Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan nikmat-Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Strategi Pembelajaran di SD yang berjudul
“Hakekat Belajar dan Pembelajaran, Prinsip Belajar, Motivasi dan Masalah-Masalah dalam
Pembelajaran” yang diberikan oleh ibu Rifda Eliyasni, M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Strategi Pembelajaran di SD.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen yang
bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa
dapat terlatih dalam pembuatan makalah.

Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa


buku dan jurnal yang membahas tentang materi yang berkaitan. Kami sebagai penyusun
makalah ini,sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara
langsung untuk mengucapkannya.

Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan
kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin banyak sekali
kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Kami mengharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Padang, 15 Februari 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. .........................2

DAFTAR ISI ............................................................................................... .........................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... .........................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................... .........................4

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ .........................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1Hakekat Belajar dan Pembelajaran ....................................................... .........................6

2.2 Prinsip Belajar .................................................................................... .........................8

2.3 Motivasi Belajar ................................................................................ .......................13

2.4 Masalah-Masalah dalam Pembelajaran………………………………………………..16

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... .......................23

3.2 Saran ................................................................................................... .......................23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. .......................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi atau
pengetahuan dari seorang guru kepada siswa. Berdasarkan hal tersebut maka dalam
pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan
tanda-tanda upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga
dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan
tujuan belajar dapat tercapai.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kondisi yang sengaja diciptakan,
dimana dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik guna
mewujudkan tujuan pembelajaran itu sendiri. Belajar mengajar mempunyai hakikat, ciri,
dan komponen.
Pembelajaran harus menghasilkan belajar pada peserta didik dan harus dilakukan
suatu perencana yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah satu penerapan strategi
pemnbelajaran di antara strategi-strategi pembelajaran yang lain dengan tujuan utamanya
menyampaikan informasi kepada peserta didik. Perbedaan tersebut pun telah menggeser
paradigma pendidikan, yang semula guru sebagai pusat kepada siswa sebagai pusat.
Kegiatan pendidikan yang semula lebih berorientasi pada mengajar (guru lebih banyak
berperan) telah berpindah konsep menjadi pembelajaran (merencanakan kegiatan-
kegiatan yang orientasinya kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya).
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk menjelaskan hakekat belajardan
pembelajaran, prinsip belajar, motivasi belajar, dan masalah-masalah dalam
pembelajaran. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan pedoman agar calon pendidik
dapat lebih baik lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hakekat belajar dan pembelajaran?
2. Apa saja prinsip-prinsip belajar?
3. Apa yang dimaksud dengan motivasi belajar?
4. Apa saja masalah-masalah dalam pembelajaran?

4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hakekat belajar dan pembelajaran
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar
3. Untuk mengetahui motivasi belajar
4. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam pembelajaran

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran


A. Hakekat Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dalam upaya
mencapai tujuan. Menurut Muhibbin Syah (1999) Belajar adalah suatu adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut. Belajar
menurut W. Gulo (2002) adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri
seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir,
bersikap, dan berbuat.
James O. Whittaker (Djamarah, 1999) menyatakan bahwa belajar adalah
Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Sedanghkan menurut R. Gagne (Djamarah, 1999) belajar adalah suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang
relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri
dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan
salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu:
 Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
 Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
 Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Syah, 2003).
Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang
menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung,
yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan
lingkungan (Roziqin, 2007).
Selanjutnya Abdillah dalam Aunurrahman (2010) menyebutkan bahwa belajar
adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku
baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif
dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

6
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar akan membawa perubahan-
perubahan pada individu yang belajar, baik dari ilmu pengetahuan, keterampilan,
sikap, minat, watak dan juga penyesuaian diri.
Menurut Kompri (2016) Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit
maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam
belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah berikut:
1. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau
pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan evaluasi.
2. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi
yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi,
penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
3. Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri
dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan kompleks, penyesuaian pola
gerakan dan kreativitas.
Dengan demikian hakikat belajar menurut Hosnan (2014:6) merupakan
perubahan perilaku yang terjadi secara sadar ke arah positif baik dari aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian hakikat belajar adalah belajar yang selalu melibatkan
tiga hal pokok yaitu:
1. Adanya perubahan tingkah laku, setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan.
2. Sifat perubahan relatif permanen, perubahan perilaku yang diperoleh dari proses
belajar cenderung menetap dan melekat dalam dirinya.
3. Perubahan yang bersifat aktif, perubahan yang terjadi disebabkan adanya interaksi
dengan lingkungan. Untuk mendapat suatu pengetahuan yang baru setiap individu
aktif mencari informasi dari berbagai sumber.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah
perubahan perilaku yang relatif tetap dan melekat dalam diri individu serta individu
aktif dalam mencari informasi untuk mendapatkan suatu pengetahuan.

7
Ciri-Ciri Belajar
1) Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
3) Perubahan bdalam belajar bersifat positif dan aktif.
4) Perubahan dalam belajar bersifat tidak sementara.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

B. Hakekat Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian,
maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik
(Darsono, 2000). Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana
dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana
belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang
diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi
pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002).
Sedangkan menurut Duffy dan Roehler (1989), pembelajaran adalah suatu
usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs (1979).
mengartikan pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa
yang bersifat internal. Sedanghkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan
tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya.

8
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Perbedaan Belajar dan Pembelajaran


Belajar merupakan proses memperoleh ilmu. Belajar merupakan kegiatan yang
menghasilkan adanya perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
mampu menjadi mampu. Sedangkan pembelajaran mengacu pada dua konsep, yakni
belajar dan mengajar. Pembelajaran merupakan proses yang kompleks dengan
menghadirkan kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh siswa serta kegiatan mengajar
yang dilaksanakan oleh guru. Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang
beriringan dan saling terkoneksi satu dengan lainnya. Artinya, proses pembelajaran
tidak akan berhasil jika kegiatan belajar tidak hadir. Sebaliknya, jika komponen
mengajar pada proses pembelajaran tidak dijalankan dengan baik, maka kegiatan
pembelajaran juga akan timpang dan tidak mencapai hasil yang maksimal.

2.2 Prinsip Belajar


Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap
batasbatas kemungkinan dalam pembelajaran dalam melaksanakan pengajaran,
pengetahuan dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan
yang tepat.
Selain itu dengan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap
yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar peserta didik secara efektif dan
efesien. Prinsip belajar dan pembelajaran diharapkan menentukan langkah demi langkah
pro bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru.
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar di-pengaruhi kesiapan peserta didik, yang dimaksud dengan
kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar.
Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu
tugas khusus. Seseorang peserta didik yang belum siap untuk melaksanakan suatu
tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk
kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang
pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.

9
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi
adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah
kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu
dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini
seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan mem-berikan aturan yang sama
untuk semua anak.
Motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran.
Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari
dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (a) mengetahui apa yang akan
dipelajari, (b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai
unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa
kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan,
motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi
merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan hasil belajar sebelumnya
yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif
dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam pembelajaran dan pembelajaran
tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian. Jadi, sesuatu hal dikatakan menarik
perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan
usaha (perhatian tidak se-kehendak, perhatian tidak disengaja).
3. Prinsip Persepsi dan keaktifan
Menurut Thomas M. mengajar adalah proses membimbing pengalaman
belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan
untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan
suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah
tertentu, termasuk ketika dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula
dapat menggerakkan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari
kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati.
Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak aktivitas baik fisik
maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau
informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.

10
4. Prinsip Tujuan dan keterlibatan langsung
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar
pada saat proses belajar terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh
seseorang. Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pem-belajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru harus
terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini
mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan
agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa
menikmati jalannya pembelajaran.
5. Prinsip Perbedaan Individual
Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang. Proses pengajaran seyogianya
memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi
kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggitingginya. Pengajaran yang hanya
memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh
peserta didik. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi,
dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-
tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
6. Prinsip Transfer
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan
menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apa pun yang dipelajari dalam suatu
situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal
dengan proses transfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar
disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para
pelajar dalam situasi baru.
7. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan. Belajar
kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah,
dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi me-rupakan aktivitas mental yang
berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai
tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.

11
8. Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia meng-hubungkan
dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan,
minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif.
Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan
bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.
9. Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu
mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental
dan fisik.
10. Prinsip Pengulangan, Balikan, Penguatan dan Evaluasi
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang
barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut
teori ini bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme
oleh Thorndike, teorinya yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-
pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori oleh Pavlov
yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar
merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap
sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu
perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh
stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam
pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori pertama menekankan
pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedang-kan teori yang kedua dan ketiga
menekankan pengulangan untuk mem-bentuk respons yang benar dan membentuk
kebiasaan. Dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan
atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering
dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah
digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latihan, pengulangan, dan pembiasaan.

12
Prinsip belajar dan pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan
penguatan, ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa
peserta didik akan belajar bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak
saja oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif
pun dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia
akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk
selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan positif. Sebaliknya, bila
peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik
kelas, karena takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk belajar lebih giat. Inilah
yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba
menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa tanya jawab, eksprimen, diskusi, metode penemuan dan
sebagainya merupakan cara pem-belajaran yang memungkinkan terjadinya balikan
dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan
menggunakan metodemetode yang menarik akan membuat peserta didik terdorong
untuk belajar lebih bersemangat. Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat
mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.

2.3 Motivasi Belajar


Wina Sanjaya (2010) mengatakan bahwa proses pembelajaran motivasi
merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang
kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi
dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk
mengarahkan segala kemampuannya. Dalam proses pembelajaran tradisional yang
menggunakan pendekatan ekspositori kadang-kadang unsur motivasi terlupakan oleh
guru. Guru seakan-akan memaksakan siswa menerima materi yang disampaikannya.
Keadaan ini tidak menguntungkan karena siswa tidak dapat belajar secara optimal yang
tentunya pencapaian hasil belajar juga tidak optimal. Pandangan moderen tentang proses
pembelajaran menempatkan motivasi sebagai salah satu aspek penting dalam
membangkitkan motivasi belajar siswa.

13
Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang
individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
Menurut Mc Donald dalam Kompri (2016) motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan.
Menurut Woodwort (1995) dalam Wina Sanjaya (2010) bahwa suatu motive
adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
untuk mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi adalah dorongan yang dapat
menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.
Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi–kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi
dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri
seseorang. Lingkungan merupakan salah faktor dari luar yang dapat menumbuhkan
motivasi dalam diri seseorang untuk belajar.

Fungsi Motivasi dalam Belajar


Dua fungsi motivasi dalam proses pembelajaran yang dikemukakan oleh Wina
Sanjaya (2010: 251-252) yaitu:
1. Mendorong siswa untuk beraktivitas
Perilaku setiap orang disebabkan karena dorongan yang muncul dari dalam
yang disebut dengan motivasi. Besar kecilnya semangat seseorang untuk bekerja
sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi orang tersebut. Semangat siswa dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu dan ingin mendapatkan
nilai yang baik karena siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
2. Sebagai Pengarah
Tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk
memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan
demikian Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Selanjutnya menurut Winarsih (2009:111) ada tiga fungsi motivasi yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang dilakukan.

14
2. Menentukan arah perbuatan kearah yang ingin dicapai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan guna mencapai tujuan.
Fungsi motivasi sebagai pendorong usaha dalam mencapai prestasi, karena
seseorang melakukan usaha harus mendorong keinginannya, dan menentukan arah
perbuatannya kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian siswa dapat
menyeleksi perbuatan untuk menentukan apa yang harus dilakukan yang bermanfaat
bagi tujuan yang hendak dicapainya.

Faktor yang Mempengaruhi Motivasi dalam Belajar


Menurut Kompri (2016:232) motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang
mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan
psikologis siswa. Beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi dalam belajar yaitu:
1. Cita-cita dan aspirasi siswa, cita-cita akan memperkuat motivasi belajar siswa baik
intrinsik maupun ekstrinsik.
2. Kemampuan Siswa, keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuaan dan
kecakapan dalam pencapaiannya.
3. Kondisi Siswa, kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang
siswa yang sedang sakit akan menggangu perhatian dalam belajar.
4. Kondisi Lingkungan Siswa, lingkungan siswa dapat berupa lingkungan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan bermasyarakat
Faktor lain yang dapat mempengaruhi belajar menurut Slameto (1991:91) yaitu:
1) Faktor-faktor intern: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
2) Faktor ekstern: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dengan demikian
motivasi belajar pada diri siswa sangat dipengaruhi oleh adanya rangsangan dari luar
dirinya serta kemauan yang muncul pada diri sendiri. Motivasi belajar yang datang dari
luar dirinya akan memberikan pengaruh besar terhadap munculnya motivasi instrinsik
pada diri siswa.

15
Sifat Motivasi
Menurut Wina Sanjaya (2010) dilihat dari sifatnya motivasi dapat dibedakan
antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi
yang muncul dari dalam diri idividu misalkan siswa belajar karena didorong oleh
keinginannya sendiri menambah pengetahuan; atau seseorang berolah raga tenis
karena memang ia mencintai olah raga tersebut. Jadi dengan demikian, dalam motivasi
intrinsik tujuan yang ingin dicapai ada dalam kegiatan itu sendiri.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri. Misalkan siswa
belajar dengan penuh semangat karena ingin mendapatkan nilai yang bagus; seseorang
berolah raga karena ingin menjadi juara dalam suatu turnamen. Dengan demikian
dalam motivasi ekstrinsik tujuan yang ingin dicapai berada di luar kegiatan itu.
Dalam proses pembelajaran, motivasi intrinsik sulit untuk diciptakan karena
motivasi ini datangnya dari dalam diri siswa. Kita tidak akan tahu seberapa besar
motivasi intrinsik yang menyertai perbuatan siswa. Hal yang mungkin dapat dilakukan
adalah dengan mengembangkan motivasi ekstrinsik untuk menambah dorongan
kepada siswa agar lebih giat belajar.

2.4 Masalah-Masalah dalam Pembelajaran


Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak
disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau
perlu dihilangkan.Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan
atau didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan” atau masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat
kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa itu sendiri ataupun
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan.
Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis,
sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada
siswa. Pada dasarnya, masalah-masalah belajar dapat digolongkan atas :
 Keterlambatan akademik
 Sangat cepat dalam belajar
 Lambat belajar
 Penempatan kelas

16
 Kurang motif dalam belajar
 Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk
 Kehadiran di sekolah.
Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi
guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat
terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari
dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses
belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan
pengorganisasian belajar.
Masalah belajar siswa mencakup dalam pengertian yang lebih luas, diantaranya :
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,
yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan,
sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan
sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut
gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan
adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok
menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley,
maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja
atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

17
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana
siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah
potensi intelektualnya.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Masalah Belajar


 Faktor Internal
1. Ciri Khas/Karakteristik Siswa
Dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan
buku, alat-alat tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila siswa tidak memiliki
minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapan belajar.
2. Sikap terhadap Belajar
Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai kegiatan
belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa
banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun,
bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang
memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.
3. Motivasi Belajar
Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk
ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak,
mengerjakan tugas dan sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih
lama, karena kurangnya kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena
itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan
dampak bagi tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
4. Konsentrasi Belajar
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang
dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil
belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam
belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut
ketelatenan guru.
5. Mengelola Bahan Ajar
Siswa mengalami kesulitan di dalam mengelola bahan, maka berarti ada
kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru.
Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki

18
kemampuan sendiri untuk terus mengelola bahan belajar, karena konstruksi berarti
merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
6. Rasa Percaya Diri
Salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas
fisik dan mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa percaya
diri umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam
suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil
yang diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses
belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru
bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
7. Kebiasaan Belajar
Adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang
relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan. Ada
beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai seperti, belajar tidak
teratur, daya tahan rendah, belajar hanya menjelang ulangan atau ujian, tidak
memiliki catatan yang lengkap, sering datang terlambat, dan lain-lain.
Jenis-jenis kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku
belajar yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat
menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh.
8. Tingkat Kecerdasan Rendah
Walaupun tingkat kecerdasan seorang siswa bkanlah nilai mutlak dan
berubah-ubah, hal ini tetap saja dapat menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar. Tingkat kecerdasan atau kemampuan dasar yang rendah bisa
menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar pada diri siswa.
9. Kesehatan, Gangguan Fungsi Alat Indera, dan Alat Perseptual
Kondisi tubuh yang sakit, kurang gizi dan vitamin dapat menyebabkan
kurang maksimalnya proses belajar. Begitupun jika terjadi gangguan pada fungsi
alat indera, seperti gangguan penglihatan dan pendengaran yang dapat secara
langsung menjadi penyebab terjadinya keslitan dalam belajar. Hal yang sama juga
dapat terjadi jika terdapat gangguan dalam proses penafsiran pesan di otak (alat
perseptual).

 Faktor Eksternal
1. Guru
19
Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya
menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar
secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan. Bila dalam proses pembelajaran,
guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu
memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh
pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil
belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa
akan mengalami masalah yang dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru.
Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan
suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat
menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan
keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang
memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-
muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Jadi, jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang
menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan
akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga
anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus
benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
2. Keluarga (rumah)
Masalah-masalah dalam keluarga dapat menyita pikiran dan konsentrasi
anak untuk fokus dalam belajar, beberapa diantaranya adalah;
 Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
 Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
 Keadaan ekonomi
 Harapan orang tua yang terlalu tinggi
 Orang tua yang pilih kasih.
3. Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)
Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap
siswa. Contoh siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya dengan
kebiasaan rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif dan sebaliknya.

20
Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh
teman sebayanya yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar.
4. Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau
acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas
pembelajaran, maka dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntunan
perubahan di mana perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah,
yaitu :
a. Tujuan yang akan dicapai berubah
b. Isi pendidikan berubah
c. Kegiatan belajar mengajar berubah
d. Evaluasi belajar
5. Sarana dan Prasarana
Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada
terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa
untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat
mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Ciri-ciri Siswa yang Bermasalah Belajar


1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin
ada murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tapi nilai yang dicapai
selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang
tersedia. Misalnya rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40
menit, maka anak yang menghadapi kesulitan belajar akan memerlukan waktu
yang lebih lama.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang
dan sebagainya.

21
5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri,
tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi
tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendh tidak menunjukkan adanya
perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

22
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dalam upaya mencapai
tujuan. Menurut Muhibbin Syah (1999) Belajar adalah suatu adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut. Belajar menurut W. Gulo
(2002) adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah
tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat.
Prinsip belajar yaitu : 1) Prinsip kesiapan, 2) prinip motivasi, 3) prinsip persepsi
dan keaktifan, 4) prinsip tujuan dan keterlibatan langsung, 5) prinsip perbedaan
individual, 6) prinsip transfer, 7) prinsip belajar kognitif, 8) prinsip belajar efektif, 9)
proses belajar psikomotor, prinsip pengulangan, balikan, penguatan dan evaluasi.
Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang
individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
Menurut Mc Donald dalam Kompri (2016:229) motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan.
Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi
guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat
terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari
dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses
belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan
pengorganisasian belajar.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini dibuat semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita
semua. Setelah memperlajari makalah ini, diharapkan untuk setiap mahasiswa dapat
menerapkan ilmu yang telah dipelajari.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Kompri. 2016. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Djamarah, Saiful. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka cipta.

Emda, Amna. 2017. Kedudukan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran. Jurnal
Lantanida. 5(2): 93-196.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grasindo.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Muis, A.A. 2013. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan
Pemikiran Islam. 1(1) : 29-38.

Roziqin, Muhammad Zainur. 2007, Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran Pola
Interkasi Guru-Murid di Era Global. Malang: Averroes Press.

Syah, Muhibbi. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

24

Anda mungkin juga menyukai