Anda di halaman 1dari 36

FORMULASI

KASUS
4P
Dedi Prasetiawan, S.Psi., Psikolog
Surabaya, 11 Februari 2017
Labelling or • DSM (sekarang sudah DSM-5)
Narrating? memudahkan psikiater dan
psikolog klinis dalam
mengelompokkan dan
menentukan fenomena (masalah/
gangguan kejiwaan) yang ditemui.
• Prinsip yang berlaku: Diagnosis
yang tepat akan menentukan
intervensi apa yang efektif dan
yang tidak efektif.
Labelling or • Masalahnya: Penegakan diagnosis
bukanlah akhir dari kegiatan
Narrating? pemeriksaan.
• Diagnosis saja tidak cukup untuk
menjadi acuan pemilihan
intervensi yang efektif.
• Ada keragaman kasus, latar
belakang kehidupan klien, dll yang
mempengaruhi efektivitas
intervensi yang digunakan.
Labelling or • DSM-5 tidak memberikan gambaran

Narrating?
perkembangan masalah/ gangguan
yang dialami oleh klien ybs.
• DSM-5 tidak memberikan prediksi
perjalanan masalah/ gangguan pada
klien ybs.
• DSM-5 tidak mempertimbangkan
konteks kehidupan klien yang lebih
luas, semisal keluarga, teman2, dan
kehidupan kerja klien ybs.
Formulasi kasus :
Labelling or • cara yang lebih baik untuk membantu
Narrating? proses pemilihan intervensi yang
paling efektif bagi tiap kasus.
• dapat membantu klinisi memotret
kompleksitas sekaligus keunikan
klien, yang tidak dapat dilakukan
(hanya) dengan DSM-5.
• mengetengahkan klien sebagai
pribadi dengan masalah yang ingin
berubah, bukan sekedar kumpulan
faktor psikologis
Formulasi • Suatu narasi yang merupakan

Kasus
pengorganisasian atas informasi2
yang dikumpulkan dari klien,
disimpulkan menjadi suatu
hipotesis, yang menjelaskan
mengapa klien datang sambil
membawa keluhannya dan
memberikan petunjuk bagaimana
cara menolongnya.
• Intinya: Menjembatani assessment
dan treatment
• Narasi: Uraian yang koheren (Bukan
Formulasi deksripsi. ?: Haruskah tertulis?
Kasus Bagaimana jika digambar dalam
skema? Bisakah ditulis dalam point2
saja?).
• Pengorganisasian: Terstruktur,
berdasarkan hasil riset atau teori
tertentu (bukan asal dimasukkan
dengan cocoklogi atau digathuk-
gathukno).
• Hipotesis: Bisa berubah sesuai
perkembangan, bisa diuji
Formulasi TEORI-TEORI PSIKOLOGI
Kasus

DEDUKSI
FORMULASI
KASUS

INDUKSI
INFORMASI-INFORMASI
SPESIFIK-KASUISTIK
Formulasi • Perjalanan: Perkembangan masalah,

Kasus
mulai dari “pembangunan pondasi”-
nya hingga saat terkini.
• Bisa menjadi bahan perkiraan
prognosis dan masukan untuk
intervensi.
• Pada intinya, formulasi kasus
menjawab pertanyaan klinisi:
Mengapa orang ini, mengalami
masalah ini, di saat ini?
Tujuan Formulasi Kasus:
Formulasi • Mengklarifikasikan hipotesis dan
Kasus pertanyaan2
• Memahami gambaran keseluruhan
• Memprioritaskan masalah
• Merencanakan strategi tatalaksana
• Memprakirakan respons terhadap
intervensi
• Mengidentifikasi penghalang
kemajuan
Formulasi Dalam bahasa awam, formulasi
Kasus kasus adalah:

“Kisah Seorang Klien”

Dalam dunia psikologi, formulasi


kasus disebut sebagai…
Formulasi
Kasus
berorientasi
Teori-teori
Psikologi
yang
Populer
Formulasi Situasi
Kasus
berorientasi Pikiran
Teori-teori
Perasaan
Psikologi
yang Reaksi
Populer
Konsekuensi
Formulasi
Kasus
berorientasi

Activating Events

Consequences
Beliefs
Teori-teori
A B C
Psikologi
yang
Populer
Formulasi Early

Kasus
Experience

berorientasi
Teori-teori
Core beliefs

Psikologi Trigger

yang Unhelpful
thoughts
Populer
Behaviour Feelings
Formulasi (Engel,
Masa Lalu Masa Kini
Masa

Kasus 1980) Depan

berorientasi Biologis
Teori-teori
Psikologi
yang
Psikologis

Populer
Sosial
Formulasi
Kasus
berorientasi
Teori-teori
Psikologi
yang
Populer
Formulasi • Behavioral
• Cognitive
Kasus • Cognitive-Behavioral
berorientasi • Psychodynamic
Teori-teori • Psychiatric
Psikologi – Biomedical
yang • Eclectic / Multiperspective

Populer – Biopsychosocial
– 4P’s
– Synergistic
Formulasi • Termasuk pendekatan eklektik:

Kasus
Menggunakan berbagai perspektif
yang berbeda ke dalam satu

4P formulasi yang terintegrasi. Prinsip


yang dianut: Tidak ada satupun
perspektif teoretis yang adekuat
untuk mencakup seluruh
kompleksitas kasus apapun,
sehingga semua perspektif teoretis
yang relevan harus digunakan.
Formulasi • Pernah diungkapkan oleh Jonathan

Kasus
Bolton (?) tahun 2014 untuk
menyikapi pendekatan

4P Biopsikososial (Engel) yang sudah


populer sejak tahun 1980.
• 4P merupakan singkatan dari:
– Predisposing Factors
– Precipitating Factors
– Perpetuating Factors
– Protective Factors
Formulasi Predisposing Factors:

Kasus • Faktor2 yang membuat individu

4P
rentan terhadap masalah/ gangguan
kejiwaan
• Merupakan jawaban atas
pertanyaan klien: “Mengapa mesti
saya?” atau “Mengapa saya bisa
begini?”
• Contoh: ………….
Formulasi Precipitating Factors:

Kasus • Faktor2 yang mencetuskan masalah/

4P
gangguan kejiwaan pada klien
• Merupakan jawaban atas
pertanyaan klien: “Apa yang
mencetuskannya?” atau “Mengapa
baru timbul sekarang?”
• Contoh: ………….
Formulasi Perpetuating Factors:

Kasus • Faktor2 yang menjadikan masalah/

4P
gangguan kejiwaan pada klien
berlanjut atau tidak membaik
• Merupakan jawaban atas
pertanyaan klien: “Mengapa masih
berlanjut?” atau “Mengapa belum
membaik?”
• Contoh: ………….
Protective Factors:
Formulasi • Faktor2 yang yang dapat
Kasus menghambat perkembangan

4P
masalah/ gangguan kejiwaan pada
klien berlanjut atau yang dapat
membuat kondisi klien membaik.
• Merupakan jawaban atas
pertanyaan klien: “Apa yang bisa
saya andalkan untuk bertahan?”
atau “Apa yang bisa memperbaiki
kondisi saya?”
• Contoh: ………….
Beberapa klinisi/ organisasi
Formulasi memodifikasi 4P, misalnya:
Kasus • 5P, yaitu 4P didahului dengan

4P
Presenting Problem atau Presenting
Complain (MacNeil dkk)
• 7P, yaitu 4P didahului dengan 2P,
yaitu: Presenting Problem dan
Pattern (Onset & Course), lalu
diakhiri dengan Prognosis
(psycheck.org.au)
• Plan of Treatment biasanya tidak
dimasukkan dalam formulasi kasus.
Formulasi
Jika dituliskan, format formulasi kasus
5P akan terbaca demikian:
Kasus Si Fulan datang dengan gejala2 …..

4P (P1) yang memenuhi kriteria …..


(diagnosis DSM-5). Ini dipicu oleh …..
(P3). Faktor2 yang diduga melatarinya
adalah ..… (P2). Masalah ini bertahan
karena ….. (P4). Namun demikian, ybs
dapat mengandalkan ….. (P5).
Formulasi
Kasus
4P LATIHAN
Melinda berusia 34 tahun. Ia mulai minum Pada saat ini Melinda secara berangsur-
minuman beralkohol sejak berusia 28 tahun angsur menjauh baik secara sosial maupun
setelah hubungan asmaranya yang telah emosional sehingga teman-temannya
berjalan lama diputuskan secara sepihak mengkhawatirkan keadaannya.
dan menyakitkan oleh kekasihnya. Kebiasaan minum Melinda dan mood
Melinda saat itu merasa bahwa minum depresifnya memburuk dan ia kerap
minuman keras membuatnya dapat merasa seperti orang tolol di berbagai
bersikap santai dalam situasi sosial, serta situasi sosial.
menghilangkan kegelisahan dan Di masa kecilnya, ayahnya yang keras dan
kekuatirannya. Kebiasaan ini juga dingin menelantarkannya sehingga ia
membantunya melupakan betapa tumbuh dengan perasaan tidak berharga
mencekam rasa kesepian yang dialaminya dan sikap enggan membuka diri karena
selama ini. takut terluka.
Helen dipecat dari pekerjaanya sebulan yang lalu Namun demikian, ia merasa tidak bertenaga
karena ia mulai membuat sejumlah kesalahan dalam sepanjang hari sehingga ia tidak dapat
tugasnya dan sulit berkonsentrasi. Sekitar 3 bulan mendatangi sesi wawancara kerja sesuai jadwal.
yang lalu, ia mulai merasa “sedih” setelah putus dari Ia pernah mengalami periode serupa sekitar 2
pria yang telah menjalin hubungan dengannya tahun yang lalu saat diberhentikan dari pekerjaan
selama beberapa bulan. Ia mengalami sulit tidur dan sebelumnya. Ia mengingat bahwa dibutuhkan
selera makannya berkurang. Ia merasa gagal dan waktu sekitar 4 bulan sebelum merasa “normal”
berpikir bahwa tidak ada tempat yang akan
kembali dan dapat bersikap positif terhadap
memperkerjakannya lagi.
dirinya sendiri. Kisah hidupnya mengisyaratkan
Ia sempat berpikir untuk bunuh diri namun merasa
bahwa ibunya pernah mengalami depresi berat
bahwa ia tidak mungkin bisa melakukannya. Satu-
dan beberapa kali dirawatinapkan ketika Helen
satunya hal yang tampaknya dapat membantunya
adalah ketika ia ikut serta dalam kelompok doa tiap masih kecil. Helen menggambarkan ibunya secara
selasa malam. Ia menyatakan bahwa pada saat-saat “negatif” dan jarang hadir menyertai masa kanak-
itulah ia merasa kembali seperti dulu lagi dan bisa kanaknya. Namun demikian, prestasi akademis
tidur nyenyak. Ia juga menemukan bahwa Helen tergolong baik, demikian pula dengan
mengunjungi kawan-kawannya dapat memperbaiki pergaulannya. Pengalaman kerjanya juga
suasana hatinya. terbilang baik hingga peristiwa PHK yang
dialaminya.
Formulasi Kombinasi 4P & Biopsikososial

Kasus Biologis Psikologis Sosial

4P Predisposing
Factors

Precipitating
Factors

Perpetuating
Factors

Protective
Factors
Formulasi
Kasus
4P
Formulasi
Kasus
4P
DSM-5 5P

5P &
Disorder-specific Criteria Set Presenting
Subtypes & Specifier Problem
Diagnostic Features

DSM-5
Associated Features Predisposing
Prevalence Factors
Development & Course
Risk & Prognostic Factors Precipitating
Culture-related Diagnostic Issues Factors
Gender-Related Diagnostic Issues
Suicide Risk Perpetuating
Functional Sequences Factors
Differential Diagnosis
Comorbidity Protective
Factors
• Formulasi kasus tidak menggantikan
Simpulan DSM-5, demikian pula sebaliknya.
Keduanya saling melengkapi.
• DSM-5 membantu mengerucutkan
keluhan dan gejala ke dalam
masalah/ gangguan tertentu,
formulasi kasus menjabarkan
kompleksitas individu yang
membuat kasusnya unik.
• Formulasi kasus sudah seharusnya
menjadi kompetensi inti psikolog.
• Sebaiknya psikolog belajar formulasi
Simpulan kasus 4P dan yang lain-lainnya agar
dapat memperkaya kemampuannya
dan formulasi yang dihasilkannya.
• Practice makes perfect; Berlatih
sebanyak mungkin dan tidak
menyerah jika keliru.
• Psikolog perlu bersikap tekun dan
fleksibel dalam memperlakukan
formulasi kasus.
Penutup

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai