Kelas R7F
Kelompok 1
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan
hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Konsep Dasar Gangguan
Psikologis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusun makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada :
1. Miskanik, S.Pd., M.Pd.I., Kons.selaku dosen pembimbing mata kuliah Konseling
Traumatik.
2. Teman Kelompok 1 selaku penulis dan pembuat makalah ini dan teman-teman yang
lain yang bergabung dalam kelas “Reguler 7 F”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
diperlukannya kritik, saran, dan masukan yang kami harapkan untuk pembelajaran
kedepannya agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Gangguan Psikologis.....................................................................................3
B. Penyebab Gangguan Psikologis......................................................................................4
C. Macam-macam Gangguan Psikologis...........................................................................12
D. Ciri-ciri Gangguan Psikologis.......................................................................................14
E. Terapi untuk Gangguan Psikologis...............................................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................17
A. Simpulan.......................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep adalah suatu representasi abstrak dan umum tentang sesuatu yang
bertujuan menjelaskan suatu benda, gagasan, atau peristiwa. Secara etimologis kata
“Konsep” berasal dari bahasa latin “Conceptum” yang artinya sesuatu yang bisa
dipahami. Pengertian konsep lainnya adalah serangkaian pernyataan, ide/ gagasan
yang saling terkait tentang berbagai kejadian/ peristiwa dan menjadi dasar/ petunjuk
dalam melakukan penelitian. Jadi, Konsep dasar ialah susunan dalam pembentukan
pengetahuan ilmiah. konsep itu bersifat abstrak dan berasal dari pemikiran. konsep
dasar ini sangat diperlukan untuk membuat inovasi baru dalam berbagai bidang
kehidupan. setiap ilmu memiliki konsep dasar nya tersendiri yang membuat ilmu
pengetahuan itu berbeda dari yang lain, bisa jadi karena tujuan, objek dan ruang
lingkupnya yang berbeda.
Gangguan psikologi dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan seseorang,
seperti saat kita stress maka kesehatan kita akan terkena dampaknya, yaitu dapat
menimbulkan penyakit atau memperburuk kesehatan dan sebaliknya penyakit dapat
menurunkan daya tahan tubuh atau kemampuan tubuh menghadapi stress.
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku manusia.
Pengetahuan di bidang psikologi secara khas digunakan untuk melihat dan
menindaklanjuti masalah traumatic mental, serta memahami dan menyelesaikan
masalah-masalah di berbagai bidang yang berbeda dalam aktivitas manusia. Salah
satu contoh dalam hal ini adalah konseling yang dapat dilakukan di sekolah, keluarga,
maupun perusahaan. Salah satu bidang kajian dari psikologi adalah Psikologi Klinis.
Area psikologi klinis mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teori, dan praktik untuk
memahami, memprediksi, serta mengurangi maladjustment, disability, dan discomfort
dalam rangka meningkatkan penyesuaian diri manusia, adjustment, dan personal
development (APA,2011). Di Indonesia sendiri terdapat berbagai permasalahan yang
mucul dan dapat memicu gangguan psikis, diantaranya masih kurangnya sumber daya
manusia pencipta lapangan kerja, sementara hal ini tidak berimbang dengan jumlah
pencari kerja (Burhani, 2010). Hal ini menyebabkan meningkatnya kemiskinan dan
1
2
B. Rumusan masalah
Adapun masalah yang akan diajukan penulis pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu konsep dasar gangguan psikologis?
2. Apa pengertian gangguan psikologis?
3. Apa saja penyebab gangguan psikologis?
4. Apa saja macam-macam gangguan psikologis?
C. Tujuan
Adapan tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetaui konsep-konsep dasar gangguan psikologis.
2. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan psikologis.
3. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan psikologis.
4. Untuk mengetahui macam-macam gangguan psikologis.
D. Manfaat
Manfaat dari makalah konsep dasar gangguan psikologis adalah untuk menambah
wawasan mahasiswa bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan konseling
traumatik.
BAB II
PEMBAHASAN
3
sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan dengan penderitaan, distress dan
menimbulkan hendaya pada lebih atau satu fungsi kehidupan manusia. Menurut
4
4
seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga
gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada
otak (Djamaludin, 2001).
Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang sebab-sebab terjadinya gangguan
jiwa. Menurut pendapat Sigmund Freud dalam Maslim (2002), gangguan jiwa terjadi
karena tidak dapat dimainkan tuntutan id (dorongan instinctive yang sifatnya seksual)
dengan tuntutan super ego (tuntutan normal social). Orang ingin berbuat sesuatu yang
dapat memberikan kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan mendapat celaan
masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan diri dan tuntutan
masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang pada gangguan jiwa.
Terjadinya gangguan jiwa dikarenakan orang tidak memuaskan macam-
macam kebutuhan jiwa mereka. Beberapa contoh dari kebutuhan tersebut diantaranya
adalah pertama kebutuhan untuk afiliasi, yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan
diterima oleh orang lain dalam kelompok. Kedua, kebutuhan untuk otonomi, yaitu
ingin bebas dari pengaruh orang lain. Ketiga, kebutuhan untuk berprestasi, yang
muncul dalam keinginan untuk sukses mengerjakan sesuatu dan lain-lain. Ada lagi
pendapat Alfred Adler yang mengungkapkan bahwa terjadinya gangguan jiwa
disebabkan oleh tekanan dari perasaan rendah diri (infioryty complex) yang berlebih-
lebihan. Sebab-sebab timbulnya rendah diri adalah kegagalan di dalam mencapai
superioritas di dalam hidup. Kegagalan yang terus-menerus ini akan menyebabkan
kecemasan dan ketegangan emosi.
J.P Caplin dalam Kartini Kartono (2000) mengartikan bahwa kebutuhan ialah
alat substansi sekuler. Dorongan hewani atau motif fisiologis dan psikologis yang
harus dipenuhi atau dipuaskan oleh organisme, binatang atau manusia, supaya mereka
bisa sehat sejahtera dan mampu melakukan fungsinya.
Dari berbagai pendapat mengenai penyebab terjadinya gangguan jiwa seperti
yang dikemukakan diatas disimpulkan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh karena
ketidakmampuan manusia untuk mengatasi konflik dalam diri, tidak terpenuhinya
kebutuhan hidup, perasaan kurang diperhatikan (kurang dicintai) dan perasaan rendah
diri. (Djamaludin dan Kartini, 2001).
Menurut Sigmund Freud dalam Santrock (1999) adanya gangguan tugas
perkembangan pada masa anak terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain
sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut, respon orang tua yang
6
maladaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan frustasi dan rasa tidak
percaya yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan regresi dan withdral.
Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya
gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling
mendukung yang meliputi Biologis, psikologis, sosial, lingkungan. Tidak seperti pada
penyakit jasmaniah, sebab-sebab gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang
dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri.
Mengetahui sebab-sebab gangguan jiwa penting untuk mencegah dan mengobatinya.
a) Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas
dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal
tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
b) Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan
dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk/endoform
cenderung menderita psikosa manik depresif, sedang yang kurus/ectoform
cenderung menjadi skizofrenia.
c) Tempramen
Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan
jiwa.
2. Sebab psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami
akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang
7
manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung
terjadinya gangguan jiwa.
a) Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar
perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada
masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/aman bagi
bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan
bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak
dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan
menentang terhadap lingkungan.
Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa
aman dan terlindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-
gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
b) Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan
otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan
menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian
yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan
memberontak.
Anak yang tidak mendapat kasih sayang tidak dapat menghayati
disiplin tak ada panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan
menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. hal-hal ini merupakan dasar
yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian
pada anak dikemudian hari.
d) Masa remaja
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial
seseorang sudah mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai
masalah ringan seperti rendah diri, pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat
seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan
mungkin usaha bunuh diri.
g) Masa tua
9
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini
Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar,
kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa
cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orang
tua terhadap orang di lingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan
teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional
yang cukup hebat.
