Anda di halaman 1dari 18

MINI RISET

“TEORI BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN MODEL


PEMBELAJARAN”

Disusun Oleh:

Leny Nauliana Barus (8236121003)


Nurajija Batubara (8236121007)
Wahyu Hidayat (8236121014)

KELAS/ANGKATAN : A / 2023
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Naeklan Simbolon, M. Pd.

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Pertama, puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya
kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini. Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan
tugas Mini Riset agar penulis dapat lebih memahami tentang Teori Belajar Dalam
Pengembangan Model Pembelajaran. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Naeklan Simbolon, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Belajar Dalam
Pengembangan Model Pembelajaran yang telah membimbing penulis dalam menyusun makalah
Mini Riset. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan berbagai pihak. Penulis berharap semoga makalah ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Kedua, penulis memohon maaf atas kekurangan dalam penulisan Mini Riset ini. Kritik dan
saran dari para pembaca sangat saya harapkan agar lebih baik lagi kedepannya.

Medan, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1................................................................................................................... Latar
Belakang..................................................................................................1
1.2...................................................................................................................
Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3................................................................................................................... Tujuan
..................................................................................................................2
BAB II TINJAUN TEORITIS............................................................................3
2.1. Teori Belajar..........................................................................................3
2.2. Model Pembelajaran.............................................................................5
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................9
3.1. Metode Penelitian..................................................................................9
3.2. Instrumen Penelitian ............................................................................9
3.3 Paparan Data dan Hasil Penelitian.......................................................9
BAB IV PENUTUP..............................................................................................11
4.1. Kesimpulan............................................................................................11
4.2. Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
LAMPIRAN.........................................................................................................13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari ketepatan tenaga
pendidik dalam memilih dan menerapkan teori dan model belajar di dalam kelas.
Peserta didik akan belajar dengan baik jika guru mampu merancang pembelajaran
dengan baik. Menurut Ukti Lutvaidah (2015) menjelaskan bahwa dalam setiap
mengikuti proses pembelajaran sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan hasil
belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu merekadalam
mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar
yang baik pula. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai
tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi dalam
kegiatan pembelajaran dikatakan bernilai edukatif karena diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilakukan, dengan
harapan bagaimana materi orongn yang disampaikan dapat dikuasai dan dimengerti
oleh siswa secara tuntas (Kartiani, 2015).
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan
kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Sejalan dengan pendapat Joyce
bahwa “Each model guides us as we design instruction to help student achieve various
objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita
dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran (Trianto, 2011).

1
Dilihat dari pentingnya model pembelajaran bagi tenaga pendidik, peneliti
ingin mengetahui teori serta model pembelajaran yang digunakan tenaga pendidik di
sekolah. Sekolah yang menjadi sasaran penelitian adalah SMP Negeri 3 Pantai Labu.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Model pembelajaran apa yang digunakan oleh guru di SMP N 3 Pantai Labu?
2. Apa masalah yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas?
2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mencari tahu model pembelajaran yang digunakan guru di SMP N 3 Pantai Labu
2. Mencari tahu masalah yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah

2
BAB II
TINJAUN TEORITIS

2.1. Teori Belajar


Mengkaji tentag teori-teori pembelajaran sangat bermanfaat bagi guru untuk
mempertimbagankan berbagai teori belajar untuk keperluan mengajar. Mengidentifikasi prinsip-
prinsip pembelajaran, dan memahami bagaimana perbedaan individu mempengaruhi proses
belajar. Ada berbagai teori tentang bagaimana siswa belajar.
Teori Pembelajaran “Teori adalah suatu orong konsep, definisi, proposisi, dan
variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasi sehingga dapat
menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu”. “Teori adalah sebagai
seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan
sistematik mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antar variabel, dengan tujuan
untuk menerangkan dan meramalkan fenomena”. “Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan
generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam
berbagai organisasi” (Saefiana, et al., 2022). Berdasarkan pendapat ahli di atas, jadi penulis
menyimpulkan bahwa teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya
memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
kebenarannya.
Ada empat kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu:
teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme dan teori
belajar orongn. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati
pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran
berbasis otak. Teori konstruktivisme berpendapat bahwa belajar sebagai sebuah proses di mana
pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep. Dan teori orongn ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
2.1.1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.

3
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan
orong pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau
materi orongn menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan
pada ketrampilan mengungkapkan orong isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil belajar
2.1.2. Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif
bahwa para peserta didik memproses infromasi dan orongn melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.
Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan
pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner
bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas
bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
2.1.3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat
diartikan Konstruktivisme adalah suatu oron membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme
siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa
akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan

4
lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal
dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai
bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan
pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam
perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi
kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya
pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi
pengetahuan.
2.1.4. Teori Belajar Humanistik
Para ahli orongn melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu proses
memperoleh informasi baru dan internalisasi informasi ini pada individu. Dalam teori belajar
orongn, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi
diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Pengertian orongn yang beragam
membuat orong aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula.

2.2. Model Pembelajaran


Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan untuk menyiasati perubahan
perilaku peserta didik secara adaptif maupun orongn, dan model pembelajaran berkaitan erat
dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru yang sering dikenal dengan style of
learning and teaching. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual tentang prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, baik
pembelajar maupun pengajar (Suprijono, 2009: dan Sani, 2013). Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk buku-buku, film, orong, dan lain-lain untuk membantu peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran (Joyce, dalam Trianto, 2007).

5
2.2.1. Model Pembelajaran Discovery/Inquiry
Model pembelajaran Discovery/Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku. Ada 3
macam model pembelajaran ini, yaitu discovery/inquiry terpimpin, discovery/ inquiry bebas, dan
discovery/inquiry yang dimodifikasi. Model ini berfungsi sebagai (a) membangun komitmen di
kalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan
loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran, (b) membangun
sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran, dan (c) membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya
(Hanafiah, Nanang, & Suhana, 2009).
2.2.2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran yang
didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik, yakni
penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan nyata. Menurut Dewey,
model pembelajaran berdasarkan masalah ini adalah interaksi antara orong respon, hubungan
antardua arah belajar dan lingkungan. Dalam model ini, siswa mengerjakan permasalahan yang
autentik dengan maksud untuk orong pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiry dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Ciri-ciri
model pembelajaran berbasis masalah, yaitu (a) permasalahan merupakan orong awal dalam
belajar, (b) permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang nyata yang membutuhkan
perspektif ganda, (c) permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki dan membutuhkan
identifikasi kebutuhan belajar baru, (d) belajar pengarahan diri menjadi utama, I pemanfaaatan
sumber pengetahuan yang beragam, (f) belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
(g) pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan
penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, (h) keterbukaan
proses dalam Proses Belajar-Mengajar meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar,
dan (i) Proses Belajar-Mengajar melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar (Trianto, 2007).
2.2.3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek

6
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang dilakukan
untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan cara membuat karya
atau proyek terkait dengan materi ajar dan kompetensi. Proyek yang dibuat berkaitan dengan
kebutuhan orongn, seperti pompa air sederhana, pupuk orong, barang kerajinan dari limbah
orong atau limbah kertas/karton, dan lain-lain. Proyek yang dibuat bisa sederhana atau
prototipenya saja. Model pembelajaran berbasis proyek ini mencakup kegiatan menyelesaikan
masalah, pengambilan keputusan, investigasi, dan keterampilan membuat karya. Peserta didik
belajar berkelompok dan setiap kelompok bisa membuat proyek yang berlainan. Guru hanya
sebagai fasilitator dalam membantu merencanakan, menganalisis proyek, namun tidak sampai
memberikan arahan dalam menyelesaikan proyek.
Sintaks dalam model pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut. Tahap pertama,
guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan kompetensi yang akan
dicapai. Tahap kedua, peserta didik mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait
dengan topik yang dikaji. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru. Tahap ketiga, kelompok
membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian permasalahan yang diidentifikasi. Tahap
keempat, kelompok membuat proyek atau karya dengan memahami konsep atau prinsip yang
terkait dengan materi orongn. Tahap kelima, guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas
pekerjaan/karya yang dihasilkan oleh peserta didik.
2.2.4. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dengan cara mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan
antarpengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota
masyarakat. Rumusan lain, model pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran
orong yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara
bermakna berkaitan dengan konteks kehidupan nyata, sehingga peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dari konteks permasalahan ke satu
permasalahan lain. Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Model pembelajaran ini
menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan
karena model ini mengaitkan materi orongn yang dipelajari dengan konteks kehidupan nyata dan
dihubungkan dengan gaya belajar siswa (Trianto, 2007).

7
Karakteristik model pembelajaran kontekstual adalah (Hanafiah, Nanang, & Suhana,
2009):
1. Kerjasama antarpeserta didik dan guru (cooperative)
2. Saling membantu antarpeserta didik dan guru (assist)
3. Belajar bergairah (enjoyfull learning)
4. Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual
5. Menggunakan multimedia dan sumber belajar
6. Cara belajar siswa aktif
7. Sharing orong teman
8. Siswa kritis dan guru kreatif
9. Dinding kelas dan orong kelas penuh dengan karya siswa
10. Laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil karya siswa, laporan hasil
praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Metode Penelitian


Peneltian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Pantai Labu yang beralamat di Jl. Pantai
Labu B. Kuis, Sei Tuan pada tanggal 24 November 2023. Penelitian ini dilakukan selama satu
hari. Jenis penelitian ini ialah kualitatif deskriptif. Sedangkan masalah yang menjadi focus
perhatian dalam penelitian adalah mencari tahu model pembelajaran yang digunakan guru di
SMP N 3 Pantai Labu. Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh guru di SMP N 3 Pantai
Labu, sedangkan untuk sampelnya peneliti mengambil informasi melalui wawancara dari salah
seorang guru bidang studi Matematika di sekolah tersebut.

3.2. Instrumen
Penelitian ini menggunakan metode lapangan wawancara dan pengamatan langsung
bagaimana penerapan strategi belajar mengajar di sekolah tersebut.

3.3. Paparan Data Dan Hasil Penelitian


1. Perkenalan narasumber
Narasumber pada penelitian ini yaitu Ibu Elvina Nababan, S.Pd. beliau merupakan
guru mata Pelajaran Matematika kelas VII, VIII, IX di SMP Negeri 3 Pantai Labu.
2. Model apa yang digunakan dalam pembelajaran?
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan narasumber, narasumber telah
memahami berbagai macam model dalam pembelajaran, namun dalam penerapan nya model
yang dominan digunakan dalam pembelajaran masih menerapkan model pembelajaran
konvensional dimana pembelajaran masih berpusat pada guru dan sesekali guru menggunakan
model pembelajaran diskusi dan tanya jawab.
3. Bagaimana pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran?
Penggunaan media dalam pembelajaran dilihat dari materi yang akan diajarkan. Jika
materi yang akan diajarkan mengharuskan guru menggunakan media dalam pengajaran nya,
maka guru akan menggunakan media pembelajaran.
4. Media pembelajaran apa yang sering digunakan dalam pembalajaran?
9
Media pembelajaran yang sering digunakan di dalam pembajaran berupa video
pembelajaran.
5. Bagaimana fasilitas sekolah untuk menunjang pengaplikasian media?
Dalam pengaplikasian media guru mengalami kendala dalam fasilitas yang terbatas.
Jumlah Infocus yang terbatas membuat guru mengalami kesulitan ketika ingin menggunakan
nya karena telah digunakan oleh guru yang lain. Sinyal Wi-fi yang tidak menjangkau hingga ke
kelas juga menjadi salah satu kendala guru dalam pengaplikasian media pembelajaran di kelas.
6. Bagaimana kesulitan guru dalam merancang media pembelajaran
Tidak semua guru yang paham akan teknologi, sehingga guru mengalami kesulitan
dalam merancang media pembelajaran. Hal ini menyebabkan media yang digunakan tidak
bervariasi. Guru lebih sering menggunakan video pembelajaran sebagai media pembelajaran.
Keterbatasan waktu juga menjadi hal yang menghambat guru dalam merancang media
pembelajaran.
7. Bagaimana kesulitan belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas?
Tidak semua siswa yang ada di dalam satu kelas yang telah mencapai ketuntasan
belajar. Hal ini disebabkan oleh kemampuan Literasi dan Numerasi yang rendah, sehingga
menyebabkan siswa kesulitan ketika diberikan permasalahan yang memerlukan kemampuan
berpikir kritis. Motivasi belajar siswa juga masih rendah, hal ini dapat dilihat dari kurangnya
kesadaran siswa untuk dapat belajar secara mandiri sehingga guru harus terus-menerus
mengawasi siswa untuk tetap focus pada pembelajaran.
8. Bagaimana cara anda dalam mengatasi kesulitan belajar siswa?
Agar ketuntasan belajar siswa di dalam kelas sama, guru memberikan soal Latihan
kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dan siswa diarahkan untuk menulis ulang
materi yang telah diajarkan.

10
BAB IV
PENUTUP

2.3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, maka
dapat ditarik kesimpualan yaitu guru di SMP Negeri 3 Pantai Labu masih dominan menggunaan
model pembelajaran konvensional, dimana pembelajaran masih berpusat pada guru.
Permasalahan-permasalahan yang didahadapi guru berupa fasilitas sekolah yang terbatas,
kemampuan guru dalam pemanfaatan teknologi, keterbatasan waktu guru dalam merancang
media pembelajaran, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar, kemampuan literasi dan
numerasi siswa yang rendah, serta kurangnya motivasi belajar siswa.

2.4. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh diatas maka dapat diberikan saran yaitu
hendaknya guru menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif untuk dapat mencapai
ketuntasan belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga diharapkan agar guru dapat terus
mengikuti perkembangan teknologi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Nanang, & Suhana. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika
Aditama.
Saefiana, Sukmawati, F. D., Rahmawati, Rusnady, D. A., Sukatin, & Syaifuddin. (2022). Teori
Pembelajaran dan Perbedaan Gaya Belajar. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Vol 3 (1),
hal 150-158.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.

12
LAMPIRAN

Halaman Sekolah

Peneliti melakukan penelitian di sekolah SMP Negeri 3 Pantai Labu

13
Situasi pembelajaran di kelas

Wawancara kepada salah satu guru SMP Negeri 3 Pantai Labu

14

Anda mungkin juga menyukai