Anda di halaman 1dari 22

Konsep Dasar Gangguan Psikologis

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Konseling Traumatik
Dosen : Miskanik, S.Pd., M.Pd.I., Kons.

Kelas R7F
Kelompok 1

CELINE MARGARETH KARISMA DEO 201801500593


WAFIQ AZIZAH 201801500609
LULU AULIA RAHMA 201801500613
INDAH NUR MAYANG SARI 201801500614
FITRI EFFILIA 201801500670

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan
hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Konsep Dasar Gangguan
Psikologis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusun makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada :
1. Miskanik, S.Pd., M.Pd.I., Kons.selaku dosen pembimbing mata kuliah Konseling
Traumatik.
2. Teman Kelompok 1 selaku penulis dan pembuat makalah ini dan teman-teman yang
lain yang bergabung dalam kelas “Reguler 7 F”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
diperlukannya kritik, saran, dan masukan yang kami harapkan untuk pembelajaran
kedepannya agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Jakarta, 26 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Gangguan Psikologis.....................................................................................3
B. Penyebab Gangguan Psikologis......................................................................................4
C. Macam-macam Gangguan Psikologis...........................................................................12
D. Ciri-ciri Gangguan Psikologis.......................................................................................14
E. Terapi untuk Gangguan Psikologis...............................................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................17
A. Simpulan.......................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep adalah suatu representasi abstrak dan umum tentang sesuatu yang
bertujuan menjelaskan suatu benda, gagasan, atau peristiwa. Secara etimologis kata
“Konsep” berasal dari bahasa latin “Conceptum” yang artinya sesuatu yang bisa
dipahami. Pengertian konsep lainnya adalah serangkaian pernyataan, ide/ gagasan
yang saling terkait tentang berbagai kejadian/ peristiwa dan menjadi dasar/ petunjuk
dalam melakukan penelitian. Jadi, Konsep dasar ialah susunan dalam pembentukan
pengetahuan ilmiah. konsep itu bersifat abstrak dan berasal dari pemikiran. konsep
dasar ini sangat diperlukan untuk membuat inovasi baru dalam berbagai bidang
kehidupan. setiap ilmu memiliki konsep dasar nya tersendiri yang membuat ilmu
pengetahuan itu berbeda dari yang lain, bisa jadi karena tujuan, objek dan ruang
lingkupnya yang berbeda.
Gangguan psikologi dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan seseorang,
seperti saat kita stress maka kesehatan kita akan terkena dampaknya, yaitu dapat
menimbulkan penyakit atau memperburuk kesehatan dan sebaliknya penyakit dapat
menurunkan daya tahan tubuh atau kemampuan tubuh menghadapi stress.
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku manusia.
Pengetahuan di bidang psikologi secara khas digunakan untuk melihat dan
menindaklanjuti masalah traumatic mental, serta memahami dan menyelesaikan
masalah-masalah di berbagai bidang yang berbeda dalam aktivitas manusia. Salah
satu contoh dalam hal ini adalah konseling yang dapat dilakukan di sekolah, keluarga,
maupun perusahaan. Salah satu bidang kajian dari psikologi adalah Psikologi Klinis.
Area psikologi klinis mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teori, dan praktik untuk
memahami, memprediksi, serta mengurangi maladjustment, disability, dan discomfort
dalam rangka meningkatkan penyesuaian diri manusia, adjustment, dan personal
development (APA,2011). Di Indonesia sendiri terdapat berbagai permasalahan yang
mucul dan dapat memicu gangguan psikis, diantaranya masih kurangnya sumber daya
manusia pencipta lapangan kerja, sementara hal ini tidak berimbang dengan jumlah
pencari kerja (Burhani, 2010). Hal ini menyebabkan meningkatnya kemiskinan dan

1
2

pengangguran di Indonesia. Permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat,


misalnya pengangguran yang meningkat atau kurang mampunya seseorang dalam
menyesuaikan diri di masyarakat dapat memicu munculnya trauma, tekanan, depresi,
dan dapat juga mengganggu mental individu sampai dengan tingkat yang berat,
misalnya muncul perilaku-perilaku abnormal.

B. Rumusan masalah
Adapun masalah yang akan diajukan penulis pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu konsep dasar gangguan psikologis?
2. Apa pengertian gangguan psikologis?
3. Apa saja penyebab gangguan psikologis?
4. Apa saja macam-macam gangguan psikologis?

C. Tujuan
Adapan tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetaui konsep-konsep dasar gangguan psikologis.
2. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan psikologis.
3. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan psikologis.
4. Untuk mengetahui macam-macam gangguan psikologis.

D. Manfaat
Manfaat dari makalah konsep dasar gangguan psikologis adalah untuk menambah
wawasan mahasiswa bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan konseling
traumatik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Psikologis


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikologis berarti berkenaan dengan
psikologi bersifat kejiwaan yang disebabkan oleh faktor-faktor (KBBI, 2002: 901).
Dengan demikian makna psikologis yang terkandung dari kamus di atas yaitu
menyangkut kejiwaan yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.
Sedangkan modern berarti sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan
tuntutan zaman (KBBI,2002: 7551). Jadi gangguan psikologis manusia modern berarti
suatu kondisi di mana manusia pada saat ini dalam situasi yang sangat
membahayakan. Menurut Mubarok, yang dimaksud gangguan psikologis manusia
modern yaitu ketidakberdayaan manusia bermain dalam pentas peradaban modern
yang terus melaju tanpa dapat dihentikan sehingga manusia modern seperti itu
sebenarnya manusia yang sudah kehilangan makna, manusia kosong, manusia yang
resah setiap kali harus mengambil keputusan, manusia tidak tahu apa yang diinginkan,
dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan (Mubarok,2000: 6).
Gangguan psikologis atau gangguan mental adalah kondisi yang memengaruhi
pemikiran, perasaan, suasana hati, dan perilaku. Penyakit psikologis tertentu mungkin
hanya muncul sesekali, dan beberapa dapat bertahan lama (kronis). Penyakit
psikologis dapat memengaruhi kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan
berfungsi secara normal setiap harinya. Istilah penyakit psikologis terkadang
digunakan untuk merujuk pada apa yang lebih sering dikenal sebagai gangguan
mental atau gangguan kejiwaan. Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah pola
gejala perilaku atau psikologis yang memengaruhi berbagai bidang kehidupan.
Gangguan ini tentu menimbulkan tekanan bagi orang-orang yang mengalaminya.
Gangguan psikologis merupakan psikologik atau pola perilaku yang
ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas
kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi psikologis, bukan
sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun konflik dengan masyarakat (Stuart,
2013). Sedangkan menurut Keliat, (2011) gangguan jiwa merupakan pola perilaku,

3
sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan dengan penderitaan, distress dan
menimbulkan hendaya pada lebih atau satu fungsi kehidupan manusia. Menurut

4
4

American Psychiatric Association atau APA mendefinisikan gangguan jiwa pola


perilaku/ sindrom, psikologis secara klinik terjadi pada individu berkaitan dengan
distres yang dialami, misalnya gejala menyakitkan, ketunadayaan dalam hambatan
arah fungsi lebih penting dengan peningkatan resiko kematian, penderitaan, nyeri,
kehilangan kebebasan yang penting dan ketunadayaan (O’Brien, 2013). Gangguan
jiwa adalah bentuk dari manifestasi penyimpangan perilaku akibat distorsi emosi
sehingga ditemukan tingkah laku dalam ketidak wajaran. Hal tersebut dapat terjadi
karena semua fungsi kejiwaan menurun (Nasir, Abdul & Muhith, 2011).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO)
pada tahun 2001 di pelayanan kesehatan primer menyatakan bahwa sekitar 450 juta
orang di dunia memiliki gangguan mental. Fakta lainnya adalah 25% penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.
Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit di dunia, dibandingkan TBC (7,2%),
kanker (5,8%), jantung (4,4%) maupu malaria (2,6%). Masalah gangguan jiwa dapat
terus meningkat jika tidak dilakukan penanganan (WHO, 2001).
Gangguan jiwa banyak dialami oleh penduduk yang berusia lebih dari 15
tahun karena pada usia tersebut memiliki pola psikis yang labil kemudian dilanjutkan
dengan beban psikis yang lebih banyak (Idaiani, dkk, 2009). Jenis-jenis gangguan
jiwa antara lain: gangguan mental dan perilaku, skizofrenia, gangguan neurosis
lainnya (gangguan psikosomatik dan ansietas), gangguan mental organik
(demensia/alzheimer, delirium, epilepsi, paska stroke dan lainlain), gangguan jiwa
anak dan remaja serta retardasi mental (Depkes, 2003).
Menurut Videbeck dalam Nasir, (2011) mengatakan bahwa kriteria umum
gangguan adalah sebagai berikut :
1. Tidak puas hidup di dunia.
2. Ketidak puasan dengan karakteristik, kemampuan dan prestasi diri.
3. Koping yang tidak afektif dengan peristiwa kehidupan.
4. Tidak terjadi pertumbuhan personal.

B. Penyebab Gangguan Psikologis


Penyebab gangguan psikologis atau gangguan jiwa itu bermacam-macam ada
yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti
diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan
5

seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga
gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada
otak (Djamaludin, 2001).
Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang sebab-sebab terjadinya gangguan
jiwa. Menurut pendapat Sigmund Freud dalam Maslim (2002), gangguan jiwa terjadi
karena tidak dapat dimainkan tuntutan id (dorongan instinctive yang sifatnya seksual)
dengan tuntutan super ego (tuntutan normal social). Orang ingin berbuat sesuatu yang
dapat memberikan kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan mendapat celaan
masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan diri dan tuntutan
masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang pada gangguan jiwa.
Terjadinya gangguan jiwa dikarenakan orang tidak memuaskan macam-
macam kebutuhan jiwa mereka. Beberapa contoh dari kebutuhan tersebut diantaranya
adalah pertama kebutuhan untuk afiliasi, yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan
diterima oleh orang lain dalam kelompok. Kedua, kebutuhan untuk otonomi, yaitu
ingin bebas dari pengaruh orang lain. Ketiga, kebutuhan untuk berprestasi, yang
muncul dalam keinginan untuk sukses mengerjakan sesuatu dan lain-lain. Ada lagi
pendapat Alfred Adler yang mengungkapkan bahwa terjadinya gangguan jiwa
disebabkan oleh tekanan dari perasaan rendah diri (infioryty complex) yang berlebih-
lebihan. Sebab-sebab timbulnya rendah diri adalah kegagalan di dalam mencapai
superioritas di dalam hidup. Kegagalan yang terus-menerus ini akan menyebabkan
kecemasan dan ketegangan emosi.
J.P Caplin dalam Kartini Kartono (2000) mengartikan bahwa kebutuhan ialah
alat substansi sekuler. Dorongan hewani atau motif fisiologis dan psikologis yang
harus dipenuhi atau dipuaskan oleh organisme, binatang atau manusia, supaya mereka
bisa sehat sejahtera dan mampu melakukan fungsinya.
Dari berbagai pendapat mengenai penyebab terjadinya gangguan jiwa seperti
yang dikemukakan diatas disimpulkan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh karena
ketidakmampuan manusia untuk mengatasi konflik dalam diri, tidak terpenuhinya
kebutuhan hidup, perasaan kurang diperhatikan (kurang dicintai) dan perasaan rendah
diri. (Djamaludin dan Kartini, 2001).
Menurut Sigmund Freud dalam Santrock (1999) adanya gangguan tugas
perkembangan pada masa anak terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain
sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut, respon orang tua yang
6

maladaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan frustasi dan rasa tidak
percaya yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan regresi dan withdral.
Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya
gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling
mendukung yang meliputi Biologis, psikologis, sosial, lingkungan. Tidak seperti pada
penyakit jasmaniah, sebab-sebab gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang
dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri.
Mengetahui sebab-sebab gangguan jiwa penting untuk mencegah dan mengobatinya.

Umumnya sebab-sebab gangguan psikologis menurut Santrock (1999) dibedakan


atas:

1. Sebab-sebab jasmaniah atau biologic

a) Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas
dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal
tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
b) Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan
dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk/endoform
cenderung menderita psikosa manik depresif, sedang yang kurus/ectoform
cenderung menjadi skizofrenia.
c) Tempramen
Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan
jiwa.

d) Penyakit dan Cedera Tubuh

Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan


sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula
cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.

2. Sebab psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami
akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang
7

manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung
terjadinya gangguan jiwa.
a) Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar
perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada
masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/aman bagi
bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan
bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak
dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan
menentang terhadap lingkungan.
Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa
aman dan terlindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-
gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
b) Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan
otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan
menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian
yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan
memberontak.
Anak yang tidak mendapat kasih sayang tidak dapat menghayati
disiplin tak ada panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan
menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. hal-hal ini merupakan dasar
yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian
pada anak dikemudian hari.

c) Masa anak sekolah

Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang


pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya.
Keluar dari batas-batas keluarga. Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat
menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan
sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya
melakukan kompensasi yang positif atau kompensasi negatif.
8

Sekolah adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan


kemampuan bergaul dan memperluas sosialisasi, menguji kemampuan,
dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan kehendaknya meskipun tak
disukai oleh si anak.

d) Masa remaja

Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang


penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau
kelaki-lakian) Sedangkan secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan-
pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba
kemampuannya, di suatu pihak ia merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang
dewasa), sedangkan di lain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima
tanggung jawab atas semua perbuatannya.

Egosentris bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok,


idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan
penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan kepribadian di
usia remaja.

e) Masa dewasa muda

Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan


bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan
umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini.
Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila
mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan jiwa.

f) Masa dewasa tua

Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial
seseorang sudah mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai
masalah ringan seperti rendah diri, pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat
seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan
mungkin usaha bunuh diri.

g) Masa tua
9

Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini
Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar,
kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa
cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orang
tua terhadap orang di lingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan
teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional
yang cukup hebat.

3. Sebab sosio-kultural

Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung
menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-
gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam
kebudayaan tersebut.

Menurut Santrock (1999) Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut:

a) Cara-cara membesarkan anak


Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter, hubungan orang
tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa
mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau
justru menjadi penurut yang berlebihan.
b) Sistem nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu
dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan
masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di
rumah/sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.
c) Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada
Iklan-iklan di radio, televisi, surat kabar, film dan lain-lain
menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan
modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Akibat rasa
kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan
atau melakukan sesuatu yang merugikan masyarakat.
d) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
10

Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin


meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil
teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat
memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan
sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat,
mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah,
perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga
sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan
perkembangan kepribadian yang abnormal.
e) Perpindahan kesatuan keluarga
Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya,
perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat
cukup mengganggu.
f) Masalah golongan minoritas
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan
dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil
dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang
merugikan orang banyak.

