Anda di halaman 1dari 39

1

Kuliah 1 Mayor PKD Angk.2020=29-03-22; Materi 2 asesmen.

FORMAT LAPORAN INDIVIDUAL PKPP PK-D(Berdasarkan SK. Kerjasama


antara AP2TPI No.03/Kep/AP2TPI/2013 dengan HIMPSI No. 003/PP-
Himpsi/IV/2013).

1. IDENTITAS:
A. Identifikasi kasus : nama (inisial), umur, Jenis kelamin, suku
bangsa, agama, anak ke berapa, jumlah saudara berapa, status
perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir, Alamat kasus
dan Alamat Lembaga tempat PKPP, serta tambahkan bila ada hal
penting yang terkait dengan keadaan kasus.
Dirujuk / dikirim /Ditugaskan oleh :
Tujuan :
Pemeriksa:
Pembimbing:

B. Identitifikasi Orang tua Kasus


1. Ayah: nama (inisial), umur, Jenis kelamin, suku bangsa, agama,
status perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir dan
tambahkan bila ada hal penting yang terkait dengan keadaan
kasus.
2

2. Ibu: nama (inisial), umur, Jenis kelamin, suku bangsa, agama,


status perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir dan
tambahkan bila ada hal penting yang terkait dengan keadaan
kasus.

3. Suami / Istri atau penanggung jawab lainnya : nama (inisial),


umur, Jenis kelamin, suku bangsa, agama, status perkawinan,
pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir dan tambahkan bila ada
hal penting yang terkait dengan keadaan kasus.

II. KELUHAN DAN RIWAYAT KELUHAN:

1. Deskripsikan permasalahan / gejala patologi kasus sehingga


dibawa berobat / masuk kelembaga tempat praktik PKPP
(singkat, jelas, padat).
a. Onset pertama (permasalahan/gejala patologi muncul)
kapan ? dimana ? dalam kondisi apa ? reaksi perilaku yang
mucul seperti apa ?
b. Intensitas dan durasi/lamanya, keadaan / reaksi perilaku
berapa lama, terus menerus atau periodik, makin berat apa
mkin ringan atau tetap ?
3

c. Perubahan frekuensi keadaan rekasi perilaku kasus sering,


kadang-kadang atau jarang atau saat tertentu karena ada
stimulasi dari lingkungan
d. Antesedent dan konsekuen dari keadaan reaksi perilaku
kasus tersebut bagaimana?
e. Penanganan yang pernah dilakukan sebelum dibawa tempat
praktik PKPP apa dan bagaiamana, hasil yang diperoleh apa ?
f. Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi
permasalahannya / gangguannya secara formal apa saja,
perubahan perilakunya bagaimana ?

Deskripsi keluahan tersebut dibuat dalam bentuk narasi yang jelas,


padat singkat namun mencakup butir-butir penting di atas dan jika
perlu tambahkan informasi lain yang lebih menggambar
permasalahan / keluhan /gejala patologi /perilaku negative subyek/
kasus. Gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dalam narasi yang ditulis dengan inisial hanya subyeknya, dan tidak
dibolehkan menulis inisial selain subyek, sebut saja: ayahnya, ibunya,
temannya dsb .

Sebagai penutup diskrpsi masalah ada kalimat rujukan, contoh:


4

Akibat permasalahan tersebut oleh pimpinan Panti dirujuk kepada CP


(calon psikolog) untuk melakukan pemeriksaan psikologis dan
meberikan intervensi psikologik.

2. Prosedur evaluasi
Dituliskan dalam bentuk table yang sederhana jangan pakai
kolokm-kolom dan isinya mencantumkan jenis kegiatan dan jam
kerja dalam PKPP, untuk satu kasus minimal 60 jam kerja.

Tabel I. Prosedur Evaluasi


No. Waktu Kegiatan Jml.jam kerja

1. Senin ,27-06-2013 Membina hubungan baik dan 4 jam


Pk.08.00-12.00 auto anamnesa awal
2. Selasa,28-06-2013 Melnjutkan Auto-anamnea 4 jam
Pk.08.00 -12.00 dan mendampingi makan
3. Rabu, 29-06-2013 Melanjutkan auto-anamnesa 4 jam
Pk.08.00 -12.00 dan melaksanakan tes WBIS

Dst. dst sampai melakukan intervensi dan terminasi;


kira-kira 3 ½ hari mengumpulkan data diri komplit sehingga
memahami benar-benar keadaan subyek dan dapat memilih
tes psikologi yang tepat untuk dilakukan, 3 ½ hari melakukan
tes psikologi sesuai kebutuhan dan 5 hari melakukan
intervensi serta terminasi)

---------------------------------------------------------------------------------------

Total jam kerja 60 jam


5

III. ANAMNESA

1. Auto anamnesa, untuk menggali munculnya permaslahan /


gejala patologinya atau permasalahan yang mencakup:
a. Latar belakang keluarga meliputi: tingkat social ekonomi,
pekerjaan orang tua, riwayat emosional, medis serta
kejadian penting dalam kelurga, menikah/
berpisah/cerai/rujuk kembali, keharmonisan hubungan
dengan ayah/ibu/saudara, gambaran konstelasi keluarga,
latar belakang cultural, kesehatan orang tua saat ini,
hubungan keluarga secara keseluruahn, Dibesarkan
didesa, kota, urban, diasuh oleh orang tua / orang lain /
atau oleh siapa ?
b. Riwayat Pribadi, mencakup: masa bayi yang terkait
dengan kejadian-kejadian penting, riwayat medis awal,
toilet training. Suasana kehidupan keluarga, kontak psikik
dan social dengan ibu dan ayah(orang tua), menyusu Asi?
bukan Asi, masa kanak-kanak awal dan pertengahan:
penyesuaian saat PAUD/TK, SD, prestasi akademik,
hubungan teman sebaya, hubungan orang tua dan guru,
peristiwa penting dari dampak perilakunya,
Hobby/aktivitas/minat s.d kelas 5-6 SD dan SMP.
6

c. Masa Remaja: hubungan teman sebaya, prestasi akademik


(SMA/SMK/Sederajat), hubungan dengan orang tua dan
Guru, disiplin belajar dan sekolah, munculnya perilaku
yang terkait dengan permasalahan/gejala patologis yang
terkait dengan rokok, napza, perilaku seksual, kenakalan,
vandalism, agresivitas, destruktif, hukum, rekasi saat
pubertas, peran jender, pertama mengenal pacar, perilaku
lain yang terkait dengan masalah/gejala patologisnya.
d. Masa Dewasa Awal dan Pertengahan mencakup:
Karier/pekerjaan, hubungan interpersonal, kepuasan
mencapai tujuan hidup, perkawinan, masalah kehidupan
berkeluarga, kekerasan dalam rumah tangga, perhatian
pada anak-anaknya dan pasangan hidupnya, hubungan
dengan orangtuadan saudara, riwayat mental-emosional
dan medis, stabilitas ekonomi, uapaya pengembangan diri
dan generasinya (anak-anaknya).
e. Masa dewasa akhir dan lanjut usia (lansia): menaglami
post power syndrome, tetrap sehat, aktif, rajin beribadah,
rajin bekerja dan aktif mengisi hari tua

Hasil autoanamnesa tersebut hendaknya dibuat dalam


bentuk narasi yang jelas, padat dan sistmatis yang mencakup
butir-butir penting di atas, sesuai perkembangan kasus
7

sampai fase mana, jatuh sakit atau mengalami permasalahan


psikologis, hendaknya disesuaikan.

2. Genogram (pohon keluarga) hendaknya dibuat sesuai dengan


contoh terlampir. Di bawah gambar genogram agar
ditambahkan hubungan subyek dengan ayah, ibu dan
saudara bagaiamana serta kondisi lingkungan tempat
tinggalnya bagaimana ? Contoh bentuk genogram di bawah.

3. Analisa Biografi, hendaknya dibuat dalam bentul table yang


sederhana (tanpa kolom) dan menggambarkan peristiwa-
peristiwa yang memberi jalan munculnya permasalahan dan
munculnya gejala patologi. Usahakan secara urut dan
sistematik (jangan lompat-lompat)

Tabel 2. Analisa Biografi

No. Tahun/Usia PerkemB. Peristiwa Reaksi

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1 1998/usia 19 tahun Lulus SMEA di Srengseng Sangat senang

2 1999/usia 20 tatun Menjadi SPG(sales promotion girl) Senang

3 2001/ usia 23 tahun Menikah Bahagia

4 2002/usia 24 tahun Melahirkan anak pertama Senang

5 2003/usia 25 tahun Sering bertengkar dengan suami takut

Karena Suami ringan tangan


8

6 2006/Usia 28 tahun Cerai sedih

Dst. dst

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di bawah Analisa biografi agar ditambahkan gambaran kondisi


mental terutama kepribadian subyek seperti apa sehingga
memicu muncul permasalahan/gangguan sebagai potensial
problem yang menyebabkan timbulnya permasalahan atau
gangguan jiwanya yang dialami subyek.

4. Allo-anamnesa (diperoleh dari pihak kelurga atau pihak


lembaga), berisi gambaran perilaku kasus menurut
pandangan keluarganya atau pihak lembaga yang terkait
dengan permasalahannya atau gejala patologinya. Umumnya
dalam bentuk narasi yang cukup panjang yang memperjelas
segala isi autoanamnesa maupun analisa biografinya ataupun
genogramnya.

IV. DUGAAN SEMENTARA

Dugaan sementara adalah kesimpulan sementara berdasarkan


keluhan permasalahan atau gejala patologis serta anamnesia secara
keseluruahn, sehingga dapat disebutkan dalam dugaan sementara
misalnya Gangguan Psikotik Akut (jika dalam anamnesa
menunjukkan gejala-gejala psikotik, misalnya ngamuk-ngamuk,
bicara kacau, ada halusinasi, marah-marah, emosional dsb). Atau jika
9

kasusnya hidup bermasyarakat biasa, namun bolak balik cuci tangan


pada hal tangannya belum tentu kotor, maka dugaan sementaranya
adalah gangguan obsesif kompulsif. Atau juga orangnya awalnya
baik-baik, namun setelah dicerai oleh suaminya senang bergaul
dengan teman-teman SMAnya yang suka merokok, minum minuman
keras dsb yang akhirnya kecanduan napza, diobatkan ke RSKO dan
menjalani terapi dan rehabilitasi. Dapat dsimpulkan dugaan
sementara “kecanduan amphetamine”.

V. TINJAUAN TEORITiS

Dalam memaparkan tinjauan teoritis, hendaknya berdasarkan


teori-teori pendukung hasil dugaan sementara, yang sesuai untuk
memberikan gambaran klinis / psipatologisnya atau
permasalahannya. Hendaknya tinjauan teoritis ini dapat mejelaskan
dan mendiskripsikan patologinya atau focus permasalahan yang
dihadapi klien/pasien. Dalam tinjuan teoritis hendaknya dipaparkan
dua hal penting yaitu pertama tinjauan teori tentang gangguannya
dan tinajauan teori tentang jenis intervensi yang dipilih sehingga
keduanya tergambar sebagai berikut:

A. Gambaran Klinis Gangguan misal skizofrenia paranoid (ODGJ)


1. Pengertian
2. Etiologi
10

3. Gejala
(masing-masing butir dideskripsi / definisi berdasar litaratur &
gunakan DSM IV TR salah satunya); atau
A. Gambaran masalah penyesuaian social (ODMK)
1. Pengertian
2. Penyebabnya
3. Dampak negative dari perilkunya
(masing-masing butir dideskripsikan berdasarakan literatur yang
mengandung topik-topik tersebut dalam psikologi).

Untuk menutup dari butir 3 baik ODGJ maunpun ODMK harus


ada kalimat penutup misalnya:

Untuk membantu mengatasi gelaja /perilaku negatif tersebut


akan dilakukan Terapi apa dengan Teknik apa.

Secara teoritis hendaknya dipilih sesuai rumpun / aliran


psikologi, misalnya psikoanalisa /psikodinamik Freudian, atau Neo-
Freudian, Jung, Adler, Kunkell, Hornei, atau Behaviourisme Watson,
Skiner, Dollar, Miller dan Bandura atau Humanistik yaitu Rogers dan
Maslow atau juga dengan model Terapi Jangka Pendek (Brief
psychotherapy), sesuai kuliah pembekalan

B. Terapi Supotif dengan Teknik Bimbingan


1. Pengertian
11

2. Teknik Bimbingan
3. Langkah-langkah penerapan terapi supotif dengan Teknik
Bimbingn

Masing -masing butir dideskripsi / definisi jenis pendekatan/


metode intervensi yang diprediksi cocok menanggulangi
gangguan /masalah pada butir A, pendekatan / teknik-teknik yang
dipergunakan dan langkah-langkah / proses intervensinya
bagaiamana, hendaknya dipaparkan dalam teori-teori intervensi
yang jelas. Teori-teori dalam pendekatan intervensi kalau dalam
Corey (2005) ada sebelas pendekatan, pilih salah satu pendekatan
yang diprediksi cocok untuk menangni kasusnya. Atu kalau
menggunakan buku Wolberg dalam bentuk terapi supotif juga
banyak pendekatanan / tekniknya, misalnya ada bimbingan, katarsis
emosional (ventilasi), pendekatan persuasi dan lain sebagainya.

Dalam melaksanakan intervensi hendaknya berpegang teguh pada


kode etik psikologi Indonesia.

VI. ASESMEN (Rancangan, Pelaksanaan dan Hasil)

Setelah memahmi kondidisi klien /pasien dengan segala


simtom dan syndrome atau berbagai permasalahan yang dihadapi
yang telah digali lewat anamnesa dan diperkuat dengan tinajuan
12

teoritisnya, selanjutnya dilakukan asesmen psikologi dengan langkah-


langkah sebagai berikut:

1. Wawancara mendalami permasalahannya dan ceking simtome


dan sidrome sesuai teori yang mendasari
2. Observasi umum dan khusus saat menjalankan tes atau
melakukan aktivitas lainnya
3. Melaksanakan tes psikologi yang telah dipilih dan disiapkan untuk
memahami kemampuan intelektualnya serta kepribadiannya (tes
kecerdasan dan tes kepribadian) yang diperkirakan mampu
mengungkap kecerdasan dan kepribadian yang kait dengan
patologinya / permasalahannya. Dalam memilihjenis tes yang
dipergunakan hendaknya setelah memahami kondisi psikis
subyek yang dijakan kasus.
4. Setelah tes psikologi selesai, selanjutnya dikoreksi dan intepretasi
dan dibuat laporan hasil dari masing-masing tes yang dipilih dan
dipergunakan serta diintegrasikan dalam bentuk evaluasi
kepribadian (diketik dengan format khas => romawi VII) sehingga
dapat menggambarkan kepribadian klien/pasien.

VII. EVALUASI KPERIBADIAN.

Berdasarkan hasil asemen baik melalui wawancara, observasi


dan hasil tes psikologi yang telah diintegrasikan merupakan evaluasi
13

psikologis secara lengkap sebagai gambaran evaluasi kepribadian


klien/pasien (Integrasi hasil tes yang diperkuat hasil observasi dan
wawancara terhadap klien / pasien.

VIII. DINAMIKA MASALAH (menjelaskan kepribadian yang

berinteraksi dengan lingkungannyasehingga menimbulkan

masalah) atau simtome dansindrome.

Menggambarkan model kepribadian klien / pasien dengan


berbagai karakteristiknya yang khas yang berinteraksi dengan
dengan lingkungannya yang khas pula (menekan, longgar, disiplin
ketat, tidak pasti, memberi contoh buruk, menimbulkan konflik dan
sebagainya) sehingga menimbulkan keluhan atau jika berat
menimbulkan gejala (simtome dan bila sintome banyak menjadi
sindrome). Gambaran ini menurut Marnat (2010) adalah Impresi dan
interprestasi serta digambarkan analisis kasusnya, berdasarkan salah
satu teori yang menggambarkan kasus tersebut menghadapi
permasalahan atau jatuh sakit karena apa ?

Berdasarkan teori dan juga gejala /perilaku negative kasus


setelah melalui asesmen yang komplit, digambarkan dalam skema
dinamika (contoh gambar di bawah).
14

Dibawah gambar skema dinamika masalah perlu dipaparkan


Kriteria Diagnosis multi aksial, seperti berikut:

Aksis 1

Dalam teori (DSM IV TR) gejala yang disebutkan apa saja ?

Pada Subyek gejalanya apa saja, kalaa cocok atau mirip, sebut
gangguannya seperti dalam teori (ini kalau untuk ODGJ, sedangkan
kalau ODMK, sebut saja tidak ada gangguan namun perlu bantuan
psikologi), kalau ODGJ diminta juga diagnosis banding apa ?

Aksis II

Dalam teori perilakunya bagaimana dan subeknya perilakunya


seperti apa, ciri kepribadiannya apa

Aksis III (penyakit fisik yang berat misal diabet, hipertensi,


HIV/AIDS, sroke yang ditulis)

Aksis IV (terkait dengan kondisi psikososialny)

Aksis V (GAF = general adjustment function) lihat kuliah


asesmen klinis.

Berdasarkan kriteria diagnosis tersebut dapat ditegakkan


diagnosis multi aksial di bawah ini.

IX. DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS


15

A. Diagnosis (Multi aksial) :

Aksis I. : Diagnosis Klinis, berdasarkan DSM-IV TR, DSM V


belum diajarkan (menunggu kesepakatan); Untuk kasus
Normal bermasalah dituliskan focus permasalahannya (bukan
diagnosis)

Aksis II: Gangguan Kepribadian atau Retardasi Mental

Aksis III: Sakit Fisik

Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungannya

Aksis V: Gaf (DSM IVTR) dan umumnya dua angka.

B. Prognosis: Positif jika ada pendukung-pendukung yang kuat dan


negative bila tidak ada pendukung atau bebannya lebih berat
untuk mencapai kesembuhan/perbaikan perialkunya

X. INTERVESI:

A. Rancangan intervensi

Berisi rancangan jenis pendekatan intervensi yang diperkirakan


lebih cocok dan efisien untuk membantu mengatasi
permasalahan / gejala patologi yang dihadapi klien/pasien.
Hendaknya ditulis secara singkat dan jelas serta rinci langkah-
langkahnya dan direncanakan berapa kali, sebaiknya paling
16

pendek 5 kali (jangka pendek). Kalau untuk laporan tesis


minimal 10 kali.

B. Proses Intervensi

Proses intervensi dalam psikologi klinis, hendaknya diawli


dengan pembinaan raport (hubungan baik antara psikolog
dengan klien/pasien), setelah hubungan baik terbina yang
ditandai adanya kesediaan kerjasama (appresiasi) dari
klien/pasien, baru dapat dilaksanakan terapi. Dalam proses
terapi hendaknya selalu ditulis: Hari, tanggal, bulan dan tahun
dan intervesi pertama, kedua, ketiga dst. Dalam prose
intervensi hendaknya dituliskan setiap sesi intervensi dengan :
a. Observasi perilaku klien/psien (tampilan fisik dan psikisnya)
b. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam terapi yang
dikemukakan klien/pasien
c. Kesan klien/pasien saat menyampai permasalahannya atau
gangguannya (apakh sungguh-sungguh, antusias, seenaknya,
semaunya dsb.)
d. Intervensi yang berikan oleh CP apa dan bila ada dialog
sebaiknya dibuat dalam bentuk verbatim dan hasilnya
dilaporkan dilampiran
17

e. Reaksi dari klien / pasien (bagaimna menerima, menolak,


mengiyakan, bersedia melakukan dsb).
(itu jika menggunakan terapi suportif namun jika
menggunakan terapi lain proses berbeda, nanti diberi
contoh)
C. Hasil Intervensi hendaknya menggamabrkan perubahan-
perubahan perilaku dari intervensi pertama, kedua, ketiga dst.
dan dapat terlihat dari reaksi-reaksi selama proses terapi
berjalan, sehingga dapat digambarkan apakah perilakunya tetap
(tidak ada perubahan/kemajuan), ada kemajuan kearah yang
lebih baik atau menjadi baik, tetapi juga bisa menjadi lebih
buruk atau berarti mundur. (dalam menuliskan hasil intervensi
jika prognosis positif semua gejala / perilaku negative, menjadi
baik sehingga dapat dituliskan sebagai antonim gejala, misal
gelisah menjadi tenang, pasif menjadi aktif, emosi labil menjadi
emosi stabil dsb.dsb.)
D. Evaluasi hasil intervensi, sebaiknya mahasiswa membuat
evaluasi dalam bentuk rating scale untuk menilai perubahan
perilaku klien/pasien, sesuai gejala/ masalah yang dihadapi
klien /pasien. Untuk laporan PKPP hendaknya dibuat dalam
bentuk yang sederhanan namun menggambarkan aspek
perilaku yang diatasi. Sedangkan untuk laporan dalam bentuk
18

tesis harus ada secara komplit, kapan perilaku-perilaku yang


negative berubah menjadi positif, pada pertemuan terapi yang
ke berapa ? (lihat dicontoh Kasus)

XI. REKOMENDASI

Lebih diarahkan secara praktis terhadap kasus

XII. DAFTAR PUSTAKA

XIII. LAMPIRAN
Surat bukti melaksanakan PKPP dari SSC atau Fakultas
Surat bukti melakukan PKPP dari lembaga tempat PKPP
Informed Consent dari kasus
Macam-macam tes dipergunakan (hendaknya lembar tes asli
dengan interpretasi yang dilampirkan saat bimbingan dengan
dosen pembimbingnya

Catatan Penting FORMAT ini Hendaknya Di Print untuk Pegangan


saat Praktik PKPP di lapangan sebagai penuntun wawancara maupun
mengumpulkan data.

Perhatikan juga contoh yang diperlukan dalam menyusun laporan


19

Note:

Kasus yang dijadikan subyek praktik PKPP adalah 8 kasus indivbidu


(gangguan jiwa berat 2 kasus di RS Jiwa, Ketergantungan obat 2 kasus
di RSKO /Pusat Rehabilitasi napza, gangguan neurotik 2 kasus di
Puskesmas / RSU, Masalah psikososial 2 kaus di LAPAS / Panti
Rehabilitasi Sosial, Masalah Lanjut Usia / lansia 2 kasus di Sasana
Werdha dan kasus komunitas atau kelompok dengan beban 2 sks
(120 jam), seluruhnya 10 sks berarti 600 jam kerja. Dalam
pengambilan kasus hendaknya bervariasi, agar mahasiswa memiliki
pengalaman dalam berbagai masalah psikologis di lapangan
termasuk masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan
seksual, kekerasan dalam pacaran dan masalah lainnya pada orang
normal (hanya umumnya tidak mudah di dapat dalam masyarakat).

Untuk Kasus Minor 3 kasus individu dan carilah kasus-kasus yang


relative mudah penagannnya dan mudah mendapatkan kasusnya namun
model laporannya tetap sesuai dengan kasus mayor, karena bobotnya satu
kasus = I SKS dengan jam kerja 60 jam.3 kasus 180 jam kerja.

Untuk mengumpulkan data melalui wawancara klinis dan oservasi


serta mendapatkan gambaran untuk memilih teori yang terkait dengan
analisis kasus dalam dinamika masalah agar memahami ceklis wawancara
dan tabel teori psikologi di bawah ini.
20

Dalam praktek PKPP di langan hendaknya format ini diprint


dan dibawa untuk mempermudah mengumpulkan data !

Berbagai contoh yang diperlukan saat praktek !


Ceck List sebagai penuntun wawancara asesmen klisis
Riwayat Permasalahan / Gejala patologi

Diskripsi permasalahan /gelaja patologi Intensitas dan durasi

Onset pertamanya Penanganan sebelumnya

Perubahan frekuensinya Upaya-upaya untuk mengatasi

Antesedent / konsekuensi Penanganann Formal

Latar Belakang Keluarga

Tingkat social ekonomi Latar belakang cultural

Pekerjaan orang tua Kesehatan orang tua saat ini

Riwayat emosional / medis Hubungan keluarga

Menikah/berpisah/cerai Dibesarkan di kota/didesa

Konstelasi keluarga Diasuh orang tua /orang lain

Riwayat pribadi

Masa bayi:-Kejadian2 perkembangan penting Riwayat medis awal

-Suasana kehidupan keluarga Toilet training

-Kontak psikik dan social dg orang tua Menyusu Asi /bukan Asi
21

Masa Kanak2 Awal & Petengahan:

-Penyesuaian dg sekolah Hubungan teman sebaya

-Pretasi akademik Hubungan dengan orang tua &guru

-Hoby/aktivitas/minat Peristiwa penting dampak perilakunya.

Masa Remaja (sama dengan masa di atasnya) +:

Adanya perilaku yg terkait (hukum, napza, Reaksi terhadap pubertas & peran jender

perilaku seksual, kenakalan, agresivitas) Pertama mengenal pacar

Masa Dewasa Awal dan Pertengahan:

Karier / pekerjaan Kekerasan dalam rumah tangga

Hubungan intedrpersonal Riwayat medis /mental-emosional

Kepuasan tujuan hidup Hubungan dg orang tua/saudara

Perkawinan Stabilitas ekonomi

DI BAWAH INI ADA CONTOH DALAM TABEL JENIS TEORI YANG PERLU DIPILIH UNTUK MENGGAMBAR KAN
ANALISIS KASUS PADA AKHIR ALENIA DINAMIKA MASALAH DALAM SETIAP LAPORAN KAUS INDIVIDUAL,
UNTUK DIJADIKAN REFERENSI DALAM ANALISIS KASUS TERSEBUT.
22

Contoh ke dua :berbagai bagan untuk menetapkan jenis gangguan jiwa

Tabel 4.3. Bagan Pendekatan Psikodinamik/Psikoanalisis (Beberapa


Konsep) => Freudian & Neo-Freudian

Freud Jung Adler Horney Fromm


Struktur id,ego, self, shadow 5 tipe
— —
superego
Kepribadian ego, Kepribadi
persona
keseimbang Moving an
Dinamika cathexis- inferiority
an, towards,
Kepribadian anticathexis superiority away,
integrasi against
0-5
Masa dini — penting Penting —
th.penting

Masa kini & kurang usia 40 th


penting penting
yad penting penting
Alam tak utama, utama,
penting Penting penting
sadar (TS) pribadi kolektif
kurang
Alam Sadar — penting Penting —
penting
akibat tak relatedne
Tingkah laku inferiority basic
represi/tak seimbang ss &
tak anx tak
Patologis ada
ODGJ ant.sadar, teratasi teratasi rootedne
represi TS ss

Sumber: Pervin (93), Hall et. al., (98)

— : tidak dibahas secara eksplisit


23

Tabe14.4. Pendekatan Belajar (Beberapa Konsep)

Skinner Pavlov, Bandura


Dollard
Struktur respons atau respons atau
Perilaku
Kepribadian operants kebiasaan
kondisioning kondisioning meniru model
Dinamika
kepri operan klasik social learning
Masa
tak penting tak penting tak penting
lalu/dini
Masa kini Utama Utama Utama

Alam tak
— — —
sadar
Alam sadar penting Penting Penting
Tingkah laku
hasil belajar hasil belajar model yang
Patologi
yang salah yang salah tidak adekuat
ODGJ

Sumber: Pervin (93), Hall et.al., (98) tidak dibahas eksplisit


24

Tabel 4.5. Bagan Pendekatan Humanistik (Beberapa Konsep)

Rogers Maslow
Struktur kebutuhan
organisme, self
Kepribadian hierarkis:
aktualisasi aktualisasi inner
Dinamika/proses
organism state
Masa dini penting -
Unconditional
Masa kini/yad penting: -
simbolisasi
= TAK
Alam tak sadar -
disimbolisasi
Kesadaran = disimbolisasi -
incongruence terhambatnya
Tingkah laku
antara
kebutuhan
Patologi ODGJ
Self-organisme aktualisasi

Surnber.-Pervin (93), Hall et.al., (98)


25

Berdasarkan tabel pendekatan teoritis terjadinya permasalahan kejiwaan atau gangguan jiwa dapat
dipaparkan teorinya seperti di bawah ini. Penting untuk menetapkan analisisi kasus dalam Dinamika
Masalah setelah Evaluasi kepribadian.

Pendekatan teoritik terjadinya gangguan jiwa / masalah kesehatan jiwa

1. Teori dasar Psikoanalisa / psikodinamik dari Freudian:

Struktur kepribadian terdiri dari Id, Ego dan super ego, pada orang normal terjadi
keharmonisan dari ketiga fungsi tersebut namun apabila salah satu terlalu kuat atau lemah akan
menimbulkan perilaku yang kurang normatif, bermasalah ataupun terganggu perialkunya. Dinamika
kepribadian individu meruapakan cathexsis atau anti-cathexsis dari ketiga fungsi Id, Ego dan Super-
ego tersebut yang didasari perkembangan masa dini dari 0 -5tahun pertama, sedangkan masa
sekarang tidak penting namun munculnya pewrilaku normatif ataun tidak normatif karena adanya
ketidak puasan pada masa kecilnya yang tersimpan dalam alam bawah sadar yang ingin muncul
dalam bentuk mekanisme defensif atau patologi sebagai manifastasi adanya cathexisi ataupun anti-
cathesis yang direpresi atau tidak direpesi untuk memeproleh kepuasan setelah mereka remaja,
dewasa ataupun tua.

Aktivitas manusia ditentukan oleh enerji psikis dan pengalaman dini yang diperoleh
dalam perkembangan yang diasuh oleh kedua orang tuanya. Motif dan konflik yang bersumber
dari alam tak sadar merupakan pusat / sentral perilaku individu. Sumber inerji/ kekuatan yang
tidak irasional sangat kuat / besar (reservoar = tandon enerji yang terpendam dalam bawah
sadar); perilaku individu didorong impuls seksual dan agresivitas dari sumber tersebut.
Perkembangan dini / awal (lima tahun pertama) merupakan saat yang amat penting yang
mendasari terbentuknya kepribadian seseorang dengan berbagai masalah dalam proses
perkembangan menentukan kepribadian seseorang setelah menjuadi dewasa, karena perilaku
individu berakar dari konflik-konflik masa anak-anak yang tidak terpenuhi pada fase oral, anal
dan falixs sebagai akibat orang tua kurang / tidak memberikan pelayanan kebutuhan-
kebutuhan pada setiap fase tersebut.

Perkembangan kepribadian yang normal berdasarkan keberhasilan penyelesaian


perkembangan dan terjadi integrasi antar fase-fase perkembangan psikoseksual (oral, anal dan
falixs) yang memuaskan. Kegagalan perkembangan kepribadian merupakan hasil yang tidak
wajar penyelesaian dari beberapa fase perkembangan yang sifatnya khas yang terkait
kebutuhan oral (mulut), anal (anus khususnya toilet training) dan falixs (peran jenis/ gender
26

role sesuai jenisnya). Kecemasan merupakan hasil represi konflik-konflik yang tidak
memperoleh kepuasan dalam perkembangan anak. Ketidak sadaran merupakan pusat /
sumber untuk penyembuhan bentuk-bentuk perilaku yang patologis / menyimpang.

Orang menjadi sakit jiwa / memiliki masalah kesehatan jiwa karena id, ego super ego
tidak harmonis, karena kateksis dan anti kateksis kurang berkembang secara dinamis
sehingga mengakibatkan represi terlalu berlebihan atau sama sekali tidak represi dan
individu tak mampu memberdakan antara realitas, irrealitas ataupun khyayalan/fantasinya.

2. Teori dasar Adlerian (Neo-Freudian)


Manusia termotivasi oleh ketertarikan sosial, dengan berjuang untuk  mencapai apa
yang dicita-citakan, dan berurusan dengan tugas-tugas kehidupan. Menekankan pada
kemampuan positif individu dalam masyarakat untuk saling bekerjasama.Manusia mempunyai
kapasitas untuk menafsirkan, memengaruhi, dan menciptakan suatu peristiwa. Setiap orang
pada usia dini menciptakan gaya hidup yang unik, yang cenderung tetap relatif konstan
sepanjang hidup.Masa dini penting sebagai dasar perkembangan kepribadian setelah remaja,
dewasa dan tua
Konsep-konsep kunci model ini mencakup kesatuan kepribadian, kebutuhan untuk
melihat orang-orang dari sudut pandang subyektif mereka, dan pentingnya tujuan hidup yang
memberikan arah perilaku. Orang-orang dimotivasi oleh kepentingan sosial dan dengan
menemukan tujuan untuk memberikan arti kehidupan. Konsep-konsep kunci lain sedang
berjuang untuk makna dan superioritas, mengembangkan gaya hidup yang unik dan
memahami konstelasi keluarga. Terapi adalah masalah memberikan dorongan dan membantu
klien itu mengubah perspektif kognitif dan perilaku.

Orang menjadi sakit jiwa / memiliki masalah kesehatan jiwa karena dalam dinamika
perkembangannya antara infiriority dan superiority salah satu dominan terutama
superioritynya sehingga mengakibatkan orang tidak mampu mengatasi inferiotynya.
27

3. Teori Dasar Frankel & Loro May => Logo terapi dan Eksistensial terapi (humanistik)

Fokus pada sifat alami manusia dengan kondisi yang termasuk memiliki kapasitas untuk
self-awarenes, kebebasan memilih menentukan nasib seseorang, tanggung jawab, khawatir,
mencari-cari makna/ arti hidup, kesendirian dan sedang berada dalam hubungan dengan
orang lain, serta menyadari kenyataan akan adanya kematian.
Esensi dalam pendekatan ini lebih kepada konseling daripada teori-teori, munculnya
stressberpusat pada kondisi manusia. Normalnya, pembentukan kepribadaian terbangun dari
diri itu sendiri berdasar pada keunikan dari individu itu sendiri, bawaan dari kecil. Fokus
dengan apa yang akan terjadi, itu adalah pendekatan untuk orientasi masa depan. Stres itu
adalah merupakan kesadaran diri sebelum bertindak.

Orang menjadi sakit jiwa / memiliki masalah kesehatan jiwa, karena struktur
kepribadiannya tidak berkembang secara optimal, karena tidak berani eksis dalam
kehiudpan bermasyarakat, sehingga selalu mencari-cari makna hidupnya, mertasa terisolasi
dsb.

4. Teori dasar Carl Rogers Rogerian (humanistik)

Berpandangan manusia adalah positif, kita memiliki kecenderungan untuk menjadi


sepenuhnya berfungsi yaitu memiliki kepribadian yang baik, mampu belajar dari pengalaman
dan penuh percaya diri. Dalam konteks hubungan terapeutik, perasaan pengalaman
klien/pasien yang sebelumnya ditolak untuk disadarkan. Potensi aktualisasi diri klien / pasien
bergerak ke arah peningkatan kesadaran, spontanitas, percaya diri, dan kelangsungan peran
psikis dalam kehidupan.

Klien memiliki potensi, menyadari / memahami masalah dan arti untuk


memecahkannya. Keyakinan ditempatkan pada kapasitas klien/pasien untuk mengarahkan
diri. Kesehatan mental adalah kesejajaran antara real self dengan ideal self. Hal itu berarti
orang sehat mentalnya real self identik dengan ideal sel-nya. Maladjustment adalah hasil dari
ketidakseimbangan (discrepancy) antara keinginan seseorang (ideal self) dengan kenyataan
28

(rewal self). Berfokus pada kejadian saat ini, bagaimana individu merasakan dan
mengekspresikan emosi sesuai dengan realitas dan keinginan.

Orang menjadi sakit jiwa / memiliki masalah kesehatan jiwa, karena struktur
kepribadian kurang berkembang dengan optimal sehingga dinamika / proses aktualisasi diri
terhambat /tidak tercapai yang mengakibatkan terjadinya incogruen antara self dan
kehidupan individu (sebagai organisme)

5. Teori dasar Behaviourime: Watson, Skiner dan Bandura


Perilaku manusia adalah hasil dari pembelajaran. Kita (manusia) adalah produk
sekaligus produsen dari lingkungan (pengalaman, pendidikan dan latihan). Tidak ada satu
asumsi tunggal mengenai perilaku yang dapat menggabungkan semua prosedur yang ada
dalam bidang behavioral, kecuali hasil belajar. Berperilaku baik berarti belajar yang benar,
berperilaku tidak baik / menyimpang berarti belajar yang salah.
Memusatkan perhatian pada perilaku overt (yang dapat dilihat), ketepatan dalam
menentukan tujuan spesifik dari pengobatan/terapi, dan tujuan objektif dari evaluasi hasil
terapi. Perilaku sekarang diberikan perhatian. Terapi ini didasarkan pada prinsip-prinsip teori
belajar. Perilaku normal dipelajari melalui penguatan dan peniruan (reinforcement and
imitation). Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah.
Orang menjadi sakit jiwa / memiliki masalah kesehatan jiwa, karena respon atau
operan dalam struktur kepribadian individu tidak berklembang secara porposinal karena
operan tidak tepat (skiner) atau belajar model yang salah dalam kehidupan sosial, hal itu
mengakibatkan hasil belajar yang salah yang ditunukkan dalam tingkahlakunya atau meniru
model perlaku yang yang tidak adekuat atau berperilaku yang yang tidak wajar secara keliru.

Teori pendekatan di atas untuk menuliskan teori analias kasus dalam dinamika masalah /
dinamika kepribadian klien /pasien kenapa menghadapi permasalahan atau terganggu jiwanya
sehingga terpaksa dibwa ke rumash sakit, atau dimasukkan lapas, atau berobat ke Puskesmas atau
konsultasi ke seorang profesinal.

Contoh Klasifikasi Gangguan Jiwa !


29

KLASIFIKASI GG Jiwa DSM IV-TR 2002 - 2012 Secara Garis Besar


1. Disorder Usually First Diagnosed in Infancy, Childhood or
Adolescence
2. Delirium, Dementia, and Amnestic and other Cognitive
Disorder
3. Mental disorders Due to a General Medical Condition
4. Subtance-Related Disorder
5. Schizophrenia and Others Psyotic Disorder
6. Mood Disorders
7. Anxiety Disorders
8. Somatoform DisorderFactitius Disorders
9. Dissosiative Disorders
10. Sexual and Gender Idetity Disorders
11. Eating Disorders
12. Sleep Disoreders
13. Impuls Control Disorders Not Elsewhere
Classificationj
14. Adjusment Disorders
15. Personalitiy Disorders
16. Other Conditions That May Be a Focus of Clinical
Atention (ini untuk ODMK), ini ada beberapa jenis
a. Psychological Factor Afffecting Medical Condition,
dengan tipe macam-macam
b. Medication-induced Movement Disorders, 7 tipe
c. Others Medication-induced Disorders, 1 tipe
30

d. Related Problems 5 tipe


e. Problem Related Problem or Neglect, 7 tipe
f. Additional Conditons That May Be a focus of Clinical
Attention, ada 13 tipe
Berarti 1 – 16 untuk ODGJ, sedangkan ODMK, N0.17 karena
masalah kesehatan jiwa itu sangat luas, maka permasalahan juga
sangat banyak dari masalah perkembangan anak, remaja, dewasa
sampai lansia.

Contoh Genogram
31

A. Genogram

Keterangan :

= Subyek (Tinggal serumah dengan anak yang pertama)


= Laki-laki
= Perempuan
X = Meninggal

Atau:

1. Genogram
32

Gambar 1. Genogram

Keterangan :

= subyekbermasalah

= meninggal

= hubungan sangat dekat

Contoh: Analisa Biografi

Berikut ini adalah beberapa pengalaman yang dianggap memiliki suasana emosional (positif dan

negatif) yang kuat, pengalaman traumatik dan pengalaman yang melekat kuat dalam ingatan S.Tabel

2Analisa Biografi

No Tahun/Usia
Peristiwa Reaksi
. Perkembangan

1. 1971/Usia 17 Lulus STM Mesin di Bangga


tahun Jawa Tengah

2. 1975/Usia 21 Dapat pekerjaan di Sangat senang


tahun Telkom Jakarta sebagai
staf jaringan kabel
Telkom

3. 1977/Usia 23 Menikah Bahagia


tahun

4. 1979/Usia 25 Lahir anak pertama Sangat bahagia


tahun
33

5. 1990/Usia 36 Konflik dan di merasa Sedih dan merasa


tahun fitnah di tempat kerja tertekan (masuk
kerja RSJ)

6. 1991/Usia 37 Konflik di tempat kerja Takut dan sedih


tahun lagi (masuk RSJ)

7. 2002/Usia 48 Pensiun dini Sedih


tahun

8. 2005/Usia 51 Anak ke empat Sangat sedih


tahun meninggal dunia akibat (masuk RSJ)
kecelakaan lalu lintas

9. 2008/Usia 53 Istri meninggal dunia Sedih dan gelisah


tahun akibat jatuh dari kamar (masuk RSJ)
mandi

10. 2014/Usia 59 Anak perempuan yang Cemas dan


tahun kedua belum menikah khawatir (masuk
RSJ)

Keterangan :

1. Tahun 1990 masuk RSJ dengan diagnosa skizofrenia paranoid

2. Tahun 1991 masuk RSJ dengan diagnosa skizofrenia paranoid

3. Tahun 2005 masuk RSJ dengan diagnosa skizofrenia paranoid

4. Tahun 2008 masuk RSJ dengan diagnosa skizofrenia paranoid

5. Tahun 2014 masuk RSJ dengan diagnosa skizofrenia residual

Contoh skema Dinamika masalah

Dituliskan dulu dinamika permasalahannya yang menggambar riwayat kenapa klien/pasien jatuh

sakit dan diakhiri dalam dinamika masalah tersebut dengan teori analisis kasusnya seperti dalam tabel-

tabel diatas setelah itu disimpulan dalam skema dinamika permasalhannya, seperti di bawah ini.
34

Berdasarkan paparan dinamika masalahdiatas dapat digambarkan dalam bentuk skema dinamika

permasalahan sebagai berikut :

Skema Dinamika Permasalahan S

Eksternal Internal

Kondisi keluarga S (dasar anamnesa) Faktor biologis

1. S tinggalA.bersama
Uraiananak pertama dengan 1. Memiliki TB 164 cm dan BB 59 kg,
ketiga cucunya cara berpakaian cukup rapi serta cukup
merawat diri
2. Memiliki anak-anak yang menyayangi dan
memperhatikannya 2. Memiliki penyakit darah tinggi grade I
S dengan tekanan darah 160/100 mmhg
3. Ketika S berada dirumah kurang memiliki U Psikologis
aktivitas selain mengasuh ketiga cucunya
B
Kondisi Lembaga tempat PKPP 1. V.IQ : 97, P.IQ : 93, Full IQ : 96
Y
Average, O.IQ : 111 High Average,
1. Petugas kooperatif dalam memberikan E dengan MD. 3,3 % yang berarti tidak
pelayanan K menunjukkan adanya deteriorasi
mental
2. Memiliki banyak teman
2. Memiliki kepribadian introvert
Kondisi lingkungan dan diri S saat di rumah
3. Sangat reaktif terhadap berbagai
1. Sering ada keinginan untuk keluar rumah dan stressor yang di hadapi dalam
melakukan aktivitas yang berlebihan kehidupan sehari-hari.
2. Sulit tidur terutama pada malam hari

Keadaan dan situasi S saat ini :


1. Keluarga perhatian ,namun saat di rumah ada stressor kambuh
kembali
2. Saat di rumah, Saat berobat baik dan aktif

Gejala S
Gejala-gejala1. (dalam
Gelisah kotak bawah) ini yang dijadikan sasaran/target
2. Mondar mandir
3. Bicara sendiripula dalam evaluasi hasil intervensi.
intervensi dan digambarkan
4. Sulit tidur
35

Catatan: Bentuk Format tersebut agar benar-benar difahami, karena


sebagai alat pengumpul dasa yang diperoleh dilapangan dalam PKPP dan
dituangkan dalam bentuk laporan kasus individu.

CONTOH PERBAIKAN INTERVENSI Jika menggunakan Terapi Supotif dengan teknik


……(pilih satu atau dua), namun jika menggunakan terapi lain diluar terapi suportif,
penulisannya contoh di bawah ! Diberlakukan untuk Angkatan 2019 dan 2020
36

I. INTERVENSI

A. Rancangan Intervensi

Untuk melakukan intervensi dilaksanakan dengan terapi suportif dengan teknik bimbingan

(guidance) dan relaksasi dengan sasaran intervensi gejala utama pada skizofrenia Residual yaitu:

“mengatasi gelisah, mengurangi perilaku mondar mandir, mengatasi bicara sendiri dan

mengatasi gangguan tidur,”.Intervensi ini dilakukan sebanyak 5 kali (jangka pendek).

B. Proses Intervensi

1. Pertemuan pertama dilakukan pada hari senin tanggal 24 Maret 2014

Observasi : S menggunakan baju kaos pendek dan celana pendek

pakaian yang disediakan dari rumah sakit dan memakai

sandal jepit, tampak kurang bersemangatdan langsung

bersalaman. CP menanyakan kabarnya hari ini dan

dengan tersenyum mengatakan baik, tapi dirinya merasa

gelisah

Masalah : Menceritakan pengalaman hidup bekerja sebagai

karyawan Telkom dan menceritakan tentang

keluarganya, karena tidak boleh kemana-mana oleh

anaknya sehingga dirinya menrasa gelisah

Kesan : Ia mengenang kembali masa lalunya dan terlihat geliah

Intervensi : menerapkan teknik relaksasi dan bimbingan dalam terapi

supotif

a. Tujuan : Mengatasi perasaan gelisah

b. Tindakan: CP memberikan latihan relaksasi samapi S mampu


37

melakukan relaksasi sendiri, setelah itu memperhatikan

dan menaruh minat terhadap ceritanya serta agar

berfikiryang positif dalam hidupnya dan berusaha

meyakinkan agar tidak terus melihat kelemahannya

namun melihat kemampuan yang dimilikinya sehingga

dirinya tenang dan tenteram..

Reaksi : Terkesan senang dengan pengalamannya dan cukup

antusias dalam berlatih relaksasi dan memperoleh

bimbingan

Catata model ini jika menggunan Terapi Supotif dengan teknik pilihannya
apa !

Jika menggunakan terapi lain bentuknya seperti di bawah ini !

Contoh Proses Intervensi yang bukan Terapi Siportif, misalnya, missal:


Proses Intervensi dengan Terapi Realitas dengan teknik WDEP.

A. Rancangan Intervensi
38

Untuk melakukan intervensi dilaksanakan dengan Teraapi Realitas dengan teknik WDEP dengan

sasaran intervensi gejala utama pada skizofrenia Paranoid yaitu: “mengatasi perasaan cemas,

mengurangi perilaku curiga, mengatasi bicara sendiri dan mengatasi gangguan tidur,”.Intervensi

ini dilakukan sebanyak 5 kali (jangka pendek).

B. Proses Intervensi

1. Sesi pertama Jumat, 22 September 2017, Jam 9.00 – 11.30


Intervensi : menerapkan teknik WDEP dalam terapi realiatas
a. Tujuan: mengatasi perasaan cemas
b. Tindakan: CP menerapkan teknik WDEP dalam bentuk bertanya langsung apa yang

menyebakan timbul perasaan cemas. Mulai dari memahami, mengidentifikasi dan menghubungkan

munculnya perasaa cemas yang disebabkan oleh pikiran-pikiran negatif. Ada keinginan apa (W), apa

yang mau didilakukan agar tidak cemas (D) dan bagaimana subyek menilai dirinya (E) dan apa rencana

mengatasinya P). Dalam proses terapi subyek diberi kesemapatan untuk bertanya, menyampaikan

keinginan, apa yang ingin dilakukan serta menilai dirinya dan membuat rencana mengatasi perasaan

cemas tersebut agar menjadi tenang. Terapis (CP) memberikan arahan, jawaban yang tepat dan

konsisten sesuai realitas yang dihadapi subyek dalam kehidupannya.

Rekasi : Subyek mau menceritan keadaan dirinya dan mau berusaha untuk menangkan dirinya.

2. Sesi kedua Senin, 25 September 2017, Jam 9.00 – 12.00


Intervensi : menerapkan teknik WDEP dalam Terapi Realiatas
a. Tujuan: mengatasi perasaan curiga
b. Tindakan: CP menerapkan teknik WDEP dalam bentuk bertanya langsung apa yang

menyebakan timbul perasaan curiga. Mulai dari memahami, mengidentifikasi dan menghubungkan

munculnya perasaa curia yang disebabkan oleh pikiran-pikiran negative terhadap orang lain. Ada
39

keinginan apa (W) pada diri subyek, apa yang mau didilakukan agar tidak timbul perasaan curiga (D)

dan bagaimana subyek menilai dirinya (E) tentang perasaan curiga tersebut dan apa rencana

mengatasinya (P). Dalam proses terapi subyek diberi kesemapatan untuk bertanya, menyampaikan

keinginan, apa yang ingin dilakukan dan bisa dilakukan serta menilai dirinya dan membuat rencana

mengatasi perasaan cemas tersebut agar menjadi tenang. Terapis (CP) memberikan arahan, jawaban

yang tepat dan konsisten sesuai realitas yang dihadapi subyek dalam kehidupannya agar perasaa curiga

berkurang..

Hasil : Subyek mau menceritan keadaan dirinya dan mau berusaha untuk menenteramkan dirinya agar
tidak punya prasangka buruk pada orang lain.

Contoh di atas diteruskan sendiri

Anda mungkin juga menyukai