Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Perkuliahan Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu : Vivi Astutu N, M.Pd.

Oleh :

1. Dea Puspita Anggraini (SD.2111.003)

2. Ismi Endang Rahmawati (SD.2111.006)

3. Indah Tri Rahayu S, N. (SD.2111.018)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP MUHAMMADIYAH BLORA
BLORA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.


Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses
pengerjaan makalah ini. Khususnya para mahasiswa dan pembimbing mata kuliah
“PINDIDIKAN MATEMATIKA.”
Dalam proses pengerjaan makalah ini, saya sebagai penyususn menemukan banyak
kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu serta wawasan yang dimiliki penyususn. Dengan
semua kekurangan yang dimiliki oleh saya sebagai penyusun, diharapkan kepada para maha
siswa dapat memberikan kritikan dan saran.
Makalah yang berjudul “Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika” ditulis
untuk memenuhi mata kuliah Dasar Dasar Pendidikan. Penyusun mohon maaf yang sebesar
besarnya apa bila terdapat banyak kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat dalam
makalah ini. Semogamakalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Rabu , 21 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Pembelajaran.....................................................................4
B. Macam-Macam Teori Pembelajaran.............................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan alat untuk memberikan cara berpikir, menyusun pemikiran


yang jelas dan tepat Hudojo (2005) menyatakan, matematika sebagai suatu obyek abstrak,
tentu saja sangat sulit dapat dicerna anak-anak sekolah dasar (SD). Siswa SD belum mampu
untuk berpikir formal maka dalam pembelajaran matematika sangat diharapkan bagi para
pendidikan mengaitkan proses belajar mengajar di SD dengan teori yang konkret.

Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajian didasarkan pada
suatu teori psikologi belajar yang saat ini masih dikembangkan oleh ahli pendidikan.
Kemampuan memahami teori-teori belajar ini merupakan salah satu kompetensi pedagogik
guru, sehingga guru mampu mengembangkan pembelajaran yang memuat tiga macam
aktivitas yaitu, ekplorasi, klarifikasi, dan refleksi.

Secara garis besar ada dua arus besar dalam perkembangan teori belajar, yaitu aliran
Behaviorisme dan aliran Kognitif. Dua aliran ini memiliki dua pijakan berpikir yang sangat
jelas perbedaannya. Aliran Behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan tingkah
laku, sehingga belajar merupakan rangkaian aktivitas mengelola stimulus untuk mendapatkan
respon yang diinginkan, sedangkan aliran kognitif memandang belajar sebagai perubahan
struktur kognitif. Cara pendang tentang proses belajar tentunya akan mempengaruhi
bagaimana cara guru mengajar. Dari dua alur teori belajar tersebut lahirlah pendekatan
belajar, model pembelajaran, strategi pengajaran, hingga metodenya. Begitu pentingnya
pengetahuan tentang teori belajar ini bagi guru, sehingga guru mampu merancang
pembelajarannya sesuai dengan materi yang hendak dikembangkannya, level pengetahuan
siswa, dan teori belajar yang akan dirujuk.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Teori Pembelajaran?

2. Apa Saja Macam-Macam Teori Pembelajaran dan pengguanaannya pada pembelajaran


Matematika?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Pembelajaran.

1
2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Teori Pembelajaran dan penggunaannya pada
pembelajaran Matematika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori belajar

Teori belajar menurut Resseffendi (1998) adalah berisi uraian tentang apa yang terjadi
dan apa yang diharapkan terjadi terhadap mental peserta didik. Sementara itu, pengertian
tentang belajar itu sendiri berbeda-beda menurut teori belajar yang dianut seseorang. Menurut
pandangan modern menganggap bahwa belajar merupakan kegiatan mental seseorang
sehingga terjadi perubahan tinggkah laku. Perubahan tersebut dapat dilihat ketika siswa
memperlihatkan tingkah laku baru, yang berbeda dengan tingkah laku sebelumnya. selain itu,
perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat ketika seseorang memberi respon yang baru
(Gledler, 1986). Hudoyo (1998) menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berlangsung
dalam mental seseorang, sehingga terjadi perubahan tingkah laku tersebut bergantung kepada
pengalaman seseorang.
Pembelajaran metematika merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi. Banyak orang
yang tidak menyukai matematika, termasuk siswa yang masih duduk di bangku sekolah dasar
mereka menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Anggapan ini
membuat mereka merasa malas untuk belajar matematika.
Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang
melibatkan pengembangan pola berpikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar
yang sengaja diciptkan oleh guru dngan berbagai metode dan teori belajar agar program
belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara efektif dan efesien.

Kesimpulan : Teori belajar ialah berisi uraian tentang apa yang terjadi dan apa yang
diharapkan terjadi terhadap mental peserta didik. Sehingga proses interaksi antara guru dan
siswa yang melibatkan pengembangan pola berpikir dan mengolah logika pada suatu
lingkungan belajar.

B. Teori Belajar Menurut Bruner


Jarome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih
berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktural-struktural

3
yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan di samping hubungan yang terkait antara
konsep-konsep dan struktur-struktur.
Bruner, dalam teorinya, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi
kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dengan alat peraga tersebut,
siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda
yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan dengan
keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya.
Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa melewati 3 tahap, yaitu :
a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental, yang
merupkan gambaran dari objrk-objrk yang dimanipulsinya. Anak tidak langsung
memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif.
c. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini siswa memanipulasi sombol-simbol atau lambang-lambang objek
tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap
ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek real.
Dari hasil pengamatan Bruner ke sekolah-sekolah diperoleh beberapa kesimpulan yang
melahirkan dalil-dalil. Di antaranya dalil penyusunan (constructive theorem). Dalil
kekontrasan, dalil keanekaragaman (contras and variation theorem), dan dalil pengaitan
(connective theorem).
1) Dalil Penyusunan (konstruksi)
Dalil ini menyatakan bahwa siswa, selalu ingin mempunyai kemampuan dalam hal
menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, untuk itu siswa harus dialtih
melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam
pikiran siswa, harus menguasai konsep dengan mencobanya dan melakukan sendiri. Dengan
demikian, konsep yag dilakuakn dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut,
maka siswa akan lebih memahaminya.
Apabila dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide tersebut disertai bantuan
benda-benda konkret, maka siswa akan lebih mudah mengingat ide-ide yang dipelajarinya
itu. Dalam tahap ini siswa akan memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinya dengan
benda-benda konkret yang dimanipulasinya. Memori seperti ini bukan sebagai akibat

4
penguatan. Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya dalam tahap awal pemahaman konsep
diperlukan aktiivitas-aktivitas konkret yang mengantar siswa kepada pengertian konsep.
2) Dalil Notasi
Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi memegang
peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan mentala siswa. Sebagai contoh notasi untuk
menyatakan fungsi :
F(x) = 3x – 2
Kita menggunakan notasi
0 = (3x x Δ) – 2
Bagi siswa yang mempelajari konsep fungsi lebih lanjut diberikan notasi fungsi.
{(x,y) |y = 3x – 2, x y € R)

Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling
sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian seperi ini dalam matematika merupakan
pendekatan spiral.
3) Dalil Pengkontrasan dan Keanekaragaman
Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontasan dan keanekaragaman sangat penting
dalam melakuakan pengubahan konsep matematika dari konsep konkret ke konsep yang lebih
abstrak diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga siswa mampu mengetahui
karakteristik konsep tersebut. Konsep yang diterangkan dengan contoh dan bukan contoh
adalah salah satu cara pengkontrasan. Melalui cara ini siswaakan memahami arti dan
karakteristik konsep yang diberikan tersebut. Sebagai contoh, untuk menjelaskan pengertian
persegi panjang, disertai juga kemungkinan jajaran genjang dan segi empat lainnya selain
persegi panjang.
Keanekaragaman juga membantu siswa dalam memahami konsep yang disajikan, dan
hal ini dapat memberikan belajar bermakna bagi siswa. Misalnya, untuk memperjelas
pengertian bilangan prima siswa perlu diberi contoh yang sifatnya keanekaragaman. Selain
itu perlu juga diberikan contoh-contoh bilangan ganjil tyang termasuk bilangan prima dan
yang tidak.
4) Teori Pengaitan (konektivitas)
Dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan
konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan dari segi isi saja, namun juga dari segi

5
rumus-rumus yang digunakan. Misalnya konsep dalil Phytaghoras diperlukan untuk
menentukan tripel Phytagoras atau pembuktian rumus kuadratis dalam trigonometri.

Kesimpulan : Jarome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan
lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktural-
struktural yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan di samping hubungan yang
terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Terdapat 3 tahap yaitu : tahap
enaktif ,tahap ikonik dan tahap simbolik.
C. Teori Belajar Menurut Dienes
Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi
tentang struktur memisahkan hubungan-hubungan di antara studi tentang struktur –struktur
dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Dienes mengemukakan
bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang
konkret akan dapat difahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda tau
objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik
dalam pengajaran matematika.
Dalam teori yang dikemukakannya, Dienes menyatakan bahwa konsep-konsep
matematika dakan berhasil bila dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dalam konsepnya itu
Dienes membagi tahap-tahap belajar dalam 6 tahap, yaitu
1. Permainan bebas (free play)

2. Permainan yang disertai aturan (games)

3. Permainan kesamaan sifat (searching for comunities)

4. Representasi (representation)

5. Simbolisasi (simbolitation)

6. Formalisasi (formalitation)
Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktivitasnya tidak berstruktur
dan tidak diarahkan. Aktivitas ini memungkinkan siswa mengadakan percobaan dan
mengutak atik (memanipulasi) benda-benda konkret dan abstrak dari unsur-unsur yang
sedang dipelajarinya itu.
Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan
yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu
tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan

6
tadi. Jelaslah dengan melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan
bagaimana struktur matematika itu.
Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan
sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari
kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan memstrantlasikan kesamaan
struktur dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat
bstrak yang ada dalam permainan semula.
Representasi adalah tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang
sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka
berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi yang dihadapinya itu.
Representasi yang diperboleh ini bersifat abstrak. Dengan demikian telah mengarah pada
pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang
sedang dipelajari.
Simbolasi temasuk tahap belajar yang membutuhkan kemampuan merumuskan
representasi dari setiap konsep dengan menggunakan symbol matematika atau melalui
perumusan verbal.
Formalisasi merupakan tahap ini siswa-siswa dituntut untuk menurutkan sifat-sifat
konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa
yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu
merumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut.

Kesimpulan : Matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur memisahkan


hubungan-hubungan di antara studi tentang struktur –struktur dan mengkategorikan
hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Terdapat 6 tahap dalam proses belajar yaitu :
permainan bebas (free play), permainan yang disertai aturan (games), permainan kesamaan
sifat (searching for comunities), representasi (representation), simbolisasi (simbolitation),
formalisasi (formalitation).

D. Teori Belajar Menurut Van Hiele


Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele
(1964), yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental siswa dalam geometri. Menurut
van Hiele, tiga unsure utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, amteri pengajaran dan
metode pengajaran yang diterapkan, jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa kepada tingkatan berpikir yang lebih tinggi.

7
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar siswa dalam belajar geometri yaitu :
1. Tahap Pengenalan
Dalam tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri scara
keseuruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang
dilihatnya itu.
2. Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri
yang diamati. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri
itu.
3. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini siswa sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan yang kita
kenla dengan sebutan berfikir deduktif. Namun kemampuan ini belum berkembang secara
penuh.
4. Tahap Deduksi
Dalam tahap ini siswa sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni
penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus.
5. Tahap Akurasi
Dalam tahap ini siswa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari
prinsip-prinsip dasar melandasi suatu pembuktian.

Kesimpulan : Menurut van Hiele, tiga unsure utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu,
materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ditata secara terpadu akan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa kepada tingkatan berpikir yang lebih tinggi.

E. Teori Belajar Menurut Gagne


Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang menggunakan matematika
sebagai medium untuk implementasi dan menguji teori belajarnya. Menurut gagne objek
matematika terdiri dari dua, yaitu ;
- Objek langsung yang meliputi fakta, operasi , konsep dan prinsif

- Objek tak langsung yang meliputi kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin
diri, bersikap positif dan tahu bagaimana semestinya belajar.
1) Belajar Isyarat ( Signal Learning)
Belajar isyarat merupakan proses belajar melalui pengalaman-pengalaman menerima
suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya ada “Aba-aba siap”

8
merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu, tersenyum merupakan isyarat perasaan
senang.
2) Belajar melalui stimulus-respon ( Stimulus-response learning)
Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang
diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dengan
stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat sebagai akibat stimulus
tersebut.
3) Rantai atau rangkaian (Chaining)
Chaining atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi
segera setelah yang satu lagi. Misalnya : Pulang kantor, ganti baju, makan, istirahat.
4) Asosiasi verbal (Verbal association)
Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian
verbal tertentu. Misalnya : seseorang mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran
genjang, bola dlsbnya. Lalu merangkai itu menajdi suatu pengetahuan geometris, sehingga
seseorang dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.
5) Belajar diskriminasi ( Discrimination learning)
Belajar diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya,
dapat membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya walaupun bentuk
manusia hampir sama, dapat membedakan merk sepedamotor satu dengan yang lainnya
walaupun bentuknya sama. Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-
kadang jika jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak mampu
membedakan.
6) Belajar konsep (Concept learning)
Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi
internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang bisa
melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat melakukan tanpa terbatas berkat bahasa dan
kemampuan mengabstraksi. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia
sekitarnya menurut konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dllnya
7) Belajar aturan (Rule learning)
Belajar model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui
oleh setiap orang yang telah mengenyam pendidikan. Misalnya : angin berembus dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya. Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh
yang konkrit.
8) memecahkan masalah (Problem solving)

9
Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan
manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving bayak sekali. Untuk memecahkan
masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan pengalaman, melalui
pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan keputusan untuk memecahkan suatu
persoalan. Seseorang harus memiliki konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk
memecahkannya dan suatu strategi untuk memberikan arah kepada pemikirannya agar ia
produktif.

Kesimpulan : Seorang ahli psikologi yang menggunakan matematika sebagai medium untuk
implementasi dan menguji teori belajarnya. Terdapat 2 Objek langsung yang meliputi fakta,
operasi , konsep dan prinsif.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Bruner (dalam Hudoyo,1990:48) belajar matematika adalah belajar
mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi
yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan strukturstruktur
matematika. Brunner juga mengemukakan bahwa dalam proses belajar matematika siswa
melewati 3 tahap yaitu: (a) Tahap Enaktif; (b)Tahap Ikonik; (c) Tahap Simbolik. Bruner
mengemukakan pula 4 dalil yang penting dalam pembelajaran matematika, yaitu: (a) Dalil
Penyusunan; (b) Dalil Notasi; (c) Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman; serta (d) Dalil
Pengaitan.
Menurut Zoltan P. Dienes “Tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang
disajikan dalam bentuk yang konkrit akan dapat dipahami dengan baik dan benda atau objek
dalam bentuk pemainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam
pengajaran matematika.”
Dalam konsepnya itu, Dienes membagi tahap-tahap belajar dalam 6 tahap, yaitu :
Permainan Bebas (Free Play), Permainan yang Menggunakan Aturan , Permainan Kesamaan
Sifat (Searching for communalities), Permainan Representasi(Representation), Permainan
dengan Simbolisasi (Symbolization), dan Permainan dengan Formalisasi (Formalization).
Teori Belajar dan Pembelajaran Matematika bermanfaat untuk (a) Membantu guru
dalam mengidentifikasi dan mengelola kelas (b) Membantu guru dalam menentukan konsep
yang tepat untuk pembelajaran matematika (c) Membantu guru dalam mengatasi
permasalahan dalam SBM matematika.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan
keterbatasan pengalaman, kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan dan
kelengkapan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
lubis,Maulana Arafat, 2018. Pemebelajaran PPKn di SD/MI, Medan: Akasha sakti.
Suyono, dkk.2011. Belajar Dan Pembelajaran Teori Dan Konsep Dasar, Surabaya: PTRemaja
Rosdakarya Oppset.
Trianto, 2019. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif, Jakarta: kencanan.

12

Anda mungkin juga menyukai