3. Sebab sosio-kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung
menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-
gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam
kebudayaan tersebut.
(Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan
realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini
secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul
serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak
diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak “cacat”.
2. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,
putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan
sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000).
Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik
berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang
hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah,
bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi
menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai
akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai.
3. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh
setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang
dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa
khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik
(Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak
dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai
tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon
kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang,
berat dan kecemasan panik.
4. Gangguan kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia)
dan gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan
12
maupun tidak masuk akal. Apabila perbuatan tersebut belum dilakukan, maka
orang tersebut akan menderita.
d) Gagap berbicara (Stuttering). Fenomenanya: penderita terputus-putus atau
terulang-ulang dalam bicaranya.
e) Ngompol (buang air yang tidak disadari). Fenomenanya: dalam mimpinya
penderita membuang air kecil, tetapi sebenarnya ia buang air kecil sungguhan.
f) Kepribadian psikopat. Fenomenanya: melimpahkan kesalahan kepada orang
lain, tidak bertanggung jawab atau egois, agresif, dan tidak peduli pada orang
lain.
g) Keabnormalan seksual. Fenomenanya: onani (masturbasi), homo seksuil,
sadism (Daradjat, 2004 : 33).
mutlak dalam kehidupan manusia, dan menjadi nilai terapeutis yang mujarab bagi
penyembuhan macam-macam gangguan mental (Kartono dan Andari, 1989: 255).
4. Menanamkan Nilai-Nilai Spiritual dan Nilai-Nilai Keagamaan
Nilai-nilai spiritual dan renungan-renungan tentang hakekat agama itu bisa
memberikan kekuatan dan stabilitas bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai metafisik
ini memberikan kemampuan/daya tahan dan tambahan energi untuk berjuang.
Sebab, semua nilai religius, spiritual dan transendental yang tersembunyi di balik
atau jauh di belakang nilai-nilai materiil dan bersifat indrawi itu, pada hakekatnya
selalu mengandung 40 unsur kebenaran serta keabadian sepanjang masa, dan
selalu akan memberikan kebahagiaan sejati kepada segenap ummat manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Gangguan Psikologis adalah merupakan psikologik atau pola perilaku yang
ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas
kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi psikologis, bukan
sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun konflik dengan masyarakat (Stuart,
2013).
Penyebab gangguan psikologis atau gangguan jiwa itu bermacam-macam ada
yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti
diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan
seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga
gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada
otak (Djamaludin, 2001).
Gangguan Psikologis dibedakan menjadi gangguan mental organik dan
simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan
suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang
berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan
perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis,
gangguan perilaku dan emosional dengan permulaan masa kanak-kanak dan remaja.
Dan gangguan psikologis tersebut dapat ditangani dengan berbagai macam terapi serta
konsultasi berkala dengan psikologis atau psikiater.
B. Saran
Berdasarkan hasil pemaparan makalah tersebut, penulis menyarankan untuk
mencari sumber-sumber teori dapat melalui e-book online, jurnal, atau artikel untuk
menambahkan materi sekaligus teori yang sesuai pada aspek-aspek yang dibutuhkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hadjam, M. N., & Widhiarso, W. (2011, Juni). Pengujian model peranan kecakapan
hidup terhadap kesehatan mental. Jurnal Psikologi, 38(1). Diunduh dari
https://jurnal .ugm.ac.id/jpsi/article/viewFile/7665/5942, 61-77.
Harcourt Brace and Company. Pengantar Psikologi. Edisi Kesebelas, Jilid_2. Jakarta
1987
Mujib, A., 2017. Teori Kepribadian: Perspektif Psikologi Islam. Edisi Kedua.
Rajawali Press: Jakarta.
Oktaviana, M., & Wimbarti, S. (2014). Validasi klinik strengths and difficulties
questionnaire (SDQ) sebagai instrumen skrining gangguang tingkah laku.
Jurnal Psikologi, 41(1). Diunduh dari
http:jurnal.ugm.ac.id/jpsi/aticle/view/6961, 101-114.
18