keadaan jiwa, gangguan psikomotor dapat berupa:

1) Hipokinesia atau hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas berkurang

2) Stupor Katatonic : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang,

gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat.

3) Katalepsi : mempertahankan posisi tubuh secara kaku posisi badan

12
tertentu.

4) Fleksibilitas serea : memetahankan posisi badan yang dibuat padanya

oleh orang lain.

5) Hiperkinesia : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan

6) Gaduh gelisah katatonik : aktivtas motorik yang kelihatannya tidak

bertujuan, yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oelh

rangsangan dari luar

7) Berisikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan

yang tidak wajar

8) Grimas : miik yang aneh dan berulang-ulang

9) Stereotype : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan

tidak bertujuan

f. Gangguan proses berfikir

Proses berfikir meliputi proses pertimbangan, pemahaman,

ingatan serta penalaran.

g. Gangguan persepsi

h. Gangguan intelegensi

i. Gangguan kepribadian.

E. Macam-macam Pengobatan untuk Pasien dengan Gangguan Jiwa

Pada pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa

pengobatan untuk memulihkan kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya

kekambuhan, beberapa terapi pengobatan pada pasien gangguan jiwa

menurut buku Ajar Keperawatan Jiwa tahun 2015, diantaranya :

13
1. Psikofarmaka

Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada

susunan saraf pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku,

yang biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan.

Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan farmakokinetik

khusus untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien gangguan

jiwa. Golongan dan jenis psikofarmaka ini perlu diketahui perawat agar

dapat mengembangkan upaya kolaborasi pemberian psikofarmaka,

mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek samping, serta

memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya.

2. Kejang Listrik

Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan

pada pasien gangguan jiwa, menggunakan aliran listrik untuk

menimbulkan bangkitan kejang umum, berlangsung sekitar 25–150

detik dengan menggunakan alat khusus yang dirancang aman untuk

pasien. Pada prosedur tradisional, aliran listrik diberikan pada otak

melalui dua elektroda dan ditempatkan pada bagian temporal kepala

(pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran terapeutik untuk

menimbulkan kejang. Kejang yang timbul mirip dengan kejang

epileptik tonik-klonik umum. Namun, sebetulnya yang memegang

peran penting bukanlah kejang yang ditampilkan secara motorik,

melainkan respons bangkitan listriknya di otak yang menyebabkan

terjadinya perubahan faali dan biokimia otak

14
3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang

bertujuan mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika

kelompok. Cara ini cukup efektif karena di dalam kelompok akan

terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling memengaruhi, saling

bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui bersama,

sehingga terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang di dalamnya

terdapat interaksi, interelasi, dan interdependensi. Terapi aktivitas

kelompok. (TAK) bertujuan memberikan fungsi terapi bagi

anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk menerima dan

memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain, mencoba cara

baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri. Keuntungan

lain yang diperoleh anggota kelompok yaitu adanya dukungan

pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan

meningkatkan hubungan interpersonal.

4. Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan

secara teratur, yang memberikan dasar berpikir pada pasien untuk

mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami masalahnya, mampu

mengatasi perasaan negatifnya, serta mampu memecahkan masalah

tersebut.

5. Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah

15
emosi yang timbul kemudian dibahas atau diselesaikan bersama

dengan anggota keluarga, dalam hal ini setiap anggota keluarga diberi

kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam menyelesaikan

masalah. Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan sebuah

kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai

hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung, serta diorganisasi

dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

6. Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang

ditata agar dapat membantu penyembuhan dan atau pemulihan pasien.

Milleu berasal dari Bahasa Prancis, yang dalam Bahasa Inggris

diartikan surronding atau environment, sedangkan dalam Bahasa

Indonesia berarti suasana. Jadi, terapi lingkungan adalah sama dengan

terapi suasana lingkungan yang dirancang untuk tujuan terapeutik.

Konsep lingkungan yang terapeutik berkembang karena adanya efek

negatif perawatan di rumah sakit berupa penurunan kemampuan

berpikir, adopsi nilai-nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak baik atau

kurang sesuai, serta pasien akan kehilangan kontak dengan dunia luar.

7. Terapi Perilaku

Perilaku akan dianggap sebagai hal yang maladaptif saat

perilaku tersebut dirasa kurang tepat, mengganggu fungsi adaptif, atau

suatu perilaku tidak dapat diterima oleh budaya setempat karena

bertentangan dengan norma yang berlaku. Terapi dengan pendekatan

16
perilaku adalah suatu terapi yang dapat membuat seseorang berperilaku

sesuai dengan proses belajar yang telah dilaluinya saat dia berinteraksi

dengan lingkungan yang mendukung.

