Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Konsep Dasar Teori Belajar dan Pembelajaran

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Inovasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.PD

Disusun oleh :

Eva Daniyati Saputri (2011010214)

Mita Farera (2011010220)

M. Takiyudin Trisnanto (2011010202)

Tia Damayanti (2011010216)

Kelompok/Kelas : 1/F

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

2023
Kata Pengantar

Bissmillahirrahmannirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
izinya kami dapat menyelesaikan masalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak pula
saya haturkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membina kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang kami susun ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai Konsep Dasar Teori Belajar dan Pembelajaran. Namun demikian,
bahwa makalah ini masih memiliki banyak kelemahan. Untuk itu, saran dan masukan dari
para pembaca sangat diharapkan, hanya kepada Allah SWT jualah kita berharap, mudah-
mudahan setiap do’a dan usaha ini mendapat ridha-Nya.

Lampung, 05 Maret 2023


Daftar Isi

Halaman Depan (cover)…………………………………............………………………….

Kata Pengantar…………………………………………………............…………………...

Daftar Isi…...……………………………………………………………............…………..

BAB I Pendahuluan………………………………………………………………............…

A. Latar Belakang………………...…………………………………...........................
B. Rumusan Masalah………………...………………………………..........................
C. Tujuan Penulisan………………...…………………………………........................

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...............

A. Hakikat Belajar..........................................................................................................
B. Hakikat Pembelajaran...............................................................................................
C. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran.......................................................................
D. Tujuan Belajar dan Pembelajaran.............................................................................
E. Ciri-ciri Belajar dan Pembelajaran............................................................................
F. Perbedaan Pembelajaran,Pengajaran,Pemelajar,dan Pembelajar..............................

BAB III PENUTUP……………………............……………………………………………

A. Kesimpulan……………………...........……………………………………………
B. Saran…………………………………...........……………………………………...
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah hakikat belajar itu ?
2. Apakah hakikat pembelajaran itu ?
3. Apasaja teori-teori belajar dan pembelajaran ?
4. Apakah tujuan belajar dan pembelajaran itu ?
5. Apa ciri-ciri dari belajar dan pembelajaran ?
6. Apakah perbedaan dari pembelajaran, pengajaran, pemelajar dan
pembelajar ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar peserta didik memahami dan mengerti hakikat dari belajar dan
pembelajaran .
2. Agar peserta didik mengetahui dan memahami teori-teori belajar dan
pembelajaran.
3. Agar peserta didik mengetahui dan memahami tujuan dari belajar dan
pembelajaran
4. Agar peserta didik mengetahui dan memahami apasaja ciri dari belajar
dan pembelajaran.
5. Agar peserta didik mengetahui perbedaan antara pembelajaran,
pengajaran, pemelajar dan pembelajar
BAB II

Pembahasan

A. Hakikat Belajar

Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara
keilmuan, belajar merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat
keterbukaan kondisi tertentu yang akan menghasilkan perubahan perilaku atau
disposisi untuk bertindak (ditindak lanjuti). Menurut kamus bahasa Indonesia,
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah
suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah
lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulo, 2002:
23). Menurut Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar
adalah proses komunikasi.
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan
pengertian. belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar.

Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan
perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar
sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru,
kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau
pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang
dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. Belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan
dan tingkah laku. Pada dasarnya merupakan tahapan perubahan prilaku siswa
yang relative positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif (Syah, 2003), dengan kata lain belajar merupakan
kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar
tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang
dikemukakan oleh witting yaitu :

1. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi

2. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi

3. Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang
menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam
interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007: 62).

Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri
belajar, yaitu:

1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).


2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah.

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman

5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah
perubahan perilaku. Dalam hal ini, Benyamin S. Bloom (1956) mengemukakan
perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam
kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-
aspeknya.

1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan


aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bisa diukur dengan pikiran atau
nalar.

Kawasan ini terdiri dari:

• Pengetahuan (Knowledge).

• Pemahaman (Comprehension).

• Penerapan (Aplication)

• Penguraian (Analysis).

• Memadukan (Synthesis).

• Penilaian (Evaluation).

2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan


aspek aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral
dan sebagainya.
Kawasan ini terdiri dari:

• Penerimaan (receiving/attending).

• Sambutan (responding)

• Penilaian (valuing).

• Pengorganisasian (organization).

• Karakterisasi (characterization)

3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang


berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf
dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis.

Kawasan ini terdiri dari:

• Kesiapan (set)

• Meniru (imitation)

• Membiasakan (habitual)

• Adaptasi (adaption)

B. Hakekat Pembelajaran

Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang


mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian,
maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang
lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses
pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau
dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini
tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para
pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002:
128).
Sedangkan menurut Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu
usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs (1979:3).
mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sedangkan dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa


pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara
guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran
oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher
of teaching) (Suryosubroto,1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi
kepada focus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik
sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Keaktifan
peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi
kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan
mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik
tidak merasakan perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan
tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar
sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai
fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

C. Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran

1. Teori Behaviorisme

Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan
dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap
rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negative terhadap
perilaku kondisi yang diinginkan. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik yang
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Aliran
psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnyaterhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan


orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku
akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai
hukuman. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung
dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.

Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah


perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau
pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan
dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid. Metode behavioristik ini sangat cocok
untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya
tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan
dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada
ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.

Ciri dari teori behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut
pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Dalam hal konsep pembelajaran,
proses cenderung pasif berkenaan dengan teori behavioris. Pelajar menggunakan
tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk memahami materi dan material
sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi. Little tanggung jawab
ditempatkan pada pembelajar mengenai pendidikannya sendiri.

2. Teori Humanistik

Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.


Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatannya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan


dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka. Selain teori belajar behavioristik dan toeri
kognitif, teori belajar humanistik juga penting untuk dipahami. Menurut teori
humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian kajian psikologi belajar.

Teori humanistik sangat mementingkan yang dipelajari dari pada proses


belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama
ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya. Dalam pelaksanaannya, teori humanistic
ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh
Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful learning”
yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar
merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor
motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab
tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si pelajar, maka tidak akan terjadi
asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Teori humanstik berpendapat bahwa belajar apapun dapat dimanfaatkan,
asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri,
pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Hal ini
menjadikan teori humanistik bersifat elektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa
setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu, akan ada kebaikan dan ada pula
kelemahannya. Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal
tujuannya tercapai, yaitu memanusiakan manusia. Dengan demikian teori
humanistik dengan pandangannya dengan pandangannya elektik yaitu dengan cara
memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk
memanusiakan manusia bukan saja mungkin untuk dilakukan, tetapi justru harus
dilakukan. Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya adalah Kolb
yang terkenal dengan “Belajar Empat Tahap”, honey dan Mumford dengan
pembagian tentang macammacam siswa, Hubemas dengan “Tiga macam tipe
belajar”, serta Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan “Taksonomi Bloom”.

3. Teori Belajar Konstrustivisme

Kontruktivisme berasal dari kata kontruksi yang berarti “membangun”.


Ketika masuk ke dalam kontek filsafat pendidikan maka kontruksi itu diartikan
dengan upaya dalam membangun susunan kehidupan yang berbudaya maju.
Gagasan tentang teori ini sebenarnya bahkan hal baru, karena segala hal yang
dilalui di kehidupan merupakan himpunan dan hasil binaan dari pengalaman yang
menyebabkan pengetahuan muncul dalam diri seseorang. Teori kontruktivisme
mendefinisikan belajar sebagai aktivitas yang benar-benar aktif, dimana peserta
didik membangun sendiri pengetahuannya, mencari makna sendiri, mencari tahu
tentang yang dipelajarinya dan menyimpulkan konsep dan ide baru dengan
pengetahuan yang sudah ada dalam dirinya.

Beberapa karakteristik dan juga merupakan prinsip dasar teori belajar


konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan strategi untuk mendapatkan dan menganalisis informasi.


2. Pengetahuan terbentuk bukan hanya dari satu prespektif, tapi dari perspektif
jamak (multiple perspective).

3. Peran peserta didik utama dalam proses pembelajaran, baik dalam mengatur
atau mengendalikan proses berpikirnya sendiri maupun untuk ketika berinteraksi
dengan lingkungannya.

4. Scaffolding digunakan dalam proses pembelajaran. Scaffolding merupakan


proses memberikan tuntunan atau bimbingan kepada peserta didik untuk
dikembangkan sendiri.

5. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor dan mentor untuk mendukung dan
membimbing belajar peserta didiknya.

6. Pentingnya evaluasi proses dan hasil belajar yang Otentik

Adapun yang menjadi tokoh-tokoh dari teori Konstruktivesme adalah;

1. Driver dan Bell

• Mereka berdua berpendapat bahwa karakteristik teori belajar Konstruktivisme


adalah sebagai berkut:

• Peserta didik dipandang sebagai pasif, tetapi memiliki tujuan;

• Keterlibatan peserta didik seoptimal mungkin dalam pembelajaran;

• Pengetahuan tidak datang dari luar tetapi dikonstruksi oleh peserta didiknya
sendiri;

• Pembelajaran bukan berupa transfer pengetahuan, tetapi melibatkan


pengendalian dan rekaya kondisi dan situasi kelas;

• Kurikulum bukanlah sekadar dipelajari, melainkan seperangkat sumber yang


harus dikembangkan;

2. J. Piaget
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis, menegaskan bahwa pengetahuan
dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
penyerapan informasi yang baru. Sedangkan akomodasi adalah sesuatu yang
disediakan untuk kebutuhan penyusunan stuktur informasi yang lama maupun
informasi baru, baik tempat maupun kebutuhan lain.

Ada 3 (Tiga) hal pokok yang berkaitan antara tahap perkembangan intelektual
dengan tahap perkembangan konstruktivisme mental (kognitif), yaitu sebagai
berikut:

• Intelektual berkembang melalui tahapan yang beruntun dengan urutan yang


selalu sama.

• Perkembangan intelektual dianggap sebagai suatu cluster yang bisa


dikelompokkan berpatokan pada operasi mental;

• Tahap-tahap perkembangan ini dilengkapi oleh keseimbangan (equilibrium),


proses perkembangan antar pengalaman yang terinteraksi (asimilasi) dan struktur
kognitif yang timbul (akomodasi).

3. Vigotsky

Vigotsky memahami bahwa belajar dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan


sosial. Proses belajar seseorang dengan discovery lebih mudah apabila dalam
konteks social budaya. Inti kognitivisme-nya Vigotsky adalah interaksi antara
aspek internal dengan eksternal yang terjadi pada lingkungan sosial.

4. Tasker

Teori belajar kontruktivisme Tasker menekankan bahwa ada tiga hal yang harus
ada dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

• Peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.

• Kaitan antar ide-ide baru sangat penting dalam pengkonstuksian


• Mengaitkan antara informasi yang baru diterima dengan gagasan-gagasan yang
dikembangkan

5. Wheatley

Wheatley mendukung teori belajar kontruktivisme dengan mengajukan 2 (Dua)


prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

• Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif tetapi secara aktif oleh struktur
koqnitif peserta didik;

• Kognisi berfungsi adaptif dan membantu

pengorganisasian pengalaman nyata untuk

dikembangkan dalam proses belajar.

6. Hanbury

Hanbury mengemukakan beberapa aspek berlandaskan teori belajar


konstruktivisme ini yang sebagai berikut:

• Belajar melalui pengkonstruksian informasi dan ide yang dimiliki;

• Pembelajaran menjadi bermakna apabila peserta didik mengerti;

• Strategi peserta didik lebih bernilai;

• Peserta didik berkesempatan untuk diskusi dengan sesamanya; Pada bagian ini
akan kita dibahas proses belajar dari pandangan teori belajar konstruktivisme dari
aspek-aspek peserta didik, peran guru, sarana belajar dan evaluasi belajar

Proses belajar konstuktivistik berupa “…Constructing and restructuring of


knowledge and skills within the individual in a complex network of increasing
conceptual consistently”. Membangun dan merestrukturisasi pengetahuan dan
keterampilan individu dalam lingkungan sosial dalam upaya peningkatan
konseptual secara konsisten.
Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada
pengelolaan peserta didik dalam memproses gagasannya bukan semata-mata
olahan peserta didik dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau
prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan system penghargaan dari luar seperti
nilai ijazah dan sebagainya. Penerapan teori belajar Konstruktivisme sering
digunakan pada model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving)
seperti pembelajaran menemukan (discovery learning) dan pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning). Pengembangan dari teori ini mulai
memberikan dampak terhadap Peserta didik, peserta didik harus aktif melakukan
kegiatan aktif berpikir menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal
yang pelajari. Guru memang menjadi andil dalam memprakarsai penataan
lingkungan dan member peluang belajar yang optimal. Tetapi pada akhirnya
peserta didiklah yang menentukan sendiri terwujudnya belajar yang sepenuhnya
itu.

Paradigma konstruktivistik memandang peserta didik sebagai pribadi yang


memiliki kemampuan awal sebagai modal dasar sebelum belajar dalam
mengkonstuksi pengetahuan yang baru, oleh sebab itu meskipun kemampuan awal
tersebut masih sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru sebaiknya
diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan. Guru membantu
peserta didiknya agar proses pengkonstuksian pengetahuan berjalan lanjar. Guru
tidak mentransfer pengetahuan melainkan membantu peserta didiknya untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Guru harus bisa memahami cara pandang
belajar peserta didiknya.

Kunci peranan guru dalam proses belajar adalah pengendalian yang meliputi
sebagai berikut;

• Menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan dan


bertindak.

• Menumbuhkan kemandirian peserta didik dengan menyediakan kesempatan


untuk mengambil keputusan dan bertindak.
• Mendukung dan memberikan kemudahan belajar agar peserta didik mempunyai
peluang yang optimal. Segala sesuatu seperti, media, peralatan, lingkungan dan
fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan pengetahuan. Yang
dipahami dalam teori belajar konstruktivisme bahwa pembentukan pengetahuan
itulah yang menjadi inti dalam teori belajar ini. Peserta didik diberi kebebasan
untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang
dihadapinya dengan cara demikian peserta didik akan terbiasa dan terlatih untuk
berpikir sendiri memecahkan masalah yang dihadapinya mandiri kritis kreatif dan
mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. Dari awal
sampai akhir dalam prosesnya pembelajaran menurut teori belajar konstruktivisme
ini akan ada beberapa hal, mulai dari sarana, kemampuan awal peserta didik, guru
dan hasil belajar peserta didik. Sejauh mana pembelajaran berlangsung
menimbulkan pemikiran untuk mengevaluasi, terutama evaluasi belajar peserta
didik.

Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahkan pada tugas-tugas


mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses berpikir yang lebih
tinggi seperti tingkat “penemuan” pada taksonomi Merrill atau strategi “prinsip”
pada Gagne serta “sintesis” pada Taksonomi Bloom. Juga mengkonstruksikan
pengalaman peserta didik dan mengarahkannya pada konteks yang luas dengan
berbagai sudut pandang.

D. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

1. Tujuan Intruksional, Tujuan Pembelajaran, dan Tujuan Belajar

Pendidik merumuskan tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional


khusus. Tujuan instruksional khusus (TIK) atau tujuan pembelajaran khusus
(TPK) juga disebut sebagai sasaran belajar mahasiswa. Tujuan instruksional
(pembelajaran) khusus (TIK/TPK) mempertimbangkan pengetahuan awal dan
kebutuhan belajar mahasiswa. Dari segi dosen tujuan instruksional dan tujuan
pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan berbeda.
Tujuan instruksional (umum dan khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku
secara legal di Perguruan Tinggi. Dari segi mahasiswa, sasaran belajar tersebut
merupakan panduan belajar. Panduan belajar tersebut harus diikuti, sebab
mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar mahasiswa
merupakan prasyarat belajar selanjutnya. Keberhasilan belajar mahasiswa berarti
tercapainya tujuan belajar mahasiswa dengan demikian merupakan tercapainya
tujuan instruksional dan sekaligus tujuan belajar bagi mahasiswa.

2. Mahasiswa dan Tujuan Belajar

Mahasiswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di


kampus. Dalam kegiatan tersebut mahasiswa mengalami tindak mengajar, dan
merespon dengan tindak belajar. Pada umumnya semula mahasiswa belum
menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi dosen tentang sasaran belajar,
maka mahasiswa mengetahui apa dan arti bahan belajar baginya. Mahasiswa
mengalami suatu peroses belajar. Dalam proses belajar tersebut mahasiswa
menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar.
Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, psikomotor yang dibelajarkan dengan
bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang
sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasikan
belajar, menyebabkan mahasiswa semakin sadarakan kemampuan dirinya. Maka
dapat disimpulkan bahwa Tujuan Belajar adalah merubah tingkah laku dan
perbuatan yang ditandai dengan kecakapan, keterampilan, kemampuan dan sikap
sehingga tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

3. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan


dalam merencanakan pembelajaran. Segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut. Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama
kali diperkenalkan oleh B. F Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam
ilmu perilaku (Behavioural science) dengan maksud untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
D. Ciri-ciri Belajar dan Pembelajaran

1. Ciri Belajar

Djamarah (2011: 15-17) menyatakan, jika hakekat belajar adalah perubahan


tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam
ciri-ciri belajar.

a) Perubahan yang Terjadi Secara Sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan ini atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan
dalam dirinya.

b) Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung terus
menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar
berikutnya.

c) Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju


untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian,
makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik
perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan
itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri..

d) Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara

Perubahan yang bersifat sementara (Temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa
saat saja, seperti keringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat
digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah
laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
e) Perubahan dalam Belajar Bertujuan dan Terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Perubahan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar
disadari.

f) Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai
hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam
sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Jadi, aspek
perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

2. Ciri Pembelajaran

1) Memiliki tujuan yaitu untuk membentuk peserta didik dalam suatu


perkembangan tertentu.

2) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang


direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3) Fokus materi ajar, terarah dan terencana dengan baik.

4) Adanya aktivitas peserta didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya


kegiatan pembelajaran

5) Aktor pendidik yang cermat dan tepat

6) Terdapat pola aturan yang ditaati pendidik dan peserta didik dalam proporsi
masing-masing

7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran

8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil

E. Perbedaan Pembelajaran, Pengajaran, Pemelajar, dan Pembelajar


Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung
proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang
berperan terhadap rangkaian kejadiankejadian intern yang berlangsung dialami
siswa.

Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal


mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman,
peristiwa yang dialami atau dilihatnya).

Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan


pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan
mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu roses yang saling mempengaruhi
antara guru dan siswa.

Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran, dan sedangkan

Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.


BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara
keilmuan, belajar merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat
keterbukaan kondisi tertentu yang akan menghasilkan perubahan perilaku atau
disposisi untuk bertindak (ditindak lanjuti). Dalam hal ini, Benyamin S.
Bloom (1956) mengemukakan perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil
belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan
psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya. Secara umum istilah belajar
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan
tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono,
2000: 24). Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Ada beberapa Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran diantaranya yaitu teori
behavioristisme, teori humanistik dan teori kontruktive. Adapun yang menjadi
tokoh-tokoh dari teori Konstruktivesme adalah Driver dan Bell, J. Piaget,
Vigotsky, Tasker, Wheatley dan Hanbury. Selain pada teori – teori ada pula
Tujuan Intruksional, Tujuan Pembelajaran, dan Tujuan Belajar dalam proses
belajar dan pembelajaran. Ada beberapa ciri dari belajar yaitu perubahan yang
terjadi secara sadar, Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional, Perubahan
dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif, Perubahan dalam Belajar Bukan
Bersifat Sementara, Perubahan dalam Belajar Bertujuan dan Terarah dan
Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku. Tidak hanya ciri dari
belajar adapula ciri dari pembelajaran diantaranya yaitu Memiliki tujuan yaitu
untuk membentuk peserta didik dalam suatu perkembangan tertentu, terdapat
mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan
dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan fokus materi
ajar, terarah dan terencana dengan baik.

Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung


proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim
yang berperan terhadap rangkaian kejadiankejadian intern yang berlangsung
dialami siswa. Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan
(tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). Pengajaran
adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan
kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar.
Pengajaran berlangsung sebagai suatu roses yang saling mempengaruhi antara
guru dan siswa. Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran, dan
sedangkan Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.

B. Saran
1. Diharapkan kami selaku penulis dan pembaca dapat mempelajari,
memahami dan mengerti tentang materi yang disajikan.
2. Diharapkan bagi pembaca yang berupa pendidik dan peserta didik
dapat memahami benar-benar apa tujuan dari belajar dan
pembelajaran.
3. Diharapkan untuk memahami teori-teori yang ada dengan sebaik-
baiknya demi tercapainya suatu tujuan.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai