Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KOGNITIFISME

Dosen Pengampu : Drs. Martadi, M.Sn.


Di susun oleh :
1. Renyta Kusumawati A.P. (19020124001)
2. Diva Wahyu Meiyanti (19020124012)
3. Surojul Ummah Nur F. (19020124014)
4. Whindha Kharisma Dhewanty (19020124015)
Prodi :
S1 Pendidikan Seni Rupa 2019 A

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN SENI RUPA
PENDIDIKAN SENI RUPA
2020
1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-NYA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Teori
Kognitivisme”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Teori Kognitivisme” bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Surabaya, 11 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................4
1.2 Rumusan Permasalahan...................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kognitivisme..................................................................5
2.2 Teori – Teori Belajar Berbasis Kognitivisme....................................
2.2.1 Teori Kognitif Gestalt...........................................................6
2.2.2 Teori Belajar Medan Kognitif dari Kurt Lewin.....................7
2.2.3 Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget............................7
2.2.4 Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner.................10
2.2.5 Teori Belajar dari Robert M. Gagne......................................11
2.2.6 Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausubel....................12
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitivisme..............................14
2.4 Perbedaan Teori belajar Kognitivisme dan Behaviorism.................15
2.5 Pengimplementasian Teori Belajar Kognitivisme............................16
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................18
3.2 Saran dan Kritik................................................................................18
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................20

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyaknya kasus yang telah beredar mengenai Pendidikan. Di dalam makalah
ini mampu sedikit menjawab prtanyaan yang ada di kepala kalian.Teori ini mampu sedikitnya
menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Pendidikan di indonesia sesak. Selain itu juga
membagi wawasan perihal teori kognitivisme. Salah satu metode pembelajaran kognitivisme.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang di maksud dengan Teori Belajar Konitivisme?
2. Apa perbedaan Teori Belajar Konitivisme dengan Behavioristik?
3. Ada berapa macam teori belajar yang berbasis kognitivisme ? Jelaskan!
4. Apa kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Konitivisme?
5. Bagaimana pengimplementasian Teori Belajar Konitivisme?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menambah wawasan perihal metode pembelajaran dengan teori
kognitivisme
2. Untuk mengetahui perbedaan antara teori kognitif dan behavioristik
3. Digunakan untuk opsi penggunaan metode pembelajaran
1.4 Manfaat
1. Mampu memahami apa yang di maksud dengan teori kognitivisme
2. Menambah wawasan perihal teori kognitivisme

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kognitivisme


Sehubungan dengan kelemahan teori behaviorisme yang telah dikemukakan
sebelumnya,banyak para ahli dan pemikir pendidikan yang kurang puas terhadap ungkapan
para behavioris bahwa belajar sekadar hubungan antara stimulus dan respon.
Menurut mereka perilaku seseorang selalu didasarkan oleh kognitif, yaitu tindakan
mengenal atau memikirkan situasi di mana perilaku itu terjadi.Istilah kognitif sendiri walau
banyak dipopularkan oleh piaget dengan teori perkembangan kognitif nya ,sebenarnya telah
dikembangakan oleh wilhelm wundt (bapak psikologi). Menurut wundt kognitif adalah
sebuah proses aktif dan kreatif yang bertujuan membangaun struktur melalui pengalaman-
pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi mahasiswa yg aktif dan kreatif
yang kemudian disimpan di dalam memori (diVesta,1987).
Perubahan dari behaviorisme ke konitivisme bukanlah perubahan yg linear,lurus dan
serta merta. Terjadi apa yang disebut dengan Revolusi Kognitif. Revolusi Kognitif adalah
nama gerakan intelektual yang terjadi pada tahun 1950-An. Saat itu terjadi komunikasi dan
riset antar disiplin yang intensif ,yang esensinya tidak menyetujui penerapan konsep
behaviorisme yang mengabaikan proses mental dan pikiran itu.
Adal 5 gagasan pokok yang melandasi revolusi kognitif ini seperti yang dinyatakan
oleh Steven Pingker (2002,yaitu : i) Dunia mental dapat di bumikan pada dunia fisis melalui
konsep – konsep tentang informasi,komputasi dan umpan balik,(ii) Pikiran tidak mungkin
seperti papan tulis kosong karena papan tulis kosong tidak dapat berbuat apa-apa, (iii) Suatu
rentan yang tidak terbatas menyangkut perilaku dapat dibangkitkan oleh program-program
gabungan terteentu di dalam pikiran,(iv) Mekanisme mental universal dapat menjadi dasar
timbulnya berbagai macam variasi tindakan lintas budaya ,(v) Pikiran adalah suatu sistem
kompleks yang tersususn dari bagian-bagian yang saling berinteraksi.
Teori Kognitif diawali oleh perkembangan psikologi gestalt yang dipelopori oleh
Marx Wertheirmer, walau sebenarnya seperti halnya dengan teori behaviorisme,kehadirannya
dapat dirunut ke belakang ke masa Yunani kuno ,berawal dari Filsafat Plato dan Aristoteles.
Namun, yang disebut sebagai pengembang teori ini adalah Jean Piaget ,seorang ahli psikologi
perkembangan kelahiran Swiss.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Teori
ini menekankan perilaku seseorang ditentukan oleh presepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar. Model belajar kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai Model perseptual. Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagi tingkah laku yang
tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi,emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

5
Penting dipahami bahwa dua pemikiran pokok dari kognitivisme adalah teori
pemrosesan informasi dan teori skema. Menurut pendekatan kognitif ,keterkaitannya dengan
pemrosesan informasi,unsur terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang
dimiliki setiap individu sesuai dengan situasi belajarnya. Seperti apa yang telah diketahui
siswa akan menentukan apa yang akan diperhatikan ,di presepsi oleh,dipelajari ,diingat atau
bahkan dilupakan. Perspektif kognitif dibagi menjadi 3 jenis yaitu.
1. Pengetahuan deklaratif ,pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentuk kata atau
pengetahuan konseptual. Yang rentangnya luas bisa tentang fakta,konsep,pengalaman pribadi
atau tentang hukum/aturan.
2. Pengetahuan Prosedural ,pengetahuan tentang tahap – tahap atau proses – proses yang
harus dilakukan (how to do). Yang dicirikan oleh adanya praktik dari suatu konsep.
3. Pengetahuan Kondisional, pengetahuan tentang kapan dan mengapa (when and why) suatu
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prisedural yang digunakan. Pengetahuan ini sangat
penting karena menentukan kapan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat dalam
memecahkan masalah.
Di dalam pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi- kondisi internal
dengan kondisi eksternal. Kondisi internal adalah kondisi yang diperlukan untuk mencapai
hasil pembelajaran yang optimal serta proses kognitif yang terjadi dalam diri individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan luar yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran. Dari hal tersebut menjelaskan kerja memori manusia
yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan nya yaitu :
1. Memori Sensori, sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga dapat berlangsung
analisis persepsi.
2. Memori Kerja , memori jangka pendek yang mampu menyimpan 5 – 9 informasi dalam
waktu sekitar 15 – 20 detik,sehingga cukup waktu bagi pengolahan informasi.
3. Memori jangka panjang , yang berfungsi menyimpan informasi yang sangat besar dala
waktu yang lama. Dan disimpan dalam bentuk verbal dan visual.
Teori Skema adalah suatu proses atau cara mengorganisasikan dan mrespon berbagai
pengalaman belajar. Dengan kata lain, Skema adalah suatu pola sistematis dari
tindakan,perilaku,pikiran ,dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka
pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan berbagai jenis situasi.

2.2 Teori – teori Belajar Berbasis Kognitivisne

2.2.1 Teori Kognitif Gestalt


Gestalt berasal dari bahas Jerman yang pada artinya bentuk atau konfigurasi. Dalam
dunia psikologi gestalt dimaknai sebagai kesatuan atau keseluruhan yang bermakna. Kognitif
Gestalt memiliki perilaku moral ,yaitu perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar.

6
Perilaku tidak ditentukan oleh sifat intrinsik dari keseluruhan. Pokok dari Gestalt
yaitu pengelompokan. Pentingnya grouping dijelaskan melalui hukum gestalt :
1. Proximitty
Kedekatan,objek yang berada atau berdekatan satu sama lain
2. Simetri
Kesamaan
3. Good continuation
Kesinambungan ,objek yang membentuk garis sambung cederung mengelompok

2.2.2 Teori Belajar Medan Kognitif dari Kurt Lewin


Kurt Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif (cognitive-field) dengan
menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang bahwa setiap
individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis, yang disebut
ruanghidup (life space). Belajar berlangsung sebagai akibat perubahan struktur kognitif.
Perubahan struktur kognitif itu merupakan hasil dari dua kekuatan, satu dari struktur medan
kognitif itu sendiri, yang lain dari kebutuhan motivasi internal individu.

2.2.3 Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Teori perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori
perkembangan mental. Teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar. Menurut
pieget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Dengan makin bertambahnya
usia seseorang, maka makin komplekslah sususnan sel sarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Menurut Piaget, setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya
menurut tahapan yang teratur. Pada suatu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema
atau struktur kognitif tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung
kepada pencapaian tahapan sebelumnya.
Secara garis besar skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya dibagi
dalam empat periode utama atau tahapan-tahapan sebagai berikut:

7
(1) Tahap sensori motor (berlangsung sejak lahir sampai sekitar usia 2 tahun).
Dalam dua tahun pertama kehidupannya, bayi dapat memahami lingkungannya
dengan jalan melihat, meraba, memegang, mengecap, mencium, mendengarkan dan
menggerakkan anggota tubuh.

Kemampuan yang dimiliki anak-anak antara lain:


a) melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya;
b) suka memperhatikan sesuatu lebih lama;
c) mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
(2) Tahap pra-operasional (sekitar usia 2-7 tahun)
Saat ini kecenderungan anak untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya
tentang realitas sangatlah menonjol. Intelektual anak dibatasi oleh egosentrisnya ia tidak
menyadari jika orang lain dapat berpandangan berbeda dengannya tentang sesuatu objek atau
fenomena yang sama. Akibatnya sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Berikut
adalah karakteristiknya;
a) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan
mencolok.
b) Tidak mampu memusatkan perhatian kepada objek-objek yang berbeda.
c) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan
perbedaan antarderetan.
(3) Tahap operasional konkret (berlangsung sekitar 7 - 11 tahun)
Pada kurun waktu ini pikiran logis anak mulai berkembang . Sesungguhnya anak telah
dapat melakukan klasifikasi, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems)
tetapi ia belum sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.
(4) Tahap operasional formal (mulai usia 11 tahun dan seterusnya.)
Sejak tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide, mereka
sudah mampu memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Pada tahap ini anak sudah
dapat bekerja secara efektif dan sistematis, secara proporsional, serta menarik generalisasi
secara mendasar.

Selanjutnya Piaget juga menjelaskan bahwa perkembangan skema (schema


development) adalah universal dalam urutannya, artinya semua pembelajar di seluruh dunia
memang harus melewati tahap sensori-motor sampai kepada tahap operasional formal.
Meskipun ternyata sedikit bervariasi dalam kecepatan penyelesaian setiap tahap dan dapat
memiliki berbagi bentuk. Perbedaan itu menurut Piaget disebabkan oleh empat faktor, yaitu:

8
• Kematangan dari dalam (maturity);
• Pengalaman individual dalam lingkungan tertentu seseorang itu tumbuh,
• Tranmisi sosial (sosialisasi melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah);
• Pengarahan diri secara internal dan pengaturan diri (intermal self direction and
regulation).

Menurut Piaget belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan tahap
perkermbangan kognitif peserta didik. Pesera didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan objek fisik yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya
dan dibantu oleh pertayaan tilikan dari guru.
Di samping itu Piaget mengembangkan pula konsep adaptasi dengan dua variannya,
yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi, dari sudut pandang biologi adalah integrasi unsur-
unsur eksternal terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Akomodasi, adalah
menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabung-gabungkan istilah/konsep
lama untuk menghadapi tantangan baru. Jika pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya,
maka pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya. Dalam konsep psikologi, asimilasi
pada hakikatnya sesuai dengan teori penyesuaian diri autoplastik (autoplastic), sedangkan
akomodasi sesuai dengan teori penyesuaian diri aloplastik (alloplastic).
Agar terjadi ekuilibrasi antara individu dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi
dan peristiwa akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
(1) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
(2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
(3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru tetapi tidak
asing.
(4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
(5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temannya.

Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dalam Budiningsih (2005 50) menyimpulkan
bahwa memurut konsep Piaget langkah-langkah pembelajaran meliput aktivitas sebagai
berikut:
(1) menentukan tujuan pembelajaran;
(2) memilih materi pelajaran;
(3) menentukan topik-topik
(4) menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik

9
(5) mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif
(6) melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
2.2.4 Teori Discovery learning dari Jerome S bruner
Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan secara aktif saat belajar di kelas.konsepnya adalah siswa mampu mengorganisasikan
bahwa pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat
kemajuan berpikir anak (Discovery learning). Siswa didorong dan disemangati untuk belajar
sendiri melalui kegiatan dan pengalaman.
Menurut bruner pada pembelajaran harus melalui tiga tahap pembelajaran, meliputi :
1). Enaktif (enactive), seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi
terhadap suatu objek.
2). Ikonik (iconic), pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-
gambar dan visualisasi verbal.
3). Simbolik, siswa sudah mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah
yang abstrak.
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner bahwa guru harus memandu para siswanya
sehingga mereka dapat membangun pengetahuannya sendiri, bukan karena diajari melalui
memorisasi hafalan. Informasi-informasi baru dipahami siswa dengan cara
mengklarifikasinya berlandaskan Pengetahuan terdahulu yang dimilikinya. Maksudnya,
belajar merupakan proses aktif dengan cara mana siswa mengkonstruksi gagasan baru atau
konsep baru berlandaskan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
Teori pembelajaran Jerome Bruner yang lain adalah teori pembelajaran konsep
(concept learning) atau disebut pemerolehan konsep (concept attainment) mendefinisikan
sebagai pencarian atau pendaftaran atribut-atribut yang dapat digunakan untuk membedakan
macam-macam kategori eksemplar dan kategori non eksemplar.
Konsep dimaksudkan sebagai kategori mental yang membantu kita mengklasifikasi
objek, kejadian atau ide-ide pada setiap objek, Setiap kejadian, setiap gagasan yang
membentuk seperangkat himpunan dengan ciri-ciri umum yang relevan.
Konsep kurikulum Bruner yang terkenal adalah gulung berbentuk spiral sebagai suatu
cara penyajian suatu materi pelajaran dengan mengorganisasikan materi pelajaran pada
tingkat makro. Contoh:
2+2+2 => 2×3 = 6
Langkah-langkah Pembelajaran menurut Bruner, yaitu:
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dsb)
3. Memilih materi pelajaran

10
4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke
generalisasi)
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dsb
untuk dipelajari siswa
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks dari yang konkret ke
yang abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2.2.5 Teori belajar dari Robert M Gagne


Teori Robert Gagne tentang pembelajaran terdiri dari tiga prinsip yaitu syarat-syarat
pembelajaran (condition of learning), 9 peristiwa pembelajaran (nine events of intructions),
dan taksonoemi hasil belajar (taxonomy of learning).
Berkaitan dengan proses pembelajaran gagne berpendapat bahwa tahapan proses
pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, motivasi, pemahaman, pemerolehan, penyimpanan,
pengingatan kembali, generalisasi, perlakuan, dan umpan balik. Sembilan peristiwa
pembelajaran menurut gagne adalah sebagai berikut.
1. Memberikan perhatian (gain attention).
2. Memberitahu siswa tentang tujuan pembelajaran, biarkan siswa mengetahui apa yang
akan dipelajari.
3. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu (recall prior knowledge).
4. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan (present material).
5. Memberikan panduan belajar (privide guided learning).
6. Menampilkan kinerja. Mintalah para siswa mengerjakan apa-apa yang baru dipelajarinya.
7. Memberikan umpan balik beritahu siswa kinerja nya masing-masing.
8. Menilai kinerja, menilai siswa tentang pengetahuannya mengenai topik pembelajaran.
9. Meningkatkan ingatan dan transfer pengetahuan.
Secara skematis penjelasan tentang sembilan peristiwa pembelajaran oleh Gagne di atas dapat
dilihat pada gambar berikut.

11
Dalam taksonomi hasil belajar, Gagne mengidentifikasi adanya lima kategori belajar :
Taksonomi hasil belajar Contoh tindakan khusus
Informasi verbal mengungkapkan materi pembelajaran yang baru dipelajari seperti
fakta-fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
keterampilan intelektual (diskriminasi, konsep konkret, konsep terdefinisikan, hukum-hukum,
hukum-hukum tingkat tinggi) * Diskriminasi: membedakan objek, fitur atau simbol, misalnya
mendengarkan permainan instrumen musik yang berbeda.
* Konsep konkret: mengidentifikasi kelas suatu objek, fitur, atau kejadian konkrit, misalnya
mengambil seluruh permen berwarna hijau dari sekaleng permen.
* Konsep Terdefinisikan: menggolongkan contoh-contoh baru dari suatu kejadian atau
gagasan berdasarkan definisinya.
* Hukum: menggunakan suatu hubungan tunggal untuk menyelesaikan sekelompok masalah.
* Hukum tingkat tinggi: menerapkan berbagai kombinasi baru untuk menyelesaikan masalah
yang kompleks.
Strategi Kognitif Menerapkan cara personal untuk memandu belajar, berpikir,
tindakan dan merasakan. contoh menyusun suatu rencana perusahaan untuk meningkatkan
hubungan dengan pelanggan.
Sikap Memilih tindakan personal yang dilandasi oleh status internal dari pemahaman dan
kemampuan merasakan.
Ketrampilan Motorik Melaksanakan kinerja yang melibatkan aktivitas otot-otot, seperti
berenang, lompat tinggi, berlari, angkat besi.

2.2.6 Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausubel

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan teori
belajar bermakna (meaningfull). Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan
belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal
menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak
menerima pelajaran begitu saja.

Menurut Ausubel pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi


baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat siswa.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah


struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi

12
tertentu dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna terjadi apabila seseorang belajar
dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Dalam
proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah ia pelajari dan mengasosiasikan
pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.
Beberapa kunci pandangan Ausubel adalah sebagai berikut :

1. Teori Subsumsi (subsumption theory)Subsumption ini memiliki makna


menggolong-golongkan secarahierarkis. Melakukan subsumsi berarti menjalankan suatu
materibaru (dalam hal ini pengetahuan) ke dalam struktur kognitifseseorang. Subsumsi ini
ada dua jenis yaitu (i) subsumsi korelatif,pengetahuan baru merupakan perluasan dari
pengetahuan yangsudah diketahui, (ii) subsumsi derivative, pengetahuan baru atauhubungan
antara pengetahuan baru dengan yang sudah ada. Darijenis subsumsi ini dapat muncul konsep
baru, artinya konsepterdahulu diubah atau diperluas maknanya, makna baru ini
jugamengandung makna yang lama. Ini yang disebut sebagai “figuringout” atau memahami
makna.

2.Advanced organizerIni adalah sejenis kerangka konseptual yang mencoba


menerapkankonsep subsumsi di dalam kelas. Advanced organizer adalah suatuperangkat atau
suatu pembelajaran mental yang bertujuanmembantu siswa di dalam mengintegrasikan
pengetahuan barudegan pengetahuan terdahulu.

Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:

1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkanpengetahuan yang telah


dimilikinya dengan materi pelajaran yangdipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih
dahulu menmukanpengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuanbaru
tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.

2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaranyang dipelajari ditemukan
sendiri oleh siswa tanpa mengaitkanpengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia
hafalkan.

3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materipelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepadasiswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang
baru iaperoleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.

13
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materipelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepadasiswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan
yang baru iaperoleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuanlain yang telah
ia miliki

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitivisme

Berikut ada beberapa kelebihan teori belajar kognitif yaitu,


1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya
merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan
berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan
membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa
mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk
mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa
sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat
pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada
lebih mudah dipahami.

14
2. Kelemahan Teori Belajar kognitif
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.

2.4 Pengimplementasian Teori Belajar Kognitivisme

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang teori belajar kognitivisme,
di bawah ini disajikan beberapa prinsip penerapannya (Nasution, 1982).

a. Belajar itu berdasarkan keseluruhan


Dalam teori ini dianggap bahwa keseluruhan itu lebih memiliki makna dari
bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam keseluruhan. Sebuah kata
akan bermakna manakala ada dalam sebuah kalimat. Demikian juga kalimat akan
memiliki makna apabila ada dalam suatu rangkaian karangan.
Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-
fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu murid dapat
mempelajari fakta.

b. Anak yang belajar merupakan keseluruhan


Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak itu
bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi mengembangkan pribadi
anak seutuhnya. Apa artinya kemampuan intelektual manakala tidak diikuti sikap yang
baik atau tidak diikuti oleh pengembangan seluruh potensi yang ada dalam diri anak. Oleh
karenanya mengajar bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-
lepas, tetapi mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri anak.

c. Belajar berkat insight


Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman terhadap hubungan
antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dengan demikian, belajar itu akan
terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar
bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat
insight yang sangat berguna untuk menghadapi setiap masalah.

d. Belajar berdasarkan pengalaman

15
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberi arti dan makna kehidupan
setiap perilaku individu. Belajar adalah melakukuan reorganisasi pengalaman-pengalaman
masa lalu yang secara terus-menerus disempurnakan. Apabila seorang anak kena api,
maka kejadian akan memberi pengalaman setelah ia mengolah, menghubungkan, dan
menafsirkannya bahwa api merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit,
sehingga ia bisa menyimpulkan dan menentukan sikap bahwa api harus dihindari. Akan
tetapi, kemusian anak akan mereorganisasi pengalamannya bahwa api itu ternyata besar
juga manfaatnya dan tidak selalu berbahaya. Inilah hakekat pengalaman. Dengan
demikan, proses membelajarkan adalah proses memberikan pengalaman-pengalaman yang
bermakna untuk kehidupan anak.

2.5 Perbedaan Teori belajar Kognitivisme dan Behaviorisme


Menurut aliran behavioristik belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi
antara pesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau
hubungan antara Stimulus dan Respon (S-R). Oleh sebab itulah teori ini dikenal atau disebut
dengan teori stimulus respon. Teori-teori yang termasuk kedalam kelompok behavioristik
diantaranya: Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike, Classical conditioning, dengan
tokohnya Pavlop, Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner, Sistematic
behavior, yang dikembangkan oleh Clarek Hull, Contiguous conditioning, yang
dikembangkan oleh Edwin Guthrie.

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas. Sedangkan, teori-teori yang termasuk kedalam kelompok kognitif holistik
diantaranya: Teori Gestalt dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wertheimer, Teori Medan
(Field Theory) dengan tokohnya Lewin, Teori Organismik yang dikembangkan oleh Wheeler,
Teori Humanistik dengan tokohnya Maslow dan Rogers serta teori Konstruktivisik dengan
tokohnya yang sangat terkenal yaitu Jean Piaget.

Perbedaan antara aliran behavioristik dan aliran kognitif adalah: pertama teori
behavioristik mementingkan pengaruh lingkungan, sedangkan teori kognitif lebih
mementingkan apa yang ada dalam diri. Kedua dalam teori behavioristik mementingkan pada
bagian-bagian, namun dalam teori kognitif mementingkan keseluruhan. Ketiga pada teori
behavioristik mengutamakan peran reaksi, dan pada teori kognitif menguatkan fungsi
kognitif. Keempat dalam teori belajar behavioristik hasil belajar terbentuk secara mekanis,
dalam teori kognitif terjadi kesinambunagan dalam diri. Kelima teori behavioristik
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, dan teori kognitif tergantung pada saat itu. Keenam
teori behavioristik mementingkan pembentukan kebiasaan, dan pada teori kognitif
mementingkan terbentuknya struktur kognitif. Ketujuh pada teori behavioristik dalam

16
memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and eror, sedangkan pada teori kognitif
untuk memecahkan masalah didasarkan kepada insight.

17
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut wundt kognitif adalah sebuah proses aktif dan kreatif yang bertujuan
membangaun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Teori ini menekankan perilaku
seseorang ditentukan oleh presepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajar. Penting dipahami bahwa dua pemikiran pokok dari kognitivisme
adalah teori pemrosesan informasi dan teori skema.
Di dalam pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi- kondisi internal
dengan kondisi eksternal. Kondisi internal adalah kondisi yang diperlukan untuk mencapai
hasil pembelajaran yang optimal serta proses kognitif yang terjadi dalam diri individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan luar yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran. Dari hal tersebut menjelaskan kerja memori manusia
yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan nya yaitu :
1. Memori Sensori
2. Memori Kerja
3. Memori jangka panjang
Teori Skema adalah suatu proses atau cara mengorganisasikan dan mrespon berbagai
pengalaman belajar. Adapun Teori – teori belajar berbasis kognitivisme yaitu.
Teori Kognitif Gestalt,Teori Belajar Medan Kognitif dari Kurt Lewin,Teori
Perkembangan Kognitif Jean Piaget,Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner,Teori
Belajar dari Robert M. Gagne,Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausubel.
Jadi Teori Kognitivisme ini merupakan salah satu model pembelajaran yang di
gunakan untuk mempermudah/ melakukan pembelajaran yang lebih mengedepankan proses
yang bertujuan untuk membangun struktur melalui pengalaman.

3.2 Saran dan Kritik

Proses pembelajaran menggunakan teori kognitif karena lebih mengedepankan proses


belajarnya. Bukan tidak mungkin tetap ada hal yang memiliki kekurangan. Sebagai contoh,
setiap siswa memilik tingkat kecerdasan (Level IQ ) yang berbeda – beda karena pada
dasarnya tingkat kecerdasan tidak hanya di pengaruhi oleh lingkungan maupun proses
pembelajaran. Namun faktor gen juga mempengaruhi.
Oleh karena itu, proses pembelajaran yang yang mengedepankan proses belajar juga
diimbangi dengan pendekatan terhadap individu,karena setidaknya itu mampu membantu
proses belajar dengan lebih mengetahui kemampuan siswa itu sendiri. Dan apabila dilihat
dari beberapa kelemahan di teori ini baiknya di perbaiki sebaik mungkin.

18
Demikianlah yang dapat kami sajikan materi Teori Belajar Kognitivisme dalam
makalah ini. Kami sangat berharap pembelajaran. Senantiasa berlanjut dengan mencari buku
buku pedoman lainnya hingga tercapainya tujuan dari pembelajaran perkuliahan ini dan
memberikan manfaat untuk kehidupan kita,banyak sekali kekurangan dari makalah kami
menerima segala kritik dan saran tambahan.

19
DAFTAR PUSAKA
Dahar, RatnaWilis.( 2011) . Teori Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Erlangga
http://pendvokasi.blogspot.com/2017/08/kelebihan-dan-kekurangan-teori-belajar.html

https://fatinahmunir.blogspot.com/2012/11/penerapan-teori-belajar-kognitivisme.html

https://www.kompasiana.com/ekapriyani/55100527a33311cd39ba7e10/behavioristik-vs-kognitif

20

Anda mungkin juga menyukai