Anda di halaman 1dari 21

DASAR-DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN

ANALISIS KONSEP DAN PETA KONSEP

KELOMPOK 12
1. Afifah 06111182025012
2. Pegi Melati 06111282025024
3. Jennyfer Ocha Canticha 06111282025036

Dosen Pengampu :
1. Dr. Ketang Wiyono, S.Pd., M.Pd.
2. Drs. Abidin Pasaribu, M.M.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul "Analisis Konsep Dan Peta Konsep". Dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, 20 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis Konsep…………..................................................................3
2.2 Hakikat Analisis Konsep…………...…………………………………………...3
2.3 Cara Membuat Analisis Konsep…………...........................................................6
2.4 Pengertian Peta Konsep .......................................................................................9
2.5 Ciri-Ciri dan Jenis-Jenis Peta Konsep..…..........................................................10
2.6 Fungsi dan Manfaat Peta Konsep……………………………………………...13
2.7 Cara Membuat Peta Konsep……...……………………………………………15
2.8 Peta Konsep dalam Pembelajaran……………………………………………..16
BAB III PENUTUP
3,1 Kesimpulan.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses dimana proses perubahan-perubahan akan terjadi,
dari perubahan fisik maupun perubahannya, membahas tentang belajar begitu luas, dari apa
arti belajar itu sendiri, siapa yang belajar, bagaimana caranya belajar, dan seperti apa proses
belajar itu sendiri. Kata belajar selalu berkaitan dengan sekolah, karena sekolah
menupakan tempat utama untuk belajar. Tidak hanya disekolah kita belajar dirumah,
taman, masjid, dll.
Cara belajar yang tepat akan memudahkan seseorang untuk memahami dan
mengingatnya, peneliti telah membuktikan bahwa otak seseorang lebih mampu mengingat
dan memahami suatu pelajaran yang berwarna, bergambar, dan berbentuk. Sedangkan
belajar dengan cara mendengar otak hanya mengingat sebagian materi dan mengingatnya
dalam jangka waktu tertentu, Oleh karena itu disinilah peran analisis konsep dan peta
konsep (concept mapping) untuk meningkatkan kemampuan otak manusia. Analisis
konsep diartikan sebagai suatu prosedur yang dikembangkan agar guru dapat
merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Kemudian peta konsep
sendiri bertujuan untuk para siswa dapat mengingat informasi dengan lebih mudah dan
lebih dapat diandalkan dari pada teknik mencatat biasa.

1.2 Rumusan Masalah


Melihat latar belakang yang disajikan, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian analisa konsep?
2. Bagaimana hakikat analisa konsep?
3. Bagaimana cara membuat analisa konsep?
4. Apa pengertian peta konsep?
5. Apa saja ciri-ciri dan jenis-jenis peta konsep?
6. Apa saja fungsi dan manfaat Peta konsep?
7. Bagaimana cara membuat peta konsep?
8. Bagaimana urgensi peta konsep dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang disajikan, maka tujuan makalah ini adalah:

1
1. Untuk mengetahui pengertian analisa konsep.
2. Untuk mengetahui hakikat analisa konsep
3. Untuk mengetahui cara membuat analisa konsep
4. Untuk mengetahui pengertian peta konsep
5. Untuk mengetahui saja ciri-ciri dan jenis-jenis peta konsep
6. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat Peta konsep
7. Untuk mengetahui cara membuat peta konsep
8. Untuk mengetahui urgensi peta konsep dalam pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Konsep


Konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi merumuskan
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Analisis adalah proses mengurai konsep ke
dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sedemikian rupa sehingga struktur logisnya
menjadi jelas. Konsep yang bisa dianalisis atau didefinisikan adalah konsep yang
kompleks, seperti kata “kuda”. Kuda disebut kompleks karena terdiri dari beberapa unsur
properties, misalnya, kepala, badan, kaki dan lain-lain serta unsur sifat, misalnya,
meringkik. Kalau konsepnya sederhana, maka tidak bisa diurai ke dalam bagian-bagian
atau unsur-unsurnya. Konsep yang dianalisis harus kompleks supaya bisa didefinisikan.
Ketika kita menganalisis suatu konsep atau kata yang kita lakukan adalah: (1)
menguraikan unsur-unsurnya; dan (2) melihat hubungan unsur-unsur itu. Apa hubungan
analisis dan definisi? Ketika melakukan analisis kita juga membuat definisi. Analisis adalah
satu cara membuat definisi yang menuntut pemikiran filosofis. Cara lain membuat definisi
adalah dengan melihat kamus atau definisi leksikal. Kita bisa juga membuat definisi dengan
cara menunjuk, memperlihatkan atau mendemonstrasikan sesuatu yang kita definisikan
dengan menunjuk pakai telunjuk ke objeknya, misalnya disebut definisi ostensif. Kemudian
ada definisi dalam penggunaan atau dapat menggunakan kata dalam bahasa yang benar.
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru
dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Teknik-teknik
semacam ini telah dikembangkan oleh Klausmeier, Ghatala, dan Frayer (1974), dan oleh
Markle dan Tiemann (1970), dan oleh beberapa orang lainnya (Krnsnz, 2016). Walaupun
prosedur-prosedur itu mempunyai beberapa perbedaan, beberapa langkah dimiliki oleh
semua prosedur itu.

2.2 Hakikat Analisis Konsep

Hal yang harus disadari saat ini adalah pentingnya belajar konsep tentang sesuatu.
Konsep yang dimaksud disini tidak lain dari kategori-kategori yang kita berikan dari
stimulus atau rangsangan yang ada di lingkungan kita. Konsep yang ada di dalam struktur
kognitif individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Jika keadaannya
demikian, sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar

3
yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi (building blocks)
dalam struktur berpikir individu. Konsep-konsep inilah yang dijadikan dasar oleh
seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan- aturan yang relevan, dan hal-
hal lain yang ada keterkaitannya dengan apa yang harus dilakukan individu.
Di dalam kegiatan pembelajaran, guru mempunyai peran yang sangat besar dalam
proses transfer pengetahuan, karena guru mempunyai tugas memfasilitasi dan
mengkondisikan terjadinya situasi dimana siswa mampu memahami suatu fakta dan
konsep. Bahkan di masa sekarang, tugas guru bukan hanya itu, tetapi ditambah dengan
mengkondisikan terjadinya situasi dimana siswa mampu menemukan pengetahuan, serta
menindaklanjuti dalam sikap, perilaku dan keterampilan, serta mengkonstruksi suatu
pengetahuan baru.
Berdasarkan tugas tersebut, maka salah satu syarat utama untuk menjadi guru
adalah memahami fakta dan konsep dengan benar sesuai dengan bidang ilmu masing-
masing. Bagaimana mungkin guru bisa menyampaikan fakta, konsep, generalisasi,
prosedur, kaidah dan nilai kepada siswa kalau yang bersangkutan tidak memahaminya.
Bisa-bisa, nanti yang disampaikan guru bukan sesuatu yang benar, tetapi sesuatu yang
menyesatkan, dan akhirnya kesengsaraan.
Demikian halnya dengan tugas mengkondisikan situasi agar siswa mampu
menemukan dan fakta dan konsep mengkonstruksikannya. Bagaimana guru bisa
memfasilitasi siswanya untuk menemukan pengetahuan atau mengkonstruksi
pengetahuan kalau yang bersangkutan tidak memahami makna fakta, konsep dan
generalisasi dalam suatu bidang ilmu yang menjadi tanggungjawabnya.
Selain harus mengetahui memahami dengan benar fakta dan konsep yang akan
ditransfer kepada siswa, guru juga harus memahami keterkaitan antar fakta dan konsep.
Hal ini ditujukan agar pengetahuan yang disampaikan kepada siswa didasarkan pada
data dan bukti-bukti yang secara rasional dan empiris diakui kebenarannya, terutama
ketika membahas interaksi antar konsep.
Bagi siswa, pemahaman akan suatu fakta dan konsep yang benar menjadi sangat
penting dalam memenuhi kebutuhan hidupannya serta mengatasi berbagai
permasalahan hidup yang akan dihadapinya di masa yang akan datang.
Prasyarat kedua sebagai guru dalam suatu kegiatan pembelajaran adalah
memahami teori dan praktek pembelajaran. Seorang guru harus memiliki kemampuan
dan keterampilan untuk menyampaikan fakta, konsep dan generalisasi kepada siswa
dengan menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran yang bervariasi, sehingga

4
tujuan pembelajaran bisa tercapai.

Setiap fakta dan konsep mempunyai karakteristik khas, dan membutuhkan cara
yang khas untuk bisa disampaikan kepada pihak lain secara efektif. Demikian halnya
dengan bidang keilmuannya. Maksudnya, cara menyampaikan fakta, konsep dan
generalisasi dalam ilmu sosial tidak bisa disamakan dengan ilmu alam begitupun
sebaliknya.
Kondisi tersebut menuntut guru sebagai pelaku utama dalam kegiatan
pembelajaran untuk memahami karakteristik fakta, konsep dan generalisasi dalam ilmu
masing-masing agar kegiatan pembelajaran bisa terlaksana dengan baik, efektif,
partisipatif, dan menyenangkan.
Prasyarat berikutnya sebagai guru adalah memiliki pemahaman yang utuh dan
benar tentang karakteristik psikologis siswa serta kondisi sosial, ekonomi dan
budayanya. Pemahaman ini penting bagi guru di dalam memilih fakta, konsep serta
generalisasi yang akan disampaikan serta menentukan strategi yang dipergunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Ketiga prasyarat kemampuan di atas bersifat integrative dan interaktif untuk
menjadi guru. Artinya, kemampuan dalam memahami fakta, konsep dan generalisasi
secara benar, kemampuan memahami teori dan praktek pembelajaran dengan benar, dan
kemampuan memahami karakteristik psikologis, sosial, ekonomi dan budaya siswa
merupakan satu kesatuan yang utuh, berkaitan, dan proses berkelanjutan.
Oleh karena itu seorang guru harus mampu menganalisis konsep-konsep yang
akan diberikan kepada para peserta didik, konsep-konsep yang salah atau miskonsepsi
tersebut akan mengakibatkan peserta didik mengalami kesalahan juga untuk konsep
pada tingkat berikutnya atau ketidakmampuan menghubungkan antar konsep. Hal ini
mengakibatkan terjadinya rantai kesalahan konsep yang tidak terputus karena konsep
awal yang telah dimiliki akan dijadikan sebagai dasar belajar konsep selanjutnya.
Pembelajaran pada dasarnya berbicara tentang transfer pengetahuan, sikap, nilai
dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari fakta, konsep, generalisasi, prosedur, kaidah
dan nilai. Dengan pemahaman akan fakta, konsep dan generalisasi menjadi penting
untuk dilakukan baik bagi guru maupun siswa. Bahkan bukan hanya pemahaman, tetapi
juga keterkaitan serta bagaimana mengidentifikasi suatu konsep serta mengembangkan
generalisasi.
Pemahaman akan fakta, konsep dan generalisasi menjadi dasar bagi manusia

5
dalam mengembangkan keterampilan, prosedur yang baik serta di dalam bersikap dan
berperilaku. Kesalahan dalam memahami fakta, konsep, dan generalisasi
mengakibatkan terjadi kondisi ketidakterampilan, prosedur yang salah serta adanya
sikap dan perilaku yang bertentangan dengan nilai.

2.3 Cara Membuat Analisa Konsep

Herron (1977) dalam Ahsana, dkk (2020) mengidentifikasi karakteristik yang


dimiliki konsep meliputi: label konsep, atribut konsep (atribut kritis dan atribut
variabel) dan jenis konsep. Dengan demikian dalam analisis konsep, perlu diidentifikasi
karakteristik konsep, yang meliputi ; label konsep, definisi konsep, atribut konsep,
hirarki konsep, jenis konsep, contoh dan noncontoh.
1. Label Konsep
Label konsep adalah nama konsep atau sub konsep yang dianalisis. Contoh label
konsep ; unsur, senyawa, atom, larutan, dan lain-lain.
2. Definisi Konsep
Defenisi konsep didefinisikan sesuai dengan tingkat pencapaian konsep yang
diharapkan dari siswa. Untuk suatu label konsep yang sama, konsep dapat
didefinisikan berbeda sesuai dengan tingkat pencapaian konsep yang diharapkan
dikuasai siswa dan tingkat perkembangan kognitif siswa.
3. Atribut kritis dan atribut variable
Atribut kritis merupakan ciri-ciri utama konsep yang merupakan penjabaran
definisi konsep. Atribut variabel menunjukan ciri-ciri konsep yang nilainya
dapat berubah, namun besaran dan satuannya tetap.
4. Hirarki Konsep
Hirarki konsep menyatakan hubungan suatu konsep dengan konsep lain
berdasarkan tingkatannya, yaitu :
a. konsep superordinat (konsep yang tingkatannya lebih tinggi)
b. konsep ordinat (konsep yang setara)
c. konsep subordinat (konsep yang tingkatannya lebih rendah).
Hirarki konsep dapat direpresentasikan dalam bentuk peta konsep dan
digunakan untuk menentukan urutan pembelajaran konsep.
5. Jenis Konsep
Umumnya jenis konsep dikelompokkan menjadi dua, yaitu konsep konkrit dan

6
konsep abstrak. Konsep konkrit adalah konsep yang atribut kritis dan atribut
variabel dapat diidentifikasi, sehingga relatif mudah dimengerti, mudah dianalisis
dan mudah memberikan contoh dan noncontoh. Sedangkan, Konsep abstrak, yaitu
konsep yang atribut kritis dan atribut variabelnya sukar dimengerti dan sukar
dianalisis, sehingga sukar menemukan contoh dan noncontoh. Konsep seperti ini
relatif sukar untuk diajarkan/dipelajari, karena tidak mungkin
mengkomunikasikan informasi tentang atribut kritis konsep ini melalui
pengamatan langsung. Oleh karena itu, diperlukan model-model atau ilustrasi
yang mewakili contoh dan noncontoh.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru
dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Berikut ini
langkah-langkah menyusun konsep:
1. Menentukan Nama Konsep
Orang dapat membentuk konsep-konsep tanpa memberi nama pada konsep-
konsep itu, terutama pada tingkat konkret dan tingkat identitas. Anak-anak yang
masih kecil menyusun kata-kata mereka sendiri untuk menyajikan konsep-
konsep yang mereka bentuk. Tetapi, sesudah mereka masuk sekolah, mereka
diberi pelajaran tentang nama-nama konsep yang telah diterima secara luas.
Dengan menyetujui nama untuk suatu konsep orang dapat berkomunikasi
tentang konsep itu.
2. Menentukan Atribut-atribut Kritis dan Atribut-atribut Variabel dari Konsep
Atribut-atribut kritis dari suatu konsep adalah ciri-ciri konsep yang perlu
untuk membedakan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh, dan untuk
menentukan apakah suatu objek baru merupakan suatu contoh dari konsep.
Walaupun semua atribut-atribut dari suatu konsep tidak diajarkan pada setiap
tingkat pencapaian, guru hendaknya menyadari hal ini untuk memastikan, bahwa
contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh selalu dibedakan.
Atribut-atribut variabel konsep ialah ciri-ciri yang mungkin berbeda diantara
contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu. Guru
dapat mengubah-ubah atribut-atribut ini dalam contoh-contoh yang digunakan
dalam mengajar.

7
3. Menentukan Definisi Konsep
Walaupun para siswa tidak diharapkan untuk belajar definisi formal dari suatu
konsep, analisis konsep harus memasukkan definisi, sekalipun anak-anak pada
tingkat konkret dan tingkat identitas pada umumnya tidak diharapkan untuk dapat
mendefinisikan konsep. Pada tingkat klasifikatori siswa mungkin dapat
menyebutkan sebagian dari atribut-atribut, tetapi tidak semuanya, dan pada
umumnya hanya yang mencolok (predominant). Pada tingkat formal siswa dapat
belajar konsep melalui definisi yang diberikan. Kemampuan untuk menyatakan
suatu definisi dari suatu konsep dapat digunakan sebagai suatu kriteria bahwa
siswa telah belajar konsep itu.
4. Menentukan Hubungan Konsep dengan Konsep-konsep Lain
Hubungan konsep dengan konsep-konsep lain : superordinat, koordinat, dan
subordinat. Untuk sebagian besar konsep-konsep, kita dapat mengembangkan
suatu hierarki dari konsep-konsep yang berhubungan yang memperlihatkan
bagaimana suatu konsep terkait pada konsep-konsep yang lain.
5. Menentukan Contoh-contoh dan Noncontoh-noncontoh dari Konsep
Dengan membuat daftar dari atribut-atribut dari suatu konsep, pengembangan
konsep-konsep dan nonkonsep-nonkonsep dapat diperlancar. Klausmeier,
Rosmiller, dan Sally (dalam Rosser,1985) menyarankan agar paling sedikit harus
dikembangkan satu himpunan rasional tentang contoh-contoh.

Beberapa analisis konsep-konsep diperlukan untuk dapat memusatkan dan


merencanakan pelajaran. Bila tujuan pelajaran ialah agar para siswa dapat membedakan
contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh, analisis konsep akan menyediakan gambaran-
gambaran. Bila tujuan pelajaran ialah untuk dapat mendaftarkan atribut-atribut kriteria,
kriteria ini terdapat dalam analisis. Dengan memberikan konsep-konsep yang berhubungan,
seperti dalam hierarki, dapat memperlancar pengajaran yang akan datang maupun
pengajaran yang sekarang. Berikut ini contoh analisis konsep dalam fisika:

Topik : Suhu dan Kalor


Jenjang : SMA
Kelas/Semester : X/I

8
Atribut Konsep Kedudukan/Posisi Konsep
Label Jenis Definisi Non
Atribut Atribut Sub Koordinat Super Contoh
Konsep Konsep Konsep Contoh
Kritis Variabel ordinat Ordinat

Temperatur Abstrak Derajat Kalor, Kerja Energi, Volume, Kecepatan Suhu Perubahan
panas Pemuaian Kalor tekanan Partikel tubuh Wujud
dingin-
nya
suatu
benda

2.4 Pengertian Peta Konsep


Peta konsep adalah suatu bagan skematis atau ilustrasi grafis untuk mewakili
hubungan yang bermakna antara satu konsep dengan konsep lainnya sehingga menjelaskan
suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta konsep
adalah suatu cara atau strategi untuk menyajikan informasi dalam bentuk konsep-konsep
yang saling terhubung dalam suatu rangkaian.
Peta konsep dikembangkan oleh Novak dan tim pada tahun 1972 pada program
penelitian yang dilaksanakan di Cornell. Peta konsep dibuat untuk mencari dan memahami
perubahan pemahaman dalam ilmu pengetahuan anak-anak. Peta konsep digunakan untuk
mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, sehingga dengan bantuan peta
konsep dapat menumbuhkan proses belajar yang lebih bermakna.
Peta konsep menggunakan pengingat visual sensorik dalam suatu pola dari ide-ide
yang berkaitan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Peta konsep dapat
membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan dengan mudah jauh lebih mudah
daripada pencatatan secara tradisional (Sugiyanto, 2013).
Berikut definisi dan pengertian peta konsep dari beberapa sumber buku:
a) Menurut Muhimmati (2014), peta konsep adalah alat untuk mewakili adanya hubungan
yang bermakna antara suatu konsep hingga membentuk suatu proposisi. Proposisi
adalah dua atau lebih konsep yang dihubungkan dengan garis yang diberi kata
penghubung sehingga memiliki suatu pengertian.

9
b) Menurut Trianto (2013), peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang
mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep
lain pada kategori yang sama.
c) Menurut Sujana (2009), peta konsep adalah hubungan yang bermakna antara satu
konsep dengan konsep lainnya yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit
tertentu.
d) Menurut Dahar (2006), peta konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan
hubungan beberapa konsep yang merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu
bidang studi, dalam arti luas peta konsep adalah peta atau jaringan yang membuat
konsep-konsep lengkap dengan hubungannya.
e) Menurut Buzan (2010), peta konsep adalah suatu bagan skematik untuk
menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian
pernyataan. Selain menggambarkan konsep-konsep yang penting peta konsep juga
menghubungkan antara konsep-konsep yang ada.

2.5 Ciri-ciri dan Jenis-Jenis Peta Konsep


Menurut Dahar (2006), ciri-ciri peta konsep adalah sebagai berikut:
a) Pemetaan konsep yaitu suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-
proposisi suatu bidang. Dengan menggunakan peta konsep siswa dapat melihat bidang
studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
b) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu
bagian dari suatu bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan yang
proporsional antar konsep.
c) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama, ini berarti ada konsep lain yang
lebih inklusif.
d) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif,
maka terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.
Menurut Trianto (2013), terdapat beberapa jenis peta konsep, yaitu sebagai berikut:
a) Pohon jaringan (network tree)
Peta konsep pohon jaringan merupakan peta konsep yang ide-ide pokok suatu
konsep dibuat dalam sebuah persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain
dituliskan dan dihubungkan dengan garis-garis penghubung, dan garis-garis
penghubung tersebut menunjukkan hubungan antara ide-ide tersebut. Contoh peta
konsep berbentuk pohon jaringan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

10
Pada saat mengkontruksi peta konsep pohon jaringan (network tree), tulislah topik
itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu. Periksalah
daftar dan mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari
umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan
berikan hubungannya pada garis-garis itu. eta konsep berbentuk pohon jaringan
(network tree) sangat cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal sebagai
berikut: 1) Menunjukkan sebab akibat; 2) Suatu hierarki; 3) Prosedur yang bercabang
dan; 4) Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan-hubungan.
b) Rantai kejadian (events chain)
Peta konsep rantai kejadian, merupakan peta konsep yang dapat digunakan untuk
menunjukkan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam sebuah prosedur, atau
suatu tahapan dalam suatu proses, seperti halnya dapat digunakan dalam melakukan
suatu eksperimen.
Langkah pembuatan peta konsep menggunakan rantai kejadian, pertama-tama
temukan suatu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal.
Kemudian, temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutkan sampai
mencapai suatu hasil.
Peta konsep rantai kejadian sangat cocok digunakan untuk memvisualisasikan
langkah-langkah dalam suatu prosedur tertentu, memberikan tahapan-tahapan dalam
suatu proses, dan urutan suatu kejadian. Contoh peta konsep rantai kejadian dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :

11
c) Peta konsep siklus (cycle concept map)
Peta konsep siklus adalah peta konsep yang didalamnya memuat rangkaian kejadian
yang tidak menghasilkan suatu hasil atau final. Kejadian terakhir pada rantai tersebut
menghubungkan kembali pada kejadian awal, sehingga siklus berulang dengan
sendirinya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan
bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok
hasil yang berulang-ulang. Contoh peta konsep siklus dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :

d) Peta konsep laba-laba (spider concept map)


Peta konsep laba-laba merupakan peta konsep yang biasanya digunakan untuk
curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat, ide-ide berasal dari suatu ide yang
sentral, sehingga dapat memperoleh beberapa ide yang bercampur aduk. Banyak ide-
ide yang tumbuh dan berkaitan dengan ide sentral, namun belum tentu ide-ide tersebut
berhubungan antara ide satu dengan yang lain. Peta konsep laba-laba cocok digunakan

12
untuk memvisualisasikan konsep yang tidak menurut hierarki, kategori yang tidak
paralel dan hasil curah pendapat. Contoh peta konsep laba-laba dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

2.6 Fungsi dan Manfaat Peta Konsep


Peta konsep berfungsi untuk membuat jelas gagasan pokok bagi guru dan murid
yang sedang memusatkan perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik. Peta konsep
bertujuan membuat struktur pemahaman dari fakta-fakta yang dihubungkan dengan
pengetahuan berikutnya, dan untuk belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari
informasi, fakta dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk
pemahaman yang baik. Menurut Dahar (2006), beberapa manfaat yang diperoleh dengan
menggunakan peta konsep, antara lain adalah sebagai berikut:
a) Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa
Guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa waktu
pelajaran baru akan dimulai, sedangkan para siswa diharapkan dapat menunjukan
dimana mereka berada atau konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam
menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep, guru dapat
melaksanakan apa yang telah dikemukakan, sehingga para siswa diharapkan akan
terjadi belajar bermakna.
b) Mempelajari cara belajar siswa
Dengan melatih mereka membuat peta konsep untuk mengambil sari dari apa yang
mereka baca, baik buku teks maupun bacaan-bacaan lain, berarti kita meminta mereka
untuk membaca buku itu dengan seksama mereka tidak lagi dikatakan tidak berpikir.
c) Mengungkapkan miskonsepsi

13
Dari peta konsep yang dibuat oleh para siswa, ada kalanya ditemukan miskonsepsi
yang terjadi dari dikaitkannya dua konsep atau lebih yang membentuk proposisinya
yang salah Karena miskonsepsi itu terbukti dapat bertahan dan mengganggu belajar
seterusnya, miskonsepsi itu sedapat mungkin ditiadakan melalui proses perubahan
kosneptual.
d) Alat evaluasi
Dalam menilai peta konsep yang dibuat oleh para siswa secara ringkas
dikemukakan empat kriteria penilaian, yaitu: 1) kesahihan proposisi; 2) adanya
hierarki; 3) adanya ikatan silang; 4) adanya contoh-contoh seperti yang telah
dikemukakan.
Selain manfaat yang dikemukakan Dahar (2006), Peta konsep juga dapat
dimanfaatkan sebagai media belajar aktif dalam proses pembelajaran. Berikut ini manfaat
peta konsep sebagai media belajar aktif:
a) Peta Konsep dapat sebagai sarana belajar dengan cara membandingkan Peta Konsep
siswa dengan milik guru. Artinya, seorang guru dapat melakukan evaluasi terhadap
sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi-materi pembelajaran yang akan
atau/dan telah disampaikan. Peta-peta yang di ingkan dengan concept map yang dibuat
guru.
b) Peta Konsep dapat digunakan sebagai cara lain mencatat pelajaran sewaktu belajar.
Artinya, siswa dapat menggunakannya sebagai alternatif cara membuat catatan
pembelajaran yang biasanya bersifat naratif, dan terkadang relatif panjang dan berfikir
linier. Hal ini juga sebagai belajar aktif individual.
c) Peta Konsep dapat juga digunakan siswa secara individual sebagai alat belajar dengan
membandingkan peta konsep yang dibuat pada awal dan akhir pelajaran. Artinya,
siswa melakukan penilaian mandiri terhadap sejauhmana penguasaan melakukan
penilaian mandiri terhadap sejauhmana penguasaan terhadap materi pelajaran. Mereka
mencoba melihat perbedaan antara dua peta konsep yang dibuat pada awal dan akhir
pembelajaran.
d) Peta Konsep dapat meningkatkan daya ingat siswa dalam belajar. Artinya, siswa dapat
belajar semakin efektif dan efisien dengan berfikir reduktif, yaitu dengan cara
merangkum informasi yang banyak ke dalam konsep-konsep utama yang saling
berhubungan ke dalam sebuah diagram atau gambar yang meliputi keseluruhan
konsep-konsep yang dipelajari. Daya mengingat pada sebuah gambar jauh lebih kuat
dibanding dengan mengingat sebuah susunan kalimat.

14
2.7 Cara Membuat Peta Konsep
Menurut Sujana (2009), pembuatan peta konsep dilakukan dengan cara membuat suatu
sajian visual atau diagram tentang bagaimana suatu ide-ide penting atau suatu topik tertentu
dihubungkan satu sama lain. Dalam membuat peta konsep, konsep-konsep yang ada di
dalamnya harus diurutkan secara hirarkis, mulai dari konsep paling inklusif ke konsep yang
lebih khusus. Dengan kata lain, konsep yang paling inklusif berada pada bagian paling atas,
sedangkan konsep paling khusus berada pada bagian paling bawah.
Menurut Trianto (2013), langkah-langkah dalam membuat peta konsep adalah sebagai
berikut:
a) Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
b) Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama.
c) Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta konsep.
d) Mengelompokkan ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual
menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Sedangkan menurut Budi (1990), langkah-langkah dalam menyusun peta konsep adalah
sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi semua konsep yang akan dipetakan.
b) Menyatakan makna dari masing-masing konsep.
c) Meletakkan konsep-konsep tersebut dalam peta sesuai hubungannya mulai dari yang
paling umum ke yang paling khusus.
d) Membuat garis-garis penghubung dan melukiskan hubungan pada garis penghubung
tersebut.
Cara penilaian peta konsep yang telah dibuat harus memperlihatkan empat kriteria
penilaian, yaitu:
a) Kesahihan proposisi, yaitu hubungan antara dua konsep yang diindikasikan oleh garis
hubungan dan kata hubung.
b) Adanya hierarki, yaitu peta konsep yang digambarkan dari konsep yang paling umum
diletakkan paling atas dan konsep yang khusus diletakkan dibawah.
c) Adanya ikatan silang, yaitu peta yang menunjukkan hubungan yang berarti antara satu
segmen dari hierarki konsep dan segmen yang lain.
d) Adanya contoh-contoh, yaitu obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa yang digambarkan
dalam tingkatan konsep.

15
2.8 Peta Konsep dalam Pembelajaran
Di samping urgensi di atas, peta konsep dapat juga digunakan dalam pembelajaran
bila dilihat dari sebelum dan sesudah siswa mengetahui teknik pembuatannya. Seorang
guru mungkin menggunakan peta konsep sebagai teknik untuk beberapa kepentingan
sebelum siswa mengetahuinya, antara lain, sebagai berikut.
a) Persiapan desain materi untuk semester.
b) Persiapan mengajar per sesi.
c) Persiapan mengajar per topik bahasan.
d) Menghubungkan pelajaran dengan tutorial/laboratorium/seminar.
e) Menghubungkan pelajaran sebelumnya dengan pelajaran yang akan diajarkan.
f) Dalam mengorganisasikan proyek dan penulisan makalah (paper).
g) Membuat rangkuman teks bacaan.
h) Menentukan pemahaman sebelumnya.
i) Melokasi kesalahan pengertian.
j) Mengembangkan rangkuman tugas-tugas semester.
k) Merangkum catatan-catatan ceramah pelajaran.
l) Membuat kertas-kertas kerja.
m) Evaluasi dan penilaian.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep-konsep merupakan dasar-dasar untuk berfikir, untuk belajar aturan-
aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Tanpa konsep-konsep tak mungkin kita
mengajar. Guru hendaknya menentukan konsep-konsep yang akan diajarkan pada para
siswa, tingkat-tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari para siswa, dan metode
yang akan digunakan.
Analisis konsep dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran, dan untuk
menentukan apakah para siswa telah mencapai konsep-konsep pada tingkat yang sesuai.
Selanjutnya, untuk membuat jelas gagasan pokok bagi guru dan murid yang sedang
memusatkan perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik, maka diperlukanlah peta
konsep. Sehingga, analisis konsep dan peta konsep mengarahkan para siswa kepada
pemahaman akan fakta, konsep dan generalisasi yang menjadi dasar bagi manusia dalam
mengembangkan keterampilan, prosedur yang baik serta di dalam bersikap dan
berperilaku. Kesalahan dalam memahami fakta, konsep, dan generalisasi mengakibatkan
terjadi kondisi ketidakterampilan, prosedur yang salah serta adanya sikap dan perilaku
yang bertentangan dengan nilai.

17
Daftar Pustaka

Ahsana, Hikmah, Husnaeni, & Sangkala. (2020). Analisis Konsep untuk Memperjelas
Makna. Makalah. Makasar: Univerisitas Negeri Makassar.
Budi, Kartika. (1990). Essensi dalam Pembelajaran Peta Konsep. Yogyakarta: Cipta Mandiri.
Buzan, Tony. (2010). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dahar, R.W. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Krnsnz. (2016). Analisa Konsep dan Peta Konsep. Diakses melalui
https://krnsnz.wordpress.com/2016/04/07/analisa-konsep-dan-peta-konsep/. Pada 22
Januar9 2021
Muhimmati, Ifa. (2014). Penerapan Tugas Peta Konsep dalam Project Based Learning
(PJBL) untuk Mahasiswa Pendidikan Biologi UMM di Mata Kuliah Sumber Belajar
dan Media Pembelajaran. Jurnal Saintifika, Vo.16, No.2. Jember: Universitas Jember.
Riadi, M. (2020). Peta Konsep (Pengertian, Manfaat, Jenis dan Cara Pembuatan). Kajian-
Pustaka.com.
Sudjana, Nana. (2019). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyanto. (2013). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Trianto. (2013). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

18

Anda mungkin juga menyukai