Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENERAPAN APLIKASI KONSEPTUAL KEPERAWATAN JIWA


(MODEL INTERPERSONAL)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen pengampu : Ns. Reni Nuryani, M.Kep, Sp.Kep.J
Sri Wulan Lindasari, M.Kep, Ners

Disusun oleh :
Kelompok 2 Tingkat 3A
Masya Hasanah 1902377 Ade Rosmiati 1902408
Rizky Hadiansah A 1902378 Fitri Eka W 1902410
Shanti Nurlia 1902382 Maya Siti A 1902426
Revina Salsabilla 1902386 Mita Yulia P 1902427
Tuti Wulansari 1902406 Melia Dewi P 1902429
Nesha Siti N 1902399 Ismatul Maula 1902431
Resa Amesti 1902403 Risma Idha U 1902434
Iqbal Jamilludin I 1902404 Fikri Juliana 1902436

PRODI D-III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok Mata Kuliah Keperawatan Jiwa. Makalah yang berjudul “Penerapan Aplikasi
Model Konseptual Keperawatan Jiwa (Model Interpersonal)” ini penulis susun secara
maksimal dengan harapan bisa memberikan manfaat lebih, baik bagi mahasiswa prodi
keperawatan maupun masyarakat umum.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini secara maksimal, terutama kepada Ibu Ns. Reni
Nuryani, M.Kep, Sp.Kep.J dan Ibu Sri Wulan Lindasari, M.Kep, Ners selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Jiwa.

Penulis menyadari makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Sumedang, 06 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

LATAR BELAKANG ................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................... 3


2.1 Teori Utama Peplau dan Komponen Utama Keperawatan .................................. 3
1. Definisi Keperawatan ..................................................................................... 3
2. Definisi Individu............................................................................................. 3
3. Definisi Kesehatan ......................................................................................... 3
4. Lingkungan ..................................................................................................... 3
2.2 Definisi Model Konseptual Keperawatan Jiwa .................................................... 3
1. Model Konseptual .......................................................................................... 3
2. Model Konseptual Keperawatan .................................................................... 4
3. Keperawatan Jiwa........................................................................................... 5
2.3 Penjelasan Teori Peplau Interpersonal Jiwa ......................................................... 6
2.4 Permasalahan Yang Mengakibatkan Gangguan Interpersonal ............................. 7
2.5 Terapi Interpersonal ............................................................................................. 7

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN


3.1 Penerapan Teori Model Konseptual Dalam Aplikasi Proses Keperawatan
Jiwa..................................................................................................................... 12
1. Kasus Masalah Kejiwaan Interpersonal ....................................................... 12
2. Penyelesaian Masalah Kejiwaan Interpersonal ............................................ 12
3. Analisis Empat Konsep Sentral Keperawatan Dengan Menggunakan
Model Hubungan Indonesia Peplau ............................................................. 13
4. Terapi Penyelesaian Masalah Kejiwaan Interpersonal ................................ 14
5. Peran Perawat Dalam Melakukan Terapi ..................................................... 15

ii
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 16
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 16
4.2 Saran ................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya
dengan semua usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian tentang keperawatan
yang baik harus di lakukan oleh seorang perawat dengan sendirinya dan harus dimulai
dengan perawat itu sendiri.
Model keperawatan yang di jelaskan oleh Hildegard peplau mencakup segala
sesuatu tentang diri individu itu sendiri yang tepatnya di dalam dirinya, yaitu
interpersonal,dan ini mengarah pada kejiwaan seseorang. Inilah model konsep teori
yang di jadikan acuan perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan yang dimiliki, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Jika seseorang tidak sanggup mengatasi permasalahan di dalam hidupnya
maka akan timbul permasalahan yang akan berakibat fatal dan dapat mengganggu
kehidupan orang yang mengalami permasalahan interpersonal ini. Untuk membantu
pasien mengatasi masalah yang mungkin tidak bisa di selesaikan oleh dirinya sendiri.
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih
jauh tentang penerapan teori model Konseptual Interpersonal Dalam Aplikasi Proses
Keperawatan Jiwa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud teori keperawatan peplau dan komponen utama
keperawatan ?
2. Apa yang dimaksud model konseptual keperawatan jiwa ?
3. Apa yang dimaksud teori peplau interpersonal jiwa ?
4. Apa saja permasalahan yang mengakibatkan gangguan interpersonal ?
5. Bagaimana penerapan teori model konseptual dalam aplikasi proses keperawatan
jiwa ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori keperawatan peplau dan komponen utama keperawatan
2. Untuk mengetahui model konseptual keperawatan jiwa
3. Untuk mengetahui teori peplau interpersonal jiwa
4. Untuk mengetahui permasalahan yang mengakibatkan gangguan interpersonal
5. Untuk mengetahui penerapan teori model konseptual dalam aplikasi proses
keperawatan jiwa.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini kami susun dengan sistematika dasar yaitu,
BAB I : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori yang berisikan teori keperawatan peplau dan
komponen utama keperawatan, definisi model konseptual keperawatan
jiwa, penjelasan teori peplau interpersonal jiwa, permasalahan yang
mengakibatkan gangguan interpersonal jiwa, terapi interpersonal.
BAB III : Pembahasan yang berisi penerapan teori model konseptual dalam
aplikasi proses keperawatan jiwa.
BAB IV : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Utama Peplau dan Komponen Utama Keperawatan


1. Definisi Keperawatan
Peplau mendefinisikan keperawatan adalah sebagai sebuah proses signifikan,
bersifat terapeutik, dan interpersonal. Keperawatn merupakan instrumen edukatif,
kekuatan yang mendewasakan dan memborong kepribadian seseorang dalam arah
yang kreatif, konstruktif, produktif, personal, dan kehidupan komunitas.
2. Definisi Individu
Peplau mendefiniskan individu adalah organisme yang mempunyai
kemampuan untuk berusaha mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh
kebutuhan.
3. Definisi Kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan proses
makhluk lain secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas, produktivitas
dan sikap individual dari kehidupan masyarakat. Sebagai proses interpersonal
yang bermakna. Proses interpersonal merupakan materina force dan alat edukatif
yang baik bagi perawat maupun klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi
interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami klien dan mencapai
resolusi masalah.
4. Lingkungan
Peplau mendefinisikan lingkungan sebagai bentuk di luar organisme dalam
konteks kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan.
budaya dan adat istiadat merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi kehidupan.
2.2 Definisi Model konseptual Keperawatan Jiwa
1. Model Konseptual
Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan
menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi
suatu pertanyaan untuk menjawab fenomena dan menunjukkan pemecahan
masalah (Christensen & Kenny, 2009, hal. 29).
Model konseptual merupakan rancangan terstruktur yang berisi konep-konsep
yang saling terakit dan asaling terorganisasi guna melihat hubungan dan pengaruh

3
logis antar konsep. Model konseptual juga memberikan keteraturan untuk berfikir,
mengamati apa yang dilihat dan memberikan arah riset untuk mengetahui sebuah
pertanyaan untuk menanyakan tentang kejadian serta menunjukan suatu
pemecahan masalah (Potter&Perry, P 270,2005)
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok
situasi atau kejadian tertentu yang berakitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-
teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernytaan yang berfokus lebih
khusus pada suatu kejadian dan fenomen dari suatu disiplin.
2. Model Konseptual Keperawatan
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang
situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model
konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat
mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu
saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat
kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009).
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena
ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu m anusia sebagai pribadi
yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya
merupakan sumber awal masalah tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi
individu.
Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan tentang
kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang meninggal. Konsep
keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai
faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang
(klien) (Marriner-Tomey, 2004, dalam Nurrachmah, 2010).
Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98) :
1. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.

4
Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain
termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada
skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti
penenkanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek
komplementer (Marriner-Tomey, 2004, dalam Nurrachmah, 2010).
3. Keperawatan Jiwa
Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa :
a. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Menurut American Nurses Associations (ANA dalam Yosep, 2009),
keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan
langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadian yang bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang
disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri
dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatanuntuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah
kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ). Keperawatan
jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai
manusia (Sulistiawati dkk, 2005, hal. 5).

5
2.3 Penjelasan Teori Peplau Interpersonal Jiwa
Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat dan proses
interaktif (Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara perawat dank lien
(Torres, 1986 Marriner-Tomey, 194).
Berdasarkan teori ini, klien merupakan individu dengan kebutuhan perasaan,
serta keperawatan merupakan proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan
keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga serta untuk membantu klien
mencapai kematangan perkembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs, 1995). Oleh
karena itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawatan dank lien,
dimana perawat bertugas sebagai narasumber, konselor atau konsultan dan wali/ wakil
bagian klien.
Kelainan jiwa seseorang dapat timbul akibat adanya ancaman. Ancaman
tersebut menimbulkan kecemasan. Kecemasan atau ansietas timbul pada seseorang
diakibatkan adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal),
dikarenakan adanya ketakutan dan penolakan ataupun tidak diterima oleh orang
disekitar.
Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah
serta menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Sebagai contoh, ketika klien mencari
bantuan, langkah pertama yang dilakukan oleh perawat adalah membahas pokok
masalah dengan klien dan perawat menjelaskan fasilitas yang ada serta dapat
membantu. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dengan klien, perawat
dengan klien bersama-sama diskusi untuk mendefinisikan permasalahan dan
kemungkinan penyelesaiannya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan
dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan
perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan
dengan masalah kesehatannya.
Teori Peplau merupakan teori yang unik, dimana ikatan kerja sama atau
kolaborasi antara perawat dengan klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan”
atau “dorongan pertumbuhan” melalui hubungan interpersonal yang efektif dalam
membantu pemenuhan kebutuhan klien (Beeber, andersin dan sills, 1990).
Ketika kebutuhan dasar klien diatasi, memungkinkan kebutuhan baru untuk
muncul. Hubungan interpersonal perawat dengan klien di gambarkan sebagai fase-
fase yang saling berhubungan seperti berikut: orientasi, identifikasi, penjelasan, dan
resolusi (Chinn dan Jacobs, 1995).
6
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan
dasar hubungan antar manusia yang mencakup pasien, perawat, masalah kecemasan
yang terjadi akibat sakit, dan proses interpersonal.
2.4 Permasalahan Yang Mengakibatkan Gangguan Interpersonal
Dalam permasalahan interpersonal, seorang individu akan menampakan
perilaku, diantaranya individu merasa terasingi, merasakan kecemasan yang
berlebihan, senang menyendiri dan enggan utuk membicarakan permasalahan yang
dialaminya. Teori dan gagasan peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk
praktik keperawatan psikiatri. Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati,
instrumen perilaku, dan instrumen untuk mengevaluasi respons verbal dihasilkan dari
model konseptual peplau ( Marriner-Tomey,1994). Gejala psikis berupa ansietas atau
kecemasan itu sendiri. Ansietas atau kecemasan adalah rasa kekhawatiran yang timbul
karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Ansietas pada
tingkat tertentu dianggap normal, tetapi apabila terjadi terus menerus terjadi ansietas
di mana fungsi homeostasis gagal mengadaptasi maka akan terjadi cemas yang
patologis. Ansietas dapat terjadi pada semua umur dengan stresor yang berbeda-beda.
Gangguan ansietas merupakan gangguan diagnosis klinis yang paling umum.
2.5 Terapi Interpersonal
Peplau dalam kontribusinya di bidang keperawatan, khususnya di keperawatan
Psikiatri, sangat banyak. Pada tahun 1952, ia meluncurkan sebuah buku yang berjudul
Interpersonal Relations In Nursing. Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal
didefinisikan sebagai suatu proses interaksi secara simultan dengan orang lain dan
saling mempengaruhi satu dengan lainnya, biasanya dengan tujuan untuk membina
suatu hubungan. (Asmadi, 2008).
Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk
keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai
perawat jiwa, melalui tulisannya ia kemudian mempublikasikan teorinya mengenai
hubungan interpersonal dalam keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan
keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat terapeutik.
Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu ketika klien mencari bantuan.
Pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang
tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-sama
mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan
7
ini klien mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan
kecemasan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya. Teori dan gagasan
Peplau dikembangkan untuk memberikan suatu bentuk praktik keperawatan jiwa.
Penelitian dalam keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument perilaku,
dan instrument untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model konseptual
Peplau. Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep struktural dari
proses antar-personal disinilah letak fase hubungan perawat-klien (nurse-patient
relationship). Di setiap fase diperlukan peran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
klien, serta fase-fase tersebut saling berkaitan, fase-fase tersebut antara lain (Asmadi,
2008) :
1. Fase Orientasi
Pada fase ini, seorang perawat serta klien bertindak sebagai 2 individu yang
belum saling mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang
memerlukan bantuan profesional dan perawat berperan membantu klien
mengenali dan memahami masalahnya serta menentukan apa yang klien perlukan
saat itu. Jadi dalam fase orientasi ini, merupakan fase untuk menentukan adanya
masalah,dimana perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk membangun
kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
Didalam Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien
dalam memberi atau menerima pertolongan. Selain itu fase ini juga dipengaruhi
oleh ras, budaya, agama, pengalaman, latar belakang, dan harapan klien maupun
perawat. Akhir dari fase orientasi adalah perawat dan klien bersama-sama
mengidentifikasi adanya masalah serta menumbuhkan rasa saling percaya,
sehingga keduanya siap untuk melangkah ke fase berikutnya.
2. Fase Identifikasi
Didalam fase ini klien memberikean respon atau mengidentifikasi persoalan
yang ia hadapi bersama orang yang dianggap memahami masalahnya. Respon dari
setiap klien berbeda satu sama lain. Disini perawat melakukan eksplorasi perasaan
dan membantu klien menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah
pengalaman yang mengorientasi ulang perasaannya dan menguatkan kekuatan
positif pada pribadi klien serta memberi kepuasan yang diperlukan. Fase
identifikasi peran perawat, apakah sudah melakukan atau tindakan sebagai

8
fasiliatator yang memfasitaskan ekspresi perasaan klien serta melaksanakan
asuhan keperawatan.
Selama berada dalam fase identifikasi klien diharapkan mulai memiliki
perasaan terlibat dan mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya
dengan mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus asa. Upaya ini akan
menumbuhkan sikap positif pada diri klien guna melaju ke fase selanjutnya. Jadi,
fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan apa yang diperlukan oleh klien.
Fase ini, perawat juga dapat memberikan beberapa alternatif untuk mengatasi
masalah klien.
3. Fase Eksploitasi.
Didalam fase ini, seorang perawat memberikan pelayanan keperawatan
berdasarkan kebutuhan klien. Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi
bagian integral dari proses interpersonal. Selama fase eksploitasi, klien
mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah
hubungan. Prinsip dalam tindakan pada fase ini adalah eksplorasi atau menggali,
memahami keadaan klien dan mencegah meluasnya masalah. Seorang perawat
mendorong klien untuk menggali dan mengungkapkan, perasaan, emosi, pikiran,
serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan suasana terapeutik yang
mendukung. Fase eksploitasi, dimana perawat telah membantu kalien dalam
memberikan gambaran kondisi klien.
Didalam fase ini, perawat juga dituntut untuk menguasai keterampilan
berkomunikasi secara terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam
fase eksploitasi merupakan fase pemberian bantuan pada klien sebagai langkah
pemecahan masalah. Jika fase ini berhasil, proses interpersonal akan berlanjut ke
fase akhir, yaitu fase resolusi.
4. Fase Resolusi/Terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara seorang perawat dan klien sudah
sampai pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubunga terapeutik yang
selama ini terjalin. Fase resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua
belah pihak, sebab disini dapat terjadi peningkatan kecemasan dan ketegangan
jika ada hal-hal yang belum terselesaikan pada masin-masing fase. Jadi fase
resolusi yaitu perawat berusaha untuk secara bertahap melepaskan pasiennya
untuk membebaskan diri dari kertegantungan kepada tenaga kesehatan dan
menggunakan kemampuan yang dimliki agar mampu menjalankan secara sendiri.
9
sehingga indikator keberhasilan untuk fase ini yaitu, jika klien sudah mampu
mandiri dan lepas dari bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat ataupun klien
akan menjadi individu yang matang dan lebih berpengalaman.
Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang harus
dilakukan. Peran tersebut berbeda pada stiap fasenya. Keenam peran tersebut
yaitu :

1. Peran sebagai orang asing (role of the stranger).


Role of the stranger merupakan peran awal dalam hubungan perawat-
klien. Disini, kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak lain.
Sebagai orang asing, perawat harus memperlakukan klien secara sopan,
tidak boleh memberi penilaian sepihak, menerima klien apa adanya, serta
memperlakukan klien dengan penuh perasaan.
2. Peran sebagai narasumber (role of resource person).
Dalam perannya sebagai narasumber (role of resource person),
perawat memberi jawaban yang spesifik dari setiap pertanyaan klien,
terutama mengenai informasi kesehatan. Selain itu, perawat juga
menginterpretasiakan kepada klien rencana perawatan dan rencana medis
untuk hal tersebut
3. Peran sebagai pengajar (teaching role).
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam
menggunakan informasi. Teaching role menurut peplau terdiri atas dua
kategori yaitu intruksional, dan eksperimental. Penyuluhan intruksional
adalah pemberian informasi secara luas dan merupakan bentuk yang di pakai
dalam literatur pendidikan. Menyuluhan eksperimental adalah penyeluhan
dengan menggunakan pengalaman dalam pengembangan pengajaran.
4. Peran sebagai kepemimpinan (leadership role).
Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan
kepemimpinan, terutama mengenai proses demokratis dalam asuahan
keperawatan. Perawat membantu klien dalam mengerjakan tugas-tugasnya
melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan partisipasi aktif
klien.

10
5. Peran sebagai wali (surrogate role)
Dalam surrogate role, klien menggap perawat sebagai walinya. Oleh
sebab itu, sikap perawat dan perilakunya harus menciptakan perasaan
tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan
sebelumnya. Funsi perawat disini adalah membimbing klien mengenali
dirinya sendiri dan sosok yang ia bayangkan lalu membantunya melihat
perbedaan antara dirinya dan sosok yang ia bayangkan tersebut.
6. Peran sebagai penasihat (counseling role).
Peplau mempercayai bahwa counseling role memiliki peranan yang
besar dalam keperawatan psikiatri. Dalam hubungan perawat-klien peran ini
sangant penting sebab tujuan dari teknik hubungan antar-personal adalah
membantu klien mengingat dan memahami sepenuhnya peristiwa yang
terjadi pada dirinya saat ini. Dengan demikian, satu pengalaman dapat
diintegrasikan dengan pengalaman lainnya dalam hidupnya, bukannya justru
dipisahkan.

11
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Teori Model Konseptual Interpersonal Dalam Aplikasi Proses


Keperawatan Jiwa
1. Kasus Masalah Kejiwaan Interpersonal
Ny T, umur 45 th, yang dirawat dirumah Sakit Umum Daerah Bukit tinggi
sejak 2 minggu yang lalu, di diagnosis mengalami Ca stadium lanjut (stadium IV).
Kondisi Ny T seorang wanita karier yang bekerja sebagai karyawan disebuah
perusahaan terkemuka, mempunyai 3 orang anak yang masih menjalani
pendidikan. Setelah Ny T mendapat informasi dari tim medis tentang penyakitnya
(Ca servix stadium IV) setelah itu kondisi Ny T mulai menurun. tidak mau makan,
mengurung diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak dan
suaminya, kadang marah tanpa sebab, eksprssi wajah terlihat sedih, kadang
terilahat menangis, Ny T menolak pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh
perawat. Ibu T mengatakan dia tidak perlu lagi diperhatikan karena umurnya tidak
akan lama lagi.
2. Penyelesaian Masalah Kejiwaan Interpersonal
Dalam kasus yang digambarkan diatas maka perawat perlu memahami
perilaku yang ditunjukkan oleh Ny T yaitu dengan membantu Ny T dalam
mengatasi masalah yang dirasakan dan menerapkan prinsip hubungan manusia
pada masalah yang muncul pada Ny T selama pengalaman tersebut. Berdasarkan
data diatas Ny T berada dalam kondisi Depressi. Perawat perlu untuk melakukan
hubungan interpersonal dengan Ny T yang sedang mengalami kondisi depresi
karena pada saat seseorang mengalami kondisi depresi maka sebenarnya dia
membutuhkan orang lain yang dapat mendengarkan, menerima dan memahami
dirinya.
Hubungan interpersonal antara perawat dan ibu T melalui 4 tahap yaitu :
a. Tahap Orientasi :
Pada tahap ini perawat mencoba untuk mendekati klien dan
membangun hubungan saling percaya. Perawat memperkenalkan dirinya dan
menunjukkan sikap mau membantu klien . pada fase ini perawat berperan
sebagai role of the stranger, dimana perawat sebagai orang lain bagi Ny T,
maka dia harus berbicara dengan sopan, jujur dan menerima klien apa adanya.

12
b. Tahap Identifikasi
Pada fase ini sudah terbentuk hubungan saling percaya antara perawat
dengan Ny T, perawat meyakinkan pada Ny T bahwa untuk mengatasi
masalah Ny T. kemudian perawat mengidentifikasi keluhan apa yang
dirasakan oleh Ny T saat ini. Pada fase ini perawat dapat menjalankan
perannya sebagai peran wali (surrogate rule), yaitu sikap dan tingkah laku
perawat menciptakan perasaan tertentu (feeling tones) dalam diri klien yang
bersifat reaktif yang muncul dari hubungan sebelumnya. Pada fase ini baik
perawat maupun Ny T merasakan adanya keterikatan ( dependen), independen
dan interdependen.
c. Tahap Exploitasi
Setelah perawat mengidentifikasi masalah klien yaitu klien berperilaku
seperti itu karena dia merasa malu dengan kondisinya dan merasa tidak
berguna dan tidak siap untuk meninggalkan semuanya (pekerjaan, suami dan
terutama anak-anaknya yang masih sangat membutuhkan dia). Perawat
berusaha untuk menjelaskan tentang penyakitnya, memotivasi klien untuk
mengikuti pengobatan dan perawatan yang diberikan dan meningkatkan
spiritual dan kepada keluarga untuk bisa menerima dan ikut mensuport klien.
Pada fase ini perawat menjalankan perannya sebagai narasumber, (role of
resourc e person), peran pengajaran (teaching role), peran kepemimpinan dan
peran konseling.
d. Tahap Resolusi
Pada tahap ini perawat bersama Ny T, menyimpulkan apa yang sudah
dicapai selama interaksi dilakukan dan bagaimana interaksi dapat dilanjutkan
terhadap masalah lain yang mungkin terjadi pada Ny T. dalam fase ini peran
perawat sebagai peran kepemimpinan (leadership role).
3. Analisa Empat Konsep Sentral Keperawatan Dengan Menggunakan Model
Hubungan Interpersonal Peplau :
a. Manusia
Manusia dalam kasus ini adalah Ny T yang pada saat ini mengalami ketidak
stabilan pada kondisi psikologisnya dimana ibu T kadang marah tanpa sebab,
Ny T menolak pengobatan dan perawatan yang diberikan dengan oleh perawat,
ketidak stabilan pada fisik dimana Ny T menderita Ca servik dan
ketidakstabilan social dimana menolak berinteraksi dengan orang lain termasuk
13
dengan keluarganya. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mencapai
kestabilan Ny T tersebut melalui hubungan interpersonal antara perawat dan
Ny T.
b. Lingkungan
Lingkungan dalam kasus ini adalah orang – orang yang dekat dengan Ny T
yaitu terutama adalah keluarga (suami dan anak-anaknya) yang sangat
diperlukan dalam mensupport Ny T dengan melakukan hubungan interpersonal
yang adekuat.
c. Sehat dan sakit
Tejadinya kondisi sebagai berikut pada Ny T yaitu : Tidak mau makan,
mengurung diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak dan
suaminya, kadang marah tanpa sebab, Ny T menolak pengobatan dan
perawatan yang diberikan oleh perawat. Ny T mengatakan dia tidak perlu lagi
diperhatikan karena umurnya tidak akan lama lagi. Semua data tersebut
menunjukan adanya kondisi sakit khususnya terjadinya depressi pada Ny T
akibat dari penyakit fisik yang dialaminya ( akibat Ca cervik yang terjadi ).
d. Keperawatan
Pada kasus Ny T ini maka sangat penting adanya hubungan interpersonal yang
terapeutik antara perawat dan Ny T. Klien Ny T dalam kondisi depressi sangat
memerlukan adanya orang lain yang dapat memahaminya, menerimanya,
memperhatikan dan membantunya dalam mengatasi masalah yang terjadi.
Perawat melalui hubungan interperosonal terapeutik yang dibina dapat
melakukan perannya ( sebagai narasumber, wali, guru, pemimpin, konselor )
dan mengguanakan seni dan ilmunya dalam meberikan dorongan pada
pertumbuhan dan perkembangan Ny T sehingga Ny T dapat kembali dalam
kondisi yang lebih baik pada psikholgis maupun fisiologisnya.
4. Terapi Penyelesaian Masalah Kejiwaan Interpersonal
Ada beberapa proses terapi menurut konsep teori ini diantaranya adalah :
a. Feeling Security
Feeling security yaitu, terapi yang berupa membangun rasa aman pada klien,
perawat sebisa mungkin dalam terapi ini membuat klien merasa aman, sebagai
contoh perawat mengatakan bahwa klien tidak perlu takut terhadap kondisinya,
bahwasanya setiap penyakit pasti ada obatnya dan seluruh pengobatan adalah

14
usaha yang mesti kita lakukan sedangkan berkaitan dengan kematian adalah
suatu hal yang ditentukan oleh Tuhan.
b. Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction yaitu terapi yang menjalin
hubungan yang saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul dengan
orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Sehingga mampu
berinteraksi dengan perawat, keluarga dan orang lain.
5. Peran Perawat Dalam Melakukan Terapi
Peran perawat dalam terapi adalah :
a. Share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang
dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan
dengan orang lain).
b. Therapist use empathy and relationship (perawat berupaya bersikap empati
dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
c. Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif (Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien
(Torres, 1986). Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan
perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Menurut
konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami
seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau
tidak diterima oleh orang sekitarnya. Dalam permasalahan interpersonal, seorang
individu akan menampakan perilaku, diantaranya individu merasa terasingi,
merasakan kecemasan yang berlebihan, senang menyendiri dan enggan utuk
membicarakan permasalahan yang dialaminya. Tujun keperawatan adalah untuk
mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kemantapan
pengembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs, 1995). Teori dan gagasan Peplau
dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh sebab itu
perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana
perawat bertugas sebagai nara sumber, konselor, dan wali.
4.2 Saran
1. Perawat
Perawat harus menjaga sosialisasi antara perawat dan klien, dalam melakukan
tindakan keperawatan jiwa yang menyangkut tentang permasalahan masalah
interpersonal, sebaiknya perawat menggunakan konsep teori yang ada. Dan
lakukan Teknik-Teknik komunikasi terapeutik kepada keluarga sebelum terhadap
pasien.
2. Mahasiswa Perawat
Makalah ini sangat bagus untuk dibaca sebagai pedoman kita dalam
memahami teori peplau mengenai konseptual model keperawatan jiwa
interpersonal. Sehingga kedepan nanti kita bisa berkerja dengan baik,dan
hubungan interpersonal yang kita lakukan baik. Sehingga kita bisa memberikan
keperawatan yang baik kepada pasien.
16
DAFTAR PUSTAKA

NS.Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Kebayoran Baru Jakarta
Selatan. Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.

Madalise, S., Bidjuni, H., & Wowiling, F. (2015). Pengaruh Pemberian Pendidikan
Kesehatan Pada Pasien Gangguan Jiwa (Defisit Perawatan Diri) Terhadap
Pelaksanaan Adl (Activity Of Dayli Living) Kebersihan Gigi Dan Mulut Di Rsj Prof.
Dr. V. L Ratumbuysang Ruang Katrili. Jurnal Keperawatan, 3(2).

Puspitasari, P. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Perilaku


Kekerasan Di Ruang Sumbadra Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Kusmawati Farida, Yudi Hartono .2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Salemba


Medika.Jakarta.

Y. Falerisiska. (2014). “APLIKASI TEORI HILDEGARD PEPLAU DALAM ASUHAN


KEPERAWATAN”. Makalah
Asmadi. (2008). KONSEP DASAR KEPERAWATAN (E. A. Mardella (ed.); 1st ed.). Buku
Kedokteran EGC.
https://books.google.co.id/books?id=O3y5bNnwND0C&lpg=PA132&ots=1Rrmi0zU
1U&dq=Peplau dalam kontribusinya di bidang keperawatan%2C khususnya di
keperawatan Psikiatri%2C sangat banyak.&pg=PP8#v=onepage&q=Peplau dalam
kontribusinya di bidang keperawatan, khususnya di keperawatan Psikiatri, sangat
banyak.&f=false.
Ni Wayan Eka Widyartini , Ni Ketut Sri Diniari (2017). Tingkat Ansietas Siswa Yang Akan
Menghadapi Ujian Nasional Tahun 2016 di SMA NEGERI 3 DENPASAR. E-
JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.6.
Stuart, gail & Sandra J, 1998. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

17
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.
Marriner-Tomey, 2004, dalam Nurrachmah, 2010
Permatas, A. https://www.academia.edu/17272216/Teori_Hildegard_E_Peplau (diakses pada
tanggal 6 oktober 2021 Jam 14.30 WIB)

18

Anda mungkin juga menyukai