Anda di halaman 1dari 244

Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB I

PENDAHULUAN

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar


yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan
sikap dan Perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak
terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar
dapat diartikan sebagai aktifitas mental atau ( psikhis )
yang terjadi karena adanya interaksi aktif antara
individu dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam
aspek-aspek : kognitif, afektif dan psikomotor
“Taxonomi Bloom” Perubahan tersebut dapat berubah
Teori Pembelajaran dan Belajar

sesuatu yang sama sekali baru atau


penyempurnaan/penigkatan dari hasil belajar yang
telah diperoleh sebelumnya. Belajar tidak hanya
sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu
secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar
yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan dan skill
yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran
merupakan suatu sistim yang membantu individu
belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan.

A. Belajar.
Belajar Belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh
setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang
tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak dapat berjalan
menjadi dapat berjalan, tidak dapat membaca menjadi
dapat membaca dan sebagainya.

Belajar adalah suatu proses perubahan individu


yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya ke
arah yang baik maupun tidak baik. Belajar setiap orang
Teori Pembelajaran dan Belajar

dapat dilakukan dengan cara berbeda. Ada belajar


dengan cara melihat, menemukan dan juga meniru.
Karena melalui belajar seseorang akan mengalami
pertumbuhan, perkembangan dan perubahan dalam
dirinya baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik
jika yang dipelajari berkaitan dengan dimensi motorik.
Sementara secara psikis jika yang dipelajari berupa
dimensi afeksi.

B. Pembelajaran
Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas
oleh masyarakat, lebih-lebih Pada saat setelah
diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal
memberi pengertian tentang pembelajaran.
Pembelajaran sebagai konsep pedagogik secara teknis
dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik
untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial
untuk menghasilkan proses belajar yang bermuara pada
berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar
Teori Pembelajaran dan Belajar

dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan


substantif dan fungsional.

pada simpulan terjadinya perubahan perilaku


dalam diri individu. Keterkaitan fungsional belajar dan
pembelajaran adalah bahwa pembelajaran sengaja
dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau
dengan kata lain belajar merupakan parameter
pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa
tidak semua proses belajar merupakan konsekuensi dari
pembelajaran. Oleh karena itu dapat pula dikatakan
bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal/individual,
sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik.1
Sehubungan dengan itu sebagai pendidik yang baik
hendaknya memahami dan menerapakan konsep dasar
belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan
pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar
dalam kondisi pembelajaran yang efektif dan kondusif

Menurut Munandar (dalam Suyono dan


Hariyanto) yang menyatakan bahwa pembelajaran
dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak
Teori Pembelajaran dan Belajar

secara keseluruhan, membuat peserta didik aktif,


mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Kondisi
lingkungan sekitar dari siswa sangat berpengaruh
terhadap kreativitas yang akan diciptakan oleh pesrta
didik. Disaat ketika peserta didik merasa nyaman,
maka tujuan pembelajaran akan lebih mudah untuk
dicapai. Adapula pernyataan oleh Winataputra3 yang
menyatakan bahwa arti pembelajaran adalah kegiatan
yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan
meningkatkan intensitas dan kapasitas serta kualitas
belajar pada diri peserta didik.

Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran


adalah upaya sistematis dan sistemik untuk
menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan proses
belajar, oleh karena kegiatan pembelajaran sangat
berkaitan erat dengan jenis hakikat serta jenis belajar
dan prestasi belajar tersebut. Adapun menurut pendapat
Aqib4 menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah
upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk
mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara
Teori Pembelajaran dan Belajar

efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan,


pelaksanaan dan evaluasi. Atas dasar-dasar teori
pembelajaran menurut ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses
interaksi antara peserta didik dan pendidik juga beserta
seluruh sumber belajar yang lainnya yang menjadi
sarana belajar guna mencapai tujuan yang diinginkan
dalam rangka untuk perubahan akan sikap serta pola
pikir peserta didik.1

1
Gusnarib, Gusnarib, and Rosnawati Rosnawati. "Teori-teori belajar dan
pembelajaran." (2021).
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB II

HAKIKAT BELAJAR

A. Pengertian Belajar.
1. Pengertian Belajar Menurut Para Ahli.
 James O. Whittaker, merumuskan belajar
sebagai proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
 Crinbach berpendapat bahwa learning is
shown by change in behavior as a result of
experience. Belajar sebagai aktivitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman.
 Howard L. Kingskey mengatakan bahwa
learning is the process by which behavior (in
the broader sense) is originated or changed
through practice or training. Belajar adadalah
Teori Pembelajaran dan Belajar

proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)


ditimbulkan atau diubah melaui praktek atau
latihan. Sedangkan Geoch merumuskan belajar
learning is change is performance as a result of
practice.
 Drs. Slameto merumuskan belajar sebagai
suatu prose usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasilpengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian Belajar Secara Umum.

Berdasarkan pengertian-pengerian yang


diberikan oleh para ahli di tas maka dapat di simpulkan
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalalaman individu dalam
Teori Pembelajaran dan Belajar

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut


kognitif, afektif, dan psikomotor.2

B. Hakikat Belajar.
Dari sejumlah pengertian belajar yang telah
diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas
yaitu kata “perubahan” atau “Change”.

Ketika kata “perubahan” dibicarakan dan


dipermasalahkan, maka pembicaraan sudah
menyangkut permasalah mendasar dari maslah belajar.
Apapun formasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh
para ahli untuk memberikan pengertia belajar, maka
intinya tidak lain adalah masalah “perubahan” yang
terjadi dalam diri individu yang belajar. Perubahan
yang dimaksudkan tentu saja perubahan yang sesuai
dengan perubahan yang diinginkan atau dikehendaki
oleh pengertian belajar dimaksud.

Oleh karena itu, seseorang yang melakukan


aktivitas belajar dan di akhir aktivitasnya itu telah

2
Syah, Muhibbin.2003. psikologi belajar. Jakarta: PT.RajaGrafindo pesada.
Musari dan Fakhri, Muhammad. 2009. Bahan ajar psikologi belajar. Mataram:Fak.
Tarbiyah.
Teori Pembelajaran dan Belajar

memperoleh perubahan dalam dirinya degan pemilikan


pengalaman baru, maka individu itu telah dikatan
belajar. Tetapi perlu diingatkan, bahwa perubahan yang
terjadi akibat belajar adalah perubahan yang
bersentuhan dengan asfek kejiwaan dan mempengaruhi
tingkah laku. Sedangkan perubahan tingkah akibat
mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila,
akibat tabrakan, dan sebagainya, bukan kata gori
belajar dimaksud.

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa hakekat belajar


adalah “perubahan” dan tidak setiap perubahan adalah
sebagai hasil belajar.3

3
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB III

PRINSIP DAN FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI BELAJAR

A. Prinsip – Prinsip Belajar.


Berdasarkan pendekatan tertentu maka prinsip-
prinsip belajar dapat dikelompokkan menjadi dua ,
yaitu prinsip-prinsip belajar yang bersifat psikologos
dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat linguistic
(materi dan metodk).

Prinsip-prinsip belajar yang bersifat psikologis yaitu:

a. Motivasi,lazim diartikan sebagai hal yang


mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu.
Jadi, sesorang yang belajar akan mengalami
kemajuan yang pesat dengan adanya motivasi
tersebut.
Teori Pembelajaran dan Belajar

b. Pengalaman sendiri, atau apa yang dialami


sendiri akan lebih menarik dan berkesan
daripada mengetahui dari orang lain.
c. Keingintahuan, merupakan kodrat manusia
yang menyebabkan manusia itu menjadi maju.
d. Pemecahan masalah, seorang yang belajar
tidak dapat dipisahkan dengan berbagai macam
masalah. Jadi diperlukan kekeritisan seseorang
tersebut dalam menhadapi maslah itu dalam
mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan
sikap.
e. Berpikir analitis-sintesis, berpikir secara
analitis adalah berusaha menegenal sesuatu
dengan cara mengenali cirri-ciri atau unsure-
unsur yang ada pada sesuatu itu. Sedangkan,
berpikir sintesis adalah proses berpikir untuk
menemukan hubungan cirri-ciri yang
disebutkan dalam jawaban-jawaban yang
diperoleh dari berpikir analitis.
Teori Pembelajaran dan Belajar

f. Perbedaan individual, sudah menjadi


kodratnya bahwa anak didik yang kita hadapi
tidak mempunyai kematangan berpikir,
kemampuan berbahasa, dan tingkat integensi
yang sama.

Sedangkan prinsip-prinsip belajar yang bersifat


lingistik, seperti yang telah dirumuskan Abdul Chaer
dan Leonie Austina sebagai berikut:

a. Mudah menuju sukar, maksudnya pemberian


materi harus dimulai dari yang mudah
kemudian diikuti yang sukar atau yang lebih
sukar. Jadi asas ini mengajarkan bahwa
pemberian materi harus diberikan secara
bertahap menurut tingkat kesukarannya.
b. Sederhana menuju kompleks, maksudnya
bahan pelajaran harus dimulai dari yang
sederhana, baru kemudian diikuti oleh materi
yang kompeks.
Teori Pembelajaran dan Belajar

c. Dekat menuju jauh, maksudnya pemberian


materi pelajaran harus dimulai dari yang ada
didekat peserta didik, baru kemudian secara
berangsur-angsur menuju yang agak jauh atau
yang jauh.
d. Pola menuju unsur, maksudnya materi
pelajaran yang diberikan mula-mula harus
yang berupa satu kebulatan, sesudah itu baru
diberikan unsure-unsur dari kebulatan itu.
e. Penggunaan menuju pengetahuan,
maksudnya materi pelajaran yang mula-mula
harus diberikan adalah penggunaan atau
satuan-satuan materi tersebut. Asas
penggunaan ini dapat diberikan dalam bentuk
latihan-latihan yang berulang-ulang dan terus-
menerus sehingga para peserta didik menjadi
terampil menggunakannya.
Teori Pembelajaran dan Belajar

f. Masalah bukan kebiasaan, maksudnya


adalah para peserta didik harus dibiasaka untuk
mengimplementasikan materi pelajaran yang
sudah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
g. Kenyataan bukan buatan, kenyataan
menunjukkan bahwa materi pelajaran
mempunyai variasi. Kenyataan ini tidaak dapat
diabaikan dalam pengajaran terhadap para
peserta didik.4

4
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Ciri-ciri Belajar.
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku,
maka ada beberapa perubahan tertentu yang
dimasukkan kedalam cirri-ciri belajar:

1. Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari


terjadinya perubahan itu atau sekurng-kurangnya
individu merasakan telah terjadi perubahan dalam
dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam


diri individu berlangsung secara terus menerus dan
tidak statis.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan


aktif

Dalam perbuatan belajar, perubaha-perubahan itu


selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu
yang lebih baik dari sebelumnya.
Teori Pembelajaran dan Belajar

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat


sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar


bersifat menetap dan permanen, ini berarti bahwa
tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau


terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi


Karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan
belajar terarah pada perubahan tingkah aku yang benar-
benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh asfek tingkah


laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui


peroses belajar meliputi perubahan seluruh tingkah
laku.
Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Jenis-jenis Belajar.
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun
untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-macam
caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai cirri-ciri
masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang
ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar
antara lain :

1. Belajar arti kata-kata

Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang


mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata
yang digunakan.

2. Belajar Kognitif

Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif


bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang
diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui
tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan
sesuatu bersifat mental.
Teori Pembelajaran dan Belajar

3. Belajar Menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan


suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya
dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah,
sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-
kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat
diingat kembali kealam dasar.

4. Belajar Teoritis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk


menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan)
dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga
dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan
problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi
ilmiah. maka, diciptakan konsep-konsef, relasi-relasi di
antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan

5. Belajar Konsep

Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang


mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri
yang sama, orang yang memiliki konsep mampu
Teori Pembelajaran dan Belajar

mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang


dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam
golongan tertentu.

6. Belajar Kaidah

Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis


belajar kemahiran intelektual (intellectual skill), yang
dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila
dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain,
terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu
keteraturan.

7. Belajar Berpikir

Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu


masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui
pengamatan dan reorganisasi dalam
pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi
mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah
serta metode-metode bekerja tertentu.
Teori Pembelajaran dan Belajar

8. Belajar Keterampilan Motorik (Motor Skill)

Orang yang memiliki suatau keterampilan


motorik, mampu melakukan gerak gerik jasmani dalam
urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara
gerak gerikberbagai anggota badan secara terpadu.

9. Belajar Estetis

Bentuk belajar ini bertujuan membentukkemampuan


menciptakan dan menghayati keindahan dalam
berbagai bidang kesenian.5

5
Gintings Abdorrakhman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora
Teori Pembelajaran dan Belajar

D. Aktifitas Belajar.
1. Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar.


Ketika seorang guru atau dosen menggunakan meode
ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa
diharuskan untuk mendengarkan materi yang sedang
disampaikan.

2. Memandang

Memandang adalah mengarahkan pengelihatan ke


suatu objek. Dalam pendidikan, aktivitas memandang
termasuk dalam katagori aktivitas belajar baik
memandang materi pelajaran yang sedang disajikan
dalam bentuk catan maupun memandang gerak-gerik
pengajar yang sedang menyampaikan materi.

3. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah


indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk
kepentingan belajar.
Teori Pembelajaran dan Belajar

4. Menulis atau Mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang


tidak terpisahkan dari aktivitas belajar yang dilakukan
karena orang menyadari kebutuhan dan tujuannya,
serta menggunakan seperangkat tertentu agar catatan
itu nantinya berguna bagi pencapain tujuan belajar.

5. Membaca

Membaca disisi tidak mesti membaca buku belaka,


tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-
jurnal hasil penelitian, catatan-catatan kuliyah, dan lain
sebagainya yang berhubungan denga kebutuhan
belajar.

6. Membuat Ikhtisar atau ringkasan dan


Menggarisbawahi

Ini adalah salah satu cara untuk mempermudah


untuk memahami dan mengulangi materi pelajaran
yang sudah didapatkan sebelumnya.
Teori Pembelajaran dan Belajar

7. Mengamati Tabel-tabel, Diagram-diagram,


dan Bagan-bagan

Dalam buku atau dalam lingkungan lain sering


dijumpai tabel, diagram, ataupun bagan-bagan. Materi
non-verbal semacam ini sangat berguna bagi seorang
dalam mempelajari materi yang relevan

8. Menyusun Paper atau Kertas Kerja

Dalam menyusun paper tidak sembarangan, tetapi


harus metodoligis dan sistematis. Metodlogis artinya
menggunakan metode tertentu dalam penggarapannya.
Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir
yang logis dan kronologi.

9. Mengingat

Ingat itu sendiri adalah kemampuan jiwa untuk


memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan
menimbulkan kembali (rembering) hal-hal yang telah
dilakukan atau dipelajari.
Teori Pembelajaran dan Belajar

10. Berpikir

Dengan berpikir orang memperoleh penemuan


baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang
hubungan antara sesuatu.

11. Latihan atau Praktek

Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima


lebih fungsional, dengan demikian aktivitas latihan
dapat mendukung belajar yang optimal.
Teori Pembelajaran dan Belajar

E. Gaya Belajar.
Kolb mengklasifikasikan Gaya Belajar Siswa
ke dalam empat kecenderungan utama yaitu:

1. Concrete Experience (CE). Siswa belajar


melalui perasaan (feeling), dengan menekankan
segi-segi pengalaman kongkret, lebih
mementingkan relasi dengan sesama dan
sensitivitas terhadap perasaan orang
lain. Siswa melibatkan diri sepenuhnya melalui
pengalaman baru, siswa cenderung lebih
terbuka dan mampu beradaptasi terhadap
perubahan yang dihadapinya.
2. Abstract Conceptualization (AC). Siswa
belajar melalui pemikiran (thinking) dan lebih
terfokus pada analisis logis dari ide-ide,
perencanaan sistematis, dan pemahaman
intelektual dari situasi atau perkara yang
dihadapi. Siswa menciptakan konsep-konsep
yang mengintegrasikan observasinya menjadi
teori yang sehat, dengan mengandalkan pada
perencanaan yang sistematis.
Teori Pembelajaran dan Belajar

3. Reflective Observation (RO). Siswa belajar


melalui pengamatan (watching), penekanannya
mengamati sebelum menilai, menyimak suatu
perkara dari berbagai perspektif, dan selalu
menyimak makna dari hal-hal yang diamati.
Siswa akan menggunakan pikiran dan
perasaannya untuk membentuk opini/pendapat,
siswa mengobservasi dan merefleksi
pengalamannya dari berbagai segi.
4. Active Experimentation (AE). Siswa belajar
melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam
segi kemampuan melaksanakan tugas, berani
mengambil resiko, dan mempengaruhi orang
lain lewat perbuatannya. Siswa akan
menghargai keberhasilannya dalam
menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada
orang lain, dan prestasinya. Siswa
menggunakan teori untuk memecahkan masalah
dan mengambil keputusan .6

6
Gredler, Bell, Margareth E. 1991. Belajar dan Membelajarkan (terjemahan
Munandir).
Teori Pembelajaran dan Belajar

F. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar.

Belajar adalah proses atau aktifitas yang


disyaratkan oleh banyak sekali perihal atau beberapa
faktor. Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar
tersebutdiantaranya :
1. Faktor Intrinsik, meliputi:

a) Lingkungan (alam dan sosial).

b) Instrumental (kurikulum / bahan


pengajaran, guru / pengajar, sarana dan
prasarana, administrasi dan manajemen).
2. Foktor Ekstrinsik, meliputi:

a) Fisiologis (kondisi fisik dan kondisi panca


indra).

b) Psikologis (bakat, minat, kecerdasan,


motivasi, kemampuan kognitif)
Teori Pembelajaran dan Belajar

Menurut Slameto faktor - faktor yang


mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua hal, yaitu:
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang ada dalam
diri peserta didik yang sedang belajar. Faktor
internal terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat
tubuh)

b) Faktor psikologis (intelegensi,


perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan)
c) Faktor kelelahan

2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berada


di luar peserta didik,terdiri dari:
a) aktor keluarga (cara orang tua
mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan
latar belakang kehidupan).
b) Faktor sekolah (metode mengajar,
Teori Pembelajaran dan Belajar

kurikulum, relasi guru dengan siswa,


disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah).
c) Faktor masyarakat (kegiatan peserta
didik dengan masyarakat, media masa,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat).7

7
Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta:
RinekaCipta.
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB IV

MOTIVASI BELAJAR

A. Pengertian dan Pentingnya Motivasi


Belajar.

Secara sederhana pengertian atau definisi


motivasi belajar dapat diartikan sebagai
keseluruhan daya pengaruh yang ada di diri siswa
yang dapat menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberi arah pada kegiatan itu demi mencapai
suatu tujuan. Motivasi belajar mengandung peranan
penting dalam menumbuhkan gairah atau semangat
dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi
kuat memiliki energi yang banyak untuk
melakukan kegiatan belajar .8

8
Zakky. 2020. PENGERTIAN MOTIVASI BELAJAR. Online.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa


Indonesia), motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu. Bisa dikatakan motivasi adalah suatu
energi penggerak, pengarah dan memperkuat
tingkah laku.

Sardiman mengatakan bahwa motivasi


belajar adalah keseluruhan daya penggerak di daam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai.

Motivasi sangat penting artinya dalam


kegiatan belajar, sebab adanya otivasi mendorong
semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya
motivasi akan melemahkan semangat belajar.
Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar,
seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau
Teori Pembelajaran dan Belajar

kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan


maksimal. Motivasi belajar penting bagi siswa dan
guru.
Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah
sebagai berikut:

1) Menyadarkan kedudukan pada awal, proses,


dan hasil akhir belajar.

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha


belajar, yang dibandingkan dengan teman
sebaya.
3) Mengarahkan kegiatan belajar.

4) Membesarkan semangat belajar.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh


seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang
motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru,
manfaat itu sebagai berikut:
1) Membangkitkan, meningkatkan, dan
memelihara semangat siswa untuk belajar
sampai berhasil.
Teori Pembelajaran dan Belajar

2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar


siswa di kelas bermacam -macam.
3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk
memilih satu di antara bermacam-macam
peran.
4) Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja”
rekayasa pedagogis.
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Hubungan Antara Motivasi Belajar


Dengan Kompetensi Pedagogis Guru.

Guru merupakan penentu keberhasilan atau


kegagalan suatu bangsa dan dianggap sebagai agen
yang paling kuat dari perubahan sosial. Kompetensi
pedagogis adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik serta kemampuan
pendidik menciptakan suasana dan pengalaman
belajar bervariasi Kompetensi pedagogis sangat
penting karena menjadi penentu keberhasilan
proses pembelajaran yang secara langsung
menyentuh kemampuan manajemen
pembelajaran yang meliputi peserta didik,
perencanaan, implementasi, perancangan, hasil
belajar,evaluasi dan pengembangan peserta yang
kurang berprestasi.
Menurut siswa, guru merupakan seseorang
yang memiliki otoritas dalam bidang akademik
serta nonakademik. Jika ditinjau dari pengertian
kompetensi pedagogis. apabila seorang guru dapat
Teori Pembelajaran dan Belajar

menguasai kompetensi pedagogis dengan baik,


maka peran guru sebagai seseorang yang dapat
memberikan dorongan semangat bagi siswanya
telah terpenuhi. Karena guru tersebut dapat
mengelola pembelajaran serta menciptakan suasana
dan pengalaman belajar bervariasi. Sehingga akan
timbul semangat dalam diri siswa untuk belajar
yang artinya akan meningkatkan motivasi belajar
dari siswa tersebut.9

9
Maslow, Abraham. 1954. MOTIVATION AND PERSONALITY. Imam,
Nurul1084. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Sifat-sifat Motivasi Belajar.

Sardiman mengatakan bahwa motivasi


itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar (motivasi
ekstrinsik) tetapi motivasi itu dapat timbul di dalam
diri seseorang (motivasi intrinsik). Motivasi
intrinksik yaitu motif- motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
Karena diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Perlu diketahui bahwa
peserta didik memiliki tujuan menjadi orang yang
terdidik, berpengetahuan, serta ahli dalam bidang
studi tertentu. Satu- satunya jalan untuk menuju
yang ingin dicapai adalah belajar. Tanpa belajar
tidak mungkin mendapat pengetahuan.

Dorongan yang menggerakkan itu bersumber


pada suatu kebutuhan. Kebutuhan yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan
berpengathuan. Jadi, memang motivasi itu muncul
dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara
esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.
Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang
Teori Pembelajaran dan Belajar

aktif berfungsinya karena adanya perangsang dari


luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
dorongan dari luar yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan,
bukan berarti bahwa motivasi eksternal ini tidak baik
dan tidak penting. Sebab, kemungkinan besar
keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga
mungkin komponen-komponen lain dalam proses
belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi
siswa, sehinggadiperlukan motivasi ekstrinsik.10

10
Ibid hal 67-70
Teori Pembelajaran dan Belajar

D. Jenis –jenis Motivasi Belajar.

Berdasarkan sumber dan proses


perkembangannya, maka motivasi atau motif
menurut Abin Syamsudin Makmun dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu motivasi primer
dan motivasi sekunder.
1. Motivasi primer (primery motive) atau motif
dasar (basic motive), menunjukkan pada
motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering
juga disebut dengan istilah dorongan (drive),
dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke
dalam:
a) Dorongan fisiologis (primary
motive) yang bersumber pada
kebutuhan organis (organic need)
yang mencakup antara lain lapar,
haus, seks, kegiatan, pernapasan dan
istirahat.
b) Dorongan umum (morgani's general
drive) dan motif darurat
(wodworth's emergency motive),
Teori Pembelajaran dan Belajar

termasuk di dalamnya dorongan


kasih sayang, takut, kekaguman dan
rasa ingin tahu.
2. Motivasi sekunder (secondary motive),
menunjukkan pada motif yang berkembang
pada diri individu karena pengalaman, dan
dipelajari (conditioning and reinforcement),
yang termasuk di dalamnya antara lain:
a) Takut yang dipelajari (learned fear)

b) Motif-motif sosial (ingin diterima,


dihargai persetujuan, status, merasa
aman, dan sebagainya)
c) Motif obyektif dan interes (eksplorasi,
manipulasi, minat)

d) Maksud (purpose) dan aspirasi

e) Motif berprestasi (achievement


motive)11

11
Ahmad dan Joko, 2014. MODEL BELAJAR MENGAJAR. Bandung: Pustaka
Setia.
Teori Pembelajaran dan Belajar

E. Unsur –unsur yang mempengaruhi Motivasi


Belajar.

Peran dan fungsi motivasi bagi peserta didik


dalam belajar sangat penting. Hal yang harus
diperhatikan adalah bahwa motivasi belajar peserta
didik juga dipengaruhi oleh unsur-unsur sebagai
berikut :

a) Cita cita atau aspirasi peserta didik

Motivasi belajar tampak pada keinginan


anak sejak kecil. Keberhasilan mencapai
keinginan tersebut menumbuhkan kemauan
bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita
dalam kehidupan. Dari segi emansipasi
kemandirian, keinginan yang terpuaskan
dapat memperbesar kemauan dan semangat
belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan
dengan hadiah atau juga hukuman akan
dapat mengubah keinginan menjadi
kemauan, dan kemudian kemauan menjadi
Teori Pembelajaran dan Belajar

cita - cita.
b) Kemampuan peserta didik

Keinginan seorang anak perlu dibarengi


dengan kemampuan atau kecakapan
mencapainya. Kemampuan akan
memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c) Kondisi peserta didik

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani


dan rohani sangat mempengaruhi motivasi
belajar.
d) Kondisi lingkungan peserta didik

Lingkungan peserta didik berupa keadaan


alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan
sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan
kondisi lingkungan tersebut yang aman,
tentram, tertib dan indah maka semangat dan
motivasi belajar mudah diperkuat.
Teori Pembelajaran dan Belajar

e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan


pembelajaran.

Peserta didik memiliki perasaan, perhatian,


kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup.
Pengalaman dengan teman sebayanya
berpengaruh pada motivasi dan perilaku
belajar.
f) Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Guru adalah seorang pendidik profesional.
Guru berinteraksi setiap hari dengan puluhan
atau ratusan peserta didik. Sebagai pendidik,
guru dapat memilih dan memilah yang baik.
Partisipasi dan teladan memilih perilaku
yang baik tersebut sudah merupakan
upaya membelajarkan dan memotivasi peserta
didik.12

12
A.M., Sardiman. 1988. INTERAKSI DAN MOTIVASI BELAJAR
MENGAJAR.Jakarta; Rajawali Press.
Teori Pembelajaran dan Belajar

F. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar.

Terkait ulasan mengenai motivasi belajar,


kita harus berpegang pada asumsi umum bahwa bila
faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar
adalah sama, maka individu yang memiliki motivasi
lebih tinggi akan mencapai hasil belajar lebih tinggi.
Oleh karena itu, Stipek dan Hunter mengajukan cara
yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi
belajarsiswa sebagai berikut :

a) Menjadikan tugas menantang

Tugas menantang adalah tugas yang


diperkirakan dapat dikerjakan siswa sesuai
dengan kemampuannya. Tugas itu tidak
terlalu mudahatau terlalu sukar.
b) Mengurangi penekanan belajar pada tes
penilaian

Pemberian tes ternyata tidak menantang siswa


untuk belajar. Peserta didik merasa kurang
gembira jika harus mengerjakan soal-soal tes.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Pemberitahuan yang terlalu sering bahwa


akan diberi tes tidak meningkatkan motivasi
belajar, gantinya mereka hanya menginginkan
mendapat nilai baik.
c) Memberi bantuan tetapi tidak over aktif

Peserta didik sering meminta bantuan


pendidik untuk menyelesaikan tugasnya.
Bantuan kepada peserta didik perlu
diberikan sebatas yang diperlukan.
d) Mengubah motivasi ekstrinsik menjadi
intrinsik

Pemberian motivasi ekstrinsik (misalnya


hadiah dan pujian) memang dapat
meningkatkan jumlah waktu untuk belajar,
tetapi ketika motivasi itu tidak lagi diberikan
maka peserta didik menjadi kehilangan
minat belajar. Guru sebaiknya mendorong
peserta didik agar meningkatkan motivasi
intrinsik, misalnya memberitahukan manfaat
tugas yang dikerjakan bagi mereka. Motivasi
instrinsik penting bagi peserta didik secara
Teori Pembelajaran dan Belajar

perseorangan, sedangkan motivasi ekstrinsik


bermanfaat meningkatkan motivasi kerja
kelompok.
e) Memberi hadiah

Hadiah (motivasi ekstrinsik) cocok


diberikan untuk usaha dan penampilan hasil
kerja istimewa, misalnya juara kelas, juara
sekolah, juara olahraga, dan juara seni.
f) Menaruh harapan tinggi pada semua peserta
didik

Pernyataan ‐ pernyataan guru tentang


kemampuan belajar peserta didik
mempunyai dampak pada kepercayaan akan
kemampuan dirinya. Guru harus memberi
harapan bahwa semua peserta didik mampu
berusaha dan berhasil menyelesaikan tugas-
tugasnya. Harapan itu akan mendorong
motivasi peserta didik.

g) Memberitahukan hasil belajar


Teori Pembelajaran dan Belajar

Peserta didik akan termotivasi untuk belajar


lebih baik jika mereka sering diberi tahu
tentang seberapa tinggi penampilannya pada
hal-hal yang baru dikerjakan.
h) Mempromosikan keberhasilan untuk semua
anggota kelas

Guru harus merencanakan pembelajaran


yang mendorong semua siswa berhasil atau
berusaha agar semua peserta didik dapat
menyelesaikan tugasnya dengan sukses.
i) Meningkatkan persepsi siswa sebagai kontrol

Minat siswa meningkat jika guru


melepaskan sebagian kontrolnya dan
memberikan kesempatan untuk ikut
mengambil keputusan.
j) Mengubah struktur tujuan penghargaan kelas

Ada 3 tipe struktur tujuan penghargaan


kelas. Pertama, tipe belajar kompetitif
menekankan perbuatan perbandingan antara
peserta didik dan menciptakan situasi
menangkalah pada diri siswa. Kedua, Tipe
Teori Pembelajaran dan Belajar

belajar kooperatif menekankan pada saling


ketergantungan dan menjadikan usaha
individual sebagai tujuan lebih utama dari
belajar daripada kemampuan individual.
Tipe belajar ketiga adalah orientasi
individualistik dimana tugas-tugas belajar
diberikan kepada peserta didik secara
individual dan tiap siswa bekerja dengan
kecepatannya masing- masing.13

13
Dimyati dan Mudjiono. 1994. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Jakarta:
Dirjen Dikti.
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB V

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

A. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme.


Teori belajar behaviorisme adalah salah satu
pendekatan dalam psikologi yang berfokus pada
pengamatan perilaku yang dapat diamati secara
eksternal. Teori ini menekankan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan
pembelajaran terjadi melalui interaksi antara
individu dan lingkungannya. Behaviorisme
memandang bahwa proses mental internal seperti
pikiran, perasaan, dan motivasi tidak memiliki peran
signifikan dalam menjelaskan perilaku.

Latar belakang teori belajar behaviorisme


berasal dari perkembangan awal psikologi
eksperimental dan pemikiran tentang metode ilmiah.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Beberapa tokoh penting dalam perkembangan


behaviorisme antara lain:

Teori belajar behaviorisme menekankan


pentingnya pengamatan objektif terhadap perilaku,
serta pengaruh lingkungan dalam membentuk dan
mengubah perilaku. Teori ini telah memberikan
kontribusi besar dalam bidang pendidikan,
psikoterapi, dan pemahaman tentang bagaimana
manusia dan hewan belajar melalui pengalaman dan
konsekuensi yang mereka alami. Meskipun telah
menerima kritik terkait dengan penekanannya pada
aspek perilaku luar dan pengabaian terhadap aspek
kognitif dan emosional, konsep-konsep dalam
behaviorisme tetap relevan dalam studi psikologi dan
pendidikan.14

14
Asfar, A. M. I. T., A. M. I. A. Asfar, and Mercy F. Halamury. "Teori
Behaviorisme." Makasar: Program Doktoral Ilmu Pendidikan. Universitas
Negeri Makassar (2019).
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Prinsip Dasar Teori Pembelajaran


Behaviorisme.
Behaviorisme adalah pendekatan dalam
psikologi dan pembelajaran yang menekankan pada
pengamatan dan analisis perilaku yang dapat
diobservasi secara langsung. Prinsip-prinsip dasar
teori pembelajaran behaviorisme pertama kali
diperkenalkan oleh tokoh-tokoh seperti Ivan Pavlov,
John B. Watson, dan B.F. Skinner.

Berikut adalah prinsip-prinsip dasar dari teori


pembelajaran behaviorisme:

1. Pengkondisian Klasik (Classical


Conditioning)

Ivan Pavlov adalah tokoh yang terkenal


dengan pengembangan teori pengkondisian
klasik. Prinsip ini menyatakan bahwa
perilaku dapat dipelajari melalui hubungan
antara stimulus netral dan stimulus yang
merangsang respon. Proses ini melibatkan
pembentukan asosiasi antara stimulus netral
Teori Pembelajaran dan Belajar

dengan stimulus yang dapat merangsang


respon tertentu.

2. Pengkondisian Operan (Operant


Conditioning)

B.F. Skinner adalah salah satu tokoh utama


dalam teori pengkondisian operan. Prinsip ini
berfokus pada hubungan antara perilaku dan
konsekuensinya. Perilaku yang diikuti oleh
hasil yang menyenangkan atau
menguntungkan lebih cenderung diulang,
sementara perilaku yang diikuti oleh hasil
yang tidak menyenangkan atau tidak
menguntungkan lebih cenderung dihindari.

3. Reinforcement dan Punishment

Dalam pengkondisian operan, reinforcement


(penguatan) dan punishment (hukuman)
memiliki peran penting dalam membentuk
atau mengubah perilaku. Reinforcement
positif meningkatkan kemungkinan perilaku
Teori Pembelajaran dan Belajar

terjadi lagi, sementara reinforcement negatif


mengurangi stimulus negatif dengan cara
meningkatkan kemungkinan perilaku terjadi.
Punishment, baik itu positif atau negatif,
digunakan untuk mengurangi kemungkinan
perilaku terjadi lagi.

4. Generalisasi dan Diskriminasi

Prinsip ini mengacu pada kemampuan


seseorang untuk mentransfer respons yang
telah dipelajari dari satu stimulus ke stimulus
yang serupa (generalisasi), serta untuk
membedakan antara stimulus yang berbeda
(diskriminasi).

5. Model Pembelajaran Observasional


(Observational Learning)

Selain dari pembelajaran melalui


kondisioning, behaviorisme juga mengakui
bahwa manusia dapat belajar melalui
pengamatan dan imitasi terhadap orang lain.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura


dan dikenal sebagai teori pembelajaran sosial
atau teori pembelajaran observasional.15

6. Keterbatasan Teori Behaviorisme

Salah satu kritik terhadap teori behaviorisme


adalah bahwa pendekatan ini terlalu fokus pada
perilaku yang dapat diobservasi secara langsung,
sementara aspek kognitif dan mental dari
pembelajaran diabaikan. Teori ini juga kurang
memperhitungkan peran faktor internal seperti
motivasi, emosi, dan pemahaman konseptual dalam
pembelajaran.

Meskipun teori behaviorisme telah


mengalami perkembangan dan kritik selama
bertahun-tahun, prinsip-prinsip dasarnya masih
memiliki dampak pada pendekatan pembelajaran dan
pemahaman kita tentang bagaimana manusia belajar
melalui interaksi dengan lingkungan.

15
Tauhid, Rachmatia. "Dasar-Dasar Teori Pembelajaran." JURNAL PENDAS
(Pendidikan Sekolah Dasar) 2.2 (2020): 32-38.
Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Penerapan Teori Behaviorisme di Dunia


Pendidikan.
Penerapan teori behaviorisme di dunia
pendidikan telah menjadi dasar bagi banyak
pendekatan dan strategi pengajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Behaviorisme adalah
pendekatan dalam psikologi yang fokus pada
pengamatan terhadap perilaku yang dapat diamati
dan diukur, serta bagaimana lingkungan eksternal
mempengaruhi pembentukan perilaku tersebut.
Dalam konteks pendidikan, penerapan teori
behaviorisme melibatkan penggunaan insentif,
hukuman, dan penguatan positif untuk membentuk
perilaku yang diinginkan dan memfasilitasi
pembelajaran efektif. Berikut adalah beberapa cara
penerapan teori behaviorisme dalam dunia
pendidikan:

1. Reinforcement (Penguatan)
Penerapan penguatan positif (hadiah) dan
penguatan negatif (penghindaran hukuman)
dalam pendidikan dapat memotivasi siswa
Teori Pembelajaran dan Belajar

untuk belajar dan berpartisipasi secara aktif


dalam pembelajaran. Guru dapat memberikan
pujian, penghargaan, atau imbalan lainnya
kepada siswa yang berhasil mencapai tujuan
belajar tertentu. Hal ini dapat meningkatkan
motivasi siswa untuk terus berusaha dan
berpartisipasi dengan baik dalam proses
pembelajaran.

2. Punishment (Hukuman)
Penggunaan hukuman dalam
pendidikan bisa menjadi cara untuk
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
Namun, hukuman harus digunakan dengan
bijaksana dan harus memenuhi kriteria
tertentu agar efektif dan etis. Hukuman yang
terlalu keras atau tidak proporsional dapat
berdampak negatif pada motivasi siswa dan
iklim belajar di kelas.
Teori Pembelajaran dan Belajar

3. Modeling (Pemodelan)
Konsep pemodelan dalam
behaviorisme mengacu pada pembelajaran
melalui pengamatan dan imitasi. Guru dapat
menjadi contoh yang baik bagi siswa dengan
menunjukkan perilaku yang diharapkan
dalam situasi tertentu. Dengan melihat guru
atau teman sebaya melakukan tindakan yang
benar, siswa dapat memahami bagaimana
perilaku tersebut seharusnya dilakukan.
4. Drill and Practice (Latihan Berulang)
Pendekatan ini melibatkan
memberikan latihan berulang kepada siswa
untuk memperkuat pembelajaran. Latihan ini
membantu siswa menguatkan keterampilan
dan pengetahuan melalui repetisi, sehingga
mereka dapat menguasai konsep atau
keterampilan tertentu dengan lebih baik.
Teori Pembelajaran dan Belajar

5. Token Economy (Ekonomi Token)


Sistem ekonomi token melibatkan
pemberian token atau poin kepada siswa
sebagai bentuk penguatan positif ketika
mereka menunjukkan perilaku yang
diinginkan. Token tersebut kemudian dapat
ditukarkan dengan imbalan tertentu, seperti
waktu bermain tambahan atau hadiah kecil.
Sistem ini merangsang siswa untuk
berpartisipasi dan bekerja keras dalam
pembelajaran.

6. Feedback dan Evaluasi


Memberikan umpan balik yang jelas
dan terstruktur kepada siswa tentang kinerja
mereka adalah aspek penting dalam
penerapan teori behaviorisme. Umpan balik
yang positif dan konstruktif dapat membantu
siswa mengidentifikasi kekuatan dan area
Teori Pembelajaran dan Belajar

yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran


mereka.

Penting untuk diingat bahwa meskipun


penerapan teori behaviorisme dapat efektif dalam
membentuk perilaku dan memfasilitasi
pembelajaran, pendekatan ini mungkin tidak selalu
cocok untuk semua jenis pembelajaran dan individu.
Berbagai pendekatan pembelajaran yang beragam,
termasuk pendekatan yang menekankan pemahaman
konsep dan keterlibatan aktif siswa, juga perlu
dipertimbangkan dalam merancang pengalaman
pembelajaran yang holistik.16

16
Shahbana, Elvia Baby, and Rachmat Satria. "Implementasi Teori Belajar
Behavioristik Dalam Pembelajaran." Jurnal Serunai Administrasi
Pendidikan 9.1 (2020): 24-33.
Teori Pembelajaran dan Belajar

D. Konsep Dasar Belajar Behaviorisme.


Konsep dasar dari behaviorisme dipengaruhi
oleh pandangan bahwa perilaku manusia dapat
dipelajari dan dimodifikasi melalui interaksi dengan
lingkungan eksternal. Teori ini menekankan peran
penting dari stimulus dan respons dalam membentuk
perilaku individu.

Beberapa konsep dasar dalam behaviorisme


meliputi:

1. Stimulus.
Stimulus adalah segala hal dari lingkungan
yang dapat memengaruhi individu dan
memicu respons. Stimulus bisa berupa objek
fisik, peristiwa, atau kondisi tertentu.

2. Respons
Respons adalah perilaku atau tanggapan yang
muncul sebagai hasil dari stimulus. Respons
bisa bersifat motorik (perilaku fisik) atau
kognitif (pikiran atau emosi).
Teori Pembelajaran dan Belajar

3. Penguatan (Reinforcement)
Penguatan merujuk pada konsep bahwa
perilaku yang diikuti oleh konsekuensi positif
cenderung akan diperkuat dan diulang.
Penguatan dapat berupa hadiah atau
konsekuensi positif lainnya, yang
meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut
akan muncul lagi di masa depan.
4. Hukuman (Punishment)
Hukuman adalah konsekuensi negatif yang
mengikuti perilaku tertentu, dengan tujuan
untuk mengurangi kemungkinan perilaku
tersebut terjadi lagi di masa depan.
5. Generalisasi
Generalisasi adalah kemampuan individu
untuk merespons stimulus yang serupa
dengan stimulus asli. Misalnya, jika
seseorang takut pada anjing yang berbulu
hitam, mereka mungkin juga merasa takut
terhadap anjing-anjing berbulu lain.
Teori Pembelajaran dan Belajar

6. Diskriminasi
Diskriminasi adalah kemampuan individu
untuk membedakan antara stimulus-stimulus
yang berbeda dan merespons hanya pada
stimulus yang spesifik.
7. Pembentukan (Shaping)
Pembentukan adalah proses di mana perilaku
kompleks diajarkan melalui penguatan
bertahap terhadap perilaku yang semakin
mendekati perilaku yang diinginkan.
8. Ekstinksi (Extinction)
Ekstinksi terjadi ketika respons yang
sebelumnya diperkuat tidak lagi diikuti oleh
penguatan. Hal ini dapat mengakibatkan
meredupnya perilaku tersebut.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Behaviorisme juga mencetuskan konsep


pembelajaran yang dikenal sebagai pembelajaran
klasik (Pavlovian conditioning) dan pembelajaran
operant (Operant conditioning). Pembelajaran klasik
dipelopori oleh Ivan Pavlov dan berfokus pada
hubungan antara stimulus yang tak terkondisikan dan
stimulus yang terkondisikan. Pembelajaran operant
dikembangkan oleh B.F. Skinner dan menekankan
penguatan atau hukuman sebagai faktor yang
memengaruhi terbentuknya dan penghilangan
perilaku.

Namun, penting untuk dicatat bahwa


walaupun behaviorisme memiliki dampak yang
signifikan dalam bidang psikologi dan pendidikan,
pandangan ini telah dikritik karena kurang
memperhatikan aspek kognitif dan internal dari
individu serta kompleksitas perilaku manusia yang
sulit dijelaskan hanya melalui stimulus dan respons
eksternal.17

17
Fathurrohman, Muhammad. Belajar dan pembelajaran modern: konsep
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB VI

TEORI BELAJAR KOGNITIF

A. Pengertian Belajar Kognitif.


Teori kognitif adalah suatu proses atau usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam
diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif
dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,
tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang
bersifat relatif dan berbekas. Misalnya, seseorang
mengamati sesuatu ketika dalam perjalanan. Dalam
pengamatan tersebut terjadi aktifitas mental.
Kemudian ia menceritakan pengalaman tersebut
kepada temannya. Ketika dia menceritakan
pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak

dasar, inovasi dan teori pembelajaran. Garudhawaca, 2017.


Teori Pembelajaran dan Belajar

dapat menghadirkan objek-objek yang pernah


dilihatnya selama dalam perjalanan itu, dia hanya
dapat menggambarkan semua objek itu dalam bentuk
kata-kata atau kalimat. Maka dengan demikian, telah
terjadi proses belajar, dan terjadi perubahan terutama
terhadap pengetahuan dan pemahaman. Jika
pengetahuan dan pemahaman tersebut
mengakibatkan perubahan sikap, maka telah terjadi
perubahan sikap, dan seterusnya.
Fungsi kognitif membuat seseorang bisa
dengan mudah bergaul satu sama lain. Adapun
fungsi kognitif sebagai berikut:

a. Perhatian merupakan penyeleksi


rangsangan yang nantinya menjadi fokus
perhatian dan bisa diabaikan secara
bersamaan. Rangsangan yang dimaksud
bisa berupa bau, suara, maupun gambar.
b. Memori atau Daya Ingat berkaitan
dengan tingkat kefokusan seseorang.
Semakin fokus, semakin baik memori
Teori Pembelajaran dan Belajar

atau daya ingat. Hal ini menunjukkan


bagaimana suatu informasi akan
ditransfer dan disimpan di dalam otak.
c. Fungsi eksekutif merupakan fungsi yang
mengarahkan manusia untuk menjadi
perencana dan melaksanakan sesuatu
yang telah ia rencanakan. Nah, dari
sinilah seseorang terlihat bagaimana cara
menyelesaikan setiap permasalahan.
d. Kemampuan bahasa berkaitan dengan
bagaimana seseorang mampu menyusun
kata-kata saat berkomunikasi dengan
orang lain. Setiap orang memiliki
kemampuan bahasa yang berbeda-beda,
bergantung dari fungsi kognitifnya.
e. Merasakan dan mengenali, kehadiran
fungsi kognitif membuat seseorang bisa
merasakan dan mengenali segala sesuatu
di sekitarnya. Misalnya membedakan
antara jeruk dan lemon, semangka dan
melon, dan seterusnya.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Teori belajar kognitif adalah teori belajar


yang mementingkan proses belajar daripada
hasilnya. Teori ini menyatakan bahwa pada proses
belajar, seseorang tidak hanya cenderung pada
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan
juga bagaimana perilaku seseorang dalam mencapai
tujuan belajarnya
Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut.

1. Proses belajar lebih penting daripada hasil.


2. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai
tujuan belajar menunjukkan tingkah laku
seorang individu.
3. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen
kecil, lalu dipelajari secara terpisah.
4. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran
merupakan suatu keharusan.
5. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses
berpikir yang kompleks.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Pendekatan kognitif merupakan suatu istilah yang


menyatakan bahwa melalui tingkah lakulah seorang
individu akan mengalami proses mental yang
nantinya bisa meningkatkan kemampuan menilai,
membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum
terjadinya reaksi. Pendekatan ini memberikan
penekanan terhadap isi pikiran manusia agar
manusia tersebut mendapatkan pengalaman,
pemahaman, standar moral, dan sebagainya.18

18
Ekawati, M. (2019). Teori belajar menurut aliran psikologi kognitif serta
implikasinya dalam proses belajar dan pembelajaran. E-TECH: jurnal ilmiah
teknologi pendidikan ,hlm1-12.
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Komponen Pemebelajaran Kognitif.


Jika pembelajaran tradisional mengutamakan
hafalan, pembelajaran kognitif berusaha
meningkatkan pemahaman dan penguasaan peserta
didik akan materi. Dalam prosesnya, pembelajaran
kognitif meliputi tiga komponen dasar yaitu
pemahaman, memori, dan penerapan.
Agar pembelajaran kognitif berjalan efisien,
siswa harus punya pemahaman tentang alasan
mempelajari suatu materi sejak awal pembelajaran.
Nah, di sini peran Bapak dan Ibu Guru untuk
menjelaskan tujuan pembelajaran di awal.
Pembelajaran kognitif bantu proses informasi
tersusun secara rapi dan runtut dalam memori atau
ingatan. Selanjutnya, strategi pembelajaran kognitif
yang baik dapat membantu peserta didik untuk
menerapkan informasi atau keterampilan baru dalam
berbagai situasi di kehidupannya. Secara tidak
Teori Pembelajaran dan Belajar

langsung, kemampuan mereka untuk memecahkan


masalah akan terus berkembang. 19

C. Prinsip-prinsip Belajar Kognitif.


Teori Belajar Kognitif lebih mementingkan
proses daripada hasilnya. Pembelajaran kognitif
merupakan gaya belajar aktif yang fokusnya
memaksimalkan potensi otak. Melalui metode ini,
peserta didik bisa lebih mudah menghubungkan
informasi baru dengan ide-ide yang sudah ada.
Secara umum, prinsip-prinsip dasar teori Belajar
Kognitif antara lain:
 Belajar merupakan suatu bentuk
perubahan akan informasi pengetahuan.
 Pembelajaran berfokus pada cara
bagaimana peserta didik memperoleh,
memahami, dan menyimpan informasi
dalam ingatannya.

19
Sulianto, Joko. "Teori Belajar Kognitif David Ausubel” Belajar Bermakna”,
Zoltan P Dienes” Belajar Permainan”, Van Heille” Pengajaran
Geometri”." SEMINAR NASIONAL IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
TEMATIK DALAM MENGOPTIMALISASI KURIKULUM 2013. 2014.
Teori Pembelajaran dan Belajar

 Pembelajaran menekankan pada proses


berpikir yang kompleks.
 Kegiatan belajar mengajar melibatkan
keaktifan peserta didik untuk membangun
pengalaman belajar. 20

D. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar


Kognitif.
Dalam teori Belajar Kognitif, pengetahuan
didapatkan dari hasil interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, yang meliputi perolehan
keterampilan dan pengalaman baru.
Menurut Piaget, kedua hal tersebut memungkinkan
anak menjadi semakin kritis dalam berpikir. Selain
itu, ada beberapa keutamaan lain dari teori Belajar
Kognitif, antara lain:
 Dengan menerapkan teori Belajar Kognitif,
pemahaman peserta didik untuk memperoleh
informasi baru akan meningkat.

20
Farnham-Diggory, S. (1994). Paradigms of knowledge and instruction.
Review of Educational Research, 64 hlm,, 463-477
Teori Pembelajaran dan Belajar

 Secara tidak langsung, teori ini juga bantu


meningkatkan kepercayaan diri peserta didik
dalam melaksanakan sebuah tugas.
 Meningkatkan kemampuan belajar seumur
hidup. Di tahap pembelajaran selanjutnya,
peserta didik bisa membangun ide-ide dan
menerapkan konsep-konsep baru untuk
pengetahuan yang sudah ada.
 Peserta didik memiliki bekal keterampilan
yang mereka butuhkan untuk belajar secara
efektif. Dengan begitu, peserta didik mampu
mengembangkan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
 Melalui teori Belajar Kognitif, peserta didik
memiliki kemampuan untuk mempelajari hal-
hal baru secara lebih cepat dengan
memaksimalkan ingatan.
 Penerapannya dapat membantu peserta didik
dalam mengkreasikan hal-hal baru atau
menginovasi hal-hal yang sudah ada menjadi
lebih baik.
Teori Pembelajaran dan Belajar

 Dibalik berbagai kelebihannya, penerapan


teori Belajar Kognitif tentunya punya
beberapa kekurangan, di antaranya:
 Teori Belajar Kognitif menekankan pada
kemampuan memori peserta didik, sehingga
kapasitas daya ingat mereka disamaratakan.
 Cara peserta didik dalam mengembangkan
pengetahuannya tidak terlalu diperhatikan
karena pada dasarnya masing-masing dari
mereka memiliki cara yang berbeda-beda.
 Jika kegiatan belajar mengajar hanya
menerapkan metode kognitif, kemungkinan
besar peserta didik tidak akan mengerti
sepenuhnya tentang materi yang diberikan.
Penerapan metode ini bisa digabungkan
dengan teori belajar lainnya. 21

21
Mu'min, S. A. (2013). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Al-
TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, hlm,, 89-99.
Teori Pembelajaran dan Belajar

E. Contoh Penerapan Teori Belajar Kognitif .


Dalam menerapkan teori Belajar Kognitif,
Bapak dan Ibu Guru perlu fokus pada proses berpikir
siswa dan memberikan strategi yang tepat
berdasarkan fungsi kognitif mereka.Libatkan siswa
dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu
bagi mereka untuk bertanya, kesempatan untuk
membuat kesalahan dan memperbaikinya
berdasarkan, serta merefleksikan diri agar dapat
membantu mereka dalam memahami proses mental.
Nah, contoh kegiatan yang bisa Bapak dan Ibu Guru
lakukan dalam pembelajaran kognitif antara lain:
 Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman
mereka melalui pembuatan jurnal atau laporan
harian tentang kegiatan apa saja yang mereka
lakukan.
 Mendorong diskusi berdasarkan apa yang
diajarkan dengan meminta siswa untuk
menjelaskan materi pembelajaran di depan
kelas dan ajak siswa lainnya untuk
mengajukan pertanyaan.
Teori Pembelajaran dan Belajar

 Membantu siswa menemukan solusi baru


untuk suatu masalah untuk mengembangkan
cara berpikir kritis.
 Minta siswa untuk memberikan penjelasan
tentang ide atau pendapat yang mereka miliki.
 Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan
memahami bagaimana ide-ide bisa terhubung.
 Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa
melalui penggunaan visualisasi dan permainan
dalam menyampaikan materi. 22

22
Ganda, Y. (2004). Petunjuk praktis cara mahasiswa belajar di perguruan
tinggi. Jakarta: Grasindo.
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB VII

TEORI BELAJAR
KONTRUKTIVISME

A. Pengertian Teori Belajar Kontruktivisme.

Pengertian teori belajar konstruktivisme adalah


teori belajar yang mengedepankan kegiatan mencipta
serta membangun dari sesuatu yang telah dipelajari.
Kegiatan membangun (konstruktif) dapat memacu
siswa untuk selalu aktif, sehingga kecerdasannya
akan turut meningkat.

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan teori


belajar konstruktivisme. Hill memberikan pengertian
bahwa teori belajar konstruktivisme adalah tindakan
mencipta suatu makna dari apa yang sudah dipelajari
seseorang. Shymansky mengatakan bahwa teori
Teori Pembelajaran dan Belajar

belajar konstruktivisme merupakan aktivitas yang


aktif, ketika siswa melatih sendiri pengetahuannya,
mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan
merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide
baru dengan kerangka berpikir sendiri.

Ahli lainnya yang turut memberikan pengertian


tentang teori belajar ini adalah Karli dan Margareta.
Menurut mereka teori belajar konstruktivisme adalah
sebuah proses belajar yang diawali dengan adanya
konflik kognitif, sehingga akhirnya pengetahuan
dibangun sendiri oleh siswa lewat pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan
Samsul Hadi berpendapat bahwa teori belajar
konstruktivisme merupakan sebuah upaya
membangun tata susunan hidup berbudaya modern.23

23
Masgumelar, Ndaru Kukuh, and Pinton Setya Mustafa. "Teori belajar
konstruktivisme dan implikasinya dalam pendidikan dan
pembelajaran." GHAITSA: Islamic Education Journal 2.1 (2021): 49-57.
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Tujuan Teori Belajar Kontruktivisme.

Dalam teori belajar konstruktivisme, Piaget


menekankan bahwa kecerdasan berasal dari proses
mengorganisasikan (organizing) dan mengadaptasi
(adaption). Pengorganisasian diartikan
sebagai kecenderungan setiap anak untuk
mengintegrasikan proses menjadi sebuah sistem
yang saling berhubungan (Simatwa, 2010).
Sedangkan Bodner(1986) mengartikan adaptasi
(adaption) sebagai kecenderungan bawaan dari
seorang anak untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Dan interaksi-interaksi tersebut akan
menumbuhkan perkembangan dari organisasi mental
yang kompleks secara progresif.

Menurut Baharuddin (2008), proses adaptasi


merupakan proses yang berisi dua kegiatan yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses
kognitif yang membuat seseorang mampu
mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun
pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
Teori Pembelajaran dan Belajar

sudah ada di dalam pikirannya. Proses asimilasi


dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau
rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada.
Proses asimilasi ini berjalan terus menerus sehingga
setiap orang selalu mengembangkan proses ini
(Suparno, 2012).

Dalam kenyataannya terkadang terjadi Ketika


seseorang menghadapi rangsangan atau pengalaman
yang baru, orang tersebut tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan
skema yang telah ia miliki. Pengalaman yang baru
itu bisa jadi tidak cocok sama sekali dengan skema
yang telah ada. Berkaitan dengan hal ini Baharuddin
(2008) mendefinisikan akomodasi sebagai suatu
proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai
dengan pengalaman baru. Proses ini dapat
menghasilkan terbentuknya skema baru dan
berubahnya skema lama.24

24
Ibid,Hlm 60-73
Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Keunggulan Teori Belajar Kontruktivisme.


Terdapat beberapa keunggulan yang dapat saya
jelaskan di sini yaitu di antaranya :

1. Melatih siswa supaya menjadi pribadi yang


mandiri dan mampu memecahkan masalah.
2. Menciptakan kreativitas dalam belajar
sehingga tercipta suasana kelas yang lebih
3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan terlibat
langsung dalam melakukan kegiatan.
4. Menciptakan pembelajaran yang lebih
bermakna dan menumbuhkan kepercayaan
diri pada siswa karena memiliki kebanggaan
dapat menemukan sendiri konsep yang
sedang dipelajari dan siswa juga merasa
bangga dengan hasil temuannya.
5. Melatih siswa berpikir kritis dan kreatif.25

25
Aghni, Rizqi Ilyasa. "IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR
KONTRUKTIVISME ." Jurnal Pendidikan Indonesia 20.2 (2022): 136-144
Teori Pembelajaran dan Belajar

D. Langkah-langkah yang harus diperhatikan


dalam penerapan Teori Belajar
Kontruktivisme.

Adapun langkah-langkah yang perlu di


perhatikan dalam penerapan teori ini adalah :

1. Guru Pintar harus mampu membentuk


pemikiran siswa bahwa bekerja secara
mandiri akan menghasilkan kegiatan belajar
yang lebih bermakna.
2. Mengembangkan kegiatan inkuiri di semua
topik pembelajaran.
3. Memunculkan rasa keingintahuan siswa
terhadap suatu permasalahan melalui
bertanya.
4. Membentuk masyarakat belajar atau belajar
dengan kelompok-kelompok tertentu.26

26
Ibid,Hlm 165-168
Teori Pembelajaran dan Belajar

E. Ciri-ciri Teori Belajar Kontruktivisme.


Ciri-ciri pembelajaran konstruktive menurut
beberapa literatur yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan dibangun berdasarkan
pengalaman atau pengetahuan yang telah ada
sebelumnya
2. Belajar adalah merupakan penafsiran
personal tentang dunia
3. Belajar merupakan proses yang aktif dimana
makna dikembangkan berdasarkan
pengalaman
4. Pengetahuan tumbuh karena adanya
perundingan (negosiasi) makna melalui
berbagai informasi atau menyepakati suatu
pandangan dalam berinteraksi atau bekerja
sama dengan orang lain. Belajar harus
disituasikan dalam latar (setting) yang
realistik, penilaian harus terintegrasi dengan
tugas dan bukan merupakan kegiatan yang
terpisah.27

27
Ibid,.hlm 186-187
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB VIII

TEORI BELAJAR HUMANISME

A. Pengertian Teori Belajar Humanisme.

Teori Humanisme merupakan salah satu


teori yang bertujuan untuk memanusiakan seorang
manusia. Teori ini memandang bahwa manusia
memegang kendali terhadap kehidupan dan
perilaku mereka, serta berhak mengembangkan
sikap dan kepribadian mereka. Keberhasilan belajar
ditandai apabila peserta didik bisa mengenali
dirinya dan lingkungan sekitarnya dengan baik.
Peserta didik dihadapkan pada suatu target untuk
mencapai tingkat aktualisasi diri semaksimal
mungkin. Teori ini berupaya mengerti tingkah laku
belajar menurut pandang peserta didik, bukan dari
pandangan pengamat.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Pada dasarnya manusia adalah makhluk


yang spesial, mereka mempunyai potensi dan
motivasi dalam pengembangan diri maupun
perilaku, oleh karenanya setiap individu adalah
merdeka dalam upaya pengembangan diri serta
pengaktualisasiannya. Teori ini melihat manusia,
pemahaman dan pengalaman dalam diri manusia,
termasuk dalam kerangka belajar. Mereka
menekankan karakteristik yang dimiliki oleh
makhluk manusia seutuhnya seperti cinta,
kesedihan, peduli dan harga diri. Teori ini
menekankan pada pilihan kesadaran, respon
terhadap kebutuhan internal, dan keadaan saat ini
yang menjadi sangat penting dalam membentuk
perilaku manusia.
Proses belajar menurut teori ini bersifat
pengembangan kepribadian, kerohanian,
perkembangan tingkah laku, serta mampu
memahami fenomena di masyarakat. Tanda
kesuksesan penerapan tersebut yaitu peserta didik
merasa nyaman dan bersemangat dalam proses
Teori Pembelajaran dan Belajar

pembelajaran serta adanya perubahan positif cara


berpikir, tingkah laku serta pengendalian diri.
Ada beberapa tokoh yang mengembangkan
teori ini, diantaranya adalah Abraham Maslow dan
Carl Rogers.

1. Abraham Maslow.

Teori belajar Humanisme yang dikembangkan


oleh Abraham Maslow, menekankan pada adanya
dorongan atau motivasi untuk mengembangkan
potensi seseorang, khususnya peserta didik dengan
penuh.
Abraham Maslow ini dikenal sebagai pelopor
aliran psikologi humanism ini, ia percaya bahwa
manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat
terkenal sampai saat ini adalah teori tentang
Hierarchy of Needs (Herarki Kebutuhan). Manusia
memiliki 5 macam kebutuhan :

a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological


Needs)
Teori Pembelajaran dan Belajar

b. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety


Needs)

c. Kebutuhan untuk diterima (Social Needs)

d. Kebutuhan Untuk Dihargai (Self Esteem


Needs)

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self


Actualization)

Diantara factor yang memengaruhi adanya


perbedaan tingkat kebutuhan tersebut, antara lain :
latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya
kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan
atau falsafah hidup, cita-cita atau harapan masa
depan dari tiap individu. Kebutuhan di tingkat yang
lebih rendah harus dicukupkan atau dipuaskan dulu
secara cukup sebelum kebutuhan di urutan yang lebih
tinggi bisa memengaruhiperilaku

2. Carl Rogers.

Salah satu ranah ketika ide Rogers masih terus


Teori Pembelajaran dan Belajar

memiliki banyak pengaruh adalah dalam peraihan


tujuan. Menetapkan dan meraih tujuan adalah suatu
cara manusia untuk mengatur kehidupannya supaya
dapat memberikan hasil yang diinginkan dan
menambah arti pada kegiatan sehari-hari.
Menetapkan tujuan merupakan hal yang mudah,
namun menetapkan tujuan yang tepat dapat menjadi
lebih sulit daripada kelihatannya

Menurut Rogers dalam Jamil Suprihatiningrum,


ada dua tipe belajar, yaitu kognitif (kebermaknaan)
dan eksperimental (pengalaman). Guru memberikan
makna (kognitif) bahwa tidak membuang sampah.
sembarangan dapat mencegah terjadinya banjir.
Jadi, guru perlu menghubungkan pengetahuam
akademik ke dalam pengetahuan bermakna.
Sementara experimental learning melibatkan
peserta didik secara personal, berinisiatif, termasuk
penilaian terhadap diri sendiri (self assessment)

Carl Rogers menyatakan bahwa peserta didik


Teori Pembelajaran dan Belajar

yang belajar hendaknya tidak ditekan, melainkan


dibiarkan belajar bebas, peserta didik diharapkan
bisa mengambil sebuah langkah sendiri dan berani
bertanggung jawab atas langkah-langkah yang
diambilnya sendiri. Dalam konteks tersebut, Rogers
menyatakan ada lima hal yang penting dalam proses
belajar humanistic, yaitu sebagai berikut.

a. Hasrat untuk belajar: keinginan untuk


belajar dikarenakan adanya dorongan rasa
ingin tahu manusia yang terus menerus
terhadap dunia sekelilingnya. Dalam proses
memecahkan jawabannya, seorang individu
mengalami kegiatan-kegiatan belajar.
b. Belajar bermakna: seseorang yang
beraktivitas akan selalu mempertimbangkan
apakah aktivitas tersebut mempunyai makna
bagi dirinya. Jika tidak, tentu tidak akan
dilakukannya.
c. Belajar tanpa hukuman merupakan belajar
yang terlepas dari hukuman atau ancaman
Teori Pembelajaran dan Belajar

menghasilkan anak bebas untuk melakukan


apa saja, dan mengadakan percobaan hingga
menemukan sendiri suatu hal yang baru.
d. Belajar dengan daya usaha atau inisiatif
sendiri: menunjukkan tingginya motivasi
internal yang dimiliki. Siswa yang banyak
inisiatif, akan mampu untuk memandu
dirinya sendiri, menentukan pilihannya
sendiri dan berusaha mempertimbangkan
sendiri hal yang baik bagi dirinya.
e. Belajar dan perubahan: keadaan dunia terus
berubah, karena itu peserta didik harus belajar
untuk dapat menghadapi serta menyesuaikan
kondisi dan situasi yang terus berubah.
Dengan begitu belajar yang hanya mengingat
fenomena atau menghafal kejadian dianggap
tak cukup.