Dalam menunjang tercapainya kesembuhan tidak hanya terapi yang

dibutuhkan, tetapi juga program pengobatan pada pasien gangguan jiwa,

menurut Psychiatric-Mental Health Nursing tahun 2015 macam-macam

pengobatan pada pasien gangguan jiwa diantaranya:

1. Pengobatan rawat inap dirumah sakit

Perawatan psikiatri rawat inap disebuah rumah sakit merupakan

cara utama untuk orang dengan penyakit mental. Unit psikiatri

menekankan terapi bicara atau interaksi antara pasien dengan staf dan

lingkungan yang ada. Terapi lingkungan juga mrupakan salah satu

aspek dalam pengobatan rawat inap dirumah sakit untuk membantu

pasien dalam menstabilkan pasien dengan gangguan jiwa yang lebih

akut. Dalam init rawat inap ditujukan untuk mengidentifikasi gejala dan

ketrampilan dalam menangani gejala yang muncul, serta

mengidentifikasi masalah jangka panjang untuk menjalani terapi rawat

jalan.

2. Pengobatan rawat jalan

Rawat jalan adalah salah satu unit kerja dirumah sakit atau suatu

pelayanan kesehatan yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih

dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan

terapeutik. Pelayanan rawat jalan merupakan pelyanan kepada pasien

17
untuk observasi, diagnosa pengobatan, rehabilitasi medik dan peayanan

kesehatan lainnya yang bersifat umum, spesialistik, sub spesialistik

yang dilaksanakan di suatu rumah sakit atau layanan kesehatan tanpa

tinggal rawat inap (Agustiawan & Andri)

Salah satu program dalam rawat jalan adalah rehabilitasi

kejiwaan yang mengacu pada layanan yang dirancang untuk

mempromosikan proses pemulihan untuk orang dengan penyait mental.

Program rawat jalan bertujuan untuk mengontrol gejala dan

memanajemen pengobatan untuk pemberdayaan dan pningkatan

kualitas hidup. Pelayanan rawat jalan lebih mengedepankan komunitas

yang berbasis masyarakat

F. Pengertian Model Konseptual Keperawatan Jiwa

Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik

tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui

penggunaan symbol dan diafragma, dan Konsep adalah suatu keyakinan yang

kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena

berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau

keyakinan. Model konsepadalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak

dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomena-fenomena,

mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah (Christensen, 2009).

Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau

skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan

individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan

18
perkembangannya. Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir,

mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset

untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang

fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Perry & Potter, 2005).

Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka

rancangan terstruktur untuk melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatan

mental. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan baik oleh tenaga kesehatan

mental maupun perawat untuk menolong seseorang dalam mempertahankan

kesehatan jiwanya melalui mekanisme penyelesaian masalah yang positif

untuk mengatasi stressor atau cemas yang dialaminya. Perawat psikiatri

dapat bekerja lebih efektif bila tindakan yang dilakukan didasarkan pada

suatu model yang mengenai keberadaan sehat atau sakit sebagai suatu hasil

dari berbagai karakteristik individu yang berinteraksi dengan sejumlah factor

di lingkungan (Videbeck, 2008).

G. Tujuan dari model konseptual keperawatan

Tujuan dari model konseptual keperawatan menurut Christensen

(2009) adalah:

1. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan

keperawatan oleh tim keperawatan.

3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan

19
bagi setiap anggota tim keperawatan.

H. Model konsep keperawatan jiwa

Model konseptual keperawatan jiwa, dapat dikelompokkan

menjadi beberapa model yaitu:

1. Model Psikoanalisa (Freud, Erickson)

Teori ini berfokus pada proses-proses intra psikis dan

perkembangan psikoseksual. Merupakan model yang pertama

dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa

penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan

perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan mempunyai

tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala merupakan simbol dari

konflik.

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada

seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id

(kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam

menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan norma,

agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya

penyimpangan perilaku (deviation of behavioral).

Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya

konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya

ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu

secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-kata,

dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya

20
pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang

membekas pada masa dewasa.

Menurut Erickson, perkembangan ego terjadi akibat interaksi

sosial, tugas-tugas perkembangan bersifat berurutan dan bergantung pada

keberhasilan penyelesaian sebelumnya. Individu yang gagal

menyelesaikan tugas perkembangan pada usia seharusnya, dapat kembali

lagi nanti untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Di dalam gerakannya, psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip,

yakni: Prinsip konstansi, artinya bahwa kehidupan psikis manusia

cenderung untuk mempertahankan kuantitas konflik psikis pada taraf

yang serendah mungkin, atau setidak-tidaknya taraf yang stabil. Dengan

perkataan lain bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam keadaan

konflik yang permanen (tetap).

a. Prinsip kesenangan, artinya kehidupan psikis manusia cenderung

menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh

kesenangan (pleasure principle).

b. Prinsip realitas, yakni prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan

keadaan nyata Dalam terapi psikoanalisis ini terdapat lima tekhnik

dasar, yaitu:

1) Asosiasi bebas yaitu pasien diupayakan untuk mencernihkan atau

mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran

sehari-hari sekarang ini, sehingga pasien mudah mengungkapkan

pengalaman masa lalunya.

21
Tujuan tekhnik ini untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu

dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan

pengalaman traumatic masa lampau. Hal itu disebut juga katarsis.

2) Interpretasi adalah tekhnik yang digunakan oleh terapis untuk

menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi

pasien. Terapis menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar

pasien tentang makna perilaku yang termanifestasi dalam mimpi,

asosiasi bebas, resistensi dan transferensi pasien. Tujuannya adalah

agar ego pasien dapat mencerna materi baru dan mempercepat

proses penyadaran.

3) Analisis mimpi yaitu suatu tekhnik untuk membuka hal-hal yang

tak disadari dan memberi kesempatan pasien untuk menilik

masalah- masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya

mimpi adalah karena diwaktu tidur pertahanan ego menjadi lemah

dan kompleks yang tersdesakpun muncul kepermukaan. Oleh

Freud mimpi itu ditafsirkan sebagai jalan raya terhadap keinginan-

keinginan dan kecemasan yang tak disadari yang diekspresikan.

4) Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan pasien taerhadap

alasan-alasan terjadinya resistensinya. Konselor/terapis meminta

perhatian pasien untuk menafsirkan resistensinya.

5) Analisis transferensi yaitu terapis mengusahakan agar pasien

mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya

terutama pada usia selama lima tahun pertama dalam hidupnya.

22
Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonym dan

pasif agar terungkap transferensi tersebut.

Proses terapi pada model ini adalah lebih sering

menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen

untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya pasien dibuat

dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya

pengalaman alam bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-

pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih

dikenal dengan metode hypnotis yang memerlukan keahlian dan

latihan yang khusus. Dengan cara demikian, pasien akan

mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan terapis

berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.

Model psikoanalisis ini mempunyai ciri unik dalam proses

terapinya. Yaitu konselor bersikap anonym, artinya konselor

berusaha tidak dikenal pasien, dan tidak bertindak sedikit sekali

memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah

agar pasien dengan mudah memantulkan perasaan kepada konselor.

Pemantulan itu merupakan proyeksi pasien yang menjadi bahan

analisis bagi konselor atau terapis. Pada tahap awal konseling,

konselor membuat suatu hubungan kerja dengan pasien,

selanjutnya kegiatan konselor adalah mendengarkan dan kemudian

memberikan tafsiran terhadap pernyataan pasien.

Hal yang penting dalam proses terapi adalah memberikan

23
perhatian terhadap keadaan resistensi pasien yaitu suatu keadaan

dimana pasien melindungi suatu perasaan, trauma, atau kegagalan

pasien terhadap konselor. Keadaan resistensi pasien ditandai oleh

munculnya reaksi dalam bentuk pertahanan diri terhadap

interpretasi yang tidak mengenakan dari konselor.

Fungsi konselor atau terapis adalah mepercepat proses

penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketaksadaran pasien

yang dilindunginya dengan cara transferensi itu. Peran perawat

adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai

keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna

pada masa lalu misalnya (pernah disiksa orang tua, pernah

disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan

kekerasan, diperkosa masa anak), dengan menggunakan

pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling

percaya).

Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama dan

mahal. Karakter psikoanalisis adalah terapis atau analisa

membiarkan dirinya

anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga

pasien memproyeksikan dirinya kepada analisis. Proyeksi-proyeksi

pasien, yang terjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis.

