Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PROFESIONAL


DI KLINIK DAN DI KOMUNITAS

MATA KULIAH : KEPERAWATAN PSIKIATRI


Koordinator : Ns. Uji Kawuryan, M. Kep
Dosen Pengampu : Ns. Ridha Mardiyani, M. Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

F. B. NYANGKO NIM. PL2321001


FEBRIANA DWI YANTI NIM. PL2321002
CAROLINA JUNIATI NIM. PL2321003

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan Judul “Manajemen Pelayanan
Keperawatan Jiwa Profesional di Klinik dan di Komunitas”. Penulisan makalah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti pembelajaran
dengan Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri. Makalah ini terwujud atas bimbingan dan
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Ns. Haryanto, S.KEP, MSN, Ph.D selaku Rektor Institut Teknologi dan
Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan Barat.
2. Ibu Ns. Indah Dwi Rahayu, M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners Institut
Teknologi dan Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan Barat.
3. Ibu Ns. Almumtahanah, M. Kep selaku wali kelas RPL Tipe A, yang telah sangat
membantu dalam memberikan saran serta masukan.
4. Ibu Ns. Uji Kawuryan, M.Kep selaku Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri
yang telah membimbing dalam proses penyelesaian makalah ini.
5. Ibu Ns. Ridha Mardiyani. M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Psikiatri.
6. Rekan-rekan Mahasiswa/I RPL Tipe A yang telah membantu dan bekerjasama serta
saling memberikan dukungan moril.
Penulis berharap agar Makalah ini dapat memberikan manfaat serta informasi mengenai
Judul “Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional di Klinik dan di Komunitas”
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan Makalah ini.

Sintang, 03 November 2023


Penulis
KELOMPOK 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5
C. Sistematika Penulisan...................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Kesehatan Jiwa...........................................................................................7
B. Sasaran Asuhan Keperawatan Jiwa..............................................................................7
C. Ruang Lingkup Kesehatan Jiwa...................................................................................9
D. Prinsip-Prinsip Keperawatan Jiwa Masyarakat............................................................12
E. Manajemen Perawatan dan Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas........................15
F. Pelayanan Kesehatan Jiwa Profesional di Klinik dan Komunitas................................16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B. Saran.............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan permasalahan internasional yang apabila tidak dapat
ditangani akan cenderung meningkat setiap tahunnya. World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa yang termasuk dalam gangguan jiwa antara lain depresi,
gangguan bipolar, skizofrenia dan psikosis, demensia, dan gangguan perkembangan.
Tahun 2012, World Health Organization (WHO) mencatat jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia mencapai 450 juta jiwa, dan pada tahun 2016 data World Health
Organization (WHO) menunjukkan terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia.
(Sutadarma, 2022)
Jumlah penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi DKI
Jakarta (24,3%), Nagroe Aceh Darusalam (18,5%), Sumatera Barat (17,7%), NTB
(10,9%), Sumatera Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%). Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan
mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk
usia 15 tahun ke atas sebesar 6% atau sekitar 14 juta orang, sedangkan prevalensi
gangguan jiwa berat seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar
400.000 orang. Prevalensi penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah dari tahun ke tahun
terus meningkat. Tahun 2013, jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai
121.962 orang. Jumlah tersebut meningkat menjadi 260.247 orang pada tahun 2014,
sedangkan pada tahun 2015 jumlah penderita gangguan jiwa bertambah menjadi 317.504
orang.(Sutadarma, 2022)
Gangguan jiwa berhubungan dengan distres atau masalah dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau masalah keluarga. Gangguan jiwa meliputi berbagai masalah dengan
tanda gejala yang berbeda. Secara umum, gangguan jiwa ditandai dengan beberapa
kombinasi dari pola pikir abnormal, emosi, perilaku, dan hubungan dengan yang lain
(WHO). Gangguan jiwa menurut Depkes RI adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa
yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, sehingga dapat menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial
(Departemen Kesehatan RI, 2000).

4
Gangguan jiwa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor biologi yang
meliputi otak, sistem endokrin, genetik, sensori, dan faktor ibu selama masa kehamilan,
faktor psikologis yang meliputi pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan
dalam hidup, faktor sosial budaya yang meliputi stratifikasi sosial, interaksi sosial,
keluarga, perubahan sosial, dan sosial budaya itu sendiri, serta yang terakhir adalah
faktor lingkungan.(Sutadarma, 2022).
Hal ini perlu adanya dukungan dari keluarga dalam proses penyembuhan. Peran
dan keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan perawatan pasien gangguan
jiwa sangat penting, karena peran keluarga sangat mendukung dalam proses pemulihan
penderita gangguan jiwa. Keluarga dapat mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan
perilaku anggota keluarga.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa bagi masyarakat sehingga tercapai kesehatan
jiwa masyarakat secara optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengertian kesehatan jiwa komunitas
b. Mahasiswa mengetahui tujuan program pelayanan kesehatan jiwa komunitas
c. Mahasiswa mengetahui pinsip pelayanan keperawatan jiwa komunitas
d. Mahasiswa mengetahui peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa dan komunitas
e. Mahasiswa mengetahui pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
f. Mahasiswa mengetahui masalah kesehatan jiwa komunitas
g. Mahasiswa mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan jiwa komunitas

C. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun karya tulis imiah ini, agar dalam pembahasan terfokus pada pokok
permasalahan dan tidak melebar ke masalah yang lain, maka penulis membuat
sistematika penulisan karya tulis ilmiah sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis membahas tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan

5
Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis membahas tentang secara teoritis tentang Manajemen
pelayanan keperawatan jiwa professional di klinik dan di komunitas

BAB 3 PENUTUP
Dalam bab ini penulis membahas tentang kesimpulan dan saran dalam
penulisan materi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan Jiwa


Kesehatan jiwa merupakan kondisi seorang individu yang sejahtera. Artinya
individu tersebut mampu mencapai kebahagiaan, ketenangan, kepuasan, aktualisasi diri,
dan mampu optimis atau berpikir positif di segala situasi baik terhadap diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi seseorang yang sejahtera
baik fisik, mental, sosial dan spiritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit maupun
kecacatan. Oleh karena itu,empat aspek kesehatan(fisik, mental. sosial, dan spiritual) ini
merupakan aspek yang dinamis dan terintegrasi. Individu tidak akan dikatakan sehat jika
hanya fisik saja dan sebaliknya. (Crystallography, 2016)
Keadaan sehat atau sakit jiwa dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu:
1. Bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan, baik prosesnya maupun hasil.
2. Bagaimana hubungan interpersonal di lingkungan individu berada.
3. Bagaimana individu menggunakan waktu senggangnya. Individu yang sehat jiwa
dapat menggunakan waktunya untuk hal-hal yang produktif dan positif bagi dirinya
dan lingkungannya. (Azizah, Zainuri, 2016)

B. Sasaran Asuhan Keperawatan Jiwa


Masyarakat adalah sasaran utama dalam kesehatan jiwa. Dilihat dari aspek
kesehatannya, sasaran kelompok masyarakat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Masyarakat Umum
Masyarakat sehat dan tidak dalam keadaan resiko sakit. Kelompok ini berada dalam
berbagai variasi demografis seperti usia, jenis kelamin, ras, status social dan ekonomi
2. Masyarakat dalam kelompok Resiko
Masyarakat yang berada dalam situasi dan lingkungan yang kemungkinan
mengalami gangguan relative tinggi. Kelompok ini dapat dibedakan atas lingkungan
ekologis, status demografi, dan factor psikologis.
3. Masyarakat yang mengalami Gangguan
Kelompok masyarakat yang sedang terganggu jiwanya yang berada dalam keluarga,
masyarakat, kelompok, dan rumah sakit.
4. Masyarakat yang mengalami kecacatan

7
Kelompok yang mengalami hendaya dan kecacatan agar dapat berfungsi optimal dan
normal di masyarakat.(Azizah, Zainuri, 2016)
Fokus pemberian Asuhan Keperawatan Jiwa saat ini tidak hanya pasien dengan
gangguan jiwa saja tetapi juga pada pasien sehat dan pasien resiko.
1. Pasien Sehat Mental
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien sehat bertujuan untuk meningkatkan
kesejahtraan psikologis dan meningkatkan faktor protektif (faktor resiliansi) agar
dapat menghadapi berbagai permasalahan yang muncul yang dapat menyebabkan
masalah kesehatan jiwa. Sasaran pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien sehat
diberikan berdasarkan kelompok tumbuh kembang, seperti berikut:
a. Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Bayi
b. Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Kanak- Kanak
c. Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Pra Sekolah
d. Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah
e. Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Remaja
f. Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa Muda
g. Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa
h. Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Ibu Hamil
i. Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Lansia
Diagnosa keperawatan Sehat Mental yang dapat diangkat pada pasien sehat, antara
lain:
a. Kesiapan peningkatan pengetahuan
b. Kesiapan peningkatan perawatan diri
2. Pasien Resiko
Asuhan Keperawatan pada pasien resiko gangguan jiwa atau Orang dengan masalah
kejiwaan (ODMK) bertujuan agar masalah pada penyakit fisik atau masalah
psikososial yang sedang dihadapi oleh ODMK tidak menjadi lebih parah yang sangat
beresiko menyebakan pasien mengalami gangguan jiwa. Beberapa Diagnosa
Keperawatan Resiko yang dapat diangkat pada pasien resiko gangguan jiwa, antara
lain :
Ansietas
a. Harga Diri Rendah Situasional
b. Gangguan Citra Tubuh

8
c. Ketidakberdayaan
d. Gangguan Pola Tidur
e. Konfusi Kronik
f. Resiko Jatuh
g. Berduka Disfungsional
h. Koping Keluarga Tidak Efektif
i. Koping Individu Tidak Efektif
j. Sindrom Post Trauma
k. Gangguan Penyesuaian
l. Keputusasaan
m. Penampilan Peran Tidak Efektif
3. Pasien dengan gangguan jiwa
Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Gangguan jiwa atau Orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) bertujuan untuk membantu ODGJ berperilaku adaptif dan
menjadi pulih. Beberapa diagnosa keperawatan jiwa yang bisa diangkat pada pasien
dengan gangguan jiwa, antara lain:
a. Halusinasi
Resiko Perilaku Kekerasan
b. Defisit Perawatan Diri
c. Isolasi Sosial
d. Harga Diri Rendah Kronik
e. Waham
f. Resiko Bunuh Diri
g. Perilaku Kekerasan
h. Kerusakan Komunikasi Verbal
i. Regimen Teraupetik Keluarga Inefektif
j. Berduka Kompleks

C. Ruang Lingkup kesehatan jiwa


Kesehatan jiwa mempunyai ruang lingkup memelihara dan promosi kesehatan jiwa
individu dan masyarakat, serta prevensi dan perawatan terhadap penyakit dan kerusakan
jiwa. Secara garis besar ruang lingkup kesehatan jiwa sebagai berikut:

9
1. Promosi kesehatan jiwa
Usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan jiwa. Usaha ini karena kesehatan jiwa
bersifat kualitatif dan kontinum yang bias ditingkatkan sampai batas optimal.
2. Prevensi primer
Usaha kesehatan jiwa untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa. Usaha ini sebagai
proteksi terhadap kesehatan jiwa agar gangguan dan sakit mental tidak terjadi.
3. Prevensi sekunder
Usaha kesehatan jiwa menemukan kasus dini (early case detection) dan
penyembuhan secara tepat (prompt treatment) gangguan jiwa. Usaha ini dilakukan
untuk mengurangi durasi gangguan dan mencegah jangan sampai terjadi cacat pada
seseorang sakit jiwa.
4. Prevensi sekunder
Usaha rehabilitasi yang dapat dilakukan terhadap orang yang mengalami gangguan
jiwa. Usaha ini untuk mencegah disabilitas atau ketidakmampuan, jangan sampai
mengalami kecacatan yang menetap.
Beberapa istilah pelayanan kesehatan jiwa berdasarkan KMK No. 406/ Menkes/ SK/ VI/
2009, meliputi:
1. Kesehatan Jiwa Komunitas, merupakan suatu pendekatan pelayanan kesehatan jiwa
berbasis masyarakat, dimana seluruh potensi yang ada di masyarakat dilibatkan
secara aktif. Beberapa asuhan keperawatan psikososial dapat diberikan pada
kesehatan jiwa komuntas seperti askep jiwa pada ibu hamil, askep jiwa pada bayi,
askep jiwa pada toddler, askep jiwa pada usia pra sekolah, askep jiwa pada anak
usia sekolah, askep jiwa pada remaja, askep jiwa pada usia dewasa dan askep jiwa
pada lansia.
Dalam penanganan gangguan jiwa, terutama terhadap pendertia gangguan jiwa
berat, dilakukan secara manusiawi tanpa mengabaikan hak-hak asasi mereka.
Pendekatan yang dilakukan beralih dari klinis-individual ke produktif-sosial sesuai
dengan berkembangnya konsep kesehatan jiwa komunitas
2. Psikiatri Komunitas (Community Psychiatricy) adalah penyediaan pelayanan
kesehatan jiwa untuk masyarakat seperti: a) menyediakan terapi perawatan berbasis
kebutuhan dasar masyarakat, b) menyediakan sistem pelayanan dari berbagai
sumber yang terjangkau, c) menyediakan layanan yang berbasis fakta (evidence-
based) bagi semua penderita gangguan jiwa.

10
Pelayanan ini juga menawarkan perawatan lanjutan, akomodasi, dukungan sosial
dan pekerjaan secara bersama-sama menolong orang dengan gangguan jiwa dan
oaring yang mempunyai masalah kesehatan jiwa sehingga bisa aktif kembali di
masyarakat.
3. Psikiatri Sosial (Social Psyhchitry) merupakan bidang psikiatri yang berkonsentrasi
pada faktor–faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi terjadinya masalah-
masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Fokus dari psikiatri sosial ini adalah
mekanisme hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian gangguan jiwa
serta termasuk penyediaan layanan kesehatan jiwa untuk masyarakat.
4. Pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit, merupakan pelayanan kesehatan jiwa
yang menangani kasus gangguan jiwa yang memerlukan penanganan multidisiplin
dan spesifik serta memerlukan perawatan. Beberapa pelayanan yang ada di rumah
sakit jiwa seperti Pelayanan Kedaruratan Psikiatri, Day Care, dan Rawat Inap bagi
pasien yang memerlukan terapi yang lebih lama.
5. Pelayanan kesehatan jiwa di sarana non kesehatan merupakan pelayanan bagi
penderita gangguan jiwa yang menyediakan penanganan dengan keterbatasan
tertentu dan perawatan. Beberapa contoh layanan non kesehatan misalnya panti
rehabilitasi, pesantren, sarana pemulihan berbasis keagaamaan.
6. Pelayanan komunitas adalah pelayanan yang bertujuan untuk mendeteksi kasus di
masyarakat, penaganan kasus yang tidak dirawat di institusi dan melanjutkan
penanganan kasus rujukan setelah kembali berada di masyarakat. keluarga dan
masyarakat dilibatakan dalam penanganan ini, mulai dari deteksi dini, pilihan
penanganan, pengobatan sampai dengan rehabilitasi yang berorientasi pada
kebutuhan individu
7. Rehabilitasi Psikiatrik adalah usaha untuk mengatasi kendala dan keterbatasan pada
seseorang sebagai akibat gangguan jiwa terutama gangguan jiwa berat sehingga
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat secara normal. Kegiatan
rehabilitasi psikiatrik melibatkan tenaga multidisiplin dimana pasien secara selektif
menjalani kegiatan terarah, terpadu dan berkesinambungan di semua tingkatan
pelayanan. Rehabilitasi psikiatri mempunyai tiga fokus utama yaitu pada aspek
kemandirian, sosialisasi dan kemampuan bekerja sesuai dengan profesi
8. Rumah Singgah, merupakan suatu tempat yang mencakup fasilitas sosial
menyediakan pelayanan komprehensif untuk kelansungan hidup setiap orang

11
termasuk kesehatan yang dibutuhkannya. Rumah ini ditempati untuk sementara
sampai seseorang mendapatkan tinggal permanen
9. Lapas, pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut segala segi kehidupan
masyarakat tidak terkecuali para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
yang mempunyai hak sama untuk mencapai derajat kesehatan optimal.
Menyandang status narapidana memberikan dampak psikologis dan label negatif
meskipun mereka telah menunjukkan perubahan sikap yang positif. Narapidana
telah mengalami kehilangan kebebasan fisik, terpisah dari keluarga, tidak
terpenuhinya hubungan heteroseksual dan gangguan psikologis. Stigma mantan
narapidana membuat seseorang mendapat diskriminasi dan sulit kembali ke
komunitasnya setelah keluar dari Lapas (Elpinar et al., 2019).
10. Consultation_Liaison Psychiatry, adalah suatu pendekatan kerjasama tim antara
psikiatri dengan bidang spesialis kedokteran lain dalan pelaksanaan suatu kasus
medis-psikiatri dan bukan sekedar konsultasi biasa
11. CMHN (Community Mental Health Nursing) merupakan pelayanan kesehatan jiwa
yang berfokus pada masyarakat dimulai dari pelayanan tingkat kabupaten/kota,
puskesmas, kelompok khusus sampai keluarga. Tujuan dari CMHN yaitu
memberikan pelayanan, konsultasi dan edukasi, atau memberikan informasi
mengenai prinsip-prinsip kesehatan jiwa kepada para agen komunitas lainnya.
Tujuan lainnya adalah menurunkan angka resiko terjadinya gangguan jiwa dan
meningkatkan penerimaan komunitas terhadap praktek kesehatan jiwa melalui
edukasi (Stuart & Laraia, 2005).

D. Prinsip-Prinsip Keperawatan Jiwa Masyarakat


1. Pelayanan Keperawatan yang komprehensif yaitu pelayanan yang difokuskan pada:
a. Pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat.
b. Pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah
psikososial dan gangguan jiwa.
c. Pencegahan tersier pada klien gangguan jiwa dengan proses pemulihan
2. Pelayanan keperawatan yang holistik yaitu pelayanan yang difokuskan pada aspek
bio-psiko-sosio-kultural & spiritual. Perawatan mandiri individu dan keluarga :
a. Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara mandiri
memelihara kesehatan jiwanya.