Rogers juga membahas pendidikan dalam


bukunya Freedom to Learn, bahwa pembelajaran
yang bermakna dialami memiliki kaitan dengan
keutuhan seseorang, memiliki keterlibatan personal
Teori Pembelajaran dan Belajar

(melibatkan kognisi dan perasaan peserta didik),


diawali oleh diri sendiri (dorongan untuk belajar
berasal dalam diri), meresap (memengaruhi
perilaku, sikap dan kepribadian peserta didik), dan
dievaluasi oleh peserta didik. Sebab pembelajaran
yang penuh makna itu berbeda dengan pembelajaran
tanpa makna, yang tidak membuat siswa menyatu
dengan pembelajarannya.28

28
Omon Abdurrakhman, Radif Khotamar Rusli. Teori Belajar dan
Pembelajaran.Dunia Sejarah. 2015. “Teori Belajar Humanistik”.hlm,45-51
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Karakteristik Teori Belajar Humanisme.

Setiap teori belajar memiliki karakteristik


yang membedakan diantara beberapa teori tersebut.
Begitu juga teori Humanisme. Melihat kembali ke
awal tentang tujuan dasar teori belajar Humanistik,
dan ini bisa dijadikan karakteristik tersendiri yang
membedakan dengan beberapa yang lain, bahwa
teori ini mendorong peserta didik menjadi mandiri
atau independen, mengambil tanggung jawab untuk
pembelajaran mereka, menjadi kreatif dan tertarik
dengan seni, dan menjadi ingin tahu tentang dunia
dan sekitar mereka.
a. Bisa dispesifikkan lagi mengenai
karakteristik dari teori Humanisme ini, yaitu
:Mementingkan manusia sebagai pribadi,
karena menurut pandangan teori ini, belajar
berorientasi pada siswa
b. Mementingkan kebulatan pribadi,
maksudnya adalah mementingkan
keseluruhan, kesepakatan yang utuh dalam
diri pribadi peserta didik, atau dengan kata
Teori Pembelajaran dan Belajar

lain, mementingkan minat peserta didik


dalam hal belajar, memerhatikan potensi
yang peserta didik miliki
c. Mementingkan kognitif dan afektif
d. Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri
dan self consept, karena tujuan teori ini
adalah menjadikan manusia seutuhnya,
manusia yang ideal dan yang dicita-citakan.
e. Mementingkan persepsual subjektif yang
dimiliki tiap individu, maksudnya adalah
mementingkan dan memahami potensi yang
dimiliki oleh setiap individu
f. Mementingkan kemampuan menentukan
bentuk tingkah laku mandiri
g. Mengutamakan
insight(pengetahuan/pemahaman).29

29
Ibid hlm,.60-63
Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Asumsi Teori Belajar Humanisme Terhadap


Pembelajaran.

Teori belajar Humanisme ini berasumsi


bahwa teori belajar apapun baik dan dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan
manusia yaitu pencapaian aktualisasi diri,
pemahaman diri serta realisasi diri peserta didik
secara optimal (Assegaf, 2011).
Asumsi teori humanisme ini terhadap
pembelajaran didukung dengan prinsip-prinsip,
bahwa :
1) Peserta didik harus dapat memilih apa yang
mereka ingin pelajari. Guru humanism
percaya bahwa peserta didik akan
termotivasi untuk mengkaji materi bahan
ajar jika terkait dengan kebutuhan dan
keinginannya
2) Tujuan pendidikan harus mendorong
keinginan peserta didik untuk belajar dan
mengajar mereka tentang cara belajar.
Peserta didik harus memotivasi dan
Teori Pembelajaran dan Belajar

merangsang diri pribadi untuk belajar


sendiri
3) Pendidikan berdasar teori ini percaya bahwa
nilai tidak relevan dan hanya evaluasi diri
yang bermakna. Pemeringkatan mendorong
peserta didik belajar untuk mencapai tingkat
tertentu, bukan untuk kepuasan pribadi.
4) Pendidik humanisme percaya bahwa baik
perasaan maupun pengetahuan, sangat
penting dalam proses belajar dan tidak
memisahkan domain kognitif dan afektif
5) Pendidik humanisme menekankan perlunya
peserta didik terhindar dari tekanan
lingkungan, sehingga mereka akan merasa
aman untuk belajar. Dengan itu, maka
mereka akan bisa belajar dengan mudah dan
lebih bermakna.30

30
Abd. Qodir. 2017. Teori Belajar Humanistik Dalam Meningkatkan
PrestasiBelajar Siswa. Jurnal Paedagogik. Vol 04 (02). 188-202.
Teori Pembelajaran dan Belajar

D. Implikasi Teori Belajar Humanisme


Terhadap Pembelajaran.

Pembelajaran Humanisme ini memandang


peserta didik sebagai subjek yang bebas untuk
menentukan arah hidupnya. Peserta didik diarahkan
untuk dapat bertanggung jawab penuh atas
hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain.
Beberapa pendekatan yang layak digunakan dalam
metode unu adalah pendekatan dialogis, reflektif
dan ekspresif. Guru tidak bertindak sebagai guru
yang hanya memberikan asupan materi yang
dibutukan peserta didik secara keseluruhan, namun
guru hanya berperan sebagai fasilitator atau partner
dialog (Arbayah, 2013). Berikut implikasi guru
sebagai fasilitator, dengan beberapa petunjuk :
1) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian
kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok atau pengalaman kelas
2) Fasilitator membantu untuk memperoleh
dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan
Teori Pembelajaran dan Belajar

kelompok yang bersifat umum


3) Dia mempercayai adanya keinginan dari
masing-masing peserta didik untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna
bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong,
yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna tadi
4) Dia coba mengatur dan menyediakan
sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para peserta
didik untuk membantu mencapai tujuan
mereka
5) Dia menempatkan dirinya sebagai suatu
sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok
6) Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan
di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-
sikap perasaan dan mencoba menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi
individual ataupun bagi kelompok
Teori Pembelajaran dan Belajar

7) Bilamana cuaca penerima kelas telah


mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat
berperanan sebagai seorang peserta didik
yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan
pandangannya sebagai individu, seperti
peserta didik yang lain.
8) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta
dalam kelompok, perasaanya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga
tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan
atau ditolak oleh peserta didik.
9) Dia harus waspada terhadap ungkapan-
ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama
belajar
10) Di dalam berperan sebagai seorang
fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri
Teori Pembelajaran dan Belajar

Adapun peserta didik berperan sebagai


pelaku utama yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik
memahami potensi diri, mengembangkan potensi
dirinya secara positif danmeminimalkan potensi diri
yang negatif.
Dalam prakteknya, teori Humanisme ini
cenderung mengarahkan peserta didik untuk
berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan peserta didik secara
aktfi dalam proses belajar. Oleh sebab itu,
walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku
tentang langkah-langkah pembelajaran dengan teori
ini, namun paling tidak langkah-langkah
pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan
Prasetya Irawan (2001) dapat digumakan sebagai
acuan. Adapun langkah-langkah tersebut yaitu :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi pembelajaran
3. Mengidentifikasi kemampuan awal
Teori Pembelajaran dan Belajar

4. Mengidentifikasi topic-topik pelajaran yang


memungkinkan peserta didik secara aktif
melibatkan diri atau mengalami dalam
belajar
5. Merancang fasilitas belajar seperti
lingkungan dan media pembelajaran.

6. Membimbing peserta didik untuk memahami


hakikat makna daripengalaman belajarnya
7. Membimbing peserta didik untuk membuat
konseptualisasipengalaman belajarnya
8. Membimbing peserta didik dalam
mengaplikasikan konsep- konsep baru ke
dunia nyata
31
9. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

31
Atrisna. Implikasi Teori Belajar Carl Rogers Dalam Pendidikan. Digilib
MANMuara Enim.
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB IX

HAKIKAT PEMBELAJARAN

A. Konsep Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” memposisikan siswa
sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang
utama, sehingga adalah setting proses belajar
mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh
bahkan secara individual mempelajari bahan
pelajaran.

Istilah “mengajar (pengajaran)”


menempatkan guru sebagai “pemeran utama” dalam
memberikan informasi dan cenderung berlangsung
secara sepihak, maka dalam pembelajaran guru lebih
berperan sebagai fasilitator, mengelola berbagai
sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Pandangan Suyono & Hariyanto (2012)


bahwa pembelajaran indentikdengan pengajaran,
suatu kegiatan dimanaguru mengajar atau
membimbing anak-anak menuju proses pendewasaan
diri. Jadi istilah pmbelajaran setara dengan istilah
teachingdan instruction, artinya, kita tidak harus
secara diametral mempertentangkan antara
pengajaran (Teacher-centered) dengan istilah
pembejalaran (Studentcentered), karena pada
hakikatnya kedua kegiatan itu dapat berlangsung
sinergis.

Pembelajaran adalah proses atau usaha sadar


dari pendidik untuk menbantu siswa agar dapat
belajar dengan baik sehingga terjadi perubahan
tingkahlaku pada diri mereka dimana perubahan itu
dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif lama. Pembelajaran
yang dilakukan siswa setidaknya mencakup empat
aspek: konseptual (pemahaman materi), kognitif
Teori Pembelajaran dan Belajar

(pola berpikir), epistemik(proses mengetahui) dan


sosial (interaksi insani yang bermakna). 32

32
Hanafy, Muh Sain. "Konsep belajar dan pembelajaran." Lentera Pendidikan:
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 17.1 (2014): 66-79.
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Taksonomi Variabel Pembelajaran.


Variabel pembelajaran terbagi menjadi tiga
yaitu, (1) kondisi pembelajaran, (2) metode
pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.

1. Kondisi Pembelajaran

Kondisi pembelajaran berinteraksi dengan


metode pembelajaran, dan hakikatnya tidak dapat
dimanipulasi. Metode pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk
mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah
kondisi pembelajaran yang berbeda.

Pembelajaran yang ideal ditandai dengan


sifatnya tang menekankan pada pemberdayaan siswa
secara aktif. Hakikat pembelajaran yang ideal adalah
proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus
kepada hasil yang dicapai siswa, namun bagaimana
proses pembelajaran yang ideal mampu memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan,
kesempatan dan mutu serta dapat memberikan
Teori Pembelajaran dan Belajar

perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam


kehidupan mereka(Djiwandono,2008).

Kondisi pembelajaran didefinisikan sebagai


faktor yang mempengaruhi efek penggunaan metode
tertentu untuk meningkatkan hasil pembelajaran.

Degeng(2005) memandang perlu


mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran
menjadi tiga kelompok, yaitu a)tujuan pembelajaran,
b) kendala dan karakteristik bidang studi, dan c)
karakteristik si-belajar.

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya


mengacu kepada hasil pembelajaran
yang diharapkan. Sebagai hasil
pembelajaran yang diharapkan, berarti
tujuan pembelajaran ditetapkan lebih
dulu, dan berikutnya semua upaya
pengajaran diarahkan untuk mencapai
tujuan. Tujuan pengajaran dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis, sejalan
Teori Pembelajaran dan Belajar

dengan 2 jenis strategi pengorganisasi


pengajaran yang ada (strategi dan
mikro) yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.

b. Karakteristik bidang studi


Karakteristik bidang studi
adalah aspek-aspek suatu bidang studi
yang dapat memberikan landasan yang
berguna dalam mendeskripsikan
strategi pembelajaran. Berbedanya
karakter satu bidang studi dengan
bidang studi yang lain dituntut
menggunakan strategi dan media yang
berbeda pula.

c. Kendala
Keterbatasan sumber-sumber, seperti
waktu, media, personalia, dan uang.
Media dapat diartikan sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan
untuk menyalurkan pesan atau
Teori Pembelajaran dan Belajar

informasi. Apabila dikaitkan dengan


kegiatan pembelajaran maka media
dpaat diartikan sebagai alat komunikasi
yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk membawa
informasi dari pengajar ke siswa.

d. Karakteristik si-belajar
Karakteristik siswa belajar adalah
aspek-aspek atau kualitas perseorangan
siswa seperti bakart, motivasi belajar
dan kemampuan awal(hasil belajar)
yang telah dimilikinya. Karakteristik si-
belajar berpengaruh dalam pemilihan
strategi pengelolaan, yang berkaitan
dengan bagaimana menata pengajaran,
khsususnyakomponen-komponen
strategi pengajaran, agar sesuai dengan
karakteristik perseorangan si-belajar.
Teori Pembelajaran dan Belajar

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai


cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda. Apabila dalam suatu
situasi, metode pembelajaran tidak dapat
dimanipulasi. Variabel merode pembelajaran
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Strategi pengorganisasian adalah metode


untuk mengorganisasikan isi bidang studi
yang telah dipilih untuk pembelajaran.
b. Strategi penyampaian adalah metode
untuk menyampaikan pembelajaran
kepada si-belajar dan atau untuk
menerima serta merespon masukan yang
berasal dari si-belajar.
c. Strategi pengelolaan adalah metode untuk
menata interaksi antara si-belajar” dan
variabel strategi pengorganisasian dan
penyampaian isi pembelajaran.

3. Hasil Pembelajaran
Teori Pembelajaran dan Belajar

Menurut Salamah (2006) hasil belajar dapat


diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

a. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur


dengan tingkat pencapaian si belajar itu ada
empat aspek penting yang dapat dipakai
untuk meng-ekspresikan perilaku yang
dipelajari (sering disebut tingkat kesalahan),
kecepatan untuk kerja, tingkat ahli belajar,
tingkat reterensi dari apa yang dipelajari.

b. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur


dengan rasio antara keefektifan dan jumlah
waktu dipakai si belajar dan, atau jumlah
biaya pembelajaran digunakan.

c. Daya tarik pembejalaran biasanya diukur


dengan mengamati kecenderungan siswa
untuk tetap/terus belajar. Pengukuran
kecenderungan siswa untuk terus atau tidak
terus belajar dapat dikaitkan dengan proses
pembelajaran itu sendiri atau bidang studi.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Menurut Salamah (2006) hubungan ketiga


variabel pembelajaran dijelaskan sebagai berikut :

a. Tujuan dan karakteristik bidang studi


dihipotesiskan memiliki pengaruh utama
pada pemilihan strategi pengorganisasian
pembelajaran, demikian juga kendala
(karakteristik bidang studi) pada pemilihan
strategi penyampaian, serta karakteristik
siswa pada pemilihan strategi pengelolaan.

b. Strategi pengorganisasian pembelajran


dibedakan kedalam strategi makro dan
strategi mikro, mengacu kepada metode
untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang
berkisar pada konsep, prosedur atau prinsip.

c. Strategi penyampaian pembelajaran,


memiliki dua funsi kegiatan, yaitu
menyampaikan isi pembelajaran kepada
siswa dan menyediakan informasi/bahan
Teori Pembelajaran dan Belajar

yang diperlukan siswa untuk melakukan


kinerjanya.

d. Strategi pengelolaan pembelajaran berurusan


dengahn bagaimana menata interaksi siswa
dan variabel metode pembelajaran lainnya,
berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian yabg digunakan selama proses
pembelajaran. 33

33
Husamah, Pantiwati, Y., Restian, A., & Sumarsono, P. (2018). Belajar dan
Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Strategi Pembelajaran.
1. Definisi Strategi Pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan rencana


tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk
mencapai tujuan tertentu atau tujuan pembelajaran.

Konsep dasar strategi belajar mengajar


meliputi hal-hal berikut: a) menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar, b)
menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan
terhadap masalah belajar mengajar, memilih
prosedur, metode dan teknik belajar mengajar dan c)
norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.

Ada empat masalah pokok yang sangat


penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran acara
sesuai dengan yang diharapkan.
Teori Pembelajaran dan Belajar

a. Pertama, Spesifikasi dan kualifikasi


perubahan tingkah laku yang diinginkan
sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan.
Sasaran.
b. harus dirumuskan secara jelas dan konkrit
sehingga mudah dipahami oleh siswa.
c. Kedua, memilih cara pendekatan
pembelajaran yang dianggap paling tepat
dan infektif untuk mencapai sasaran.
d. Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur,
metode, dan teknik pembelajaran yang
dianggap paling tepat dan efektif.
e. Keempat, menetapkan norma-norma atau
kriteria keberhasilan guru mempunyai
pegangan yang dapat dijadikan ukuran
untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang telah
dilakukannya.
Teori Pembelajaran dan Belajar

2. Jenis Strategi yang Berkaitan dengan


Pembelajaran.

Menurut Direktorat Tenang Kependidikan


(2008) paling tidak ada 3 jenis strategi yang
berkaitan dengan pembelajaran yakni:

 Strategi Pengorganisasian Pembelajaran


Strategi pengorganisasian dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi
makro. Strategi mikro mengacu kepada
metode untuk pengorganisasian isi
pembelajaran yang berkisar pada saru
konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi
makro mengacu kepada metode untuk
mengorganisasi isi pembelajaran yang
melibatkan lebih dari saru konsep atau
prosedur atau prinsip.
 Strategi penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian isi pembelajaran
merupakan komponen variabel metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi
Teori Pembelajaran dan Belajar

strategi penyampaian pembelajaran adalah:


(1) menyampaikan isi pembelajaran kepada
pebelajar, dan (2) menyediakan informasi
atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar
untuk menampilkan hasil.
 Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran
merupakan komponen variabel metode yang
berurusan dengan bagaimana menata
interaksi antara pebelajardengan variabel
metode pembelajaran lainnya.

3. Perbedaan antara Strategi, Metode,


Pendekatan, Teknik dan Taktik.

a. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai


cara yang digunakan guru, yang
menjalankan fungsjnya merupakan alat
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran bersifat prosedural,
Teori Pembelajaran dan Belajar

yang berisi tahapan tertentu, sedangkan


teknik adalah cara yang digunakan, yang
bersifat implementatif.

b. Pendekatan (approach)

Pendekatan (approach) merupakan titik


tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Roy Killen (1998)
mencatat ada dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang
berlusat pada guru (Teacher-
centeredapproaches) dan pendekatan yang
berpusat pada siswa (Student-
centeredapproaches).

c. Teknik

Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan


(2008) teknik adalah cara yang dilakukan
seseorang untuk mengimplementasikan
suatu metode.
Teori Pembelajaran dan Belajar

d. Taktik

Taktik adalah gaya seseorang dalam


melaksanakan suatu teknik atau meotde
tertentu. Taktik bersifat individual,
walaupun dua orang menggunakan metode
ceramah dalam situasi dan kondisi yang
berbeda.

e. Strategi
Strategi pembelajaran harus mengandung
penjelasan tentang metode/prosedur dan
teknik yang digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Strategi
pembelajaran yang ditetapkan guru
tergantung pada pendekatan yang
digunakan, sedangkan bagaimana
menjalankan strategi itu dapat ditetapkan
berbagai metode pembelajaran. 34

34
Anitah, Sri. "Strategi pembelajaran." Jakarta: Universitas Terbuka 1 (2007).
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB X

KOMPONEN-KOMPONEN
PEMBELAJARAN

A. Pengertian Komponen Pembelajaran.


Komponen merupakan bagian dari suatu
sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses pembelajaran.
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari
sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil
atau tidaknya proses pendidikan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa komponen pembelajaran adalah
kumpulan dari beberapa item yang saling
berhubungan satu sama lain yang merupakan hal
penting dalam proses belajar mengajar.35

35
Sugandi, Achmad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang : UNNES Press.
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Komponen-komponen pembelajaran.
Komponen-komponen yang memungkinkan
terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya
proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen.
Berikut akan kami uraikan satu persatu komponen-
komponen tersebut.

a. Tujuan pendidikan

Tingkah laku manusia, secara sadar maupun


tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga
halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan
bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan
pada tindakan pendidikan didasari pada ilmu
pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu
pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah; norma-norma atau ukuran tingkah
laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh
manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas
pendidikan atau pendidik maupun guru ialah
menanamkan sistem-sistem norma tingkah laku
perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar
Teori Pembelajaran dan Belajar

filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan


pendidik dalam suatu masyarakat.

b. Peserta didik

Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk


seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan
di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di
bawah bimbingan seorang atau beberapa guru.
Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebagai
sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan
seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa
jangan selalu dianggap sebagai objek belajar yang
tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang,
minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang
berbeda. Bagi siswa, sebagai dampak pengiring
(nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan
atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu
transfer belajar yang akan membantu perkembangan
mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.

Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya


terbatas pada usia sekolah saja memberikan
Teori Pembelajaran dan Belajar

konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau


dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari
anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta
didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya
orang dewasa.

Sehubungan dengan persoalan anak didik


disekolah Amstrong (1981) mengemukakan
beberapa persoalan anak didik yang harus
dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan
tersebut mencakup apakah latar belakang budaya
masyarakat peserta didik? Bagaimana tingkat
kemampuan anak didik? Hambatan-hambatan
apakah yang dirasakan anak didik disekolah? Dan
bagaimana penguasaan anak didik disekolah?
Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan
pendidikan yang memperhatikan perbedaan
individual, perhatian khusus pada anak yang
memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan
tanggung jawab pada anak didik.
Teori Pembelajaran dan Belajar

c. Guru/pendidik disekolah

Kata Guru berasal dari bahasa


Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi arti
harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar
suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya
merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Guru sebagai pendidik disekolah yang secara


langsung maupun tidak langsung mendapat tugas
dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan
pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai
pendidik dituntut mementuhi persyaratan-
persyaratan baik persyaratan pribadi maupun
persyaratan jabatan.

Di dalam masyarakat, dari yang paling


terbelakang sampai yang paling maju, guru
memegang peranan penting. Guru merupakan satu
diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga
masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas
Teori Pembelajaran dan Belajar

sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan),


tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan
pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat
memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

 Orang tua dan lingkungan masyarakat

Kedudukan orang tua sebagai pendidik,


merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan
keluarga. Arinya orang tua sebagai pendidik utama
dan berlandaskan pada cinta-kasih keluarga atau
anak yang lahir dari lingkungan keluarga mereka.

Selain orang tua dan guru, pemimpin


masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan
pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi
pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam
mengadakan pembinaan atau bimbingan. Pemimpin
keagamaan sebagai pendidik, tampak pada aktifitas
kerohanian manusia.
Teori Pembelajaran dan Belajar

 Interaksi edukatif pendidik dan anak


didik

Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat


interaksi antara komponen-komponen pendidikan.
Terutama interaksi antara pendidik dan anak didik.
Interaksi pendidik dengan anak didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi
tersebut mungkn berupa tindakan berdasarkan
kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan
metode pendidikan.

Metode pembelajaran adalah cara yang dapat


dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar
agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut
antara lain
Teori Pembelajaran dan Belajar

1. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi
dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif.

2. Metode Tanya Jawab


Metode Tanya jawab adalah suatu metode
dimana guru menggunakan atau memberi
pertanyaan kepada murid dan murid
menjawab, atau sebaliknya murid bertanya
pada guru dan guru menjawab pertanyaan
murid itu .

3. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat
“penyampaian” bahan ajar yang melibatkan
peserta didik untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik
bahasan yang bersifat problematis.
Teori Pembelajaran dan Belajar

4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pembelajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan.

5. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau cara
di mana guru dan murid bersama-sama
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan
untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari
sesuatu aksi.
Teori Pembelajaran dan Belajar

 Isi pendidikan

Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat


dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan
pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik
isi yang biasanya disebut kurikulum dalam
pendidikan formal.

Secara etimologis, kurikulum ( curriculum )


berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya
“pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”.
yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
dari garis start sampai garis finish. Secara
terminologis, istilah kurikulum mengandung arti
sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang
harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna
mencapai suatu tingkatan atau ijazah.

Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya


berupa mata pelajaran atau bidang studi dan
kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap
pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan
Teori Pembelajaran dan Belajar

pendidikan yang diharapkan. Misalnya fasilitas


kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban
dalam proses belajar mengajar, media dan sumber-
sumber belajar yang memadai.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan


mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan
dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan
tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.

Selain kurikilum materi pun merupakan salah


satu isi dari pendidikan dan juga merupakan salah
satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun
karakteristik dari materi yang bagus menurut
Hutchinson dan Waters adalah

 Adanya teks yang menarik.


 Adanya kegiatan atau aktivitas yang
menyenangkan serta meliputi kemampuan
berpikir siswa.
Teori Pembelajaran dan Belajar

 Memberi kesempatan siswa untuk


menggunakan pengetahuan dan ketrampilan
yang sudah mereka miliki.
 Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun
guru.

Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain


sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai
tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen
yang lain, terutama komponen anak didik yang
merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-
benar dapat memberikan kecakapan dalam
36
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.

36
Bararah, Isnawardatul. "Fungsi Metode terhadap Pencapaian Tujuan dalam

Komponen Pembelajaran." Jurnal Mudarrisuna: Media Kajian Pendidikan

Agama Islam 12.1 (2022): 143-159.


Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Hubungan antar komponen pembelajaran.


Dari semua komponen pembelajaran, antara
komponen yang satu dengan yang lain memiliki
hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat
menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Tidak hanya berfungsi sebagai
pelaksana kurikulum, guru juga sebagai pengembang
kurikulum. Bagi guru, memahami kurikulum
merupakan suatu hal yang mutlak.

Setelah guru mempelajari kurikulum yang


berlaku, selanjutnya membuat suatu desain
pembelajaran dengan mempertimbangkan
kemampuan awal siswa (entering behavior), tujuan
yang hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran,
karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan
media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan
unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah
desain dibuat, kemudian KBM atau pembelajaran
dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama,
yaitu guru bertindak mengajar dan siswa bertindak
Teori Pembelajaran dan Belajar

belajar. Kedua kegiatan tersebut berinteraksi untuk


mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada
akhirnya implementasi pembelajaran itu akan
menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan
memberikan dampak bagi guru dan siswa.

Bagi setiap guru, dituntut untuk memehami


masing-masing metode secara baik. Dengan
pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk
setiap unit materi pelajaran yang diberikan kepada
siswa,maka akan meningkatkan proses interaksi
belajar-mengajar. Siswa juga akan memperoleh hasil
belajar yang efektif dan mendapatkan kesempatan
belajar yang seluas-luasnya. Jika ada salah satu
komponen pembelajaran yang bermasalah, maka
proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan baik .37

37
Dolong, Jufri. Hubungan dalam komponen pembelajaran." Inspiratif
Pendidikan 5.2 (2016): 293-300.
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB XI

KURIKULUM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Kurikulum.
1. Pengertian kurikulum menurut bahasa
dan istilah

Istilah kurikulum (curriculum) digunakan


pertama kali pada dunia olahraga pada zaman
Yunani kuno yang berasal dari kata curir (pelari)
dan curere (tempat berpacu). Kala itu, kurikulum
diartikan sebagai jarak yang perlu ditempuh oleh
seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan
tempat berpacu atau tempat berlari dari
mulai start sampai finish untuk memperoleh
medali/penghargaan.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Kemudian, pengertian itu diterapkan dalam


dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran
(subject) yang perlu ditempuh oleh seorang siswa
dari awal sampai akhir program pendidikan untuk
memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.

Selanjutnya pengertian kurikulum menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kurikulum
diartikan sebagai perangkat mata pelajaran yang
diajarkan pada lembaga pendidikan.

2. Pengertian kurikulum menurut para ahli

Pengertian istilah kurikulum di atas sejalan


dengan penuturan Zais yang menyatakan, kurikulum
berasal dari Bahasa Latin Currere yang berarti berlari
di lapangan pertandingan (race cource). Zais
mendefinisikan kurikulum adalah suatu “arena
pertandingan” sebagai tempat siswa “bertanding”
untuk menguasai suatu atau lebih keahlian guna
mencapai “garis finish” yang ditandai dengan
pemberian diploma, ijazah, atau gelar kesarjanaan.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Defenisi kurikulum yang dijelaskan oleh Zais


ini memiliki pengaruh yang sangat besar dan
bertahan lama di dunia pendidikan, sehingga
menentukan orientasi kurikulum di hampir semua
negara di dunia. Walau begitu, masih banyak
definisi-definisi kurikulum lainnya yang dipaparkan
oleh para ahli.

Didin Nurdin dan Sibaweh menjelaskan,


kurikulum adalah program belajar yang diharapkan
dimiliki siswa di bawah tanggung jawab sekolah
dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar,
sehingga bagi siswa juga harus memiliki tujuan yang
ingin dicapai. Berisi program yang harus diberikan
dan strategi bagaimana melaksanakan program
tersebut.

Dari definisi-definisi di atas, terdapat banyak


kesamaan tentang kurikulum. Kesamaan tersebut adalah
kurikulum berhubungan erat dengan usaha
Teori Pembelajaran dan Belajar

mengembangkan peserta didik, sesuai dengan tujuan yang


ingin dicapai.38

38
Sanjaya, Wina. (2008) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Prenada
Media Group.
Teori Pembelajaran dan Belajar

3. Pengertian kurikulum berdasarkan UU


Nomor 20 Tahun 2003

Definisi kurikulum menurut Undang-Undang


Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas), kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar.39

39
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Jenis-jenis kurikulum.
Kurikulum pada pembahasan dalam buku ini
kami berikan tiga contoh yaitu :

1. Kurikulum Ideal.

Kurikulum Ideal adalah kurikulum yang


bertujuan untuk dapat dilakukan dan menjadi acuan
atau pedoman guru dalam proses belajar dan
mengajar. Oleh sebab itu, kurikulum ideal
merupakan pedoman wajib bagi guru.

Kurikulum ini juga disebut dengan kurikulum


formal atau kurikulum tertulis (written curriculum).
Guru pun dituntut untuk memahami dengan benar
kurikulum ideal ini. Bukan hanya tentang tujuan
yang harus dicapai, tapi juga berbagai hal yang
berhubungan dengan upaya pencapaian tujuan
tersebut.

2. Kurikulum Aktual.

Kurikulum Aktual adalah kurikulum nyata


yang dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan
Teori Pembelajaran dan Belajar

kondisi yang ada. Misalnya, saja jika dalam praktik


di sebuah sekolah dalam mengamati mikro
organisme, maka setiap anak akan dapat
menggunakan mikroskop.

Apabila kurikulum tersebut diterima di


sekolah yang telah memiliki peralatan semacam itu,
maka tentu saja guru dapat melaksanakan sesuai
tuntutan kurikulum yang ada. Akan tetapi,
seandainya kurikulum itu harus dijadikan pedoman
bagi sekolah-sekolah yang tidak memiliki peralatan
semacam itu, tentu sekolah lain tidak dapat
melaksanakan kurikulum ideal seperti itu.

Faktor lain yang memengarui apakah


kurikulum tersebut ideal atau aktual, dapat dilihat
juga dari kebijakan masing-masing sekolah.
Misalnya, sekolah harus menyediakan fasilitas
laboratorium yang lengkap sesuai dengan tuntutan
kurikulum, tetapi fasilitas tersebut tidak bisa
disediakan karena kebijakan kepala sekolah.
Akhirnya, kebijakan sekolah lah yang menentukan
Teori Pembelajaran dan Belajar

bisa atau tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan oleh


seorang guru.

Kesimpulannya, semakin jauh jarak antara


kurikulum ideal dengan kurikulum aktual, maka
akan semakin rendah kualitas suatu sekolah.

3. Kurikulum Tersembunyi .

Kurikulum Tersembunyi adalah kurikulum


yang pada dasarnya hasil dari suatu proses
pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, suatu
perilaku yang muncul di luar tujuan yang telah
dideskripsikan oleh guru.

Pada hakekatnya kurikulum ini berisi ide atau


gagasan yang dituangkan dalam bentuk dokumen
atau tulisan secara sistematis dan logis, dengan
memerhatikan unsur scope dan seguence.
Selanjutnya, dokumen tertulis itulah yang disebut
Teori Pembelajaran dan Belajar

dengan kurikulum yang terencana (curriculum


document or written curriculum). 40

C. Tujuan dibuatnya kurikulum.


Pengembangan kurikulum di Indonesia
tentunya tidak terlepas dari tujuan pendidikan
nasional yang tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) pasal (3), yang
menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan, membentuk
watak, dan peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan
agar potensi peserta didik berkembang menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis secara bertanggung jawab.”

Berdasarkan UU Sisdiknas tersebut, maka


dalam skala makro, tujuan dibuatnya kurikulum

40
Huda, Nurul. "Manajemen Pengembangan Kurikulum." Al-Tanzim: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 1.2 (2017): 52-75.
Teori Pembelajaran dan Belajar

adalah agar menjadikan suatu masyrakat yang dicita-


citakan. Namun, dalam skala mikro, tujuan
dibuatnya kurikulum lebih berfokus dengan visi dan
misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit,
seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses
pembelajaran.
Teori Pembelajaran dan Belajar

D. Komponen kurikulum
Komponen pembentuk kurikulum, yaitu:

1. Tujuan. Tujuan apa yang harus dicapai


sekolah,

2. Bahan ajar. Bagaimana memilih bahan


pembelajaran guna mencapai tujuan tersebut,

3. Metode/Proses belajar mengajar. Bagaimana


bahan ajar disajikan, agar efektif ketika
diajarkan kepada peserta didik,

4. Evaluasi atau penilaian adalah untuk


mengetahui efektivitas dari proses yang
dilakukan.

Untuk memudahkan mengingat komponen-


komponen tersebut dapat disingkat menggunakan
kata “TIME”, yakni Tujuan, Isi, Metode, dan
Evaluasi.41

41
Sukmawati, Henni. "Komponen-komponen kurikulum dalam sistem
pembelajaran." Ash-Shahabah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 7.1 (2021):
62-70.
Teori Pembelajaran dan Belajar

E. Fungsi kurikulum.
Ada empat fungsi kurikulum menurut McNeil
(1990), yaitu:

1. Fungsi pendidikan umum (common and


general education), yaitu fungsi kurikulum
untuk memberikan pengalaman hidup, seperti
mempersiapkan peserta didik agar mereka
menjadi anggota masyarakat yang
bertanggung jawab sebagai warga negara
yang baik.

2. Suplementasi (supplementation), yaitu fungsi


kurikulum sebagai alat pendidikan yang
dapat memberikan pelayanan kepada setiap
siswa sesuai dengan perbedaan kemampuan,
minat, dan bakat.

3. Eksplorasi (exploration), bahwa kurikulum


harus dapat menemukan dan
mengembangkan minat serta bakat masing-
masing siswa. Melalui fungsi eksplorasi,
siswa diharapkan bisa belajar sesuai dengan
Teori Pembelajaran dan Belajar

minat dan bakatnya, sehingga mereka akan


belajar tanpa adanya paksaan.

4. Keahlian (specialization), kurikulum juga


berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan anak sesuai dengan keahlian
yang didasarkan atas minat dan bakat siswa.
Oleh sebab itu, kurikulum pun harus
memberikan pilihan berbagai bidang
keahlian, misalnya perdagangan, pertanian,
industri atau disiplin akademik.

Berdasarkan keempat fungsi di atas, maka


jelas kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau
lembaga yang berhubungan, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan
pendidikan. Namun, bagaimana fungsi kurikulum
untuk guru, siswa, kepala sekolah, pengawas, orang
tua, dan masyarakat? Asep Herry Hernawan dan
Teori Pembelajaran dan Belajar

Riche Cynthia menjelaskan fungsi kurikulum


tersebut melalui tabel berikut.42

F. Manfaat kurikulum bagi guru.


Di bentuknya kurikulum di dunia pendidikan
sendiri memiliki manfaat bagi seorang guru di
antarata :

1. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses


pembelajaran. Proses pembelajaran yang
tidak berpedoman kepada kurikulum, maka
tidak akan berjalan dengan efektif, karena
pembelajaran adalah proses yang bertujuan,
sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru
dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan.

2. Membuat guru bisa lebih leluasa dalam


melaksanakan proses pembelajaran, sehingga
dalam menjalankan profesinya, guru akan
merasa lebih nyaman.

42
Elisa, Elisa. "Pengertian, peranan, dan fungsi kurikulum." Jurnal
Curere 1.02 (2018).
Teori Pembelajaran dan Belajar

3. Membantu guru dalam membangun suasana


pembelajaran menjadi lebih menarik dan
menyenangkan, sehingga aktivitas belajar
mengajar di sekolah tidak terasa
membosankan.

4. Memberikan kesempatan dan ruang yang luas


untuk berekspresi, baik untuk guru maupun
siswa. Mulai dari kebebasan menyatakan
pendapat, berdiskusi tanpa harus terbangun
kesan tekanan psikologis, khususnya bagi
siswa.

5. Mengembangkan kemampuan serta


kompetensi bagi masing-masing guru sesuai
dengan mata pelajaran yang menjadi
bidangnya. Dengan begitu, kualitas
pendidikan pun akan menjadi lebih baik dan
sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional,
yang tak hanya untuk mencerdaskan peserta
didik, tapi juga mampu memberikan manfaat
yang baik pula untuk guru.
Teori Pembelajaran dan Belajar

G. Macam- macam kurikulum yang ada di


Indonesia
Berikut kurikulum yang ada dan pernah
diterapkan di Indonesia.

1. Rentjana Pelajaran 1947 (Kurikulum 1947)

Kurikulum ini dibuat tepat setelah dua tahun


peristiwa proklamasi kemerdekaan. Penamaan
kurikulum ini awalnya masih menggunakan istilah
Belanda, yaitu Leerplan. Karena pada masa itu,
Indonesia berada dalam pergolakan akibat agresi
militer Belanda beserta sekutunya.

Saat menciptakan kurikulum ini, pemerintah


mencoba rancangan sistem pembelajaran untuk para
pelajar di masa revolusi yang menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka
bumi ini. Sehingga belum berfokus pada pendidikan
pikiran, melainkan pendidikan watak, kesadaran
bernegara, dan bermasyarakat.
Teori Pembelajaran dan Belajar

2. Rentjana Pelajaran Terurai 1952 (Kurikulum


1952)

Pemerintah melakukan penyempurnaan


terhadap Kurikulum 1947 di tahun 1952. Kurikulum
ini mengatur pembahasan topik tiap mata pelajaran
dengan kehidupan masyarakat harus berkaitan.
Dalam kurikulum ini, berlaku pula ketentuan satu
orang tenaga pendidik hanya bisa mengajar satu
mata pelajaran saja.

3. Rentjana Pendidikan 1964 (Kurikulum 1964)

Konsep pembelajaran dalam Kurikulum 1964


berfokus pada pengembangan moral, kecerdasan,
emosional atau artistik, keterampilan, dan jasmani.
Konsep-konsep pembelajaran ini lebih dikenal
dengan sebutan Pancawardhana. Penerapan
Kurikulum 1964 di dalam proses pembelajaran
dilakukan secara aktif, kreatif, dan produktif.
Kurikulum 1964 bertujuan untuk menanamkan
pengetahuan akademik dari jenjang Sekolah Dasar
(SD). Selain itu pemerintah menetapkan hari Sabtu
Teori Pembelajaran dan Belajar

sebagai hari bagi siswa untuk berlatih berbagai


kegiatan sesuai minat dengan bakatnya.

4. Kurikulum 1968

Kurikulum ini memiliki ciri materi dari jenjang


pendidikan rendah memiliki korelasi dengan jenjang
pendidikan selanjutnya. Tujuan utama kurikulum ini
adalah untuk membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan
dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Pada Kurikulum 1968 ini pula,
sistem penjurusan dimulai pada kelas 2 SMU

5. Kurikulum 1975

Kurikulum ini mulai digunakan setelah


program Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita) tahap pertama di masa pemerintahan Orde
Baru. Kurikulum ini menekankan pendidikan yang
lebih efektif dan efisien.

Kurikulum 1975 juga lebih merinci metode, materi,


dan tujuan pengajaran dalam Prosedur
Teori Pembelajaran dan Belajar

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).


Sehingga memunculkan istilah satuan pelajaran
(rencana pelajaran setiap satuan bahasan). Namun
penerapan kurikulum ini ramai dikritik, karena guru
menjadi lebih sibuk untuk menuliskan rincian tiap
kegiatan pembelajaran.

Beberapa mata pelajaran akhirnya mengalami


perubahan nama seperti mata pelajaran ilmu alam
dan ilmu hayat diubah menjadi Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Mata pelajarn ilmu aljabar dan ilmu
ukur menjadi Matematika.

6. Kurikulum 1984

Di tahun 1984 terjadi lagi perubahan


kurikulum di Indonesia, karena kurikulum
sebelumnya dianggap lambat dalam merespons
kemajuan di kalangan masyarakat. Dalam kurikulum
1984, ditambahkan juga mata pelajaran Pendidikan
Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
Teori Pembelajaran dan Belajar

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum


1999

Kedua kurikulum ini dibuat dari hasil


kombinasi Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984.
Pada praktiknya, kurikulum ini banyak mendapatkan
kritikan dari praktisi pendidikan hingga orangtua
pelajar. Karena materi pembelajaran dianggap lebih
berat dan padat. Kurikulum ini juga menambahkan
mata pelajaran muatan lokal seperti bahasa daerah,
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.

Dalam Kurikulum ini pula terjadi perubahan sistem


pembagian evaluasi pembelajaran dari semester ke
caturwulan. Selain itu terjadi perubahan singkatan
dan nama SMP (Sekolah Menengah Pertama)
menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama),
serta SMA (Sekolah Menengah Atas) menjadi SMU
(Sekolah Menengah Umum). Mata pelajaran PSPB
dihapuskan pada penerapan kuriulum ini dan
penjurusan SMA dibagi menjadi tiga program, yakni
IPA, IPS, dan Bahasa.
Teori Pembelajaran dan Belajar

8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Setelah 10 tahun Kurikulum 1994 berjalan,


kurikulum ini digantikan oleh KBK di tahun 2004.
Dengan berlakunya KBK, sekolah diberi kuasa untuk
menyusun dan mengembangkan komponen
kurikulum yang mulanya berbasis materi menjadi
kompetensi, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
sekolah serta peserta didiknya.

Kurikulum ini menekankan 3 unsur pokok


kompetensi, yaitu pemilihan kompetensi, indikator-
indikator evaluasi dalam penentuan keberhasilan
pencapaian, serta pengembangan pembelajaran bagi
peserta didik dan tenaga pengajar. Dalam Kurikulum
2004 ini, pemerintah mengubah kembali nama SLTP
menjadi SMP dan SMU menjadi SMA kembali.

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) 2006

Kurikulum ini mulai digunakan sejak


berlakunya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Teori Pembelajaran dan Belajar

tentang sistem pendidikan nasional yang dijelaskan


dengan lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah No.
10 Tahun 2003.

Meskipun kurikulum ini hampir mirip dengan KBK


2004, pemerintah hanya menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Kemudian tenaga
pengajar bisa mengembangkan silabus dan penilaian
sesuai kondisi sekolah serta kebutuhan peserta didik
di masing-masing daerah.

10. Kurikulum 2013 (K-13)

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang


diterapkan pemerintah menggantikan KTSP 2006.
Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran
berbasis kompetensi dan pendekatan saintifik.
Tujuan kurikulum 2013 adalah membentuk siswa
yang aktif, kreatif, inovatif, dan mampu menghadapi
tantangan abad ke-21. Ada 4 aspek penilaian dalam
K-13 ini antara lain, aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan perilaku.
Teori Pembelajaran dan Belajar

11. Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka diperkenalkan oleh


Kemendikbudristek pada bulan Februari 2022
sebagai langkah untuk mengatasi krisis pembelajaran
(learning crisis) yang cukup lama. Selain itu, kondisi
ini diperparah akibat pandemi Covid-19 yang banyak
mengubah proses pembelajaran tatap muka menjadi
pembelajaran jarak jauh.

Kurikulum ini berfokus untuk mengasah minat dan


bakat anak sedini mungkin. Sehingga peserta didik
memiliki waktu untuk memahami konsep dan
menguatkan kompetensi. Akibatnya terjadi adaptasi
besar-besaran oleh semua elemen sistem
pendidikan.43

43
Prastowo, Andi. "Transformasi kurikulum pendidikan dasar dan menengah
di Indonesia." Jip (Jurnal Ilmiah PGMI) 4.2 (2018): 111-125.
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB XII

PEMBELAJARAN CTL

A. Contextual Teaching and Learning

Menurut Sanjaya (2010) dalam Dasar Dasar


Dan Proses Pembelajaran Biologi ( Nasrul Hakim
dan Ali Sadikin) Pendekatan dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Istilah lain yang
juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan
berbeda baik dengan strategi maupun metode.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil
penelitian. John Dewey (1916) yang menyimpulkan
bahwa murid akan belajar dengan baik jika apa
Teori Pembelajaran dan Belajar

yang dipelajari terkait dengan apa yang telah


diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang
akan terjadi di sekililingnya. Pembelajaran ini
menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer
ilmu pengetahuan, pengumpulan dan menganalisis
data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik
secara individu maupun kelompok.

Contextual Teaching and Learning yaitu


pembelajaran kontekstual atau proses pembelajaran
yang dikaitkan dengan konteks di mana siswa
berada. Pada dasarnya membantu guru untuk
mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan
nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan
pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan
mereka (Abdul Majid: 171). Contextual Teaching
and Learning adalah pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Belajar tidak hanya sekedar duduk, mendengarkan,


dan mencatat, tetapi belajar adalah proses
berpengalaman secara langsung (Sanjaya 2006).

Contextual Teaching and Learning (CTL)


merupakan pendekatan yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses
pembelajaran CTL berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan
mengalami. Tugas guru lebih banyak menyusun
strategi dan mengelola kelas supaya peserta didik
dapat menemukan pengetahuannya sendiri bukan
berdasarkan informasi dari guru.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Pendekatan pembelajaran yang inovatif


harus banyak dikembangkan sebagai upaya
membantu mengatasi kesulitan belajar dan
memperbaiki hasil belajar siswa (Nasrul Hakim
dkk, Penerapan Project-Based Learning Dipadu
Group Investigation Untuk Meningkatkan Motivasi,
Dan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Malang, 2015).
Keterampilan mengajar sangat penting untuk calon
guru ketika melaksanakan tugasnya dikelas.
Pendidik harus menguasai dan memenuhi ketiga
komponen trilogi profesi, yaitu komponen dasar
keilmuan, substansi profesi, dan komponen praktik
profesi (Nasrul Hakim dkk, Buku Ajar
Berbantuan Model Pembelajaran Everyone is A
Teacher Here: Upaya Meningkatkan
Keterampilan Dasar Mengajar Calon Guru
Biologi, 2019). Tentunya pendekatan Contextual
Teaching and Learning akan berhasil jika guru yang
terampil dalam mengelola kelas, sehingga siswa
dapat merespons pembelajaran dengan aktif.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Dalam Dasar Dasar Dan Proses


Pembelajaran Biologi CTL melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan
(Modelling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment).44

44
Anonimus. 2014. Model Pembelajaran CTL Contextual.
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Karakteristik Contextual Teaching and


Learning

Belajar tidak hanya menghafal, akan tetapi


mengalami dan harus mengkonstruksikan
pengalaman. Ilmu pengetahuan merupakan
kumpulan fakta-fakta yang integral, dan dijadikan
keterampilan sehingga dapat diaplikasikan.

Jika Contextual Teaching and Learning


diterapkan dengan tepat, pendekatan pembelajaran
ini dapat memotivasi siswa untuk belajar dan
membangun pengetahuan mereka sendiri tanpa
bergantung kepada guru, yang dapat berdampak
pada peningkatan hasil belajar siswa (Nasrul
Hakim, Penerapan Project-Based Learning Dipadu
Group Investigation Untuk Meningkatkan Motivasi,
Dan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Malang, 2015).
Berikut adalah karakteristik dari Contextual
Teaching and Learning.
Teori Pembelajaran dan Belajar

1. Materi dipilih berdasarkan kebutuhan siswa;

2. Peserta didik terlibat secara aktif dalam


proses pembelajaran;
3. Materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan
nyata/simulasinya;

4. Materi dikaitkan dengan pengetahuan yang


telah dimiliki peserta didik;

5. Cenderung mengintegrasikan beberapa


bidang ilmu sesuai dengan tematiknya;
6. Proses belajar berisi kegiatan untuk
menemukan, menggali informasi,
berdiskusi, berpikir kritis, mengerjakan
projek dan pemecahan masalah (melalui
kerja kelompok);
7. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat,
sesuai dengan konteksnya;

8. Hasil belajar diukur melalui penerapan


penilaian autentik.45

45
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Pendekatan Contextual Teaching and


Learning

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam


Contextual Teaching and Learning adalah:

1. Problem-based learning

Problem-based learning yaitu pendekatan


pembelajaran yang menggunakan masalah nyata
sebagai suatu konteks sehingga peserta didik dapat
belajar berpikir kritis dalam melakukan pemecahan
masalah yang ditujukan untuk memperoleh
pengetahuan atau konsep yang esensial dari bahan
pelajaran. Pembelajaran berbasis proyek merupakan
bagian dari proses pembelajaran yang memberikan
penekanan pada pemecahan masalah sebagai usaha
kolaboratif dalam periode pembelajaran tertentu.
Dengan demikian dimungkinkan siswa untuk
bekerja secara mandiri dalam membentuk
pembelajarannya dan memunculkannya dalam
Teori Pembelajaran dan Belajar

produk nyata. (Nasrul Hakim dkk, Penerapan


Project-Based Learning Dipadu Group
Investigation Untuk Meningkatkan Motivasi, Dan
Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Malang, 2015).

2. Authentic instruction

Authentic instruction yaitu


pendekatan pembelajaran yang memperkenankan
peseta didik mempelajari konteks kebermaknaan
melalui pengembangan keterampilan berpikir dan
melakukan pemecahan masalah di dalam konteks
kehidupan nyata.

3. Inquiry-based learning

Inquiry-based learning yaitu pendekatan


pembelajaran dengan mengikuti metodologi sains
dan memberi kesempatan untuk pembelajaran
bermakna.
Teori Pembelajaran dan Belajar

4. Project-based ledarning

Project-based ledarning yaitu pendekatan


pembelajarn yang memperkenankan peserta didik
untuk bekerja mandiri dalam menkonstruksi
pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan
baru), dan mengkulminasikannya dalam poduk
nyata.

5. Work-based learning

Work-based learning yaitu pendekatan


pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
menggunakan konteks tempat kerja untuk
mempelajari bahan ajar dan menggunakannya
kembali.

6. Service learning

Service learning pendekatan pembelajaran


yang menyajikan suatu penerapan praktis dari
pengetahuan baru dan berbagai keterampilan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat melalui tugas
yang terstruktur dan kegiatan lainnya
Teori Pembelajaran dan Belajar

7. Cooperative learning.

Cooperative learning yaitu pendekatan


pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil
peserta didk untuk bekerja sama dalam rangka
mengoptimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan.46

46
Suseno, N. (2017). Pengembangan Buku Ajar Perubahan Lingkungan
Berbasis Model Search, Solve, Create, Share (SSCS) untuk Memberdayakan
Kemampuan Berpikir Kritis. Didaktika Biologi, 1(2), 79–87.
Teori Pembelajaran dan Belajar

D. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam


CTL.

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang


harus dipertimbangkan dalam Contextual Teaching
and Learning:

Merencanakan pembelajaran sesuai dengan


perkembangan mental (developmentallyappropriate)
peserta didik.

1. Membentuk kelompok belajar yang saling


bergantung satu sama lain (interdependent
learning groups).
2. Mempertimbangkan keberagaman peserta
didik (disversity of students).
3. Menyediakan llingkungan yang mendukung
pembelajaran mandiri, dengan tiga
karakteristik yaitu kesadaran berpikir,
penggunaan strategi, dan motivasi
berkelanjutan.
4. Memperhatikan multi intelegensi (multiple
intelli-gences).
Teori Pembelajaran dan Belajar

5. Menggunakan teknik bertanya (questioning)


dalam rangka meningkatkan peserta didik
dalam pemecahan masalah dan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
6. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta
didik akan belajar lebih bermakna jika ia
diberi kesempatan untuk belajar
menemukan, dan menkontruksi sendiri
pengetahuan dan ketearampilan baru
(contructivism).
7. Memfasilitasi kegiatan penemuan, supaya
peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan melalui penemuannya sendiri.
8. Mengembangkan rasa ingin tahu di
kalangan peserta didik melalui pengajuan
pertanyaan.
9. Menciptakan masyarakat belajar dengan
membangun kerja sama di antara peserta
didik.
Teori Pembelajaran dan Belajar

10.Memodelkan sesuatu agar peserta didik


dapat beridentifikasi dan berimitasi dalam
rangka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan baru.
11.Mengarahkan peserta didik untuk
merefleksikan tentang apa ysng sudah
diperoleh.
47
12.Menerapkan penilaian autentik.

47
Carolina, H.S., Dewi, A., Sari, T., & Setiawan, T. (2020) Pengembangan
Instrumen Penilaian Praktikum Lapangan (Outdoor Practicum) Biologi.
BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 4(2), 133-141.
Teori Pembelajaran dan Belajar

F. Komponen Contextual Teaching and Learning

Komponen Contextual Teaching and


Learning akan berhasil jika dibarengi dengan
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir
kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan
jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti
memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan
penelitian ilmiah. Sehingga kemampuan berpikir
kritis siswa menjadi modal awal untuk
mengeksplorasi lebih pengetahuan yang didapatkan
dan dibangun oleh pemikirannya. Kemampuan
berpikir kritis siswa juga dapat mengaplikasikan
keterampilan maupun sikap ilmiah lainnya. ( Hifni
Septina Carolina, dkk. Pengembangan Buku Ajar
Perubahan Lingkungan Berbasis Model Search,
Solve, Create, Share (Sscs) Untuk Memberdayakan
Kemampuan Berpikir Kritis, 2017).
Teori Pembelajaran dan Belajar

Beberapa komponen yang ada di dalam


motode Contextual Teaching and Learning adalah
sebagai berikut:

1. Kontruktivisme

Contextual Teaching and Learning dibangun


dalam landasan kontruktivisme yang
memiliki anggapan bahwa pengetahun
dibangun peserta didik secara sedikit demi
sedikit (incremental) dan hasilnya diperluas
melalui konteks terbatas.

Peserta didik harus mengkontruksi


pengetahun baru secara bermakna melalui
pengalaman nyata, melalui proses penemuan
dan mentransformasi informasi ke dalam
situasi lain secara kontekstual. Proses
pembelajaran merupakan proses
mengkontruksi gagasan dengan strateginya
sendiri bukan sekedar menerima
pengetahuan, peserta didik menjadi pusat
perhatian dalam proses pembelajaran.
Teori Pembelajaran dan Belajar

2. Menemukan (inquiry)

Proses pembelajaran yang dilakukan peserta


didik merupakan proses menemukan terhadap
sejumlah pengetahuan dan keterampilan.
Menemukan (inquiry) dapat dioptimalkan
dengan menggunakan pembelajaran berbasis
praktikum. Siswa akan lebih mudah
mendapatkan pengalaman langsung dengan
melakukan atau mempraktekkan sendiri.
Kegiatan praktikum memberi kesempatan
bagi peserta didik untuk mengalami sendiri,
mencari kebenaran, atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil, dan menarik
kesimpulan atas proses yang dialaminya.
(Hifni Septina Carolina dkk, Pengembangan
Instrumen Penilaian Praktikum Lapangan
(Outdoor Practicum) Biologi, 2019). Proses
inquiry terdiri dari:

a) Pengamatan (observation)

b) Bertanya (questioning)
Teori Pembelajaran dan Belajar

c) Mengajukan dugaan (hipothesis)

d) Pengumpulan data (data gathering)

e) Penyimpulan (conclussion)

3. Bertanya (questioning)

Proses pembelajaran yang dilakukan peserta


didik diawali dengan bertanya, yang
merupakan proses berpikir dalam
memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Proses bertanya begitu berarti dalam rangka:

a) Membangun perhatian (attention


building)

b) Membangun minat (interest building)

c) Membangun motivasi (motivation


building)

d) Membangun sikap

e) Membangun rasa keingintahuan

f) Membangun interaksi antara siswa


Teori Pembelajaran dan Belajar

dengan siswa

g) Membangkitkan interaksi antara


siswa dengan guru

h) Interaksi antara siswa dan


lingkungannya secara kontesktual
Teori Pembelajaran dan Belajar

i) Membangun lebih banyak lagi


pertanyaan pada siswa dalam rangka
menggali dan menemukan lebih banyak
informasi/ pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa.

4. Masyarakat belajar (learning community)

Proses pembelajaran merupakan proses kerja


sama antara peserta didik dengan peserta didik,
antara peserta didik dengan gurunya, dan
antara peserta didik dengan lingkungannya.
Proses belajar ini dapat dilaksanakan baik
secara homogen maupun heterogen, sehingga
di dalamnya terjadi saling berbagi masalah,
berbagi informasi, berbagi pengalaman, dan
lain-lainnya.
Teori Pembelajaran dan Belajar

5. Permodelan (modeling)

Proses pembelajaran akan lebih berarti jika


didukung dengan adanya permodelan yang dapat
ditiru, baik yang bersifat kejiwaan (identifikasi)
maupun yang bersifat fisik. Permodelan bisa
dilakukan oleh guru, peserta didik, atau dengan
mendatangkan narasumber dari luar.

6. Refleksi (reflection)

Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berpikir


tentang apa yang baru dipelajarinya atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah
dilakukan atau dipelajarinya di masalalu. Refleksi
pembelajaran merupakan respon terhadap
aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang
baru diterima dalam proses pembelajaran.

Guru harus dapat membantu peserta didik


membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang
baru.dengan demikian peserta didik akan
Teori Pembelajaran dan Belajar

memperoleh penegtahuan yang berguna bagi


dirinya dari apa yang baru dipelajarinya.

Pada akhir proses pembelajaran sebaiknya guru


menyisakan waktu agar peserta didik melakukan
refleksi, yang diwujudkan dalam bentuk:

a) Pernyataan langsung peserta didik


tentang yang diperoleh hari itu

b) Jurnal belajar di buku peserta didik

c) Kesan dan saran peserta didik mengenai


pembelajaran hari itu.
Teori Pembelajaran dan Belajar

7. Penilaian yang sebenarnya.

Penilain merupakan proses pengumpulan data


yang dapat mendesktipsikan mengenai
perkembangan perilaku peserta didik.penilaian
menekankan pada proses pembelajaran, data yang
dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan
siswa pada saat melakukan pembelajaran.
Penilaian tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi
juga teman-teman ataupun orang lain.

Adapun karakteristik penilaian autentik sebagai


berikut:

a) Penilaian dilakukan selama dan sesudah


proses pembelajaran berlangsung.
b) Aspek yang diukur adalah keterampilan
dan performasi. Penilaian dilakukan
secara berkelanjutan, yaitu dilakukan
dalam beberapa tahapan dan periodic,
sesuai dengan tahapan waktu dan
bahasannya baik dalam formatif
maupun sumatif.
Teori Pembelajaran dan Belajar

c) Penilaian dilakukan secara integral,


yaitu menilai berbagai aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
peserta didik sebagai satu kesatuan
utuh.
d) Hasil penilaian digunakan sebagai
feedback yaitu untuk keperluan
pengayaan (enrichment) stancar
minimal telah tercapai atau mengulang
(remedial) jika standar belum tercapai.48

48
Laksana, Ananda Prabu. "Model Pendidikan Karakter Dengan Landasan
Komponen Contextual Teaching And Learning." JOCER: Journal of Civic Education
Research 1.1 (2023): 16-23.
Teori Pembelajaran dan Belajar

G. Tujuan contextual teaching and learning

Hasil belajar siswa akan lebih bermakna jika


pada saat belajar diikuti dengan sikap dan motivasi
yang kuat, belajar dengan sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab. Agar sikap, motivasi, kesungguhan
belajar dan tanggung jawab dapat terjaga maka iklim
belajar yang mengarah perlu di ciptakan. (Nasrul
Hakim, Penerapan Project-Based Learning Dipadu
Group Investigation Untuk Meningkatkan Motivasi,
Dan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Malang, 2015). Sehingga
tujuan pembelajaran contextual teaching and learning
(ctl) sebagai berikut :

a. Pembelajaran berbasis inquiri adalah


merupakan pembelajaran yang berpola pada
metode Matematika dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif
pembelajaran.
b. Pembelajaran berbasis masalah adalah
merupakan suatu kegiatan yang mengunakan
masalah dunia nyata sebagi kontes bagi
Teori Pembelajaran dan Belajar

siswa untuk belajar berfikir kritis dan


keterangan dalam pemecahan masalah.
c. Pembelajaran kooperatif adalah merupakan
strategi belajar dimana siswa belajar
kelompok kecil saling membantu untuk
memahami suatu materi pelajaran memeriksa
dan memperbaiki jawaban teman dalam
kelompok.

d. Pengajaran autentik adalah pembelajaran


yang memungkinkan siswa belajar dalam
konteks bermakna strategi ini menyatukan
keterangan.49

49
Irwan, Irwan, and Hasnawi Hasnawi. "Analisis model pembelajaran contextual
teaching and learning dalam meningkatkan hasil belajar PPKn di Sekolah
Dasar." EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan 3.1 (2021): 235-245.
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB XIII

PEMBELAJARAN E-LEARNING

A. Pengertian E-Learning

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta


didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Salah satu pengertian pembelajararan


dikemukakan oleh Gagne yaitu pembelajaran adalah
seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal yang
dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar
yang bersifat internal. Lebih lanjut, Gagne
mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan
mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk
menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang
sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan
mempertahankan proses internal yang terdapat dalam
setiap peristiwa belajar.

E-learning terdiri dari kata,


yakni electronic dan learning. Pengertian e-learning
secara harafiah, yakni sistem pembelajaran
menggunakan elektronik atau proses mengajar dan
belajar yang dilakukan dalam jaringan, atau online. E-
learning, merupakan sebuah proses belajar dan mengajar,
yang memanfaatkan media elektronik, secara khusus
yaitu internet, sebagai sistem pembelajarannya. Secara
umum, e-learning adalah sebuah proses pembelajaran
berbasis elektronik
Teori Pembelajaran dan Belajar

Dalam praktik penerapannya, e-learning


menggunakan teknologi informasi sebagai sarana
belajarnya. Secara umum, e-learning dilakukan
menggunakan media berbasis internet dan website.
Materi yang disajikan e-learning dapat berupa teks yang
dibentuk dalam format dokumen, berbentuk video
pembelajaran, berbentuk audio atau suara penjelasan
saja, bahkan ada juga yang dalam
bentuk streaming video di YouTube. Semua materi
pembelajaran tersebut, baik itu bahan belajar seperti
catatan, kuis, dan ujian dapat diakses melalui suatu situs
website.

E-learning juga didefinisikan oleh beberapa ahli.


Menurut Naidu (2006:1), E-learning biasanya mengacu
pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
jaringan yang sengaja dibentuk untuk pengajaran dan
pembelajaran. E-learning, didefinisikan oleh Bullen &
Janessebagai proses mengajar dan diajar yang terjadi
saat menggunakan teknologi internet untuk
menyampaikan, memfasilitasi, dan memungkinkan
proses belajar meski terhalang jarak yang jauh.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Freire & Pereira mengemukakan definisi e-


learning secara lebih umum, yakni e-learning adalah
aktivitas pembelajaran pada suatu sistem pendidikan atau
pelatihan yang dilakukan menggunakan sarana
elektronik. Darmawan mendefinisikan e-learning sebagai
bentuk pembelajaran konvensional yang hakikatnya
disajikan melalui Teknologi Informasi dan dalam bentuk
format digital.

Menurut Darmawan, e-learning harus diciptakan


menyerupai pendidikan secara konvensional, seolah
peserta didik belajar secara tatap muka, hanya saja
berubah secara format, yakni melalui internet dalam
sistem digital. E-learning memiliki keunggulan yang
menonjol, dengan kemampuannya yang memungkinkan
efisiensi dalam penggunaan ruang dan waktu.
Pendidikan kini tidak lagi bergantung pada ruang dan
waktu, berkat adanya e-learning. Hal ini berarti tidak ada
lagi halangan untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran lintas daerah atau bahkan lintas negara.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Darmawan kembali mendefinisikan e-learning


sebagai aplikasi berbasis internet yang mampu
menghubungkan pendidik dan peserta didik
secara online. E-learning diciptakan untuk mengatasi
segala halangan yang mungkin ditemukan tenaga
pendidik dan peserta didik, yakni dalam hal ruang,
waktu, keadaan, dan kondisi. Berkat adanya e-learning,
maka sistem pendidikan dapat berjalan kapan pun dan
dimana pun, serta mengabaikan dimensi ruang dan
waktu.50

50
Chusna, Nuke L. "Pembelajaran E-learning." Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan KALUNI. Vol. 2. No. 1. 2019.
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Sejarah E-Learning
E-learning diperkenalkan pertama kali oleh
Universitas Illionis yang berlokasi di Urbana-
Champaign. Universitas Illinois memperkenalkane-
learning yang menggunakan komputer yang disebut
PLATO, dalam sistem instruksi berbasis komputer
(computer assisted instruction). Perkembangan e-
learning sejak saat itu terus berjalan bersamaan dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi.

Pada tahun 1990, Era Computer-Based


Training (CBT) dimulai, yang mana banyak
bermunculan aplikasi e-learning yang menggunakan PC
standlone atau dikemas dalam bentuk CD-ROM. Materi
yang disajikan bisa dalam bentuk tulisan atau
multimedia, seperti audio dan video, dalam format
mpeg-1, avi, atau mov.

Hingga tahun 1994, Computer-Based


Training terus diterima oleh masyarakat luas. Oleh sebab
itu, Computer-Based Training mulai hadir dalam
beberapa bentuk paket yang lebih menarik dan CBT
mulai diproduksi secara masif.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Pada tahun 1997, hadir Learning Management


System (LMS). LMS ini hadir beriringan dengan
perkembangan teknologi internet, yang mana masyarakat
di dunia mulai beralih menggunakan internet. Pada masa
itu juga, masyarakat mulai merasakan kebutuhan akan
informasi yang bisa didapatkan dengan cepat sebagai
sebuah kebutuhan yang mutlak, yang mana
memungkinkan lokasi dan jarak bukan lagi menjadi
halangan.

Berdasarkan kebutuhan itu lah, Learning


Management System akhirnya hadir. Perkembangan
LMS yang semakin pesat kemudian memunculkan
sebuah pemikiran standar baru yang dapat mengatasi
masalah interoperabilitas yang terjadi antar LMS satu
dengan lainnya. Beberapa contoh bentuk standar yang
muncul, seperti standar yang dikeluarkan oleh Airline
Industry CBT Committee (AICC), standar dari IEEE
LOM, ARIADNE, dan standar IMS.

Konten dari e-learning juga semakin kaya,


dengan gabungan multimedia seperti video streaming
dan penampilan interaktif, yang hadir dalam berbagai
Teori Pembelajaran dan Belajar

pilihan format data yang berukuran kecil dan lebih


stadar. E-learning memungkinkan fleksibilitas dan
efektivitas dalam proses pembelajaran. Maka itu, e-
learning dikatakan sebagai sistem pembelajaran masa
depan yang akan terus berkembang dari masa ke masa.51

C. Karakteristik E-Learning
E-learning memiliki beberapa karakteristik yang
terbentuk dari sistem pelaksanaannya. Karakteristik yang
pertama, ketika kita merujuk pada bahasa secara harfiah
atau segi epistemologi dari e-learning sendiri yang
berarti pembelajaran secara online atau elektronik, maka
dapat dikatakan karakterisik e-learning adalah
memanfaatkan media digital dan jasa teknologi
elektronik.

Karakteristik e-learning yang kedua dilihat dari


materi pembelajarannya. Materi pembelajaran pada e-
learning biasanya berupa materi belajar dalam bentuk

51
Agustina, Riska, Paulus Insap Santosa, and Ridi Ferdiana. "Sejarah, tantangan, dan
faktor keberhasilan dalam pengembangan e-learning." SESINDO 2016 2016 (2016).
Teori Pembelajaran dan Belajar

digital yang bersifat mandiri. Lalu, materi belajar


tersebut disimpan dalam bentuk sistem komputasi. Ini
berarti, materi pembelajaran ini dapat diakses oleh para
peserta didik atau pendidik kapan saja dan di mana saja.

Karakteristik e-learning yang ketiga, yakni e-


learning memungkinkan untuk membuat kurikulum,
memanfaatkan jadwal pembelajaran, juga membuat
sistem administrasi pendidikan yang dapat diakses setiap
saat melalui jaringan computer.52

E. Jenis-Jenis E-Learning
Berdasarkan waktu pelaksanaan
pembelajarannya, Clark & Mayer dalam Klinger
(2008:179) membagi e-learning ke dalam dua klasifikasi,
yaitu:

1. Pembelajaran sinkron atau synchronous e-


learning, yakni pendidik dan peserta didik
melakukan aktivitas mengajar dan belajar pada
waktu yang sama. Contonya, yaitu melalui

52
Tafqihan, Zuhdi. "Karakteristik Dan Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam E-Learning." Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan
Kemasyarakatan 9.2 (2011): 141-154.
Teori Pembelajaran dan Belajar

percakapan online, video konferensi, atau


video real time.

2. Pembelajaran asinkron atau asynchronous e-


learning, yang mana pendidik dan peserta didik
melakukan aktivitas mengajar dan belajar pada
waktu yang berbeda. Contohnya, yaitu dengan
menyediakan atau mengirim materi
pembelajaran, aktivitas dalam bentuk blog,
forum, atau wiki, melalui file sharing, email, atau
situs tertentu .
Teori Pembelajaran dan Belajar

F. Manfaat E-Learning
1. Menghemat Biaya

E-learning memungkinkan proses pembelajaran


untuk dilakukan di mana pun dan kapan pun. Maka itu,
pembelajaran melalui e-learning dinilai sangat efisien
dalam segi biaya, karena tenaga pendidik maupun
peserta didik tidak perlu membayar sejumlah biaya yang
biasa dikeluarkan pada pendidikan konvensional, seperti
biaya transportasi, biaya makan, biaya membeli buku,
dan lain sebagainya. Modal atau biaya yang harus
dikeluarkan untuk kebutuhan e-learning hanya gawai
atau gadget yang mumpuni dan biaya internet.

2. Waktu Belajar Fleksibel dan Dapat Diatur Sendiri

Pada dasarnya, e-learning memungkinkan


kegiatan belajar untuk dilakukan secara tepat waktu
layaknya belajar secara konvensional. Oleh sebab itu,
menjadi salah satu solusi bagi para peserta didik yang
kerap kali menghadapi kesulitan untuk menentukan
waktu belajar yang paling tepat untuk mereka, ditambah
Teori Pembelajaran dan Belajar

lagi harus memilah dan memilih materi yang harus


mereka pelajari. tidak membutuhkan keharusan untuk on
time layaknya kelas biasa.

E-learning memungkinkan peserta didik untuk


secara fleksibel menempuh proses pendidikannya kapan
saja yang mereka mau, mereka dapat mengatur waktunya
sendiri, dan mengakses situs website e-learning sesuai
dengan waktu belajar efektif mereka. Terlebih lagi, e-
learning memberikan kemudahan dalam hal akses, di
mana pendidik atau peserta didik bisa melakukan
interaksi secara intens kapan pun dan di mana pun. Hal
ini juga memungkinkan peserta didik untuk mengulang
materi pembelajaran saat mereka belum memahami
materi tersebut dengan baik.

3. Memungkinkan untuk Memantau Performa

Bagi para tenaga pendidik, e-learning


memungkinkan mereka untuk memantau atau memonitor
perkembangan peserta didik, secara khusus dalam
menilai pencapaian pada materi yang diberikan. E-
Teori Pembelajaran dan Belajar

learning memiliki fitur analisa dan pelaporan tentang hal


yang menjadi kesulitan, yang dihadapi para peserta
didik. Kehadiran fitur ini bermanfaat bagi para pendidik
untuk dapat melakukan evaluasi pada hal-hal atau
masalah yang perlu diperbaiki dan solusi berupa metode
yang tepat, yang perlu diterapkan kepada para peserta
didik.

Dari sini, para pendidik dan pengelola


pembelajaran kemudian dapat mencari dan menemukan
sebuah solusi bersama atas permasalah dalam proses
belajar mengajar yang ditemukan.

Sebagai contoh, saat ada peserta didik yang tidak


lulus dalam salah satu ujian, maka pendidik dapat
menawarkan atau memberikan metode pembelajaran
yang dinilai cocok dengan kebutuhan peserta didik
tersebut.
Teori Pembelajaran dan Belajar

4. Meningkatkan Interaktivitas Antara Pendidik dan


Peserta Didik Pada Proses Pembelajaran

Apabila e-learning diciptakan secara tepat dan


cermat, e-learning dapat meningkatkan interaktivitas
antara tenaga pendidik dengan peserta didik, juga antara
peserta didik dengan peserta didik lainnya, ketika proses
pembelajaran berlangsung.

E-learning memungkinkan interaksi yang


berbeda dengan pembelajaran konvensional atau tatap
muka. Pada pembelajaran konvensional, kita sering
menemukan peserta didik yang tidak berani atau tidak
mempunyai kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya atau mengajukan pertanyaan ketika sedang
diskusi. E-learning memungkinkan peserta didik untuk
lebih berani, karena tampil secara tidak langsung, dan
dapat menyampaikan pendapat atau pertanyaannya
kapan pun.
Teori Pembelajaran dan Belajar

5. Jangkauannya Lebih Luas

Fleksibilitas e-learning dalam segi waktu dan


tempat, memungkinkan untuk menjangkau lebih banyak
atau lebih luas peserta didik. Dalam e-learning, ruang
dan waktu tidak lagi menjadi penghalang. Siapa pun, di
mana pun, dan kapan pun, dapat belajar melalui e-
learning, karena segala interaksi dengan sumber
pembelajaran dilakukan secara online melalui internet.
Kesempatan untuk belajar terbuka secara lebar untuk
siapa pun yang butuh dan menginginkan.

6. Penyimpanan dan Penyempurnaan Materi


Pembelajaran Menjadi Lebih Mudah

Fitur-fitur yang tersedia dalam media digital dan


perangkat lunak elektronik yang digunakan sebagai
sarana e-learning memungkinkan pendidik dan para
peserta didik untuk dapat menyimpan, mengubah, atau
menyempurnakan materi pembelajaran secara mudah
dan cepat.
Teori Pembelajaran dan Belajar

7. Menambah Jaringan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,


jangkauan e-learning sangat luas, sehingga
memungkinkan mereka yang menggunakannya untuk
dapat menemui banyak orang dari berbagai daerah,
bahkan berbagai negara. Sebab, e-learning berbasis
internet dan melalui situs website yang dapat diakses
secara mendunia.

Maka itu, jika anda menggunakan e-learning,


anda dapat bertemu dan menambah koneksi atau
jaringan dengan berkenalan dengan sesama peserta didik
dari lintas daerah atau lintas negara. Terkadang juga ada
kelompok atau komunitas e-learning tertentu yang dapat
kamu ikuti untuk mencari dan berbagi informasi.53

53
Hartanto, Wiwin. "Penggunaan e-learning sebagai media pembelajaran." Jurnal
Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu
Sosial 10.1 (2016).
Teori Pembelajaran dan Belajar

G. Kekurangan E-Learning
Melansir dari University of Illinois dalam Illinois
Online Network (2012), terdapat beberapa kekurangan e-
learning yang dapat menjadi pertimbangan dan perlu
diantisipasi dalam pengembangannya.

Kekurangan e-learning dibagi menjadi enam


kategori utama, the technology, the facilitator, the
administration and faculty, the student, the
curriculum, dan the online environment. Beberapa faktor
yang menjadi kelemahan dari e-learning sendiri adalah
teknologi, siswa, fasilitator, dan kurikulum yang tidak
siap untuk mengadopsi sistem e-learning.

Bullen dan Beam dalam Suyanto secara lebih


lanjut mengkritisi beberapa kekurangan e-learning
lainnya, yakni:

 Terdapat beberapa tempat yang tidak


memiliki akses internet.
 Masih terdapat kekurangan sumber daya atau
tenaga yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengakses internet.
Teori Pembelajaran dan Belajar

 Terdapat kekurangan pada penguasaan bahasa


komputer.
 Perubahan yang cukup drastis pada peran
guru, yang semula menguasai sistem
pembelajaran konvensional, kini menjadi
harus menguasai sistem pembelajaran yang
berbasis internet.
 Terdapat kecenderungan untuk mendorong
perkembangan aspek komersial dan bisnis,
dan malah mengabaikan aspek sosial dan
aspek akademik.
 Bergantung pada motivasi peserta didik, jika
peserta didik tidak memiliki motivasi belajar
yang tinggi, maka kemungkinan besar ia akan
gagal.
 Proses belajar dan mengajar lebih cenderung
menjadi sistem pelatihan, bukan pendidikan.
kemudian bersifat pasif.54

54
Pulungan, Rosmilan, Lisa Septia Dewi br Ginting, and Amanda Syahri Nasution.
"KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING BERDASARKAN
PENGALAMAN MAHASISWA UMN AL WASHLIYAH." Prosiding Seminar
Nasional Hasil Penelitian. Vol. 4. No. 1. 2021.
Teori Pembelajaran dan Belajar

H. Cara Menggunakan E-Learning


E-learning yang digunakan setiap sektor dari
berbagai bidang yang berbeda memang mungkin saja
berbeda. Ada yang menggunakan situs website sendiri,
ada juga yang menggunakan aplikasi, dan sebagainya.
Namun, secara umum cara menggunakan e-learning
adalah sebagai berikut.

 Buka situs website e-learning.


 Daftarkan diri atau jika sudah terdaftar, isi
alamat email dan kata sandi.
 Melengkapi data diri, seperti nama lengkap,
nama institusi atau sekolah, kontak, alamat
rumah, dan lain-lain.
 Menunggu email balasan dari situs website e-
learning terkait keberhasilan pendaftaran
yang telah kamu lakukan. Jika sudah
dinyatakan berhasil, selanjutnya kamu akan
diarahkan untuk melakukan verifikasi email.
 Apabila situs website e-learning yang kamu
pilih itu berbayar, maka selanjutnya kamu
Teori Pembelajaran dan Belajar

akan diminta untuk membayar sejumlah


biaya paket yang kamu pilih.
 Setelah pendaftaran dan pembayaran berhasil,
kamu dapat mengakses situs website e-
learning beserta seluruh isinya di mana pun
dan kapan pun.55

55
Sari, Pusvyta. "Memotivasi belajar dengan menggunakan e-learning." Ummul
Qura 6.2 (2015): 20-35.
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB XIV

MOTIVASI BELAJAR

A. Pengertian dan Pentingnya Motivasi Belajar

Secara sederhana pengertian atau definisi


motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan
daya pengaruh yang ada di diri siswa yang dapat
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan itu
demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar
mengandung peranan penting dalam menumbuhkan
gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa
yang bermotivasi kuat memiliki energi yang banyak
untuk melakukan kegiatan belajar
Teori Pembelajaran dan Belajar

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa


Indonesia), motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Bisa
dikatakan motivasi adalah suatu energi penggerak,
pengarah dan memperkuat tingkah laku.

Sardiman A.M. mengatakan bahwa motivasi


belajar adalah keseluruhan daya penggerak di daam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat


ditarik sebuah kesimpulan bahwa motivasi belajar
adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki peserta didik. Atau
dengan kata lain motivasi belajar adalah dorongan atau
Teori Pembelajaran dan Belajar

kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan


serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki siswa. Peserta didik akan belajar sungguh-
sungguh apabila memiliki motivasi tinggi. Dalam
kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan
membangkitkan
Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan
belajar, sebab adanya otivasi mendorong semangat
belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan
melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan
syarat mutlak dalam belajar, seorang siswa yang belajar
tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan
berhasil dengan maksimal. Motivasi belajar penting bagi
siswa dan guru.

Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah


sebagai berikut:

1) Menyadarkan kedudukan pada awal, proses, dan


hasil akhir belajar.

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha


Teori Pembelajaran dan Belajar

belajar, yang dibandingkandengan teman


sebaya.
3) Mengarahkan kegiatan belajar.

4) Membesarkan semangat belajar.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh


seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang
motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru,
manfaat itu sebagai berikut:
1) Membangkitkan, meningkatkan, dan
memelihara semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil.
2) Mengetahui dan memahami motivasi
belajar siswa di kelas bermacam -
macam.
3) Meningkatkan dan menyadarkan guru
untuk memilih satu di antarabermacam-
macam peran.
4) Memberi peluang guru untuk “unjuk
Teori Pembelajaran dan Belajar

kerja” rekayasa pedagogis.56

56
Maslow, Abraham. 1954. MOTIVATION AND PERSONALITY.
Imam,Nurul1084. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan


Kompetensi Pedagogis Guru
Guru merupakan penentu keberhasilan atau
kegagalan suatu bangsa dan dianggap sebagai agen
yang paling kuat dari perubahan sosial. Kompetensi
pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. serta kemampuan pendidik
menciptakan suasana dan pengalaman belajar
bervariasi (Nurfuadi, 2012). Kompetensi pedagogis
sangat penting karena menjadi penentu
keberhasilan proses pembelajaran yang secara
langsung menyentuh kemampuan manajemen
pembelajaran yang meliputi peserta didik,
perencanaan, implementasi, perancangan, hasil
belajar,evaluasi dan pengembangan peserta yang
kurang berprestasi.
Menurut siswa, guru merupakan seseorang yang
memiliki otoritas dalam bidang akademik serta
nonakademik. Jika ditinjau dari pengertian kompetensi
pedagogis. apabila seorang guru dapat menguasai
kompetensi pedagogis dengan baik, maka peran guru
Teori Pembelajaran dan Belajar

sebagai seseorang yang dapat memberikan dorongan


semangat bagi siswanya telah terpenuhi. Karena guru
tersebut dapat mengelola pembelajaran serta
menciptakan suasana dan pengalaman belajar
bervariasi. Sehingga akan timbul semangat dalam diri
siswa untuk belajar yang artinya akan meningkatkan
motivasi belajar dari siswa tersebut.57

57
A.M., Sardiman. 1988. INTERAKSI DAN MOTIVASI BELAJAR
MENGAJAR.Jakarta; Rajawali Press.
Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Jenis ‐ Jenis Motivasi Belajar

Berdasarkan sumber dan proses


perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut
Abin Syamsudin Makmun (2001:75) dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu motivasi primer dan motivasi
sekunder.
Motivasi primer (primery motive) atau motif
dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang
tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan
istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun
dibedakan lagi kedalam:
a) Dorongan fisiologis (primary motive) yang
bersumber pada kebutuhanorganis (organic need)
yang mencakup antara lain lapar, haus, seks,
kegiatan, pernapasan dan istirahat.
b) Dorongan umum (morgani's general drive) dan
motif darurat (wodworth's emergency motive),
termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang,
takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.
Motivasi sekunder (secondary motive),
menunjukkan pada motif yang berkembang pada
Teori Pembelajaran dan Belajar

diri individu karena pengalaman, dan dipelajari


(conditioning and reinforcement), yang termasuk
di dalamnya antara lain:
a) Takut yang dipelajari (learned fear)
b) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai
persetujuan, status, merasa aman, dan
sebagainya)
a) Motif obyektif dan interes (eksplorasi,
manipulasi, minat)

b) Maksud (purpose) dan aspirasi

c) Motif berprestasi (achievement motive).58

58
Dimyati dan Mudjiono. 1994. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Jakarta:
DirjenDikti.
Teori Pembelajaran dan Belajar

BAB XV

EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi
berarti penilaian Sedangkan Evaluasi Menurut Suharsimi
Arikunto adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Nurgiyantoro menyebutkan bahwa evaluasi adalah
proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia lebih
lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim
dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan
pengukuran dan tes meskipun ketiga konsep ini sering
Teori Pembelajaran dan Belajar

didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan


dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan
dengan aspek kuantitatif dan kualitatif, pengukuran
berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes hanya
merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun
berbeda, ketiga konsep ini merupakan satu kesatuan dan
saling memerlukan. Pengukuran adalah proses
penentuan kuantitas suatu objeck dengan
memebandingkan antara alat ukur dengan objek yang
diukur. Penilaian adalah proses penentuan kualitas suatu
objek dengan membandinkan antara hasil-hasil ukur
dengan standart penialaian tertentu. Tes adalah alat
pengumpulan data yang dirancang khusus. Yang
membedakannya dengan evaluasi adalah bahwa evaluasi
mencakup aspek kualitatif dan aspek kuanitatif. Dengan
demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk
memperoleh suatu kesimpulan.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu


objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang
tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan
suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal
Dari beberapa pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah adalah
proses mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasi informasi secara sistematik untuk
menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.59

59
Febriana, Rina. Evaluasi pembelajaran. Bumi Aksara, 2021.di akses diEvaluasi
Pembelajaran - Dr. Rina Febriana, M.Pd. - Google Buku. pada tanggal 09
September 2023
Teori Pembelajaran dan Belajar

B. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran


1. Fungsi evaluasi
Fungsi evaluasi pembelajaran sangat diperlukan
dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang
dipakai sebagai dasar untuk :

1. memberikan landasan untuk menilai


hasil usaha (prestasi) yang telah
dicapai oleh peserta didiknya,

2. memberikan informasi yang sangat


berguna untuk mengetahui posisi
peserta didik dalam kelompoknya,

3. memberikan bahan yang penting


untuk memilih dan kemudian
menetapkan status peserta didik,

4. memberikan pedoman untuk mencari


dan menemukan jalan keluar
bagi peserta didik yang memang
memerlukannya,
Teori Pembelajaran dan Belajar

5. memberikan petunjuk tentang sejauh


manakah program pengajaran yang
telah ditentukan telah dapat dicapai

6. Membuat kebijaksanaan dan


keputusan.

7. .Menilai hasil yang dicapai para


pelajar.

8. Menilai kurikulum.

9. Memberi kepercayaan kepada


sekolah.

10. Memonitor dana yang telah


diberikan.

11. Memperbaiki materi dan program


pendidikan.
Teori Pembelajaran dan Belajar

2. Tujuan evaluasi
Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah
untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan
dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan
atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas
dari metode-metode pembelajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka
waktu tertentu. Serta menghimpun informasi yang
dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf
perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar
siswa.
Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :
1. untuk merangsang kegiatan peserta
didik dalam menempuh program
pendidikan

2. untuk mencari dan menemukan faktor


penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam
mengikuti program pendidikan
Teori Pembelajaran dan Belajar

sehingga dapat dicari dan ditemukan


jalan keluar atau cara-cara
perbaikannya.

3. .Mengetahui kemajuan belajar siswa

4. Mengetahui potensi yang dimiliki


siswa

5. Mengetahui hasil belajar siswa

6. Mengadakan seleksi

7. Mengetahui kelemahan atau kesulitan


belajar siswa

8. Memberi bantuan dalam


pengelompokan siswa

9. Memberikan bantuan dalam


pemilihan jurursan

10. Memberikan bantuan dalam kegiatan


belajar siswa

11. Memberikan motivasi belajar

12. .Mengetahui efektifitas mengajar guru

13. Mengetahui efisiensi mengajar guru


Teori Pembelajaran dan Belajar

14. Memberikan balikan pada guru

15. Memberikan bukti untuk laporan


kepada orang tua atau masyarakat

16. Memberikan data untuk penelitian dan


pengembangan pembelajaran.60

60
Elis Ratna Wulan, Elis, and A. Rusdiana. "Evaluasi pembelajaran." (2015).
Teori Pembelajaran dan Belajar

C. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran


1. Jenis evaluasi berdasarkan tujuannya

1. Evaluasi Diagnostik
Adalah evaluasi diagnostik adalah
evaluasi yang ditujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta
faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi Selektif
Adalah evaluasi selektif adalah evaluasi
yang digunakan untuk memilih siwa yang
paling tepat sesuai dengan kriteria
program kegiatan tertentu.
3. Evaluasi Penempatan
Adalah evaluasi penempatan adalah
evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan siswa dalam program
pendidikan tertentu yang sesuai dengan
karakteristik siswa.
4. Evaluasi Formatif
Adalah evaluasi formatif adalah evaluasi
yang dilaksanakan untuk memperbaiki
Teori Pembelajaran dan Belajar

dan meningkatan proses belajar dan


mengajar.
5. Evaluasi Sumatif

Adalah evaluasi sumatif adalah evaluasi


yang dilakukan untuk menentukan hasil
dan kemajuan belajar siswa.
Teori Pembelajaran dan Belajar

2. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran

1. Evaluasi Konteks
Adalah evaluasi yang ditujukan untuk
mengukur konteks program baik
mengenai rasional tujuan, latar belakang
program, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang muncul dalam perencanaan.
2. Evaluasi Input
Adalah evaluasi yang diarahkan untuk
mengetahui input baik sumber daya
maupun strategi yang digunakan untuk
mencapai tujuan
3. Evaluasi Proses
Adalah evaluasi yang ditujukan untuk
melihat proses pelaksanaan, baik
mengenai kalancaran proses, kesesuaian
dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam
proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4. Evaluasi Hasil atau Produk
Teori Pembelajaran dan Belajar

Adalah evaluasi yang diarahkan untuk


melihat hasil program yang dicapai
sebagai dasar untuk menentukan
keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi,
ditingkatkan atau dihentikan.
5. Evaluasi Outcom atau Lulusan
Adalah evaluasi yang diarahkan untuk
melihat hasil belajar siswa lebih lanjut,
yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke
masyarakat.

3. Jenis evalusi berdasarkan lingkup


kegiatan pembelajaran
1. Evaluasi Program Pembelajaran
Adalah evaluasi yang mencakup terhadap
tujuan pembelajaran, isi program
pembelajaran, strategi belajar mengajar,
aspe-aspek program pembelajaran yang
lain.
2. Evaluasi Proses Pembelajaran
Adalah evaluasi yang mencakup
kesesuaian antara peoses pembelajaran
Teori Pembelajaran dan Belajar

dengan garis-garis besar program


pembelajaran yang di tetapkan,
kemampuan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran, kemampuan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran.
3. Evaluasi Hasil Pembelajaran
Adalah evaluasi hasil belajar mencakup
tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, baik umum
maupun khusus, ditinjau dalam aspek
kognitif, afektif, psikomotorik.

4. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan


subjek evaluasi
a. Berdasarkan objek :
1. Evaluasi Input
dalah evaluasi terhadap siswa
mencakup kemampuan kepribadian,
sikap, keyakinan.
2. Evaluasi Transformasi
Adalah evaluasi terhadap unsur-unsur
transformasi proses pembelajaran
Teori Pembelajaran dan Belajar

anatara lain materi, media, metode


dan lain-lain.
3. Evaluasi Output
Adalah evaluasi terhadap lulusan
yang mengacu pada ketercapaian
hasil pembelajaran.

b. Berdasarkan subjek :
1. Evaluasi Internal
Adalah evaluasi yang dilakukan oleh
orang dalam sekolah sebagai
evaluator, misalnya guru.
2. Evaluasi Eksternal
Adalah evaluasi yang dilakukan oleh
orang luar sekolah sebagai evaluator,
misalnya orangtua, masyarakat.
Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan
pengukuran dan penilaian. Proses evaluasi dilakukan
melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengolahan hasil dan pelaporan. 61

61
Farida, Ida. "Evaluasi pembelajaran berdasarkan kurikulum nasional." (2017).
Teori Pembelajaran dan Belajar

D. Teknik Evaluasi
Instrument (alat) adalah sesuatu yang dapat
digunakan untukmempermudah seseorang untuk
melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih
efektif dan efesien. Alat evaluasi tersebut dikatakan baik
apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi
dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Dalam
menggunakan alat tersebut evaluator menggunkan cara
atau teknik yaitu dengan teknik evaluasi. Teknik evaluasi
terebut terbagi kedalam dua macam , yaitu teknik nontes
dan teknik tes.

1. Teknik nontes
a. Skala Bertingkat (rating scale)
Skala mengambarkan suatu nilai yang
berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Dengan maksud agar
pencatatannya dapat objektif maka
penilaian terhadap penampilan atau
penggambaran kepribadian seseorang
disajikan dalam bentuk skala.
Teori Pembelajaran dan Belajar

b. Kuesioner (questionair)
Kuesioner (questionair) dikenal
dengan sebagai angket. Kuesioner ialah
sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh orang yang aka
diukur (responden). Dengan kuesioner ini
orang dapat diketahui tentang keadan atau
data diri, pengalaman, pengetahuan sikap
atau pendapatnya dsb.
Kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi,
yaitu :

1. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab


a. Kuesioner langsung
Kuesioner ini diisi dan dikirimkan
langsung oleh orang yang akan
diminta jawaban tentang dirinya.
b. Kuesioner tidak langsung
Kuesioner ini dikirimkan dan diisi
oleh bukan orang yang diminta
Teori Pembelajaran dan Belajar

keterangannya. Dan digunakan untuk


mencari informasi tentang bawahan,
anak, saudara, tetangga, dsb.
2. Ditinjau dari segi menjawab
a. Kuesioner tertutup
Kuesioner ini disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban
lengkap sehingga pengisi hanya
tinggal memberi tanda pada jawaban
yang dipilih.
b. Kuesioner terbuka
Kuesioner ini disusun sedemikian
rupa sehingga para pengisi bebas
mengemukakan pendapatnya. Dan
kuesioner ini digunakan untuk
meminta pendapat seseorang.
c. Daftar vocok (check list)
Daftar cocok (check list ialah deretan
pertanyaan (yang biasanya singkast-
singkat), disini responden yang dievaluasi
Teori Pembelajaran dan Belajar

tinggal membubuhkan tanda cocok( )


ditempat yang sudah disediaka.
Teori Pembelajaran dan Belajar

d. Wawancara
Wawancara(interview) ialah suatu
metode atau cara yang digunakan
untukmendapatkan jawaban dari responden
dengan jalan Tanya-jawab sepihak
Wawancara dapat dilakukan oleh 2 cara,
yaitu:
1. Interviu bebas, yaitu dimana responden
mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa
dibatasi oleh patokan-patokan yang telah
dibuat oleh subjek evaluasi.
2. Interviu terpimpin, yaitu dilakukan oleh
subjek evaluasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sudah
disusun terlebih dahulu, sehingga
responden pada waktu menjawab
pertanyaan tinggal memilih jawaban
yang sudah dipersiapkan oleh penanya.
Teori Pembelajaran dan Belajar

e. Pengamatan (observastion)
pengamatan ialah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan
secara sistematis. Ada dua macam obervasi
(pengamatan), yaitu :
1. observasi partisipan, yaitu observasi
yang dilakukan oleh pengamat, tetapi
dalam pada waktu itu pengamat
memasuki dan mengikuti kegiatan
kelompok yang sedang diamati.
2. Observasi sistematik, yaitu dimana
factor-faktor yang diamati sudah didaftar
secara sistematis dan sudah diatur
menurut kategorinya. Dalam observasi
ini pengamat berada diluar kelompok.
Dengan demikian pengamat tidak
dibingungkan oleh situasi yang
melingkungi dirinya.
Teori Pembelajaran dan Belajar

3.Observasi eksperimental, yaitu terjadi


jika pengamat tidak berpatisipasi dalam
kelompok.
f. Riwayat hidup
riwayat hidup adalah gambaran
tentang keadaan seseorang selama masa
kehidupannya.

2. Teknik tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang
sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau
keterangan yang diinginkan seseorang dengan cara yang
tepat dan cepat (Amir daien indrakusuma, “evaluasi
pendidikan) tes ini ada 3 macam, yaitu :

a. Tes diagnostic, adalah tes yang digunakan


untuk mengertahui kelemahan-kelemahan
siswa sehingga berdasarkan kelemahan-
kelemahan tersebut dapat dilakukan
pemberian perlakuan yang tepat. Tes
diagnostic ini ada 4 tingkat, antara lain :
Teori Pembelajaran dan Belajar

1.Tes diagnostic ke-1 dilakuka terhadap


calon siswa sebagai input, untuk
mengetahui apakah calon tersebut
sudah menuasai pengetahuan yang
merupakan dasar untuk menerima
pengetahuan di sekolah yang
dimaksudkan. Tes ini disebut dengan
tes penjajakan atau dalam istilah
bahasa inggis entering behaviour test.
2. Tes diagnostic ke-2, dilakukan terhadap
calon siswa yang sudah akan mulai
mengikuti program. Dan tes diagnostic
ini berfungsi sebagai tes penempatan
(placement test).
3. Tes diaonostik ke-3, dilakukan terhadap
siswa yang sedang belajar, karena tidak
semua siswa dapat menerima pelajaa
yang disampaikan oleh guru denga
lacar. Maka pengajar (guru) disini
harus sekali-kali memberikan tes
diagnostic untukmengetahui bagia
Teori Pembelajaran dan Belajar

mana dari bahn yang diberikan itu


belum dikuasai oleh siswa. Dan
mendeteksi mengenai sebab siswa
tersebut belum menguasai bahan.
4. Tes diagnostic ke-4, diadaka pada
waktu siswa akan mengakhiri
pelajaran. Dengan ini guru dapat
mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap bahan yang ia berikan.

b. Tes formatif, tes ini diberikan pada akhir


setiap program. Tes ini merupakan post-
test atau tes akhir proses. Digunakan
untuk mengetahui sejauhmana siswa telah
terbentuk seelah mengikuti sesuatu
program tertentu.evalusi formatif
mempunyai manfat, baik bagi siswa, guru,
maupun program itu saendiri.

c. Tes subsumtif dan sumatif, pelaksanaan


kegiatan tes subsumatif ini dilakukan pada
Teori Pembelajaran dan Belajar

perempat semester atau caturwulan dan


pada pertengahan semester(caturwulan)
yang lazim kita ssebagai mindsemester.
Evaluasi sumatif ialah penentuan
kenaikan kelas bagi setiap siswa. Tes
sumatif adalah penilaian yang dilakukan
tiap akhir semester (caturwulan), setelah
para siswa menyelesaikan program belajar
dari suatu bidang studi atau mata
pelajaran tertentu selama satu perode
waktu tertentu pula.adapun fungsi dari
penilaian ini adalah untuk menentukan
prestasi hasil belajar siswa terhadap
bidang studi atau mata pelajaran selama
satu semester atau caturwulan.
Manfaat tes sumatif, ada 3 hal yang
paling terpenting, yaitu :
1. Untuk menentukan nilai.
2. Untuk menentukan seseorang anak
dapat atau tidaknya mengikuti
Teori Pembelajaran dan Belajar

kelompok dalm menerima program


berikutnya.

d. Tes formatif dan tes sumatif dalam


praktek
Dalam pelaksanaannya disekolah
tes formatif ini merupakan ulangan
harian, sedangkan tes sumatif ialah
ulangan umum yang diadakan pada akhir
caturwulan atau akhir semester.
Dalam buku seri III B dari
kurukulum 1975 tentang pedoman
penilaian dijelaskan bahwa tes formatif
harus dilaksanakan oleh guru setiap
mengakhiri satu sub pokok bahasan,
sedangkan tes sumatif dilasksanakan
setiap mengakhiri satu pokok bahasan
(dalam program yang lebih beasar). Dan
apabila pengertian ini dihubungkan
dengan yang telah dibicarakan pada
alinea sebelumnya, yaitu bahwa tes
Teori Pembelajaran dan Belajar

sumatif dilaksanakan sebagai ulangan


umum, maka tes yang dilaksanakan
diakhir pokok bahasan ini dapat
dipandang sebagai tes subsumatif atau tes
unit, sedangkan ulangan umum itulah
yang diusebut tes sumatif.
Teori Pembelajaran dan Belajar

Adapun teknik ealuasi yang lainnya yang telah


dikemukakan olehDaryanto dalam bukunya yang
berjudul “evaluasi pendidiakan“ada 4, yaitu :

a. Measurement model
Menurut model ini, evaluasi pada dasarnya
adalah pengukuran terhadap berbagai aspek
tingkah laku dengan tujuan untuk melihat
perbedaan-perbedaan individual atau
kelompok yang hasilnya diperlukan untuk
seleksi, bimbingan dan perencanaan
pendidikan bagi para siswa di sekolah,
Objek evaluasi dari model ini adalah tingkah
laku siswa yang mencangkup kemampuan
hasil belajar, kemampuan pembawan
(intelegensi bakat), minat, sikap dan juga
kepribadian siswa.
Pendekatan yang ditempuh model ini adalah
membandingkan hasil belajar antara 2 anak
atau lebih kelompok yang menggunakan cara
pengajaran yang berbeda sebagai variable
Teori Pembelajaran dan Belajar

bebas, lalu diberikan tes yang sama yang


hasil dari tes tersebut untuk mengetahui cara
pengajara mana yang lebif efektif untuk
digunakan.
b. Congruence model
Menurut model ini, evaluasi adalah usaha
untuk memeriksa persesuaian (congruence)
antara tujuan-tujuan pendidikan yang
diinginkan dengan hasil belajar yang telah
dicapai. Hasil yang diperoleh dari evaluasi
dengan ,model ini berguna bagi kepentingan
penyempurnaan system bimbingan siswa dan
untuk memberikan informasi kepada pihak-
pihak luar pendidikan mengenai hasol belajar
yang telah dicapai.
Objek evaluasinya adalah perubahan tngkah
laku siswa yang diperlihatkan pada akhir
kegatan pendidikan. Tingkah laku tersebut
mencangkup baik pengetahuan maupun aspek
pengetahuan maupun keterampilan dan sikap.
Teori Pembelajaran dan Belajar

4 langkah pokok untuk menyusun congruence


model :
1. Merumuskan atau mempertegas tujuan
pengajaran.
2. Menetapkan “tes situation” yang
diperlukan
3. Menyusun alat evaluasi.
4. Menggunakab hasil evaluasi.

c. Educational system eavaluation model


Menurut model ini, evaluasi dimaksudkan
untuk membandingkan performance dari
berbagai dimensi system yang sedang
dikembangkan dengan sejumlah criteria
tertentu untuk akhirnya sampai pada suatu
deskripsi dan judgment mengenai system
yang dinilai tersebut.
Objek evaluasi menurut model ini adalah
jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam
kegiatan evaluasi, baik data objektif (skor
Teori Pembelajaran dan Belajar

hasil tes) maupun data subjektif atau


judgment data (pandangan guru-guru, reaksi
para siswa dll). Adapun pendekata yang
ditempuh model ini dalam pelaksanaan
evaluasi adalah :
1. membandingkan performance setiap
demensi system dengan criteria intern
dalam system itu sendiri.
2. membandingkan performance setiap
dimensi dengan criteria ekstern diluar
system yang bersangkutan.
empat demensi yang diperlukan dalam proses
pengembangan system pendidikan
(provus)design, operation program, interim
products dan terminal products.

d. Illuminative Model
Model ini memandang fungsi eavaluasi
sebagai bahan atau input untuk kepentingan
pengambilan keputusan dalam rangka
penyesuaian-penyesuaian dan
Teori Pembelajaran dan Belajar

penyempurnaan sistemyang sedang


dikembangkan.
Objek evaluasi yang diajukan model ini
mencangkup :
 Latar belakang da perkembangan
yang dialami oleh system yang
bersangkutan.
 Proses pelaksanaan system itu
sendiri.
 Hasil belajar yang diperlihatkan oleh
para siswa.
Kesukaran-kesukaran yang dialami dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaannya dilapangan .
pendekatan yang ditempuh model ini dalam
melaksanakan evaluasi tersebut bersifat terbuka atau
open-ended dan dalam melaporkan hasil evaluasi lebih
banyak digunakan cara deskritif dalam penyajian
informasinya.62

62
Rukajat, Ajat. Teknik evaluasi pembelajaran. Deepublish, 2018.
Teori Pembelajaran dan Belajar

E. Syarat –syarat Penyusunan Evaluasi.


Penyusunan alat evaluasi bukanlah merupakan
suatu hal yang mudah karena diperlukan beberapa syarat
agar suatu tes atau evaluasi dikatakan baik atau
memenuhi standar. Suatu tes atau evaluasi yang baik
harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

1. Validitas
Sebuah tes dikatakan valid (sahih) apabila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur. (Scarvia B.
Anderson dkk. Ensyclopedia of Educational
Evaluation). Validitas sebuah tes bukan ditekankan
pada tesnya itu sendiri, tetapi lebih ditekankan pada hasil
pengetesan atau skornya.
Validitas suatu tes dapat diketahui dari hasil
pemikiran dan pengalaman. Hal pertamas diperoleh ialah
validitas logis (logical validity) dan yang kedusa ialah
validitas empitis (empirical validity). Inilah yang akan
dijadikan dasar pengelompokan validitas tes.
Secara garis besar, validitas ada dua
macam, yaitu :
Teori Pembelajaran dan Belajar

 Validitas logis (logical validity)


 Validitas empiris ( empirical
validity)

Validitas logis untuk sebuah instrument tersebut


memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran
kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena
instrument yang bersangkutan sudah diranvang sevara
baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.
Ada dua macam validitas logis yang dicapai oleh
sebuah instrument, yaitu :
 Validitas isi : disusun berdasarkan materi
oelajaran yang dievaluasi.
 Validitas konstruk : disusun berdasarkan
konstrak, aspek-aspek kejiwaan yang mesti
dievaluasi.
Validitas empiris untuk sebuah instrument dapat
dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji
dari pengalaman. Yaitu dengan membandingkan
instrument yang bersangkutan dengan kriterioum
(sebuah ukuran). Sedangkan kriterium yang digunakan
Teori Pembelajaran dan Belajar

sebagai pembanding kondosi instrument ada duas


macam, yaitu :
 Concurrent validity (validitas ada
sekarang) : ialah instrument yang
kondisinya sesuai dengan kriterium
yang sudah ada.
 Predictive validity ( validitas ramalan )
: ialah instrument yang kondisinya
belum ada, tetapi yang akan terjadi
dimasa yang akan dating (yang
diramalkan)
Dengan kedua validitas tersebut (validitas logis
dan validitas empiris) yang masing-masing memilki dua
macam juga. Maka secara keseluruhan kita mengenal
ada empat validitas, yaitu :
1. validitas isi
2. validitas konstruk
3. validitasd “ada sekarang”
4. validitas predictive.
2. Reabilitas
Teori Pembelajaran dan Belajar

Kata reabilitas diambil dri bahasa inggris yaitu


“reliable” yang artinya dapat dipercaya atau keajegan
yang sifatnya tidak berubah dari waktu kewaktu. Atau
bisa juga diartikan dengan “ketepatan”.
Cara-cara mencari besarnya reabilitas, yaitu
ada tiga cara :
1. metode bentuk pararel (equivalent)
2. metode tes ulang ( tes-retest method)
3. metode belah dua (split – half
method)
3. Objektivitas
Objektivitas ialah tidak adanya unsure pribadi
yang mempengaruhi. Dan apabila dikaitkan dengan
reabilitasd maka objektivitas menekankan ketetapan
(covsistency) pada system scoring, sedang reabilitas
menekankan ketetapan dalam hasil tes.
4. Praktibilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang
tinggi apabila te tersebut bersifat praktis, mudah
pengadministrasiannya.
Tes yang praktis ialah tes yang :
Teori Pembelajaran dan Belajar

 mudah dilaksanakan
 mudah pemeriksaannya
 dilengkapi dengan petunjuk-petrunjuk
yang jelas sehingga dapat diberikan
atau diawali oleh orang lain.
5. Ekonomis
Maksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya mahal,
tenaga banyak, dan waktu yang lama.
6. Kemampuan Membandingkan
Tes yang baik, harus dapat membedakan
kemampuan anak sesuai dengan tingkat kepandaian
siswa. Suatu tes yang sangat sukar atau sangat mudah
bukanlah merupakan suatu evaluasi yang baik karena tes
yang demikian tidak memiliki kemamampuan untuk
membandingkan.63

63
Rukajat, Ajat. Teknik evaluasi pembelajaran. Deepublish, 2018.

Anda mungkin juga menyukai