Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN


KEPUTUSASAAN DAN DISTRESS SPRITUAL

Disusun oleh kelompok 1

1. Mardiana ( NIM 121812011)


2. Setia Sari Dewi (NIM. 121812021)
3. Sri Setiawati (NIM. 121812022)

Dosen Pengajar atau Pembimbing:

Afnijar Wahyu, S.Kep,Ns, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH TANJUNGPINANG

TANJUNGPINANG-KEPULAUAN RIAU

TA 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena kelompok telah berhasil
menyelesaikan sebuah makalah dengan judul“ Asuhan Keperawatan Jiwa dengan
Ketidakberdayaan, Keputusasan dan Distress spiritual.”

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak akan selesai tanpa
adanya bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh berbagai pihak.Untuk itu penyusun
mengucapkan terimakasih :

1. Dr. Heri Priatna, SStFt, SKM, MM selaku ketua Stikes Hangtuah Tanjungpinang.
2. Hotmaria Julia, DS,S.Kep,Ns,M.Kep selaku Ka Prodi S1 Keperawatan Stikes Hangtuah
Tanjungpinang.
3. Afnijar Wahyu, S.Kep,Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Stikes Hangtuah Tanjungpinang.
4. Teman – teman yang telah memberikan dorongan semangat kepada kelompok.

Terwujudnya makalah ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi penyusun, namun


penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna yang dikarenakan oleh
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca
akan sangat bermanfaat bagi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Demikianlah yang dapat tim
penyusun sampaikan atas perhatianya tim penyusun ucapkan terimakasih.

Tanjungpinang, April 2019

Kelompok Satu

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 6
BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi …………………………………………………………….. 8
B. Fase-fase bencana……………………………………………………8
C. Evolusi pandangan terhadap bencana ……………………………….9
D. Paradigma penanggulangan bencana……………………………… 10
E. Permasalahan dalam penanggulangan bencana……………………. 10
F. Kelompok rentan bencana…………………………………………. 11
G. Pengurangan resiko bencana………………………………………. 11
H. Trauma pasca bencana……………………………………………...12
I. Aspek psikososial bencana………………………………………… 14
J. Peran perawat dalam manajemen kejadian bencana……………….15
K. Jenis kegiatan siaga bencana………………………………………18
L. Manajemen bencana……………………………………………….15
M. Pemulihan korban pasca bencana………………………………….21
N. Terapi psikososial………………………………………………….22

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................

3
B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah psikososial merupakan masalah yang banyak terjadi dimasyarakat. Menurut Yeni
(2011) psikososial adalah suatu kemampuan tiap diri individu untuk berinteraksi dengan orang
yang ada disekitarnya. Sedangkan menurut Chaplin (2011) psikososial adalah suatu kondisi
yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial
berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikologi. Dari defenisi diatas
masalah psikososial adalah masalah yang terjadi pada kejiwaaan dan sosialnya.
Banyak masalah-masalah psikososial yang dihadapi oleh masyarakat khususnya oleh ibu.
Menurut Patricia (2012) yaitu: Berduka, Keputusasaan, Ansietas, Stress, Depresi,
Ketidakberdayaan, Gangguan Citra Tubuh, HDR situasional. Sedangkan menurut Nanda
(2012) masalah psikososial terdiri dari Berduka, Keputusasaan, Ansietas, Ketidakberdayaan,
Resiko Penyimpangan Perilaku Sehat, Gangguan Citra Tubuh, Koping Tidak Efektif, Koping
Keluarga Tidak Efektif, Sindroma Post Trauma, Penampilan Peran Tidak Efektif dan HDR.
Menurut Hawari (2013) Masalah Psikososial meliputi Stress, Cemas Dan Depresi.
Gangguan jiwa merupakan gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku, sehingga
menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Gangguan jiwa disebabkan
karena gangguan fungsi komunikan sel-sel saraf di otak dan dapat juga berupa kekurangan
maupun kelebihan neutrotransmiter atau substansi tertentu. Gangguan jiwa meskipun tidak
menyebabkan kematian secara langsung tetapi menimbulkan penderitaan yang mendalam
bagi individu serta beban berat bagi keluarga (Fitria, 2009).
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar
yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik,
psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2008).
Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holisitik yang meliputi bio-psiko-sosio-
spiritual-kultural, ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan
harus memperhatikan aspek tersebut, klien yang dirawat dirumah sakit harus mendapatkan

5
perhatian bukan hanya dari aspek biologis saja tapi juga dengan aspek-aspek lainnya (Asmadi,
2008).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan Ketidakberdayaan,
Keputusasaan dan Distress Spritual?

C . Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui secara umum tentang askep klien dengan gangguan
ketidakberdayaan,keputusasaan dan distress spiritual.
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui pengertian ketidakberdayaan, keputusasaan dan distress spiritual.
b) Untuk mengetahui tentang etiologi gangguan ketidakberdayaan, keputusasaan dan
distress spiritual

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Kelompok
Diharapkan kelompok dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan jiwa
ketidakberdayaan, keputusasaan dan distress spiritual.
2. Bagi Instansi Terkait
Diharap kan makalah ini dapat menambah informasi tentang Asuhan Keperawatan jiwa
ketidakberdayaan, keputusasaan dan distress spiritual.
3. Bagi Pembaca
Sebagai refrensi dan sarana penambah pengetahuan terutama pembaca mengenai Asuhan
Keperawatan jiwa ketidakberdayaan, keputusasaan dan distress spiritual.

E. SistematikaPenulisan
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

6
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan


1. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau
tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan, sehingga
klien sulit mengendalikan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan (NANDA,
2011)
Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi bahwa
tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang
kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan terjadi.
Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian yang
dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika
seseorang, individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi
tertentu.
2. Keputusasaan
Menurut NANDA (2015-2017), Keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika
seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative serta tidak
mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri. Keputusasaan menurut
NANDA ini memiliki beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan pola tidur,
kurang inisiatif pasif, , meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera makan,
selera makan, kurang kontak mata dan sebagainya. Factor-faktor yang berhubungan yakni:
isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress jangka panjang, serta kehilangan nilai
kepercayaan.
Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami ketika individu
merasa kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan dirasa mustahil. Seseorang tersebut
tidak akan memiliki harapan untuk memperbaiki kehidupannya, , tidak memiliki solusi

8
untuk masalah yang dialaminya dan ia merasa tidak akan ada orang yang dapat
membantuya menyelesaikanmasalahnya (Carpenito, 563).
Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasa putus asa
tidakmampu melihat adanya solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak menemukan
cara untuk mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah
seseorang menemukan solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk
melakukannya akibat kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

3. Distress Spiritual
Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami
danmengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri,
oranglain, seni, music, literature, alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari
pada dirisendiri (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).
Distress spiritual juga didefinisikan sebagai gangguan dalam prinsip hidup
yangmeliputi seluruh kehidupan seseorang yang diintegrasikan secara biologis dan
psikososial (EGC, 2011). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa distress psiritual adalah
kegagalanindividu menemukan arti atau kebermaknaan kehidupannya.

B. Penyebab
1. Ketidakberdayaan
Menurut Carpenito, 2009
a) Kurangnya Pengetahuan
b) Ketidak adekuatan koping sebelumnya (seperti : depresi)
c) Kurangnya Kesempatan Untuk Membuat Keputusan (Carpenito, 2009).
Menurut Doenges, Townsend, M, (2008)
a) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap terapi.
b) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan,hubungan yang kasar.
c) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen:penyakit kronis atau yang
melemahkankondisi.
d) Gaya hidupketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

9
2. Keputusasaan
a) Faktor kehilangan
b) Kegagalan yang terus menerus
c) Faktor Lingkungan
d) Orang terdekat ( keluarga )
e) Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f) Adanya tekanan hidup
g) Kurangnya iman

3 Distress Spiritual
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a) Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada klien. Pengkajian
fisik biasanya digunakan pada korban tindak penganiayaan, contohnya seperti
abuse
b) Pengkajian Psikologis
Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan,
makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan.
c) Pengkajian Sosial Budaya
Dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998).
d) Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorangsehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses
interaksi ini akanterjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan
spiritual seseorang.Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender,
pendidikan, pendapatan,okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan,
politik, pengalaman sosial,tingkatan sosial.

e) Faktor Presipitasia.

10
Kejadian Stresfull Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi
karena perbedaantujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang
terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri
sendiri, orang lain, lingkungandan zat yang maha tinggi.b. Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya
distresspiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam
keluarga, kelompok maupun komunitas.

E. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi klinik keputusasaan
 Mayor ( harus ada )
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan,
dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil
isyarat verbal tentang kesedihan.
Contoh ungkapan :
 “Lebih baik saya menyerah karena saya tidak mampu memperbaiki keadaan.”
 “Masa depan saya seolah suram.”
 “Saya tidak dapat membayangkan masa depan saya 10 tahun kedepan.”
 “Saya sadar, saya tidak pernah mendapatkan apa yang saya inginkan
sebelumnya.”
 “Rasanya saya tidak mungkin menggapai kepuasan dimasa yang akan datang.”
a) Fisiologis :
 respon terhadap stimulus melambat
 tidak ada energi
 tidur bertambah
b) Emosional :
 individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
 tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan
 tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup

11
 hampa dan letih
 perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
 tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
d) Individu memperlihatkan :
 Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan,
 Penurunan verbalisasi
 Penurunan afek
 Kurangnya ambisi, inisiatif, serta minat.
 Ketidakmampuan mencapai sesuatu
 Hubungan interpersonal yang terganggu
 Proses pikir yang lambat
 Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri.
e) Kognitif :
 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan
membuat keputusan
 Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
yang dihadapi saat ini
 Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir, Kaku ( memikirkan semuanya
atau tidak sama sekali )
 Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
 Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan
 Tidak dapat mengenali sumber harapan

 Minor ( mungkin ada )


a) Fisiologis: Anoreksia, BB menurun

12
b) Emosional: Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain,
Merasa berada diujung tanduk, Tegang, Muak ( merasa ia tidak bisa), Kehilangan
kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani, Rapuh
c) Individu memperlihatkan: Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan
dari pembicara, Penurunan motivasi, Keluh kesah, Kemunduran, Sikap pasrah,
Depresi
d) Kognitif : PenurunaN kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima,
Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu , masa sekarang , masa datang,
Bingung, Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif, Distorsi proses pikir dan
asosiasi, Penilaian yang tidak logis

2. Manifestasi klinik ketidakberdayaan


 Mayor
Memperlihatkan atau menutupi (marah, apatis) ekspresi ketidakpuasan atau
ketidakmampuan mengontrol situasi (misalnya ; pekerjaan, penyakit, prognosis,
perawatan, tingkat penyembuhan) yang mengganggu pandangan, tujuan, dan gaya
hidup.
 Minor
Kurangnya prilaku mencari informasi
- Apatis - Kebergantungan yg tidak memuaskan pada
orang lain
- Ansietas - Perilaku buruk
- Marah - Kegelisahan
- Perilaku kekerasan - Perilaku menarik diri
- Depresi - Pasif

3. Manifestasi Klinik Distress Spiritual

13
Menurut Benedict dan Taylor (2002, dalam Young dan Koopsen, 2007) ciri-ciri khusus
dari distress spiritual meliputi hal berikut: pertanyaan tentang implikasi moral/etis dari
aturan terapeutik, perasaan tidak bernilai, kepahitan, penolakan, rasa salah dan rasa takut,
mimpi buruk, gangguan tidur, anorexia, keluhan somatis, pengungkapan konflik dalam
batin atas kepercayaan yang dihayati, ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam praktik
keagamaan yang biasa diikuti, mencari bantuan spiritual, mempertanyakan makna
penderitaan, mempertanyakan makna keberadaan/eksistensi manusia, amarah pada Tuhan,
kekacauan .

F. Jenis-jenis Ketidakberdayaan
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis ketidak-berdayaan,
yaitu;
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin berlangsung
singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya
hidup, dan hubungan.

G. Fakfor-faktor ketidakberdayaan
1. Ketidakberdayan
1.1 Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah ketidakberda-yaan menurut
Stuart (2009) pada Seseorang antara lain:
a) Biologis
Status nutrisi: berat badan pasien sangat menurun karena pasien tidak berolahraga
sejak terkena penyakit stroke, massa otot berkurang.

b) Psikologis

14
Psikologis pasien sedikit terguncang sejak terkena penyakit stroke tersebut, sehari-
hari yang dilakukannya hanya diam tanpa melakukan latihan apa-apa, terkadang istrinya
juga merasa sedih melihat keadaaan suaminya seperti itu.
c) Sosiokultural
Hubungan pasien selama mengalami penyakit stroke mengalami hambatan selain
tidak mampu untuk berinteraksi dengan orang luar. Juga komunikasi yang kurang jelas
karena pelo.
d) Spiritual
Spiritual Pasien terganggu karena pasien tidak mampu melakukan ibadah sholat

1.2 Faktor presipitasi (waktu<6 bulan/ saat mulai tmbulnya gejala s/d saat dikaji)
a) Nature : Status nutrisi pasien berkurang
b) Origin
Internal : Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya.
Eksternal : Kurangnya dukungan keluarga, kurang dukungan masyarakat,
kurang dukungan kelompok/teman sebaya.
c) Timing
Stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulang-ulang/ terus menerus.
d) Number
Sumber stres lebih dari satu, stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat.

1.3. Respon terhadap stress/ tanda gejala/ penilaian terhadap respon


a) Kognitif: kurang konsentrasi, ambivalensi, kebingungan, berkurangnya kreatifitas,
b) pandangan suram, pesimis, sulit untuk membuat keputusan, mimpi buruk,
produktivitas menurun, pelupa, ketidakpastian.
c) Afektif: sedih, rasa bersalah, bingung, gelisah, apatis/pasif, kesepian, rasa tidak
berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan gagal.
d) Fisiologis: pasien biasnya mengeluh pusing. Suhu tubuh biasanya panas,
penuruanan berat badan.

15
e) Perilaku: agitasi, perubahan tingkat aktivitas, mudah tersinggung, kurang
spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, mudah menangis
f) Respon sosial: patisipasi sosial berkurang.

1.4. Kemampuan mengatasi masalah/ sumber koping


a) Personal ability; kurang komunikatif, hubungan interpersonal yang kurang baik,
kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu, mengalami gangguan fisik,
perawatan diri yang kurang baik, tidak kreatif.
b) Sosial support ; hubungan yang kurang baik dengan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, kurang terlibat dalam organisasi sosial/kelompok sebaya, ada
konflik nilai budaya.
c) Material asset ; penghasilan kurang
d) Positive belief ; tidak memiliki keyakinan dan nilai positif, kurang memiliki
motivasi,kurang berorientasi pada pencegahan (lebih senang melakukan
pengobatan)

Mekanisme koping yang dapat terjadi pada ketidakberdayaan antara lain:


Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu yang
bermanfaat, tidak mempunyai hubungan akrab, ketidakmampuan untuk mencari informasi
tentan perawatan, tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan.

2. Keputusasaan
2.1. Faktor predisposisi
a) Faktor resiko biologis
Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.

b) Faktor resiko psikologis


Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien didiagnosis HIV oleh
dokter,pasien sering mengurung diri di kamar dan sering uring-uringan saat ada

16
anggota keluarga yang ingin membujuknya. Ppasien tidak memiliki semangat
untuk sembuh,ia merasa sudah tidak memiliki harapan.
c) Faktor resiko sosiokultural
Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV, hubungan pasien dengan
lingkungan sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga sering
menggunjingkannya sehingga pasien merasa malu dengan keadaannya.
Keluarga pasien merasa sangat sedih karena dukungan dan semnagatnya tidak
dapat membuatnya semangat untuk sembuh. Selain itu, pasien menjadi tidak yakin
dengan spiritualnya akibat dari keputusasaan yang dialami. Pasien merasa hidupnya
tidak akan lama lagi.
2.2. Faktor presipitasi
a) Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.
b) Origin
Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di sekitarnya
Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan
lingkungan dan teman-temannya.
c) Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien mengalami
stress secara terus-menerus dan berkepanjangan.
d) Number
Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan pasien. Pasien
merasa tidak ada harapan sembuh serta merasa hidupnya tidak akan lama
lagi.
2.3. Respon terhadap stress/tanda gejala/penilaian terhadap respon
a) Kognitif
Pasien merasa kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi, pesimis,
menyalahkan dirinya sendiri, kehilangan minat motivasi, tidak dapt
menyambil keputusan.
b) Afektif

17
Pasien sering marah, uring-uringan, merasa kesal, kesepian, keputusasaan,
rasa bersalah, sedih, rasa tidak berharga, harga diri pasien rendah, dan
ansietas.
c) Fisiologis
Pasien mengalami anoreksia, keletihan, nyeri dada, sakit punggung, sakit
kepala, dan diare.
d) Perilaku
Pasien menjadi mudah tersinggung, mudah menangis, kebersihan diri
pasien kurang, perubahan tingkat aktifitas dan sangat tergantung.
e) Sosial
Pasien menarik diri dari masyarakat, terjadi isolasi social, dan pasien tidak
mampu mengatasi masalahnya.

Reaksi berduka yang dialami pasien menunjukkan penggunaan mekanisme


penyangkalan dan supresi berlebih dalam upaya menghindari distress.
Mekanisme koping : destruktif , tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk
melakukan sesuatu, tidak mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya,
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentan perawatan untuk kesembuhannya,
tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan dukungan oleh
keluarganya.

3. Distress Spiritual
3.1. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi
transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang. Faktor
predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,okupasi, posisi
sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,tingkatan sosial.

3.2. Faktor Presipitasi.


a) Kejadian Stresfull

18
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena
perbedaantujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat
karena kematian,kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri,
orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
b) Ketegangan Hidup Beberapa
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya
distresspiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinandan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam
keluarga, kelompokmaupun komunitas.
H. Askep Dengan Ketidakberdayaan
1. Pengkajian
Tanda dan gejala dibedakan menjadi 3 :
a. Ringan
1) Mengekspresikan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energy
2) Pasif
b. Menengah
1) Marah
2) Tergantung pada orang lain
3) Menunjukan ketidakmauan untuk merawat diri
4) Tidak menunjukan kemajuan
5) Menunjukkan ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan dalam menyelesaikan
pekerjaan
6) Mengungkapkan keraguan dalam penampilan peran
7) Ketakutan terhadap perawat yang dianggap sebagai orang asing
8) Merasa bersalah
9) Ketidakmampuan mencari informasi perawatan
10) Tidak adanya partisipasi dalam perawatan kesehatan
11) Pasif
c. Berat
1) Apatis
2) Depresi

19
3) Ekspresi marah

2. Analisa data
Pengelompokan Data
a. Data Subyektif
1) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
2) Mengungkapakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
3) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
4) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
5) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
b. Data Obyektif
1) Ketidak mampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
3) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
4) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan,marah, dan rasa bersalah
5) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
6) Apatis dan pasif
7) Ekspresi muka murung
8) Bicara dengan gerakan lambat
9) Tidur berlebihan
10) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
11) Menghindari orang lain

3. Diagnosa keperawatan
KETIDAKBERDAYAAN

4. Intervensi keperawatan

20
a. Intervensi Untuk Klien
1) Tujuan umum
Klien mampu mengatasi rasa ketidakbeerdayaan yang dialaminyaa
2) Tujuan khusus
o Membina hubungan saling percaya
o Mengenali dan mengekspresikan emosinya
o Modifikasi pola kognitif yang negative
o Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan
perawatanya sendiri
o Klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis

b. Intervensi Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
o Mengucapkan salam terapiutik
o Berjabat tangan
o Menjelaskan tujuan interaksi
o Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu dengan
klien.
2) Bantu klien mengenali dan mengekspresikan emosinya
o Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukan respons
emosional dan menerima klien apa adanya.
o Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat
sendiri (misalnya rasa marah, frustasi, dan simpati )
o Sediahkan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnyaa
suportif, beri waktu klien untuk berespon.
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, dan klarifikasi.
o Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area
situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk
mengontrol.