Analisis terutama berurusan dengan usaha membantu pasien dalam

mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan, dalam melakukan

24
hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis

serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsive

dan irasional. Analisis terlebih dahulu harus memabngun hubungan

kerja dengan pasien, kemudian perlu banyak mendengar dan

menafsirkan. Analisisis memberikan penelitian khusus pada

penolakan-penolakan pasien. Sementara yang dilakukan oleh

pasien adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan

dia harus membuat penafsiran-penafsiran yang layak untuk

mempercepat proses penyingkipan hal-hal yang tak disadari.

Analisis mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan

pertentangan-pertentangan pada cerita pasien, mengartikan mimpi-

mimpi dan asosiasi bebas yang dilaporkan oleh pasien mengamati

pasien secara cermat selama pertemuan terapi berlangsung, dan

peka terhadap isyarat- isyarat yang menyangkut perasaan-perasaan

pasien kepada analisis. Pengorganisasian proses-proses terapeutik

dalam konteks pemahaman terhadap struktur kepribadia dan

psikodinamik-psikodinamik itu memungkinkan analisis bias

merumuskan sifat sesungguhnya dari masalah-masalah pasien.

Salah satu fungsi utama analisis adalah mengajarkan arti proses-

proses ini kepada pasien sehingga pasien mampu memperoleh

pemahaman terhadap masalah-masalahnya sendiri, mengalami

peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah. Dengan

demikian, memperoleh kendali yang lebih rasional atas

25
kehidupannya sendiri.

2. Model interpersonal

Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan. Titik

pandang Sullivan diidentifikasi dengan teori-teori social-psikologis. Ia

menekankan peran hubungan-hubungan personal dan studi tentang

manusia dalam hubungan dengan orang-orang lain yang berpengaruh.

Jadi, unit studinya adalah situasi interpersonal bukan hanya individu itu

semata-mata. Kepribadian mengejawantahkan dirinya dalam tingkah laku

individu dalam hubungan dengan ancaman-ancaman terhadap rasa aman.

Yang membawahi segenap dorongan adalah motif kekuasaan yang

bekerja sepanjang hidup untuk mengatasi perasaan tak berdaya yang

mendasar. System diri seseorang berkembang sebagai reaksi melawan

kecemasan yang ditetapkan oleh hubungan-hubungan interpersonal.

Sullivan menekankan peran proses-proses kognitif dalam

perkembangan kepribadian. Tiga corak pengalaman terlibat dalam

pembentukan ego sebagai berikut :

a. Corak Protaktis: menandai tahun pertama kehidupan : tidak ada

pemisahan antara waktu dan tempat, merupakan prasyarat bagi

dua corak pengalaman yang lainnya.

b. Corak Prataktis: ditandai oleh keseluruhan pengalaman yang tak

terdiferensiasi yang dipecah kedalam bagian-bagian tanpa kaitan yang

logis, muncul pada masa kanak-kanak awal, anak menerima apapun

yang terjadi tanpa evaluasi, dan bereaksi terhadap orang lain dalam

26
basis yang tidak realistis.

c. Corak Sintaksis: ditandai oleh kurangnya distorsi, terdiri dari aktivitas

symbol yang disahihkan secara mufakat, yang menjadi dasar bagi

anak untuk mengevaluasi pemikiran-pemikiran dan perasaan-

perasaan orang lain, dan lambat laun anak mengenal pola-pola

hubungan dalam masyarakat, sikap-sikap diri dibentuk oleh reaksi-

reaksi orang-orang lain yang berpengaruh.

Sullivan menekankan bawa kepribadian tidak ditetapkan pada

usia dini, dan kepribadian itu bisa berubah dikemudian hari seiring

dengan berkembangnya hubungan-hubungan interpersonal baru. Manusia

adalah makhluk yang mampu menyesuaikan diri. Ia juga menekankan

bahwa kepribadian dibentuk melalui tahap-tahap perkembangan tertentu

yang mencakup masa bayi, masa kanak-kanak, masa kanak-kanak akhir,

praremaja, remaja awal, remaja akhir dan kematangan. Determinan-

determinan sosial dari perkembangan kepribadian amatlah penting.

