KONSEP BELAJAR
PENGANTAR PSIKOLOGI
Dosen Pengampu :
Dr. Awis Hamid D, M.Pd
Disusun oleh :
1. Ita Apriatin 4102.0219.A004
2. Kholif Rakhmawan 4102.0219.A005
3. Mashuri Aji W 4102.0219.A006
Kami mengucapkan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar yang berjudul " KONSEP BELAJAR " tepat paa waktunya. Shalawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita umatnya dari zaman
gelap gulita ke zaman terang benderang.
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada teman-teman yang telah mambantu proses
pembuatan makalah ini, sehingga kami dapa menyelesaikannya dengan baik. Kami menyadari
bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kepada teman-teman dan
dosen kami mengharapkan kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah yang kami buat.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya, dan dapat
sedikit menerapkan kata kata dari setiap lembarnya.
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI
1. Teori-teori belajar yang dipakari oleh Psikolog.................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN
1. Definisi, Konsep, dan Arti Penting Belajar........................................................... 3
2. Metode belajar....................................................................................................... 4
3. Strategi untuk mempermudah proses belajar......................................................... 5
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar............................................................ 6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................ 10
B. Saran...................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan kata yang tidak asing bagi kita, belajar dalam pandangan kita
ialah menulis, membaca, menghitung, mengerjakan materi, dan mendengarkan penjelasan
dari guru-guru kita. Namun dalam hal sebenarnya belajar itu merupakan sebuah proses kita
dalam mengenal, memahami, serta dapat menunjukkan perubahan sikap dan perilaku.
Proses dalam belajar dinamakan pendidikan, terlintas dalam kita bahwa pendidikan
itu hanya yang formal-formal seperti SD, SMP, SMA, dan Pergutuan Tinggi. Akan tetapi
belajar itu sendiri dapat diperoleh melalui lingkungan sekitar yang tidak kita duga selama ini
atau tidak kita sadari, belajar juga diperoleh seseorang dalam latihan dan pengalaman hidup
masing-masing seseorang. Maka dari itu kita akan lebih mendalam membahas tentang
konsep belajar supaya kita bisa lebih tau dan memaknai ap aarti belajar itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori-teori belajar?
2. Apa definisi, konsep, dan arti penting dari belajar?
3. Seperti apa metode belajar?
4. Apa strategi dalam belajar?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami teori-teori tentang belajar.
2. Memahami definisi belajar.
3. Mengetahui metode dalam belajar.
4. Mampu menerapkan strategi dalam belajar.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
BAB III
PEMBAHASAN
Konsep Belajar
Belajar adalah komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan dan bahan
acuan interaksi, yang baik bersifat eksplisit atau tersirat maupun implisit atau tersurat
(tersembunyi) untuk menangkapi isi dan pesan belajar maka dalam belajar tersebut individu
menggunakan kemampuan ramah.
Kognitif yaitu kemampuan yang mau dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran
sendiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis dan evaluasi tersebut
3
Efektif yaitu kemampuan yang mengutamakan, perasaan, emosi, dan reaksi yang
berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap,
organisai dan pembentukan dimana kemampuan yang mengutamakan keterampilan fisik
seperti persepsi kesiapan dan gerakan pembimbing disebut sebagai pola hidup Sikromatik.
Dalam belajar juga ada disiplin mental yang menekankan pengembangan kekuatan,
kemampuan, serta potensi tertentu datai individu. Anak memiliki potensi potensi yang masih
terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan
potensinya tersebut. Pada dasarnya anak memiliki kemampuannya tersendiri untuk mencoba
mencari, mengetahui, dan menemukan jati dirinya sendiri, orang tua hanya perlu
membimbing dan memperhatikannya.
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif.
2. Metode-metode Belajar
Visual (belajar dengan cara melihat)
Seseorang yang memiliki gaya belajar visual cenderung belajar melalui hubungan visual
(penglihatan). Dengan demikian dalam gaya belajar visual yang sifatnya eksternal, ia
menggunakan materi atau media yang bisa dilihat atau mengeluarkan tanggapan indera
penglihatan. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan
ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk
di depan agar dapat melihat dengan jelas. Oleh karena itu anak akan mempunyai
kelebihan di bidang tertentu.
Kelebihan :
1. Rapi dan teratur.
2. Mempunyai sifat yang teliti dan detail ketika mengerjakan sesuatu.
3. Biasanya tidak terganggu jika harus belajar di dalam keributan atau keramaian, anak
tetap akan berkonsentrasi ketika harus belajar di tempat ramai.
4. Tulisan tangan relative rapi dan bagus.
5. Cenderung suka membaca.
Kekurangan :
1. Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai dalam memilih
kata-kata.
2. Mengingat dalam instruksi verbal.
3. Kurang menyukai berbicara.
4
4. Biasanya sukar menginggat suatu informasi yang diberikan secara lisan.
2. Faktor Psikologis
Kecerdasan / Intelegensi
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar
peserta didik, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi
inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses
dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin
sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru/dosen, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru/dosen professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan
guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog
atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga
untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan
yang akan diberikan kepada peserta didik.
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar
peserta didik. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri
individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat
(Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa
jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik
memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan
tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi
intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
7
2. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
maju;
3. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari
orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan
lain sebagainya.
4. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi
dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib,
teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
Minat
Secara sederhana, minat (interest) nerrti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat
bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik
mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran
yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh
domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,
maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan
atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi
dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, pendidik sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang pendidik akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian
sebagai seorang peserta didik yang empati, sabar, dan tulus kepada peserta
didiknya; berusaha untuk menyajikan pelajaran dengan baik dan menarik sehingga
membuat peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak
menjemukan; meyakinkan peserta didik bahwa bidang studi yang dipelajari
bermanfaat bagi diri peserta didik.
Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan
dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum
yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses
8
belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang
dimilkinya. Misalnya, peserta didik yang berbakat dibidang bahasa akan lebih
mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
B. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-
faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu factor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan social pendidikan, seperti guru/dosen, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
2. Lingkungan sosial masyarakat,. kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa
akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
3. Lingkungan sosial keluarga, lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
4. Lingkungan non-Sosial
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana
yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan factor-faktor yang
dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan
alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar,
lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa), faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar
guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan
sesuai dengan konsdisi siswa.
9
BAB 1V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh anak anak, dimana
dalam proses pembelajaran dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak terampil
menjadi terampil, dari yang tidak bersikap menjadi bijak. Dalam proses belajar tentunya
ada kendala entah itu dari individu atupun dari lingkungan sekitarnya, dalam hal ini
proses belajar dapat dipengaruhi juga oleh masa perkembangan kognitif dimana anak-
anak memiliki sikap bagaimana cara mereka menangkap informasi yang di terimanya
melalui entah itu dari seorang guru atupun media sosial dll.
Menurut Skinner :
Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara
progresif.
Menurut Hintzman :
Belajar adalah perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman yang mana bahwa
pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan untuk
diartikan sebagai belajar.
Menurut Biggs :
Belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi
yang telah mereka pelajari.
Belajar termasuk kunci yang paling berharga bagi setiap orang dalam pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Dengan belajar kita
bisa memahami, mengetahui, berfikir, dan menemukan apa yang tadinya kita tidak tahu
menjadi tahu tentang apa yang kita pelajari. Tentunya dalam belajar sudah pasti ada
banyak indikator yang mempengaruhi seseorang baik faktor eksternal maupun internal.
Dan dalam belajar juga kita pasti punya strategi untuk memperluas wawasan belajar kita.
Dan metode belajar terdiri dari visual, auditori, dan kinestetik.
2. Landasan Teori Belajar
Belajar Behavioristik : Yang berasal dari Behavior yang artinya tingkah laku. Jika
seseorang diberikan dukungan dalam belajar, ia akan semakin menunjukkan tingkah laku
yang sesuai dengan informasi yang ia dapatkan. Bila teori behavioristik inidikaitkan
dengan pembelajaran, tingkahlaku ini merupakan wujud capaian atau hasil belajar, Teori
belajar psikologi yang muncul sejak 1940-an sampai dengan awal 1950 dan John B.
Watson dianggap sebagai pelopornya.
Belajar Kognitif : Yang berarti berfikir, arti dari kognitif itu sendiri adalah tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dengan kognitif
semua melibatkan pikiran karena lebih menekankan pada perkembangan berfikir peserta
didik. Adapun ciri-ciri pembelajaran kognitif, antara lain sebagai berikut : Dalam proses
belajar lebih mengutamakan pengertian dari pada hafalan, dan juga dalam pembelajaran
lebih menggunakan insting untuk memecahkan masalah. Teori kognitif memiliki banyak
kelompok aliran yang diplopori oleh para psikolog, diantaranya yaitu teori belajar
Gestalt, teori belajar Cognitive Field dan teori belajar Cognitive Developmental. Pakar
teori Kognitif ini lebih terkenal yaitu John Piaget dan Vigotsky.
Belajar Humanistik : Human yang berarti manusia, teori ini adalah suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepanka kemanusiawian. Dengan kata lain pembelajaran lebih
10
mengutamakan pengembangan potensi diri peserta didik, dalam teori ini belajar dianggap
berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang individu itu sendiri, bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanistik antara lain :
Abraham maslow, Arthur Combs, Carl Ransom Rogers.
Belajar Kontruktivistik : Kontruktif yang berarti bersifat membangun. Dalam
pembelajaran pada dasarnya pengetahuan atau informasi dibangun oleh peserta didik
sedikit demi sedikit, yang hasilnya akan diperoleh informasi secara utuh atau penuh.
Pengetahuan memberi makna melalui pengalaman-pengalaman yang nyata dan hanya
bisa didaptkan dengan belajar. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.
Belajar Gestalt : Teori belajar gestalt merupakan teori belajar kognitif yang dikemukakan
dan dikembangkan oleh Max Wertheimer, seorang psikolog Jerman. Tokoh lainnya yang
berperan penting dalam teori ini Max Wertheimer, mengemukakan lima hukum dari hasil
penelitian yang dilakukannya. Kelima hukum tersebut dapat diimplementasikan dalam
kegiatan belajar mengajar, khususnya untuk pendidikan anak usia dini, antara lain :
Pengalaman, Pembelajaran yang bermakna, Perilaku, Prinsip dan Transfer dalam belajar.
3. Metode-metode Belajar
Visual (belajar dengan cara melihat)
Seseorang yang memiliki gaya belajar visual cenderung belajar melalui hubungan
visual (penglihatan). Dengan demikian dalam gaya belajar visual yang sifatnya
eksternal, ia menggunakan materi atau media yang bisa dilihat atau mengeluarkan
tanggapan indera penglihatan. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus
melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Oleh karena
itu anak akan mempunyai kelebihan di bidang tertentu.
Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Gaya belajar ini cenderung menggunakan pendengaran/audio sebagai sarana mencapai
keberhasilan dalam belajar. Gaya belajar auditori yang bersifat eksternal adalah
dengan mengeluarkan suara atau ada suara. Anak auditori dapat mencerna makna yang
disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-
hal auditori lainnya.
Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Orang yang bergaya belajar kinestetik belajar melalui gerakan-gerakan sebagai sarana
memasukkan informasi ke dalam otaknya. Anak yang mempunyai gaya belajar
kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan.
B. Saran
Tenaga pendidik hendaknya dapat memantau serta membimbing peserta didik selama fase
belajar. Diharapkan dengan tenaga pendidik memiliki kepemahaman yang baik mengenai
konsep dan teori belajar, maka akan semakin mempermudah peserta didik dalam mencapai
tujuan pendidikan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. https://desmawahyunita.wordpress.com/2009/09/25/psikologi-pendidikan-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-belajar/
2. https://www.kompasiana.com/usfitriyah/59e88eb628d54e1e7e18cec2/teori-teori-
belajar-menurut-para-ahli
3. http://riapalupijati.blogspot.com/2013/01/gaya-belajar-visual-auditori-dan.html?
m=1
13