C. Macam-macam Gangguan Psikologis


Gangguan jiwa sangatlah beraneka ragam menurut para ahli berbeda-beda dalam
pengelompokannya, menurut Maslim (1994) macam-macam gangguan jiwa
dibedakan menjadi gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan
skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik,
gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi
mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional
dengan permulaan masa kanak-kanak dan remaja.
1. Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian
pengetahuan kita tentang sebab-sebab dan perkembangan penyakit sangat kurang
11

(Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan
realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini
secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul
serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak
diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak “cacat”.
2. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,
putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan
sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000).
Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik
berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang
hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah,
bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi
menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai
akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai.
3. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh
setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang
dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa
khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik
(Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak
dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai
tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon
kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang,
berat dan kecemasan panik.
4. Gangguan kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia)
dan gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan
12

inteligensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan


kepribadian, neurosa dan gangguan inteligensi sebagian besar tidak tergantung
pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:
kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,
kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-kompulsif, kepribadian
histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif,
kepribadian inadequat.
5. Gangguan mental organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan
oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan
otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak
atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka
gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit
yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang
terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan
penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik
lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu
daripada pembagian akut dan menahun.
6. Gangguan psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan
sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan
dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi
faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
7. Retardasi mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan
secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social.
13

D. Ciri-ciri Gangguan Psikologis


Gangguan-gangguan psikologis pada manusia modern sangat bervariasi,
namun Daradjat mengklasifikasikan gangguan psikologis dengan menyertakan ciri-
cirinya sebagai berikut :
1. Bentuk-bentuk gangguan psikologis dengan ciri-ciri yaitu:
a) Neurasthenia yaitu gangguan psikologis yang ditandai dengan adanya
kelelahan fisik dan mental yang kronis walaupun tidak ditemukan sebab-sebab
fisik.
b) Histeria yaitu gangguan psikologis yang ditandai dengan ketidakstabilan
emosi, represi, disasosiasi, dan sugestibilitas.
c) Psychastenia yaitu semacam gangguan psikologis yang bersifat paksaan, yang
berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap alam keadaan integrasi yang
normal.
d) Gagap berbicara (Stuttering). .
e) Ngompol (buang air yang tidak disadari).
f) Kepribadian psikopat yaitu ketidak mampuan menyesuaikan diri secara
mendalam dan kronis.
g) Keabnormalan seksual.
2. Fenomena dengan ciri-ciri yaitu:
a) Neurasthenia. Fenomenanya: (seluruh badannya letih, tidak bersemangat,
lekas payah walaupun sedikit tenaga yang dikeluarkan, perasaan tidak enak,
lekas marah, apatis, acuh tak acuh terhadap persoalan, dan sangat sensitif
terhadap suara keras atau cahaya terang).
b) Histeria. Fenomenanya: (lumpuh hysteria, cramp hysteria, kejang hysteria,
mutism (hilang kesanggupan berbicara), amnesia (hilang ingatan), double
personality (kepribadian kembar), fugue (mengelana tidak sadar),
somnambulism (berjalan-jalan sedang tidur).
c) Psychastenia. Fenomenanya : phobia (rasa takut yang tidak masuk akal, atau
yang ditakuti tidak seimbang dengan ketakutannya). Penderita tidak
mengetahui mengapa ia takut, seperti takut di tempat yang tinggi, takut di
tengah-tengah keramaian, takut melihat darah, takut binatang kecil, dan
sebagainya). Obsesi yaitu gangguan jiwa di mana penderita dikuasai oleh
pikiran yang tidak dapat dihindari. Kompulsi yaitu gangguan jiwa yang
disebabkan seseorang melakukan sesuatu, baik perbuatan tersebut masuk akal
14

maupun tidak masuk akal. Apabila perbuatan tersebut belum dilakukan, maka
orang tersebut akan menderita.
d) Gagap berbicara (Stuttering). Fenomenanya: penderita terputus-putus atau
terulang-ulang dalam bicaranya.
e) Ngompol (buang air yang tidak disadari). Fenomenanya: dalam mimpinya
penderita membuang air kecil, tetapi sebenarnya ia buang air kecil sungguhan.
f) Kepribadian psikopat. Fenomenanya: melimpahkan kesalahan kepada orang
lain, tidak bertanggung jawab atau egois, agresif, dan tidak peduli pada orang
lain.
g) Keabnormalan seksual. Fenomenanya: onani (masturbasi), homo seksuil,
sadism (Daradjat, 2004 : 33).

E. Terapi untuk Gangguan Psikologis


Untuk menanggulangi gangguan psikologis dapat dilakukan saran-saran
bimbingan sebagai berikut:
1. Berusaha Memahami Pribadi Individu
Setiap pribadi itu merupakan satu unitas multipleks (totalitas kepribadian yang
rumit dan kompleks) dengan ciri-cirinya yang khas. Masing-masing mempunyai
cara dan respons yang khusus dalam menanggapi kesulitan hidupnya. Karena itu
selidikilah pribadi itu, apakah ia tergolong pada tipe genius yang unik, seorang
biasa atau normal, atau seorang yang lemah ingatan (feeble minded), atau
seseorang yang aneh atau eksentrik.
Berusaha menemukan motif-motif perjuangannya, prinsipprinsip hidupnya,
cita-citanya atau idealnya serta tujuan hidupnya. Berusaha mendapatkan
kepercayaan daripadanya, agar dia mau menceritakan segala kesulitan dan tekanan
batinnya. Diusahakan memahami dan ikut merasakan segala ekspresinya (ada
proses "tepa salira").
2. Mencari Sebab-Sebab Timbulnya Frustrasi
Dalam hal ini harus berusaha menyingkirkan sebab-sebab frustrasinya. Jika
seorang dewasa atau seorang anak mempunyai cacat jasmaniah, hendaknya
diusahakan menolong apa yang menjadi hambatannya dengan jalan
menumbuhkan rasa harga-diri dan rasa kepercayaan-diri yang besar, bahwa
cacatnya itu adalah merupakan ujian hidup serta bentuk "rakhmat" Ilahi yang tetap
15

harus dimanfaatkannya. Dalam menanggapi kesulitan hidupnya, sejak masa


kanak-kanak orang harus diajar dan dibiasakan pada saat-saat tertentu bisa
menjadi pengalah yang baik. Ia harus mau atau harus bersedia mengalah, sabar
dan tekun berusaha, tanpa disertai konflik-konflik batin serius pada dirinya
Janganlah terlalu berat menanggapi satu kegagalan atau satu kekalahan.
Hindarilah konflik-konflik dan krisis-krisis yang tidak perlu dalam kekalahan tadi,
dan belajar menghadapi setiap situasi dengan kepala dingin, serta penuh
kepercayaan-diri. Kekalahan dan kegagalan dalam salah satu bidang dapat
dikompensasikan dengan satu sukses di bidang lain. Tetapi supaya dihilangkan
tendensi kompensasi yang sifatnya negatif (Kartono dan Andari, 1989: 251)
Janganlah menganggap sesuatu hambatan sebagai satu kegagalan, jika memang
telah berusaha sekuat mungkin. Sebab dia hanya bisa bertanggung jawab atas
segala sikap dan perbuatan dari usahanya.
Kesulitan dan kegagalan harus lebih menantangnya untuk mengatasinya,
dengan jalan menghimpun segenap tenaga cadangan dan kekuatan. Sejak masa
mudanya anak harus diajar untuk bisa menerima kegagalan dan macam-macam
kritik dengan dada yang lebar, dan harus memiliki humor. Sebab: kritik ini ikut
membangun dirinya dan mengembangkan kepribadiannya. Kritik itu sangat
berguna untuk mengadakan analisa-diri, introspeksi serta penilaian diri sendiri.
Dengan memiliki rasa humor, manusia mengerti akan adanya kontras-kontras
di dalam hidup manusia dan memahami keterbatasan sifat-sifat manusia serta
dunia. Sebab manusia dan dunia itu penuh dengan kekurangan- .kekurangan;
karena itu selalu disertai ciri-ciri kelemahannya.
3. Memberikan cinta-kasih dan simpati secukupnya
Penyelidikan dan eksperimen-eksperimen menunjukkan, bahwa anak-anak
yang sejak masa bayinya memperoleh pemeliharaan berdasarkan cinta-kasih dan
kemesraan, akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih stabil daripada anak-anak
yang tidak pernah merasakan cintakasih. Pada umumnya anak-anak yang tidak
pernah merasakan cinta-kasih itu menjadi steril kehidupan afeksinya (kehidupan
emosionalnya), dan menjadi a-sosial. Hanya dengan dasar cinta kasih, dengan
dasar pengertian dan saling mempercayai, pengobatan terhadap mental disorder
dapat dilaksanakan. Sebab, simpati dan kasih sayang itu memberikan kedamaian
dan jaminan rasa aman; serta menumbuhkan harapan-harapan baru dan rasa
sukses dalam setiap situasi hidup yang sulit. Sebab itu, cinta kasih menjadi syarat
16

mutlak dalam kehidupan manusia, dan menjadi nilai terapeutis yang mujarab bagi
penyembuhan macam-macam gangguan mental (Kartono dan Andari, 1989: 255).
4. Menanamkan Nilai-Nilai Spiritual dan Nilai-Nilai Keagamaan
Nilai-nilai spiritual dan renungan-renungan tentang hakekat agama itu bisa
memberikan kekuatan dan stabilitas bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai metafisik
ini memberikan kemampuan/daya tahan dan tambahan energi untuk berjuang.
Sebab, semua nilai religius, spiritual dan transendental yang tersembunyi di balik
atau jauh di belakang nilai-nilai materiil dan bersifat indrawi itu, pada hakekatnya
selalu mengandung 40 unsur kebenaran serta keabadian sepanjang masa, dan
selalu akan memberikan kebahagiaan sejati kepada segenap ummat manusia.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Gangguan Psikologis adalah merupakan psikologik atau pola perilaku yang
ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas
kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi psikologis, bukan
sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun konflik dengan masyarakat (Stuart,
2013).
Penyebab gangguan psikologis atau gangguan jiwa itu bermacam-macam ada
yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti
diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan
seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga
gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada
otak (Djamaludin, 2001).
Gangguan Psikologis dibedakan menjadi gangguan mental organik dan
simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan
suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang
berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan
perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis,
gangguan perilaku dan emosional dengan permulaan masa kanak-kanak dan remaja.
Dan gangguan psikologis tersebut dapat ditangani dengan berbagai macam terapi serta
konsultasi berkala dengan psikologis atau psikiater.

B. Saran
Berdasarkan hasil pemaparan makalah tersebut, penulis menyarankan untuk
mencari sumber-sumber teori dapat melalui e-book online, jurnal, atau artikel untuk
menambahkan materi sekaligus teori yang sesuai pada aspek-aspek yang dibutuhkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hadjam, M. N., & Widhiarso, W. (2011, Juni). Pengujian model peranan kecakapan
hidup terhadap kesehatan mental. Jurnal Psikologi, 38(1). Diunduh dari
https://jurnal .ugm.ac.id/jpsi/article/viewFile/7665/5942, 61-77.

Harcourt Brace and Company. Pengantar Psikologi. Edisi Kesebelas, Jilid_2. Jakarta
1987

Mujib, A., 2017. Teori Kepribadian: Perspektif Psikologi Islam. Edisi Kedua.
Rajawali Press: Jakarta.

Oktaviana, M., & Wimbarti, S. (2014). Validasi klinik strengths and difficulties
questionnaire (SDQ) sebagai instrumen skrining gangguang tingkah laku.
Jurnal Psikologi, 41(1). Diunduh dari
http:jurnal.ugm.ac.id/jpsi/aticle/view/6961, 101-114.

Sarlito W. S., 2014. Pengantar Psikologi Umum. Cet. 6. PT Rajagrafindo Persada:


Jakarta.

Walgito, B., 2010. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogayakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai