Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI PIAGET, BRUNER DAN DEWEY


Tugas ini bertujuan untuk memenuhi mata kuliah Strategi Pembelajaran
Matematika yang diampu oleh Ibu Yanty Maria Marbun, M.Pd.

Di susun oleh:
Thessa Lamora Onica Situmorang 19150094
Dicky Herbert Ambarita 19150101
Santa Miralda Lumban Tobing 19150104
Franjimson Naiborhu 19150118
Elva Rodearna Sidabutar 19150121

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
TA 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan kita Yesus Kristus karena berkat dan
kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Teori Piaget, Bruner dan Dewey. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Yanty Maria Marbun, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika, dan pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Medan, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pengertian Teori Piaget...............................................................................................3

2.2 Tahap-Tahap Teori Piaget...........................................................................................4

2.3 Aplikasi Teori Piaget dalam pembelajaran

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Piaget.....................................................................6

2.5 Pengertian Teori Bruner..............................................................................................6

2.6 Tahap-Tahap dari Teori Bruner...................................................................................7

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner....................................................................8

2.8 Aplikasi Teori Bruner dalam Pembelajaran Matematika............................................9

2.9 Pengertian Teori John Dewey...................................................................................11

2.10 Tahap-Tahap Teori John Dewey...............................................................................12

2.11 Kelebihan dan Kekurangan Teori John Dewey.........................................................13

BAB III PENUTUP..................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling penting. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pembelajaran bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik.
Belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan
bantuan guru, belajar dari buku atau dari media elektronik, belajar di sekolah, rumah,
lingkungan kerja atau masyarakat.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Definisi lainnya yaitu, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pengertian
tersebut diketahui bahwa belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang
meliputi keseluruhan tingkah laku maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari
kepribadian individu.

Di dunia pendidikan guru memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Guru memberikan pelayanan agar peserta didik belajar. Proses belajar mengajar yang
dilaksanakan harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menjadikan siswa
lebih aktif dibandingkan guru (student dominated class). Akan tetapi, pada umumnya
mayoritas guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Guru lebih
berperan aktif dibandingkan dengan peserta didik (teacher dominated class). Hal ini dapat
menghambat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.Peserta didik
tidak dibiasakan berpikir kritis, dan kreatif. Hal ini juga dapat dipandang bahwa belajar hanya
merupakan proses transfer pengetahuan yang dimiliki guru ke peserta didik, bukan membantu
untuk mengembangkan penalaran berpikir dan pemahaman konsep peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian teori piaget?
2. Bagaimana tahap-tahap teori piaget ?
3. Bagaimana aplikasinyanya dalam pembelajaran?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori piaget?
5. Apakah pengertian belajar menurut teori bruner?
6. Sebutkan tahap-tahap teori bruner?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori bruner?
8. Bagaimana aplikasi teori bruner dalam pembelajaran matematika?
9. Apakah pengertian dari teori john dewey?
10. Jelaskan tahap-tahap teori john dewey?
11. Apa saja kelebihan dan kekurangan john dewey?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian teori piaget.
2. Untuk mengetahui tahap-tahap teori piaget.
3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasinyanya dalam pembelajaran.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori piaget.
5. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut teori bruner.
6. Untuk mengetahui tahap-tahap teori bruner.
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori bruner.
8. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi teori bruner dalam pembelajaran matematika.
9. Untuk mengetahui pengertian teori john dewey.
10. Untuk mengetahui tahap-tahap dari teori john dewey.
11. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori john dewey.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Piaget


Jean Piaget (1896-1980) adalah pakar psikologi Swiss, mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak- anak
menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena
informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif
anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya,
khususnya berargumetasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada
akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan
kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan
pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi- interaksi
mereka.Untuk menunjukakan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku
yang terorganisir, Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi.
a) Skema (Struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespon
berbagai pengalaman. Dengan kata lain skema adalah suatu pola sistematis dari
tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi dalam menghadapi berbagai tantangan dan
jenis situasi.
b) Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk
menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam
proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget adaptasi ini terdiri dari dua proses
yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
 Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan
dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah
ada.
 Akomodasi dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah
dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan
skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan
akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan
rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu.
Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan adaptasi
dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara aktivitas
individu terhadap lingkungan(asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu
(akomodasi). Agar terjadi ekuilibrasi antara diri individu dengan lingkungan, maka
peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama
dan komplementer. Organisasi kecenderungan individu untuk menyatukan berbagai
skema menjadi satu sistem yang koheren (berkait dan menjadi kesatuan).

2.2 Tahap – Tahap Teori Piaget

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Piaget ada empat tahap
perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :

1. Tahap sensorik motorik (usia 0-2 tahun)

Tahap pertama pengembangan yang diidentifikasi Piaget adalah tahap sensorik


motorik. Ini umumnya terjadi antara kelahiran sampai dua tahun. Pada titik ini, anak-
anak belajar menggunakan panca indra mereka dan perlu pengalaman nyata untuk
memahami konsep dan ide-ide. Tahap ini ditandai dengan perolehan progresif
keabadian dalam objek anak menjadi mampu untuk menemukan benda setelah
diganti, bahkan jika benda-benda telah dibawa keluar sudut pandangnya.Sebagai
contoh, percobaan Piaget pada tahap ini yaitu menyembunyikan objek dibawah bantal
untuk melihat apakah bayi dapat menemukan objek.

Karakteristik tambahan anak-anak ini tahap adalah kemampuan mereka untuk


menghubungkan nomor ke objek (misalnya,satu anjing, dua kucing, tiga kelinci,
empat ayam). Untuk mengembangkan kemampuan matematika anak ditahap ini,
kemampuan anak mungkin akan meningkat jika diberikan banyak kesempatan untuk
bertindak terhadap lingkungan yang tidak terbatas (namun aman) sebagai cara untuk
mulai membangun konsep. Bukti menunjukkan bahwa anak-anak pada tahap sensorik
motorik memiliki beberapa pemahaman tentang konsep angka dan menghitung.
Pendidik dalam tahap pengembangan anak harus meletakkan pondasi matematika
yang kuat dengan menyediakan kegiatan yang menggabungkan menghitung dan
dengan demikian meningkatkan pengembangan konseptual anak-anak mengenai
angka. Misalnya, guru dan orangtua dapat membantu anak-anak menghitung jari-jari
mereka, mainan, dan permen. Kegiatan lain yang bisa meningkatkan perkembangan
matematis anak-anak pada tahap ini yaitu menghubungkan matematika dan bahasa.
Ada banyak buku anak- anak yang berisi matematika karena anak-anak pada tahap ini
dapat menghubungkan angka ke objek, didapat manfaat dari melihat gambar benda
dan angka mereka masing- masing secara bersamaan.Seiring dengan manfaat
matematika, buku anak-anak dapat berkontribusi untuk pengembangan keterampilan
membaca dan pemahaman.

2. Tahap Pra operasional (usia 2-7 tahun)

Tahap kedua perkembangan kognitif diidentifikasi oleh Jean Piaget adalah tahap
pra operasional, selama 2-7 tahun. Selama periode ini,anak-anak dapat melakukan
satu langkah mengenai masalah logika, mengembangkan bahasa, operasi egosentris
dan terbatas pada logika. Pengembangan anak-anak terus berlanjut, dan tahap ini
menandai awal memecahkan masalah yang lebih matematis berdasarkan seperti
penambahan dan pengurangan.

Persepsi anak dalam tahap pengembangan umumnya terbatas pada satu aspek atau
dimensi objek dengan mengorbankan aspek lain. Mengajar siswa dalam tahap
pengembangan ini harus menggunakan kuisioner yang efektif tentang karakteristik
objek. Misalnya, ketika siswa menyelidiki bentuk-bentuk geometris, guru bisa
meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan bentuk dengan karakteristik yang
sama. Terlibat dalam diskusi atau interaksi dengan anak-anak dapat menimbulkan
penemuan anak-anak dari berbagai cara untuk kelompok suatu objek, sehingga
membantu anak- anak berpikir tentang kuantitas dalam cara baru.

3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 tahun)

Tahap berikutnya pengembangan kognitif Piaget adalah tahap operasional


konkret yaitu anak antara usia 7-11 tahun. Seorang anak akan mampu berpikir logis
dan mulai mengelompokkan berdasarkan beberapa ciri dan karakteristik daripada
hanya berfokus pada representasi visual. Secara matematis, tahap ini merupakan tahap
pengembangan baru yang luar biasa untuk anak. Karena anak sekarang dapat
mengklasifikasikan berdasarkan beberapa fitur. Sementara anak-anak sebelumnya
terbatas sudut pandang mereka sendiri, mereka sekarang dapat mempertimbangkan
sudut pandang lain. Mereka juga dapat mulai memahami ide-ide dan klasifikasi lebih
menyeluruh dan mengembangkan cara menyajikan solusi dalam berbagai cara. Dalam
rangka mengembangkan kemampuan anak pada menyajikan beberapa solusi, diskusi
di kelas bisa sangat membantu.

Tahap ketiga adalah ditandai dengan pengembangan kognitif yang luar biasa,
yaitu ketika pengembangan dan penguasaan keterampilan dasar anak-anak mengenai
bahasa mempercepat secara signifikan. Pengalaman dan berbagai cara dari solusi
matematika dapat cara membina pengembangan tahap kognitif. Pentingnya kegiatan
ini memberikan siswa jalan untuk membuat gagasan abstrak, yang memungkinkan
mereka untuk memperoleh ide-ide matematika dan konsep sebagai alat yang berguna
untuk memecahkan masalah.

4. Tahap Operasi Formal (Usia 11- dewasa)

Tahap terakhir pengembangan kognitif Piaget adalah tahap operasional


formal, yaitu anak-anak yang berusia antara 11-16 tahun dan terus sepanjang masa
dewasa. Ini menandai perubahan yang berbeda pada proses berpikir anak, berpikir
lebih logis dan abstrak. Anak pada tahap ini mampu membentuk hipotesis dan
konsekuensi yang mungkin menyusun kesimpulan, memungkinkan anak untuk
membangun matematika sendiri.Selain itu, biasanya mulai berkembang pola pikir
abstrak dimana penalaran menggunakan simbol-simbol murni tanpa perlu gambaran
data. Misalnya, peserta didik operasional formal dapat memecahkan x + 2x = 9 tanpa
harus mengacu pada situasi konkret yang disajikan oleh guru, seperti, "Toni makan
permen dengan jumlah tertentu. Kakaknya makan dua kali lebih banyak.Mereka
makan bersama-sama sembilan permen. Berapa banyak permen yang dimakan Tony?"

Keterampilan penalaran dalam tahap ini mengacu pada proses mental yang
terlibat dalam generalisasi dan evaluasi argumen yang meliputi klarifikasi, inferensi,
evaluasi, dan aplikasi. Klarifikasi mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis unsur-unsur masalah, yang memungkinkan mereka untuk menguraikan
informasi yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah.Inferensia
mengharuskan untuk membuat kesimpulan induktif dan deduktif dalam matematika.
Evaluasi mengharuskan kriteria menilai kecukupan solusi masalah. Aplikasi
melibatkan siswa menghubungkan konsep- konsep matematika kekehidupan nyata.

2.3 Aplikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-
baiknya.
c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Piaget


1. Kelebihan Teori Piaget :
a) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
b) Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
c) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem
solving).
d) Dapat meningkatkan motivasi.

2. Kekurangan Teori Piaget


a) Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b) Sulit dipraktikkan, khususnya di tingkat lanjut.
c) Tidak dapat diukur hanya satu orang siswasaja, melainkan kita harus melihat
kemampuan mereka.

2.5 Pengertian Teori Belajar Bruner


Jerome Seymour Bruner, lahir di New York pada tanggal 1 Oktober 1915 dari
pernikahan Heman dan Rose Bruner yang berimigrasi dari Polandia. Keluarganya
menginkan Bruner menjadi ahli hukum, namun Bruner mempunyai cita-cita lain. Bruner
masuk jurusan psikologi dan pada tahun 1937 menerima gelar sarjana di bidang psikologi
dari Duke University. Di tahun yang sama, ia melanjutkan kuliah di Harvard University
dan menerima gelar master di bidang psikologi pada tahun 1939. Tidak selang beberapa
lama kemudian, pada tahun 1941 Bruner menerima gelar doctoral (Ph.D) dari universitas
yang sama.
Ketika pertama kali tiba di Harvad, Bruner tertarik pada penelitian mengenai persepsi
hewan (perception on animal).Pada tahun 1939, Bruner menerbitkan atikel psikologi
pertama mengenai pengaruh ekstrak thymus pada perilaku seksual tikus betina. Selama
perang dunia ke-2, Bruner tertarik pada penelitian mengenai psikologi sosial, dan sebagai
tesis doktoralnya ia menulis mengenai teknik propaganda Nazi (techniques of Nazi
propagandists). Selama perang, Bruner masuk tentara dan bekerja sebagai ahli psikologi
perang (psychological warefare) di General Eisenhower’s headquarters in SHAEF.

Pada tahun 1945, Bruner kembali ke Harvard sebagai profesor psikologi yang terlibat
dalam penelitian mengenai psikologi kognitif dan psikologi pendidikan. Pada tahun 1972,
ia meninggalkan Harvard untuk mengajar di Universitas Oxford di Inggris. Pada tahun
1980, ia kembali ke Amerika Serikat untuk melanjutkan penelitian di bidang psikologi
perkembangan. Pada tahun 1991, Bruner bergabung dengan salah satu fakultas di New
York dan mengajar mahasiswa sampai hari ini. Bruner adalah salah satu pencetus utama
psikologi kognitif dan konstruktivisme, serta juga berpengaruh pada teori pendidikan dan
praktek. Bruner mengakui bahwa filosofi Bruner tentang psikologi telah dipengaruhi oleh
Jean Piaget, Vygotsky LS, dan Benjamin Bloom.

2.6 Tahap-Tahap Teori Bruner


Dalam proses memperoleh pemahaman, seorang anak belajar memahami sesuatu
melalui tiga tahap perkembangan berikut:
1. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan bahwa anak secara
langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak
belajar suatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan
menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, tanpa
menggunakan imajinasinya atau kata-kata. Anak akan memahami sesuatu dengan
berbuat atau melakukan sesuatu. Jadi pada tahap ini sebagian besar pengetahuan
dalam bentuk respon motorik.
2. Tahap Ikonik
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual
imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau
situasi kongkret. Pada tahap ini, pemahaman anak masih diperoleh dari benda nyata
dalam wujud gambar bukan benda abstrak.Jadi pada tahap ini, pengetahuan sebagian
besar lebih diwujudkan dalam citra visual.
3. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-
simbol atau lambang-lambang objek tertentu.Anak tidak lagi terikat dengan objek-
objek seperti pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu
menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Pembelajaran
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu
simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam
bidang yang bersangkutan, baik symbol- simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-
kata, kalimat-kalimat), lambang- lambang matematika, maupun lambang-lambang
abstrak yang lain. Jadi, pada tahap ini pengetahuan sebagian besar dinyatakan dalam
bentuk kata- kata, simbol matematika dan sistem simbol lainnya.
Sebagai contoh, dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah,
pembelajaran akan terjadi secara optimal jika mula-mula siswa mempelajari hal itu
dengan menggunakan benda-benda konkret (misalnya menggabungkan 3 kelereng
dengan 2 kelereng, dan kemudian menghitung banyaknya kelereng semuanya ini
merupakan tahap enaktif). Kemudian, kegiatan belajar dilanjutkan dengan
menggunakan gambar atau diagram yang mewakili 3 kelereng dan 2 kelereng yang
digabungkan tersebut (dan kemudian dihitung banyaknya kelereng semuanya, dengan
menggunakan gambar atau diagram tersebut/ tahap yang kedua ikonik), siswa bisa
melakukan penjumlahan itu dengan menggunakan pembayangan visual (visual
imagenary) dari kelereng tersebut. Pada tahap berikutnya yaitu tahap simbolis, siswa
melakukan penjumlahan kedua bilangan itu dengan menggunakan lambang-lambang
bialngan, yaitu : 3 + 2 = 5.

Bruner menyatakan bahwa peserta didik melewati berbagai tahap perkembangan


tapi dia tidak menentukan usia pelajar di mana tahap ini akan berlangsung. Hal ini
sangat mungkin bagi orang dewasa untuk beralih dari ikonik ke simbolis atau bahkan
dari enaktif ke ikonik atau simbolis sebagai lawan dari operasional formal ke motor
sensorik. Pengajaran akan menentukan manfaat tingkatan dari peserta didik ketika
membangun interpretasi konsep.

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner


1. Kelebihan Teori Bruner :
a) Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna.
b) Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
c) Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang
diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan
yang diterima.
d) Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si
belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
e) Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan
motivasi belajar.
f) Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.

2. Kekurangan Teori Bruner :


a) Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang
cerdas, hasilnya kurang efektif.
b) Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin
atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi
yang dipelajari.
2.8 Aplikasi Teori Bruner dalam Pembelajaran Matematika

Teori pengajaran Bruner menjelaskan kapan dan bagaimana pembelajar dapat


memproses informasi secara lebih efektif dalam tiga tahap pemahaman anak. Menurut
Bruner, beberapa teori dalam pengajaran seharusnya memuat beberapa hal berikut:

a) Memberkan informasi mengenai bagaimana menciptakan niat dan tujuan positif di


antara siswa.
Adanya pandangan bahwa setiap siswa mempunyai tujuan (cita-cita), namun
terkadang tujuan tersebut belum tentu terarah. Dalam pembelajaran, guru
mempunyai tugas untuk mengarahkan siswa sehingga mempunyai tujuan yang
positif yaitu dengan cara belajar. Misalnya, seorang anak yang mempunyai cita-
cita menjadi dokter.Sebelum menjadi dokter, anak tersebut harus belajar mengenai
banyak hal, khususnya mengenai struktur tubuh manusia dalam pelajaran biologi.
b) Mengorganisasikan pengetahuan untuk membantu pembelajaran
Guru sebagai edukator harus mentransformasikan materi yang mereka ajarkan
menjadi bentuk yang bermanfaat bagi siswa dengan cara menghubungkan materi
tersebut dengan pengalaman siswa dalam kehiduan sehari-hari. Siswa akan lebih
mudah memahami suatu pengetahuan, ketika pengetahuan tersebut mempunyai
hubungan dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
c) Mengurutkan pengetahuan untuk membantu pembalajaran
Beberapa ide atau permasalahan dalam pengetahuan dapat diubah menjadi
bentuk yang sederhana sehingga siswa dapat memahami pengetahuan
tersebut.Misalnya, aljabar lanjut tidak dapat dipahami oleh anak TK/ SD. Karena
tingkat keabstrakannya materi tersebut diberikan pada siswa SMA atau
mahasiswa.Namun, lambang-lambang aljabar dasar dapat dipelajari jika dikonvert
dari bentuk simbolik menjadi bentuk-bentuk yang sederhana dalam tahap enaktif
maupun ikonik sehingga dapat dipelajari oleh siswa pada tingkat dasar.Siswa
dapat kembali pada konsep dalam bentuk baru dan konteks baru. Bruner
memperkenalkan kurikulum spiral yaitu program pembelajaran yang returns
secara berkala untuk topik yang sama dalam bentuk direvisi atau lebih lanjut.
Konsep dan topik yang sama dapat dimunculkan kembali kepada siswa namun
dalam tingkatan framework yang lebih kompleks untuk setiap waktunya.
Misalnya, aljabar dapat mulai diajarkan pada anak-anak di Taman Kanak-Kanak
dengan cara menghubungkan konsep numeric sebagai benda-benda nyata dalam
ruang; aljabar dapat kembali diajarkan pada anak usia SD sebagai aturan dan
prosedur untuk visualisasi hubungan numerical tertentu (misalnya dalam operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian); dan dapat kembali dipelajari
oleh siswa tingkat lanjut dalam bentuk yang lebih abstrak.
d) Memberikan informasi mengenai keberhasilan dan kegagalan dengan cara
memberikan penguatan dan hukuman.
Dalam situasi yang kompleks termasuk juga dalam kelas, Bruner percaya
bahwa penguatan dan hukuman berfungsi sebagai pemberi informasi mengenai
keberhasilan dan kegagalan.
e) Pembelajaran yang memotivasi siswa dalam seting kelas
Dalam rangka memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran,
Bruner menerapkan pembelajaran yang bersifat penemuan (discovery learning).
Dalam pembelajaran ini, siswa diberi kebebasan untuk menggunakan ide dan
konsepnya sendiri dalam kegiatan menginvestigasi pengetahuan.Dalam discovery
learning, guru harus merangsang siswa untuk menginvestigasi materi
pembelajaran dan informasi secara mandiri dalam bentuk ide dan konsep siswa
sendiri. Ide dan konsep siswa diperoleh dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan melalui eksplorasi dan manipulasi obyek. Aplikasi dari teori discovery
learning menyatakan bahwa cara terbaik bagi siswa untuk memulai belajar adalah
dengan mengkonstruksi sendiri prinsip dan konsep yang sedang dipelajari.
Dengan adanya ide discovery learning di mana siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuan yang mereka pelajari, maka selain dikenal sebagai tokoh psikologi
kognitif Bruner juga dikenal sebagai tokoh konstruktivisme.

2.9 Pengertian Teori John Dewey


John Dewey adalah seorang filsuf, teoritikus, dan reformator pendidikan, serta
kritikus sosial yang sangat memengaruhi masyarakat Amerika Serikat di awal dan
pertengahan abad XX. Bersama Charles Sanders Peirce dan William James, ia
menjadi juru bicara utama filsafat khas Amerika, Pragmatisme, dan ia adalah
pemimpin gerakan pendidikan progresif. John Dewey lahir 20 Oktober 1859 di
Burlington, Vermont. Ia anak ketiga dari empat bersaudara buah hati pasangan
Artchibald Dewey dan Lucina Rich. Setelah menyelesaikan pendidikan persiapan di
sekolah negeri Burlington, ia masuk ke Universitas Vermont pada tahun 1875, tetapi
baru pada tahun keempat ia menemukan minat khusus intelektualnya. Pada tahun
1882, ia mengikuti program pasca sarjana di Universitas John Hopkins yang pada
waktu itu baru didirikan.
Pada tahun 1886 Dewey menikahi mantan muridnya, Harriet Chipman, dan
mereka dikaruniai enam orang anak. Istrinya sangat berminat pada pandidikan dan
masalah-masalah sosial, dan hal ini memengaruhi Dewey. Dewey mengawali karya
besarnya dalam teori dan praktik pendidikan di Universitas Chicago, saat ia menjabat
kepala departemen filsafat, psikologi, dan pedagogi pada tahun 1894. Saat di Chicago
inilah Dewey menjadi terkenal dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1904, karena
pertentangannya dengan rector mengenai pengelolaan dan pembiayaan departemen
pendidikan, Dewey meninggalkan Chicago dan menjadi professor filsafat di
Universitas Culumbia, New York. Istri Dewey meninggal dunia setelah 41 tahun
pernikahan mereka dan selama 19 tahun berikutnya Dewey tinggal berpindah-pindah
dari satu anak ke anak yang lain. Lalu pada usia 87 Dewey menikah lagi dengan
Roberta Lowitz Grant, yang berusia 42 tahun. Tak lama setelah menikah mereka
mengadopsi dua anak Belgia yang menjadi yatim-piatu akibat perang. Dewey
dikaruniai kesehatan yang baik sampai ia berusia 80 tahun. Pada November 1951
tulang pinggulnya patah dan gagal disambung kembali dengan baik. Pada 1 Juni 1952,
Dewey meninggal akibat pneumonia.
2.10 Tahap-Tahap Teori John Dewey
Tahap – tahap pemecahan masalah menurut Dewey memiliki lima tahapan.
1. Tahap Mengenali Masalah (confront problem)
Tahap ini harus mampu mengungkap dan menulis hal yang diketahui dengan bahasa
sendiri juga harus mampu mengungkap dan menulis hal yang ditanyakan.
2. Tahap Mendefinisikan Masalah (diagnose or define problem)
Pada tahap ini harus mampu mendefinisikan masalah menggunakan gambar, tetapi
gambar yang dibuat tidak terperinci.
3. Tahap Penemuan Solusi (inventory several solution)
Tahap ini harus mampu merencanakan langkah-langkah apa yang penting dan saling
menunjang untuk dapat menyelesaikan masalah dan juga harus mampu menuliskan
perhitungan dengan baik karena terjadi kesalahan menghitung.
4. Tahap Menguji Beberapa Ide (conjecture consequences of solutions)
Ditahap ini harus mampu merencanakan solusi yang lain selain solusi yang telah
ditemukan sebelumnya.
5. Tahap Mengambil Hipotesis Terbaik (test consequences)
Untuk tahap ini harus mampu menganalisis kelemahan dan kelebihan dan solusi yang
ditemukan.

2.11 Kelebihan dan Kekurangan John Dewey


1. Kelebihan Teori John Dewey :
a) Dapat memandirikan siswa dengan mengajak siswa untuk berpraktek langsung.
b) Lebih menghadapkan siswa pada masalah-masalah nyata yang sering dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
c) Siswa dapat lebih mudah mengengeluarkan pendapat yang dipikirkan.

2. Kekurangan Teori John Dewey :


a) Harus menyamaratakan kemampuan setiap siswa.
b) Tidak bisa fokus pada satu orang siswa saja tetapi juga harus ke siswa lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada pembahasan dapat di simpulkan bahwa teori belajar adalah suatu teori yang di dalam
nya terdapat tata cara pengaplikasikan kegiatan belajar mengajar antara guru dan
siswa,perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar
kelas,namun teori belajar ini tidaklah semudah yang di kira,dalam prosesnya teori
membutuhkan berbagai sumber sarana yang yang dapat menunjang seperti:lingkungan
siswa,kondisi psikologis siswa,perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsur ini dapat
dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajaryang di anggap
cocok,tifak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini
sama dengan tujuan pendidikan.

Teori-teori tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana belajar itu terjadi.
Pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang
menyatakan bahwa dalam proses belajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar
(perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. konflik kognitif ini
hanya dapat di atasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interksi dengan lingkungannya.menurut teori humanistik belajar
dianggap berhasil jika sipelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.peserta didik
dalam proses belajarnya harus agar lambat laung ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya.teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya,bukan dari sudut pandang pengamatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu. 2001. Komunikasi Matematik. Jakarta: PENA.

Bruner, Jerome. 1960. The Process of Education. Cambridge : Harvard.

Educational Review.[Online].Tersedia dihttp:judzrunchildren.googlecode.com

Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK.

Desmita, 2007, Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

https://tahjud69.blogspot.com/2016/10/teori-belajar-john-dewey.html?m=1

https://ninamath.wordpress.com/2017/01/12/teori-belajar-bruner-kelebihan-dan-
kekurangannya/

https://www.scribd.com/presentation/62718855/John-Dewey#:~:text=Kelebihan%20dan
%20kekurangan%20dalam%20pandangan,adalah%20menyamaratakan%20kemampuan
%20setiap%20siswa.

https://www.materikonseling.com/2021/08/kelebihan-dan-kelemahan-teori.html

Anda mungkin juga menyukai