Anda di halaman 1dari 14

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

PEMBELAJARAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
yang diampu oleh:
Prof. Dr. I Ketut Gading, M.Psi. dan Dr. Basilius Redan Werang, S.S., S.Sos, JCL.

Tugas Ke- 1
Oleh : Kelompok 3

Novanta Evi Diona Br Tarigan 2211031106


Olivia Aquilera Sitepu 2211031134
Luh Cinta Trisna Sheva Sri Utami 2211031135

Kelas: 2 C

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) (S1)

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Belajar
Kognitif dan Implementasinya dalam Pembelajaran, tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. I Ketut Gading,
M.Psi. dan Bapak Dr. Basilius Redan Werang, S.S., S.Sos, JCL selaku dosen pengampu mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah membimbing selama proses pembuatan makalah.
Tugas yang telah diberikan ini mampu menambah pengetahuan dan wawasan terkait teori
belajar yang kami tekuni.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 25 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3.Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian teori belajar kognitif .............................................................................. 3


2.2.Tokoh-tokoh teori belajar kognitif............................................................................ 3
2.3.Prinsip-prinsip teori belajar kognitif ........................................................................ 6
2.4.Kelebihan teori belajar kognitif ................................................................................ 6
2.5.Kekurangan teori belajar kognitif ............................................................................. 7
2.6.Implementasi teori belajar kognitif dalam kegiatan pembelajaran........................... 7

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 10


3.2.Saran ........................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mendengar kata belajar tentu saja bukanlah hal asing di telinga kita. Sebagai seorang
manusia kita selalu berdampingan dengan kata belajar. Surya (1981:32) mengemukakan
pendapatnya mengenai definisi belajar yaitu suatu proses yang dilakukan seseorang guna
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan sekitar. Dengan kata
lain belajar adalah proses perubahan pola pikir dan perilaku seseorang. Alasan mengapa
manusia melakukan kegiatan belajar adalah karena belajar merupakan kebutuhan bagi seorang
manusia. saat ini kata belajar merupakan aktivitas rutin yang dilakukan baik secara sadar
ataupun tidak. Melalui belajar manusia dapat memperluas pengetahuannya terhadap sesuatu.
Selan kata belajar adapula kata pembelajaran. Kata belajar dan pembelajaran merupakan dua
kata yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya sama-sama memiliki peranan yang penting dalam
hidup manusia. Ahli psikologi kognitif, Bruner (1973) berpendapat bahwa pembelajaran adalah
satu proses aktif dimana pelajar membina ide atau konsep-konsep baru yang berasaskan
pengetahuan dahulu dan semasa mereka.

Guna merealisasikan definisi dari belajar dan pembelajaran itu sendiri, maka perlu
dilandasi oleh metode yang mampu dijadikan pedoman oleh tenaga pendidik untuk
menyukseskan perannya sebagai fasilitator bagi siswa, sehingga kegiatan belajar dan
pembelajaran berhasil terlaksana. Metode dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sering
disebut dengan teori belajar. Berbicara mengenai teori belajar, dalam dunia pendidikan saat ini
sudah terdapat begitu banyak teori belajar yang muncul seperti halnya teori behavioristik, teori
kognitif, teori humanistik dan lainnya. Sebagai calon tenaga pendidik, mempelajari teori
pembelajaran merupakan suatu kebutuhan penting. Melalui penguasaan terhadap teori belajar,
seorang guru mampu menganalisis situasi dan kondisi dari peserta didik itu sendiri sehingga
guru mampu memutuskan untuk menerapkan strategi pedagogik dan edukatif yang sesuai baik
di dalam kelas maupun di luar kelas. Umumnya kegiatan belajar di sekolah dasar lebih
mengutamakan proses yang dilalui peserta didik daripada hasil. Hal ini dikarenakan ketika
seorang siswa masih duduk di bangku Sekolah Dasar, itu artinya dasar-dasar dalam
pembelajaran dan mengenal istilah baru merupakan rentetan proses yang harus dijalani secara
bertahap namun pasti, sehingga ketika proses tersebut mampu dilalui dengan baik, maka dapat
dipastikan hasil belajarnya pun akan turut baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

1
sangat dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dilalui oleh peserta didik. Hal inilah
yang melatarbelakangi mengapa kami memutuskan untuk menulis teori belajar kognitif serta
implementasinya dalam pembelajaran sebagai topik dalam pembuatan makalah, sebab
keduanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan, mengingat teori belajar kognitif
menekankan bahwa yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah implementasi
bagaimana proses tersebut terjadi daripada hasil yang dicapai.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian teori belajar kognitif
1.2.2. Siapa tokoh-tokoh dalam teori belajar kognitif?
1.2.3. Apa prinsip-prinsip teori belajar kognitif?
1.2.4. Apa kelebihan teori belajar kognitif?
1.2.5. Apa kekurangan teori belajar kognitif?
1.2.6. Bagaimana implementasi teori belajar kognitif dalam kegiatan pembelajaran?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui dan memahami pengertian teori belajar kognitif
1.3.2. Mengetahui tokoh-tokoh teori belajar kognitif
1.3.3. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip teori belajar kognitif
1.3.4. Mengetahui dan memahami kelebihan teori belajar kognitif
1.3.5. Mengetahui dan memahami kekurangan teori belajar kognitif
1.3.6. Mengetahui dan memahami implementasi teori belajar kognitif dalam kegiatan
pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. Pengertian Teori Kognitif
Teori pembelajaran kognitif adalah tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana
tingkah laku itu sendiri. Kognitif dijelaskan belajar dengan berfokus pada perubahan-
perubahan proses mental yang ingin digunakan dalam upaya memahami dunia eksternal.
Proses tersebut digunakan mulai dari mempelajari tugas-tugas sederhana hingga yang
kompleks. Belajar dari sudut pandang kognitif ada perubahan struktural mental seseorang yang
memberikan kemampuan mendemonstrasikan perubahan perilaku. Struktur mental ini meliputi
pengetahuan keyakinan, kemampuan, harapan, dan mekanisme lain dalam pikiran siswa. Fokus
teori kognitif adalah potensi perilaku dan bukan perilaku sendiri.

2. 2. Tokoh-tokoh Teori Belajar


2.2.1. Jean Piaget.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya
dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya
ialah Jean Piaget, yang pernah mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif
anak yang terdiri atas beberapa tahap. Piaget mengatakan bahwa anak itu di samping meniru-
niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibunya. Kemampuan untuk menguasai
bahasa itu didasari oleh adanya kognisi. Kognisi itu memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu
bersifat genetif, dibawa sejak lahir, sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan
kemampuan dan upaya individu.
Piaget membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu :
• Asimilasi
Proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Contoh :
seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika gurunya
memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses pengintegrasian antara
prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak) dengan prinsip perkalian
(informasi baru yang akan dipahami anak).
• Akomodasi

3
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Penerapan
proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya : siswa telah mengetahui
prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian.
• Equilibrasi
Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Hal ini
sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah ilmunya.
Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan roses
penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat
dan berjalan tidak teratur, sedangkan dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan
mampu menata berbagai informasi yang diterima dengan urutan yang baik, jernih, dan
logis.
Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian, pengembangan dan
pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang
sebelumnya. Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang
dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam empat tahap, yaitu :

• Tahap sensorimotor (anak usia lahir – 2 tahun)


• Tahap preoperasional (anak usia 2 – 8 tahun)
• Tahap operasional konkrit (anak usia 7/8 – 12/14 tahun)
• Tahap operasional formal (anak usia 14 tahun lebih)
2.2.2. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jarome Bruner

Bruner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi


Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan,
terutama bahasa yang biasanya digunakan. Sehingga, perkembangan bahasa memberi
pengaruh besar dalam perkembangan kognitif. Selain itu menurut Bruner untuk mengerjakan
sesuatu tidak usah mengganggu sampai anak mencapai tahap perkembangan tertentu. Yang
penting bahan pembelajaran harus didata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dan
selain itu perkembangan kognitif seseorang dapat dikaitkan dengan jalan mengatur bahan yang
akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan satu aturan seperti konsep, teori,
definisi, dll melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumber. Dari

4
pendekatan ini pembelajaran ekspositori atau belajar dengan cara menjelaskan. Siswa
diberikan informasi umum dan diminta untuk mencari contoh-contoh konkrit.

Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu:

• Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan dengan observasi,


pengalaman terhadap suatu realita
• Ikonik : siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
• Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh
bahasa dan logika dan penggunaan symbol
2.2.3. Teori perkembangan Kognitif, dikembangakan oleh Ausebel

Pembelajaran terjadi ketika siswa mampu mengasimilasikan apa yang telah dimilikinya
dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/berarti belajar tuntas. Proses belajar
terjadi melalui tahap-tahap:

• Memperhatikan stimulasi yang diberikan


• Pahami rangsangan anda dan simpan serta gunakan informasi yang sudah anda pahami

Menurut Ausubel siswa siswa belajar lebih baik ketika isi pelajaran didefinisikan dan
disajikan dengan benar dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian,
mempengaruhi sikap siswa terhadap kemampuan belajar mereka. Advanced organizer adalah
konsep atau untuk dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu:

• Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari


• Berfungsi sebagai jabatan yang menghubungkan antara yang sedia dipelajari dan yang
akan dipelajari
• Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah

Oleh karena itu, pengetahuan guru tentang isi pengetahuan harus sangat baik dengan
demikian ia dapat menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan menyeluruh yang
mempertimbangkan apa yang telah dipelajari.

2.2.4. Teori Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky

Kemudian Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari berhubungan


sosial dan budaya. Perkembangan anak tidak dapat dipisahkan kegiatan sosial dan budaya. Dan
tingkat kinerja mereka dengan bantuan orang yang lebih kompeten.

5
Ada 3 klaim dalam inti pandangan Vygotsky

• Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan dinterpretasikan


• Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata,bahasa, dan bentuk diskursus,yang
berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas
mental
• Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural.

2.3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif


Teori belajar kognitif didasarkan menjadi empat prinsip yakni:
• Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman
• Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka
ketahui.
• Belajar membangun pemahaman dari catatan
• Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.

Adapun pendapat pendapat seorang ahli dari Warsita (2008:89) yang menyatakan
tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:

• Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan


• Peserta didik merupakan peserta aktif di dalam proses pembelajaran
• Menekankan pada pola pikir peserta didik.
• Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan
informasi dalam ingatannya
• Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai
proses aktif di dalam diri peserta didik
• Menerapkan reward and punishment
• Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru,
tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

2.4. Kelebihan Teori Belajar Kognitif


Berikut adalah beberapa kelebihan dari teori belajar kognitif antara lain:
• Sebagian besar kurikulum di Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif
(mengutamakan pengembangan pengetahuan peserta didik)

6
• Pendidik hanya perlu memberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan, yang
dikembangkan sendiri oleh peserta didik
• memaksimalkan kemandirian peserta didik dalam mencari informasi
• Memaksimalkan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau membuat satu hal baru yang
sudah ada
• Instrumen penilaian kognitif lebih mudah terukur

2.5. Kekurangan Teori Belajar Kognitif


Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar
kognitif. Disamping memiliki kelebihan, ada pula kekurangannya. Berikut adalah
beberapa kekurangan teori kognitif antara lain:
• Lebih menekankan pada kemampuan ingatan, sehingga kelemahannya adalah selalu
menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan
tidak dibeda-bedakan
• Jika pembelajaran sepenuhnya hanya menggunakan metode kognitif, maka peserta didik
tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan
• Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan, sulit untuk dipraktikkan
khususnya tingkat lanjut.

2.6. Implementasi Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran


Dalam membahas tentang implementasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran
maka akan dijelaskan tentang implementasi teori Piaget dalam pembelajaran dan akan
dilanjutkan dengan implementasi teori Vygotsky dalam pembelajaran. Santrock (2008:61)
menyatakan bahwa ada beberapa strategi mengajar untuk menerapkan teori Piaget dalam
pembelajaran:

• Gunakan pendekatan konstruktivis. Senada dengan pandangan aliran konstruktivis,


Piaget menekankan bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif
dan mencari solusi sendiri.
• Fasilitasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang situasi yang
membuat murid belajar dengan bertindak.
• Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak. Murid tidak datang ke sekolah
dengan kepala kosong. Mereka punya banyak gagasan tentang dunia fisik dan alam.

7
• Gunakan penilaian terus-menerus. Makna yang disusun oleh individu tidak dapat
diukur dengan tes standar. Penilaian matematika dan bahasa (yang menilai kemajuan
dan hasil akhir), pertemuan individual dimana murid mendiskusikan strategi pemikiran
mereka dan penjelasan lisan dan tertulis oleh murid tentang penalaran mereka dapat
dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemajuan mereka.
• Tingkatkan kemampuan intelektual murid. Menurut Piaget tingkat perkembangan
kemampuan intelektual murid berkembang secara alamiah. Anak tidak boleh didesak
dan ditekan untuk berprestasi terlalu banyak di awal perkembangan mereka sebelum
mereka siap. Jadikan ruang kelas menjadi eksplorasi dan penemuan. Guru menekankan
agar murid melakukan eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri. Guru lebih
banyak mengamati minat murid dan partisipasi alamiah dalam aktivitas mereka untuk
menentukan pelajaran apa yang diberikan.

Berdasarkan penjelasan dari Implikasi teori Piaget di dalam pembelajaran maka


seorang guru harus dapat memakai teori tersebut untuk dilaksanakan dalam proses
pembelajaran peserta didik. Misalnya ada pendekatan konstruktivis maka guru dapat
memberikan tugas kepada murid untuk mempelajari dan membuat ringkasan pelajaran yang
datang. Murid bisa mencari teori-teori untuk pelajaran yang akan datang di pustaka, internet,
dan lain-lain. Dengan adanya kegiatan dari murid untuk belajar maka hasilnya akan lebih baik.
Teori-teori yang dijelaskan di atas tentang implikasi teori Piaget dalam pembelajaran akan
membuat siswa lebih banyak berperan dalam belajar. Dengan banyak peran siswa dalam belajar
maka hasil pembelajaran akan lebih baik dan siswa akan lebih memahami materi yang
dipelajari. Jika siswa sudah memahami materi yang telah dipelajarinya maka dia akan lulus
dalam ulangan dan ujian. Santrock (2008:64) menyatakan bahwa cara memakai teori Vygotsky
adalah sebagai berikut:

• Gunakan zone of proximal development. Mengajar harus dimulai pada batas atas zona,
dimana siswa mampu untuk mencapai tujuan dengan kerja sama erat dengan pengajar.
Dengan petunjuk dan latihan yang terus menerus, murid akan mengorganisasikan dan
menguasai urutan tindakan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu keahlian yang
diharapkan.
• Gunakan teknik scaffolding. Cari kesempatan untuk menggunakan teknik ini ketika
murid membutuhkan bantuan untuk aktivitas yang merupakan inisiatifnya sendiri.

8
• Gunakan kawan sesama murid yang lebih ahli sebagai guru. Vygotsky mengatakan
bahwa Murid juga bisa mendapat manfaat dari bantuan dan petunjuk dari temannya
yang lebih ahli
• Dorong pembelajaran kolaboratif dan sadari bahwa pembelajaran melibatkan suatu
komunitas orang yang belajar. Baik itu anak maupun orang dewasa melakukan aktivitas
belajar secara kolaboratif.
• Pertimbangkan konteks kultural dalam pembelajaran. Fungsi penting dari pendidikan
adalah membimbing murid dalam mempelajari keahlian yang penting bagi kultur
tempat mereka berada.
• Pantau dan dorong anak-anak dalam menggunakan private speech. Perhatikan
perubahan perkembangan dari berbicara dengan diri sendiri pada masa awal sekolah
dasar. Pada masa sekolah dasar, dorong murid untuk menginternalisasikan dan
mengatur sendiri, pembicaraan mereka dengan dirinya sendiri.
• Nilai ZPD nya, bukan IQ. Vygotsky mengatakan bahwa penilaian harus difokuskan
untuk mengetahui ZPD si murid. Pembimbing memberi murid tugas dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi untuk menentukan level terbaik untuk memulai pelajaran.
ZPD adalah pengukur potensi belajar. ZPD menekankan bahwa pembelajaran bersifat
interpersonal.

Jika teori yang disampaikan oleh Vygotsky di atas diterapkan dalam proses
pembelajaran di kelas maka hasil pembelajaran akan bagus. Hal ini disebabkan murid yang
tingkat pengetahuannya masih rendah. Lalu dibantu oleh murid yang pintar maka pengetahuan
murid yang masih rendah ini pelan-pelan akan meningkat. Dengan adanya bantuan dari teman
sebayanya maka murid akan lebih nyaman dan akan mudah untuk bertanya jika ada sesuatu
yang tidak dimengertinya dalam belajar. Kemudian, dengan memakai teori Vygotsky maka
pembelajaran akan lebih bermanfaat karena pembelajaran yang dilakukan berdasarkan
kebutuhan daerahnya. Jika murid sudah tamat belajar maka sewaktu bekerja, keahlian yang
dimiliki oleh siswa akan dapat digunakan, sehingga antara teori dan praktik dapat sejalan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada penilaian proses daripada hasil yang
dicapai oleh peserta didik. Beberapa tokoh terkenal seperti Jean Piaget, Jerome Bruner, David
Ausubel, dan Vygotsky juga turut dalam memberikan gagasannya masing-masing dalam
perkembangan teori belajar kognitif. Pada intinya teori ini memiliki prinsip membangun
pemahaman dan mengembangkannya sebagai bentuk dari proses belajar. Sama halnya dengan
teori belajar lain, teori kognitif pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang sangat
menonjol dalam teori ini adalah penerapan pengembangan pengetahuan yang paling
diutamakan. Sedangkan untuk kekurangannya bisa dilihat dari segi cara belajar. Teori ini
cenderung menyulitkan peserta didk yang memiliki kemampuan mengingat yang rendah, tentu
saja apabila dalam proses pembelajaran peserta didik hanya menerapkan teori kognitif hal ini
dapat menyebabkan siswa kewalahan untuk mengingat dan mengerti seluruh materi.

3.2.Saran
Proses pembelajaran tidak akan berhasil secara sepenuhnya jika guru hanya
menerapkan satu teori belajar saja, oleh karena itu akan sangat baik jika guru
mengkolaborasikan teori belajar yang ada dengan tetap berpatokan pada pedoman serta kondisi
lingkungan sekolah. Selain itu pemahaman terhadap karakter didik juga sangatlah penting
mengingat peserta didik tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya, itu karena mereka
semua datang ke sekolah dan menimba ilmu dengan kemampuan yang berbeda-beda. Sebagai
calon tenaga pendidik marilah kita belajar sedini mungkin untuk bisa menjadi guru yang tidak
hanya kreatif namun juga tanggap terhadap situasi dan kondisi peserta didik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Elvianasti, Mega. 2019. Modul Belajar dan Pembelajaran. Universitas Muhammadiyah.

Festiawan, R. (2020). Belajar dan pendekatan pembelajaran. Universitas Jenderal Soedirman,


1-17.

Hanafy, M. S. (2014). Konsep belajar dan pembelajaran. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan, 17(1), 66-79.

Juarsih, Cicih. (2014). Teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik: dalam
rangka implementasi standart proses pendidikan siswa. Seri Peningkatan Kompetensi
dan Kinerja Guru.

Maâ, S. (2018). Telaah Teoritis: Apa Itu Belajar?. HELPER: Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 35(1), 31- 46.

Sihes, A. J., & Razab, W. N. W. (2009). Teori Pembelajaran.

Wisman, Yossita.(2020). Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses


Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Kanderang, 11(1), 209-215.

11

Anda mungkin juga menyukai