21
o Bantu klien untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat berpengaruh
terhadap ketidakberdayaan.
o Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan.

3) Bantu klien memodifikasi pola kognitif yang negative


o Identifikasi pemikiran yang negative dan bantu untuk menurunkan melalui
interupsi atau substitusi
o Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
o Efaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien
o Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatannya yang tidak rasional
o Kurang penilaian klien yang negative terhadap dirinya
o Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya batu perilakunya atau
perubahan yang terjadi
4) Bantu klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan keperawatanya sendiri
o Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin
dicapai. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan dirinya
o Berikan klien prifasi sesuai yang dibutuhkan
o Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien
berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus. Motivasi untuk
mempertahankan penampilan/ kegiatan tersebut.
5) Memotivasi klien untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
o Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawaatan, berikan
penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang
realistic. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu.
o Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat
dikontrolnya. Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat diidentifikasi
klien

22
o Identifikasi cara-cara yang dapat dicapaai oleh klien. Dorong untuk
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan
positif untuk partisipasi dan pencapainnya.
o Dorong kemandiria, tetapi bantu klien jika tidak melakukan. Libaatkan
klien daalaam membuatan keputusan tentang rutinitas keperawatan.
Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada klien.
o Adakan suatu konferensi multi disiplin untuk mendiskusikan dan
mengembangkan perawatan rutin klien.

c. Intervensi Untuk Keluarga


1) Tujuan
a) Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan pada anggota
keluarganya.
b) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ketidakberdayaan
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan
d) Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan
ketidakberdayaan
e) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membeina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
keluarga merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
 Mengucapkan salam terapiutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan interaksi
 Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
keluarga.
b) Bantu keluarga mengenal masalah ketidakberdayaan yang dialami oleh
anggota keluarganya :

23
 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian ketidakberdayaan
 Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala
ketidakberdayaan.
c) Diskusikan dan memotivasi keluarga cara merawat anggota keluarga dengan
ketidakberdayaan melalui aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan
klien untuk mengatasi rasa ketidakberdayaan:
 Membuat klien mengekspresikan emosinya
 Membantu klien memodifikasi pola kognitif yang negative
 Membantu klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
 Memotivasi klien untuk mencapai tujuan yang realistik
d) Diskusikan dengan keluarga tentang kondisi-kondisi dimana pasien harus
dirujuk kefasilitas kesehatan dan bagaimana cara merujuknya.

5. Implementasi
Pelaksanaan implementasi pada penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan
ketidakberdayaan ini selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan pola strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan. Strategi ini disusun untuk memudahkan pelaksanaan
asuhan klien dan keluarga dengan ketidakberdayaan. Adapun strategi pelaksanaan yang
digunakan adalah sebagai berikut.

6. Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang kita lakukan,dapat dilakukan
dengan menilai kemampuan klien dan keluarga :
a. Kemampuan klien
1) Mampu menganal ketidakberdayaan dan yang dialami
2) Mampu mengekspresikan emosi terkait kondisi ketidakberdayaan
3) Mampu menyebutkan keputusan terkait rencana perawatanya
b. Kemampuan keluarga
1) Mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari ketidakberdayaan
2) Menyebutkan cara merawat klien dengan ketidakberdayaan

24
3) Mampu mendukung klien berpartisipasi terhadap rencana perawatnya
4) Mampu memotivasi klien dalam mencapai tujuan yang realistis

I. Askep dengan keputusasaan


1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
 Biologis,adanya penyakit infeksi yang kronis .
 Faktor psikologis antara lain perasaan terbuang, kehilangan kepercayaan pada
kegiatan spiritual (Towsend, 2019)
 Faktor sosial dan budaya adalah pembatasan aktivitas jangka panjang .

b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi secara biologis
Riwayat keluarga menderita depresi, status nutrisi, ststus kesehatan secara umum,
pembatasan aktivitas jangka panjang ( stuuartd, 2011).
Faktor Psikologis.
Stres jangka panjang, Retardasi mental, kemampuan komunikasi verbal kurang,
pengalaman masa lalu kurang menyenangkan dan konsep diri kurang baik.
Faktor sosial budaya Adanya hambatan pelaksanaan interaksi sosial,
Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual,Kehilangan kepercayaan pada
nilai penting, Kurang dukungan sosial, Putus sekolah dan pemutusan hubungan
kerja

c. Tanda dan gejala


Data subyektif : persepsi klien yang tidak baik tentang dirinya orang lain dan
lingkungan , mengeluh pusing dan sakit kepala
Data obyektif : kurang terlibat dalam asuhan keperawatan, pasif, kurang nafsu makan,
badan terlihat lesu penurunan berat badan atau peningkatan berat
badan

25
d. Mekanisme koping
 Mekanisme koping yang konstrukstif
 Melakukan perubahan perilaku yang menurunkan keputusasaan
 Beradaptasi dengan lingkungannya
 Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis
 Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat ( Struart, 2011)
 Fokus pada masalah
 Mekanisme koping dektrukstif

2. Tujuan tindakan keperawatan


Klien mampu :
Klien menunjukan keputusasaan akan berkurang yang ditandai dengan konsisten
dalam membuat keputusan, adanya harapan. Keseimbangan mood, status gizi yang
adekuat, asupan makanan dan minuman yang adekuat, tidur yang adekuat, dan
mengungkapkan kepuasan dalam kualitas hidup.

3. Tindakan keperawatan
Tindakan untuk pasien
o Pantau afek dan kemampuan membuat keputusan
o Pantau nutrisi ( asupan dan berat badan )
o Kaji kebutuhan spiritual
o Tentukan keadekuatan hubungan dan dukungan sosial lain
o Bantu klien melakukan aktifitas positif
o Dukung partisipasi aktif dalam aktifitas kelompok
o Gali faktor yang berkontribusi terhadap perasaan keputusasaan dengan pasien
o Beri penguatan positif
o Kaji dan dokumnetasikan kemungkinan bunuh diri
o Jadwalkan waktu bersama pasien untuk memberikan kesempatan menggali
tindakan koping alternatif
o Bantu klien untuk mengidnetifikasi area harapan dalam kehidupan

26
o Demosntrasikan harapan dengan mengenalkan penilaian intrinsik dan
memandang penyakitnya hanya dari sudut pandang individu
o Bantu pasien memperluas spiritual diri
o Arahkan mengingat kembali kenangan
o Hindari menutupi kebenaran
o Libatkan pasien secara aktif untuk merawat dirinya
o Dukung hubungan terapeutik dengan orang yang berarti

4. Strategi pelaksanaan tindakan


Fase orientasi
(Salam terapeutik, evaluasi, validasi, kontrak, topik dan Tujuan )
Fase kerja
Fase terminasi ( evaluasi subyektif, evaluasi obyektif, Rencana tindak lanjut,
kontrak yang akan datang)

5. Pendokumentasian
Pendokumentasian di buat dalam SOAP

I. Askep dengan Distress Spritual

Definisi Distress Spritual adalah : Gangguan kemampuan untuk mengalami dan


mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain,
seni, music, litelatur, alam, dan atau kekuatan yang lebih besar daripada diri sendiri.
Batasan karakteristik :

27
Hubungan dengan diri sendiri
· Marah
· Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)
· Mengungkapkan kurangnya motivasi
· Mengungkapkan kurang dapat memaafkan diri sendiri
· Mengungkapkan kekurangan harapan
· Mengungkapkan kekurangan cinta
· Mengungkapkan kekurangan makna hidup
· Mengungkapkan kekurangan tujuan hidup
· Mengunkapkan kurangnya ketenangan (mis, kedamaian)
· Merasa bersalah
· Koping tidak efektif
Hubungan dengan orang lain
· Mengungkapkan rasa terasing
· Menolak interaksi dengan orang yang dianggap penting
· Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual
· Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dari system pendukung
Hubungan dengan seni, litelatur, music, alam
· Tidak berminat terhadap alam
· Tidak berminat membaca litelatur spiritual
· Ketidakmampuan mengungkapkan kondisi kreativitas sebelumnya (mis,
menyanyi/mendengarkan music/menulis)

Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri
· Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih besar dari dirinya
· Mengungkapkan telah diabaikan
· Mengungkapkan ketidakberdayaan
· Mengungkapkan penderitaan
· Ketidakmampuan berintrospeksi

28
· Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas
· Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan

Perubahan yang tiba-tiba dalam praktek spiritual


Faktor Yang Berhubungan
· Menjelang ajal, Ansietas
· Sakit kronis, Kematian
· Perubahan hidup, kesepian
· Nyeri
· Keterasingan diri
· Keterasingan social
· Gangguan sosiokultural

Tujuan dan Kriteria Hasil :


NOC
· Ansietas kematian
· Konflict pembuatan keputusan
· Koping, ketidakefektifan
· Distress spiritual, resiko.
Kriteria hasil :
· Mampu mengontrol kecemasan
· Mampu Mengontrol tingkat depresi dan Ievel stress
· Mampu memproses informasi
· Penerimaan atau kesiapan menghadapi kematian
· Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
· Penerimaan terhadap status kesehatan
· Mampu beradaptasi terhadap ketidakmampuan fisik / cacat fisik
· Adaptasi anak terhadap hospitalisasi
· Psikososial penyesuaian: perubahan hidup
· Kesehatan spiritual
· Menunjukkan harapan arti hidup

29
· Terlibat dalam lingkungan sosial

Intervensi keperawatan :
NIC
Spiritual Support
o Gunakan komunikasi terapeutik untuk membangun kepercayaan dan kepedulian
empatik
o Memanfaatkan alat untuk memonitor dan mengevaluasi kesejahteraan roha
o Mendorong individu untuk meninjau kehidupan masa lalu dan fokus pada
peristiwa dan hubungan yang memberi kekuatan spiritual dan dukungan
o Perlakukan individu dengan bermartabat dan hormat
o Mendorong pratinjau hidup melalui kenangan
o Mendorong partisipasi dalam interaksi dengan anggota keluarga, teman, dll
o Menyediakan privasi dan cukup waktu untuk kegiatan spiritual
o Mendorong partisipasi dalam kelompok pendukung
o Ajarkan metode relaksasi, meditasi
o Bagi keyakinan sendiri tentang arti dan tujuan, sesuai
o Berbagi perspektif spiritual sendiri, sesuai
o Memberikan kesempatan untuk diskusi tentang berbagai sistem kepercayaan dan
pandangan duni
o Jadilah terbuka untuk ekspresi individu yang menjadi perha
o Mengatur kunjungan oleh penasihat spiritual indiv
o Bermain dengan individu
o Menyediakan musik spiritual, sastra, atau program radio atau TV ke individu
o Jadilah terbuka untuk ekspresi individu kesepian dan ketidakberdayaan
o Mendorong kehadiran kapelayanan, jika diinginkan
o Menyediakan artikel spiritual yang diinginkan, sesuai dengan preferensi individ
o Mengacu pada penasehat spiritual pilihan individu
o Selalu siap untuk mendengarkan perasaan individu
o Mengungkapkan empati dengan perasaan individu

30
o Memfasilitasi penggunaan individu meditasi, doa, dan tradisi keagamaan lain
nya dan ritual
o Yakinkan individu yang perawat akan tersedia untuk mendukung individu dalam
saat-saat penderitaan
o Membantu individu untuk mengekspresikan dengan benar dan mengurangi
kemarahan dengan cara yang tepat

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan
yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan, sehingga klien sulit
mengendalikan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan (NANDA, 2011)

31
Menurut NANDA (2015-2017), Keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika seorang
individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative serta tidak mampu
memobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri.
Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasa putus asa
tidakmampu melihat adanya solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak menemukan
cara untuk mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah
seseorang menemukan solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk melakukannya
akibat kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.
Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, oranglain,
seni, music, literature, alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari pada
dirisendiri (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).

B. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak
hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi
biopsikososialspritual.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat memperbanyak pengetahuan kembali mengenai askep
keperawatan jiwa ini
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat
dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah paseien .

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

M.Nancy, Panderiot. 2009. Modul Pembelajaran Asuhan Keperawatan Psikososial. Surabaya:


Akademi Keperawatan William Booth

32
33

Anda mungkin juga menyukai