Sebagai tambahan Hildegard Peplau mengembangkan teori

interpersonal perawatan. Pandangan interpersonal terhadap

penyimpangan perilaku, teori interpersonal meyakini bahwa perilaku

berkembang dari hubungan interpersonal Sullivan menekankan besarnya

pengaruh perkembangan masa anak-anak terhadap kesehatan jiwa

individu. Kecemasan pertama yang sungguh-sungguh dialami sewaktu

bayi pada saat merasakan kecemasan ibu. Selanjutnya kecemasan

dihubungkan dengan penolakan/tidak direstui oleh orang-orang yang

27
dekat/penting bagi individu. Jika anak hanya menerima stimulus

penolakan atau kecemasan atau kritik, maka anak akan mengembangkan

system diri yang negative.

Menurut Sullivan : individu memanang orang lain sesuai dengan

yang ada pada dirinya. Ada 2 dorongan yang dimiliki pada individu :

a. Dorongan untuk kepuasan berhubungan dengan kebutuhan dasar

seperti : lapar, tidur, kesepian, nafsu.

b. Dorongan untuk keamanan Berhubungan dengan kebutuhan budaya

seperti penyesuaian norma sosial, nilai suatu kelompok tertentu. Proses

terapi Mengoreksi pengalaman interpersonal dengan mengalami

hubungan yang sehat dengan terapis, pasien akan belajar berhubungan

interpersonal yang memuaskan dengan re-eduksi dan mengembangkan

hubungan saling percaya.

Menurut konsep model ini kelainan jiwa seseorang bisa muncul

akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan

(anviety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat

berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini,

perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak

diterima oleh orang sekitarnya.

Proses terapi menurut konsep ini adalah build feeling security

(berupaya membangun rasa aman pada pasien), trusting relationship and

interpersonal satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan

membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga pasien

28
merasa berharga dan dihormati.

Peran perawat dalam terapi ini adalah share anxieties (berupaya

melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan pasien, apa yang

biasa dicemaskan oleh pasien saat berhubungan dengan orang lain),

therapist use empathy and relationship (perawat berupaya bersikap

empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh pasien). Perawat

memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman pasien dalam

berhubungan dengan orang lain.

3. Model Social

Model ini berfokus pada lingkungan sosial yang mempengaruhi

individu dan pengalaman hidupnya. Pandangan sosial terhadap

penyimpangan perilaku, kondisi sosial bertanggung jawab terhadap

penyimpangan perilaku, perilaku yang dianggap normal pada suatu

daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain.

Individu yang sudah dilabel/dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri

dengan norma lingkungan, maka perilaku tersebut memerlukan

perawatan/dirawat.

Menurut Szazz, individu bertanggung jawab terhadap

perilakunya. Individu tersebut harus mampu mengontrol untuk

menyesuaikan perilakunya dengan yang diharapkan masyarakatnya,

mengontrol untuk menyesuaikan perilakunya dengan yang diharapkan

masyarakatnya.

Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan

29
gangguan jiwa. Oleh karena itu, konsep pencegahan primer, sekunder,

dan tersier sangat penting. Sitausi yang dapat menjadi pencetus:

a. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.

b. Kurang mampu mengatasi stress.

c. Kurang support system.

Situasi tersebut diatas dapat diantisipasi dan dapat dicegah. Proses

terapi :

a. Prevensi primer

b. Kesehatan jiwa masyarakat

c. Crisis intervensi

Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau

penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor

lingkungan akan memicu timbulnya stress pada seseorang (social and

environmental factors create stress, which cause anxiety symptom).

Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini

adalah environment manipulation and social support (pentingnya

modifikasi dan adanya dukungan sosial). Peran perawat dalam

memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan

masalah menggunakan sumber yang ada dimasyarakat melibatkan teman

sejawat, atasa, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya :

menggali system sosial pasien, seperti suasana di rumah, di kantor,

disekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

d. Model Eksistensi

30
Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan

disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku,

penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan

dirinya dan lingkungan. Keasingan akan dirinya dan lingkungan dapat

terjadi karena hambatan atau larangan pada diri individu. Individu merasa

putus asa, sedih, sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri

yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang

lain. Pasien sudah kehilangan atau tidak mungkin menemukan nilai-nilai

yang memberi arti pada eksistensinya. Proses terapi :

a. Rational emotif therapy (RET)

Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap

perilakunya, pasien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana

adanaya bukan karena apa yang akan dilakukan. Konsep dasar RET

yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagi berikut :

1) Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan

emosional. Reaksi emosional yang sehat maupun yang tidak

bersumber dari pemikiran itu.

2) Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional.

Dengan pemikiran rasional dan inteleknya manusia dapat terbebas

dari gangguan emosional.

3) Pemikiran irasional bersumber pada disposisi biologis lewat

pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.

4) Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.

31
5) Berpikir logis dan tidak logis dapat dilakukan dengan symbol-

symbol bahasa.

6) Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization yaitu

mengatakan sesuatu terus-menerus kepada dirinya.

7) Pemikiran tak logis-irasional dapat dikembalikan pada pemikiran

logis dengan reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak

dan merendahkan diri melalui emosinalnya. Ide-ide irasional

bahkan dapat menimbulkan neurosis dan psikosis. Sebuah contoh

ide irasioanl adalah “seseorang yang hidup dalam masyarakat harus

mempersipakan diri secara kompeten dan adekuat, agar ia dapat

mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi masyarakat”.

Pemikiran lain adalah “sifat jahat, kejam, dan lain-lain harus

dipersalahkan dan dihukum”. RET bertujuan untuk memperbaiki

dan mengubah sikap, persepsi, dan cara berpikir, keyakinan serta

pandangan pasien yang irasional menjadi rasional, sehingga ia

dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang

optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak

diri seperti : benci, takut, rasa bersalah, was-was, marah sebagai

akibat berpikir yang irasional, dan melatih serta mendidik pasien

agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan

membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai kemampuan diri.

Proses terapi, terapis berusaha menunjukkan pasien kesulitan yang

dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional dan

32
menunjukkan bagaimana pasien harus bersikap rasional dan

mampu memisahkan keyakinan irrasional dengan rasional, setelah

pasien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran

irrasional, maka terapis menunjukkan pemikiran pasien yang

irrasional, serta pasien berusaha mengubah kepada keyakinan

menjadi rasional, terapis berusaha agar pasien menghindarkan diri

dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan

antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakkan diri,

proses terakhir terapis adalah terapis berusaha menantang pasien

untuk mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan

menolak kehidupan yang irrasional yang fiktif.

b. Terapi logo

Merupakan tahap orientasi masa depan (future orientated

therapy). Individu meneliti arti kehidupan, karena tahap arti berarti

tidak eksis. Tujuan : agar individu sadar akan tanggungjawabnya. Atau

pasien akan dapat menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan

serta cinta. Dengan penemuan itu pasien akan dapat membantu dirinya

sehingga bebas dari masalah tersebut. Terapi logo masih menginduk

kepada aliran psikoanalisis, akan tetapi menganut paham

eksistensialisme. Mengenai teknik terapinya digunakan semua teknik

yang kiranya sesuai dengan kasus yag dihadapi. Tampaknya

kemampuan menggali hal-hal yang bermakna dari pasien, amat

penting.

33
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau

gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan

tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya.

Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-

nya.

Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan

individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami

riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap

sebagai panutan (experience in relationship), memperluas kesadaran

diri dengan cara intropeksi diri (self assessment), bergaul dengan

kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong

untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback

tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and

control behavior).

Psikoterapi memperkuat proses pembelajaran seseorang untuk

sepenuhnya menjadi dirinya sendiri. Rogers yakin bahwa penyakit

jiwa terjadi akibat kegagalan mengembangkan diri sepenuhnya sebagai

manusia. Ahli terapi harus tulus dan tanpa ada yang ditutup-tutupi

ketika berhubungan dengan pasien. Ahli terapis harus bersikap aktif

dan mengekspresikan perasaan serta emosinya sendiri secara langsung

dan jujur. Perliaku pasien berubah kearah fungsi diri yang positif bila

ahli terapinya mau menerima, menghargai dan secara tulus bersimpati

terhadap pasien.

34
Prinsp keperawatannya adalah : pasien dianjurkan untuk

berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk

mempelajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain,

misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk

memperluas kesadaran diri pasien melalu feed back, kritik, saran, atau

reward and punishment.

c. Supportive Therapy (Wermon, Rockland)

Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: faktor

biopsikososial dan respon maladaptive saat ini, aspek biologisnya

menjadi masalah seperti : sering sakit maag, migrane, batuk-batuk.

Aspek psikoloisnya mengalami banyak keluhan seperti: mudah cemas,

kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek

sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul, menarik diri, tidak

disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan

sebagianya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab

gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akbat ketidakmampuan

dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul dan tidak ada

kaitannya dengan masa lalu.

Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon koping

adaptif, individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-

kekuatan apa yang ada pada dirinya, kekuatan mana yang dapat

dipakai alternative pemecahan masalahnya, fokusnya pada saat ini dan

bukan pada masa lalu.

35
Perawat harus membantu individu dalam melakukan

identifikasi coping yang dimiliki danyang biasa digunakan pasien.

Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik

dengan pasien untuk menyiapkan koping pasien yang adaptif.

4. Medical (Meyer, Kraeplin)

Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat

multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan

faktor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui

pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologik, dan teknik

interpersonal.

Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam

melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist

berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi,

menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan yang digunakan.

Konsep berfokus pada diagnose penyakit, sehingga pengobatan

didasarkan pada diagnose itu. Medical model terus mengeksplorasi

penyebab gangguan jiwa secara ilmiah. Banyak pendapat medical model

bahwa penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan system

syaraf pusat (SSP). Dicurigai bahwa depresi dan schizophrenia

dipengaruhi oleh tranmisi impuls neural, serta gangguan synaptic, yaitu

masalah biokimia, faktor lingkungan dan sosial diperhitungkan sebagai

faktor pencetus proses terapi.

Hubungan pasien dokter merupakan hubungan percaya dan

36
mengikuti rencana pengobatan.

a. Pengobatan meliputi jangka pendek dan jangka panjang

b. Terap supportif

c. Insight oriented terapi yaitu belajar meroda mengatasi stress

Proses media terapi didefinisikan dengan baik dan akrab dengan

sebagian besar pasien. Pemeriksaan dokter pasien termasuk sejarah

penyakit ini, sejarah masa lalu, sejarah sosial, sejarah medis, tinjauan

system tubuh, pemeriksaan fisik, dan status mental. Peran pasien

melibatkan mengakui sedang sakit, yang bisa menjadi masalah dalam

psikiatri. Pasien kadang tidak sadar perilaku terganggu dan mungkin

menolak pengobatan.

37
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa,

melainkan mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan

langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yang

menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk

memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di

dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi

organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka

terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada

suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat

kerjakan.

Model konseptual keperawatan kesehatan jiwa terdiri dari 6 model

yang terdiri dari Model Psikoanalisa, Model Interpersonal, Model Sosial,

Model Eksistensi, Supportive Therapy dan Model Medikal.

B. Saran

1. Mahasiswa

Makalah ini sangat bagus untuk dibaca sebagai pedoman kita

dalam memahami teori peplau mengenai konseptual model keperawatan

jiwa interpersonal, Sehingga kedepan nanti kita bias berkerja dengan baik,

38
dan hubungan interpersonal yang kita lakukan baik. Sehingga kita bisa

memberikan keperawatan yang baik kepada pasien.

2. Perawat

Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai

macam model keperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien.

3. Pelayanan kesehatan

Diharapkan dapat melayani dan menangani klien yang mengalami

gangguan psikososial maupun gangguan jiwa

39
DAFTAR PUSTAKA

Stuart Gail. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Suliswati dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Isaacs, Ann. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri
Edisi 3. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Stuart dan Sundeen’s. 1998. Principle Practice of Psychiatric Nursing Sixth
Edition. St Louis, Missour: Mosby-Year Book
Stuart dan Larai. 2001. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis
Mossour: Westline Industrial Drive
Keliat, Budi Anna, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC Christensen,P. J. dan Kenney, J.W. (2009), Proses keperawatan
Aplikasi Model Konseptual, Ed.4, Jakarta, EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Zaidin, Ali. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya
Medika
Indrono, Wahyu & Endang Caturini.2012.Implementasi Teknik De-Eskalasi
Terhadap Penurunan Respon Marah Klien Dengan Perilaku
Kekerasan.Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 2.
Rahayu, Mubin & Nurhidayati.2014.Perspektif Kejiwaan dalam Keluarga:
Gambaran Kerentanan Sosial Keluarga Buruh Migran
Internasional.Jurnal Keperawatan Jiwa, 2 (1).
Sujianto & Fahrudin. 2008. Respon Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi Hiv/Aids Di Rumah Sakit Panti
Wilasa Citarum Semarang. Media Ners, 2 (2)
Toluliu, Keliat & Rekawati.2012.Pengaruh Latihan Coping With Stress Terhadap
Risiko Bunuh Diri Pada Remaja Di Smp Kasih Kota Depok Tahun
2010.Juiperdo,1(1).

40

Anda mungkin juga menyukai