12
b. Pada saat ini sangat penting pemberdayaan keluarga
c. Perawat dan petugas kesehatan lain dapat mengelompokkan masyarakat dalam
masyarakat sehat jiwa, masyarakat yang mempunyai masalah psikososial,
masyarakat yang mengalami gangguan jiwa.
3. Pelayanan Formal & Informal di luar Sektor kesehatan :
a. Tokoh masyarakat, kelompok formal dan informal di luar tatanan pelayanan
kesehatan merupakan target pelayanan kesehatan jiwa.
b. Mereka dapat menjadi target pelayanan ataupun mitra tim Kesehatan yang
diinterasikan dengan perannya di masyarakat.
4. Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan dasar :
a. Semua pemberi pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat yaitu praktik pribadi
dokter, bidan, perawat psikolog dan semua sarana pelayanan kesehatan
(puskesmas dan balai pengobatan).
b. Untuk itu diperlukan penyegaran dan penambahan pengetahuan tentang pelayanan
kesehatan jiwa komunitas bersama dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan.
c. Pelatihan yang perlu dilakukan adalah : konseling, deteksi dini dan pengobatan
segera, keperawatan jiwa dasar.
5. Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat :
a. Tim kesehatan terdiri atas : psikiater, psikolok klinik dan perawat jiwa
b. Tim berkedudukan di tingkat Dinas Kesehatan kabupaten / kota
c. Tim bertanggung jawab terhadap program pelayanan kesehatan jiwa di daerah
pelayanan kesehatan kabupaten / kota
d. Tim bergerak secara periodik ke tiap puskesmas untuk konsultasi, suvervisi,
monitoring dan evaluasi
e. Pada saat tim mengunjungi puskesmas, maka penanggung jawab pelayanan
kesehatan jiwa & komunitas di puskesmas akan : mengkonsultasikan kasus-kasus
yang tidak berhasil atau melaporkan hasil dan kemajuan pelayanan yang telah
dilakukan.
Aspek legal dan etik dalam perawatan sangat penting untuk melindungi hak-hak
pasien dan mempengaruhi standart perawatan pasien. Perawat juga diharapkan
memahami perundang-undangan yang mengatur praktik pelayanan keperawatan. Hal ini
bertujuan untuk melindungi perawat dan pasien dari pelanggaran HAM, etik dan hukum
yang berkaitan dengan pelayanan Kesehatan.

13
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah:
1. Wilayah kerja puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN. Misalnya ada
20 desa maka masing- masing perawat bertanggung jawab pada 10 desa.
2. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu desa untuk
dikembangkan menjadi desa siaga sehat jiwa.
3. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa menetapkan calon
kader kesehatan jiwa pada tingkat dusun. Tiap dusun minimal 2 kader kesehatan
jiwa.
Pengelompokkan keluarga pada desa siaga sehat jiwa berdasarkan asuhan keperawatan
yang diberikan yaitu asuhan keperawatan diberikan kepada keluarga yang sehat, risiko
dan gangguan. Keluarga yang sehat dikelompokkan dalam usia:
1. Keluarga dengan bayi 0-18 bulan
2. Keluarga dengan kanak-kanak 18-36 bulan
3. Keluarga dengan pra sekolah 3-6 tahun
4. Keluarga dengan anak sekolah 6-12 tahun
5. Keluarga dengan remaja 12-18 tahun
6. Keluarga dengan dewasa muda 18-25 tahun
7. Keluarga dengan dewasa 25-65 tahun
8. Keluarga dengan lansia > 65 tahun

14
Gambar 1. Model Piramida Kesehatan Jiwa

Tabel 1. Model Case Management

E. Manajemen Perawatan dan pelayanan keperawatan jiwa komunitas


Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen yaitu pelaksanaan perencanaan
kegiatan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya motivasi, menerapkan manajemen
waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan supervisi dan komunikasi yang
efektif, melakukan manajemen konflik.
1. Manajemen Waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dimiliki. Pada
desa siaga sehat jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana
kegiatan bulanan untuk perawat Community Mental Health Nursing (CMHN) dan kader
kesehatan jiwa masyarakat Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen
evaluasi perencanaan.
2. Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
15
1) Buat rencana tugas yang perlu diselesaikan.
2) Identifikasi kemampuan kader kesehatan jiwa yang akan melaksanakan tugas.
3) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya, Jika
kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi
masalah tertentu maka perawat Community Mental Health Nursing (CMHN) harus
bias menjadi contoh peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi
4) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai.
3. Supervisi, kegiatan supervisi dilaksanakan untuk menjamin kegiatan pelayanan
kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Fasilitator nasional,
fasilitator provinsi dan dinas kesehatan melakukan supervise satu kali sebulan
terhadap fasilitator lokal, perawat Community Mental Health Nursing (CMHN) dan
kader kesehatan jiwa masyarakat, fasilitator lokal dan kepala puskesmas melakukan
supervisi dua kali seminggu terhadap perawat Community Mental Health Nursing
(CMHN) dan kader kesehatan jiwa. Sedangkan perawat Community Mental Health
Nursing (CMHN) melakukan supervisi satu kali seminggu terhadap kader kesehatan
jiwa. Hal yang di supervisi adalah kemampuan fasilitator local, perawat Community
Mental Health Nursing (CMHN) dan kader kesehatan jiwa dalam melaksanakan
tugasnya terkait aspek manajerial dan asuhan keperawatan.
4. Manajemen Konflik, konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang
dengan orang yang lain.

F. Pelayanan Kesehatan Jiwa Profesional di Klinik dan Komunitas


Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa ,
mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota
masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu
anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Aktivitas yang dilakukan pada pencegahan primer meliputi :
1. Memberikan pendidikan kesehatan pada orangtua
2. Pendidikan kesehatan mengatasi stress

16
3. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang kehilangan
pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal , yang semuanya ini
mungkin terjadi akibat bencana.
4. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering digunakan
sebagai koping untuk mengtasi masalah.
5. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian
masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan.

Pencegahan sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini masalah
psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera. Target pelayanan yaitu
anggota masyarakat yang berisiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan
gangguan jiwa.
Aktivitas yang dilakukan pada pencegahan sekunder adalah :
1. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai
sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.
2. Melakukan penjaringan kasus

Pencegahan Tersier
1. Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus
2. Deteksi awal masalah kesehatan jiwa di tingkat dasar
3. Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta
pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
4. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat gangguan
jiwa.
5. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada
tahap pemulihan
Aktivitas pada Pencegahan Tersier yaitu :
1. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat
seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat.
2. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri.
3. Program sosialisasi.(Kelompok & Muslimah, 2021).

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lainsebagaimana adanya serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa masyarakat (Community
Mental Health) merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa yang dilaksanakan di
masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik beratkan pada upaya promotif dan
preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. (KepMenKes No. 220).
Tujuan dari CMHN yaitu memberikan pelayanan, konsultasi dan edukasi, atau
memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip kesehatan jiwa kepada para agen
komunitas lainnya.
Peran perawat kesehatan jiwa masyarakat yaitu mengkoordinir kegiatan,
melaksanakan penyuluhan terkait kesehatan jiwa, melakukan terapi aktivitas kelompok
dan rehabilitasi. Sedang kan tugas Kader yaitu melakukan pendataan keluarga: sehat,
risiko, gangguan, penggerakan penyuluhan keluarga sehat, penggerakan penyuluhan
keluarga risiko, penggerakan mengikuti terapi aktivitas kelompok dan rehabilitasi. untuk
menangani masalah psikososial atau gangguan jiwa perlu dilakukan intervensi primer,
sekunder dan tersier.

B. Saran
Masalah kesehatan jiwa yang kerap kali menjadi trend dan issue utama dalam
memberikan pelayanan kesehatan jiwa secara komprehnsip, maka fokus pelayanan
keperawatan jiwa bukan hanya berpriopritas pada individu mapun tatalaksana pada
klinik saja namun, sudah saatnya berbasis pada komunitas (Community Based Care)
yang memberikan penekanan pada upaya preventif dan promotif. Untuk para pembaca
diharapkan memberi kritik dan saran yang sifatnya membangun terhadap isi makalah ini,

18
dan penuli berharap makalah ini memberikan infomasi positif mengenai manajemen
pelayanan keperawatan jiwa profesional di klinik dan komunitas dan terima kasih pada
pemabaca yagn telah meluangkan waktu membaca makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Zainuri, A. (2016). KESEHATAN JIWA Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
KESEHATAN JIWA Teori Dan Aplikasi Praktik Klinik, 674.
Crystallography, X. D. (2016). 済無 No Title No Title No Title.
Kelompok, D. O., & Muslimah, D. (2021). Manajemen pelayanan keperawatan jiwa
professional klinik dan komunitas.
Sutadarma, I. W. G. (2022). Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Kementerian
Kesehatan RI, 1–6.

iv

Anda mungkin juga menyukai