Disusun Oleh
Kelompok 5 - Kelas 2E
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “TERAPI PERILAKU” tepat waktu.
Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak lain adalah untuk
memenuhi tugas Sistem Neurobehaviour. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
1. Bapak Windu Santoso, S.Kp.M.Kep, selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
3. Ibu Lilik Ma’rifatul Azizah, MKes selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini.
4. Pihak perpustakaan yang meminjamkan buku-buku untuk bahan penyusunan makalah ini
5. Orang tua yang memberi motivasi dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
6. Teman-teman senasib seperjuangan yang telah memberi dukungan baik secara moril dan
materiil.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
yang memerlukannya pada masa yang akan datang serta untuk penyusunan makalah yang
selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
sekiranya para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga isi
makalah ini dapat lebih sempurna.
DAFTAR ISI
BAB II :PEMBAHASAN.................................................................................. 4
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 13
3.2 Saran..................................................................................................... 13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4.1 Bagi pembaca, agar dapat mengetahui definisi , ciri dan tujuan serta isi dari terapi
perilaku.
1.4.2 Bagi penulis , agar memahami dan mengaplikasikan terapi perilaku pada pasien
Meningitis.
BAB 2
PEMBAHASAN
6
2.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu
kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.. Robert Kwick (1974),
menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang
dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip dari Notoatmodjo, 2003).
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon.
Perilaku juga bisa dikatakan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :
a. Perilaku tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.
b. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.
8
2. Perilaku sakit, yakni segala tindakan seseorang yang merasa sakit untuk merasakan
dan mengenal keadaan kesehatannya termasuk juga pengetahuan individu untuk
mengidentifikasi penyakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.
3. Perilaku peran sakit, yakni segala tindakan seseorang yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan.
9
1. Mengubah perilaku yang tidak sesuai pada klien
2. Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih efisien.
3. Mencegah munculnya masalah di kemudian hari.
4. Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien.
5. Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupannya.
Kelebihan:
1. Pembuatan tujuan terapi antara terapis dan klien di awal sesi terapi dan hal itu
dijadikan acuan keberhasilan proses terapi.
2. Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui.
3. Waktu konseling relatif singkat.
Kekurangan:
Proses terapi ini adalah proses belajar, terapis membantu terjadinya proses belajar
tersebut, dengan cara mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar
dialaminya. Terapi ini memiliki empat tahap dalam prosesnya, yaitu:
10
2.8 Pengalaman Klien Dalam Terapi
Salah satu sumbangan yang unik dari terapi tingkah laku adalah suatu sistem
prosedur yang ditentukan dengan baik yang digunakan oleh terapis dalam hubungan
dengan peran yang juga ditentukan dengan baik. Suatu aspek yang penting dari peran
klien dalam terapi tingkah laku adalah, klien didorong untuk bereksperimenkan dengan
tingkah laku baru dengan maksud memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya.
Terapi ini klien harus berani mengambil resiko. Bahwa masalah-masalah kehidupan
nyata harus dipecahkan dengan tingkah laku baru diluar terapi. Keberhasilan dan
kegagalan usaha-usaha menjalankan tingkah laku baru adalah bagian yang vital dari
perjalanan terapi.
Adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk
membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Lebih
khusus lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang
dikembangkan oleh psikiater Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi
untuk mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien
dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang
ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar
untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian mampu mengatasi
rasa takut dalam phobianya.
Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan
proses desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari
sebuah objek, seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk
menghindarinya. Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah
pola memaparkan pasien bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.
11
2. Kondisioning operan
Disebut juga penguatan positif dimana terapis memberi penghargaan
kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan oleh klien.
Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat maka perilaku tersebut
akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya seorang klien begitu
bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat memberikan pujian
terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang perilaku segera mandi
setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat.
Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien
berupa segera mandi setelah bangun.
3. Latihan Asertif
Prosedur:
12
Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.
Misalnya, klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya
untuk melakukan hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta
mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu.
Cara Terapinya:
5. Terapi Aversi
Teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas
untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan
pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan
sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat/hilang. Terapi ini mencakup
gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme, Homoseksual,
Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
Efek-efek samping:
1. Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum
boleh jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir.
2. Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang
dihukum, maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan,
3. Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang
berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum, Misal : Seorang anak yang
dihukum karena kegagalannya di sekolah boleh jadi akan membenci semua
13
pelajaran, sekolah, semua guru, dan barangkali bahkan membenci belajar pada
umumnya.
Prinsip teori yang melandasi teknik terapi ini adalah teori mengenai belajar
melalui pengamatan (observation learning) atau sering juga disebut belajar sosial
(social learning) dari Walter dan Bandura. pada prinsipnya, terapis
memperlihatkan model yang tepat untuk membuat klien dapat meniru bagaimana ia
seharusnya melakukan upaya menghilangkan perasaan dari pikiran yang tidak
seharusnya dari orang lain yang disebut model itu.
Terhadap dua konsep yang berbeda yang digunakan dalam modeling ini,
yakni antara coping dan mastery model menampilkan perilaku ideal, contohnya
bagaimana menangani ketakutan. Sebaliknya, coping model pada dasarnya
menampilkan bagaimana ia tidak merasa takut untuk menghadapi hal yang semula
menakutkan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan
untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk
menyembuhkan psikopatologi seperti depresi, gangguan kecemasan, fobia dengan
memakai teknik yang didesain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyarankan bahwa terapi modalitas itu
penting karena bisa membantu proses penyembuhan dan mengurangi keluhan yang
dialami oleh klien, selain itu juga menjadi suatu pencegahan saat penderita telah di
diagnosa awal tentang penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika
Aditama.
https://nurainiajeeng.wordpress.com/2013/04/30/behavior-theraphy/
http://fenisha.blogspot.co.id/2013_04_01_archive.html
17