Anda di halaman 1dari 37

Belajar, Mengajar dan

Pembelajaran
KELOMPOK 1
Muh Fazlul Triandy : 210203502007
Muh Alamsyah : 210203500002
Sahlan : 210203502012
Ahmad Fahril Akbar : 210203502010
Ahmad Adriansyah : 210203500004
Muh Asnan Mustari : 210203501029
A. Hakikat Belajar, Mengajar dan
Pembelajaran
 1. HAKIKAT BELAJAR
 Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Slameto menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.Selanjutnya
Nana Sudjana mendefenisikan: “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan suatu
perubahan pada diri seseorang”. Perubahan yang dimaksud itu berupa hasil belajar yang
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk.
Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar adalah sebagai berikut:

 Perubahan yang terjadi secara sadar, misalnya individu menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.
 Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, misalnya seseorang yang tadinya tidak
dapat menulis selanjutnya dapat menulis indah dan sebagainya.
 Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
 Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. 
 Belajar merupakan salah satu konsep yang sangat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk
hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya,
dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti
dari perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan
yang telah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian
sesuatu yang baru merupakan tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, efektif
maupun psikomotorik/keterampilan.
 Belajar dalam sistem pendidikan harus mempunyai sifat aktif dan terarah yang diwujudkan dalam
bentuk tujuan instruksional yang jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar adalah sebagai
pengalaman hidup yang dalam kehidupan manusia penuh dengan kegiatan secara sengaja maupun
tidak disengaja, terencana maupun tidak terencana atau secara tiba-tiba. Dalam hasil belajar
minimal ada perubahan kesiapan terhadap yang telah dipelajari atau kesiapan atau kesiapan
terhadap hal lain yang berhubungan dengan subjek yang dipelajari.
 Belajar adalah proses untuk mengubah diri dari tidak tahu menjadi tahu, dari belum bisa
menjadi bisa, dari belum terampil menjadi terampil dan mahir. Pada hakikatnya belajar
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir
hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku, dalam belajar ada aspek yang
berperan yaitu motivasi, emosional, sikap, dan yang lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah
individu sebagai peserta pelajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar yang
memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar
 Menurut Burton 1984 dalam Usman (2000: 4) bahwa belajar diartikan sebagai perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan
antara individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
 Menurut Ervest R. Ilgars dalam Usman (2000: 5) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
proses dimana ditimbulkan atau diubahkan suatu kegiatan karena mereaksi suatu kegiatan.
Perubahan tersebut tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan (kematangan) atau keadaan
organisme yang sementara
 2. HAKIKAT MENGAJAR
Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.[5] Kegiatan mengajar biasanya
diidentikkan dengan tugas guru di sekolah dan dosen di perguruan tinggi. Mengajar pada
hakekatnya adalah melakukan kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti
partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,
bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.
 Menurut Moh. Uzer Usman, proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu
 Belajar dan mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar
merupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar
dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Kemampuan mengelola proses belajar
mengajar adalah kesanggupan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif
antara pendidik dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotorik, sebagai
upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak
lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.
 Berikut ini hakikat mengjar menurut beberapa ahli, diantaranya:
 Arifin mendefinisikan mengajar sebagai rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajran kepada
murid agar dapat menerima, menanggapi, mengusai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
 Tyson dan Carrol berpendapat bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan
timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan belajar tersebut.
 Nasution menerangkan bahwa mengajar adalah suatu aktivitaas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan kepada anak, sehingga terjadi proses belajar.
 Tardif mengemukakan bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan sesorang dengan
tujuan membantu dan memudahkan orang lain.
Kegiatan belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan dalam proses pendidikan baik dalam
lingkungan pendidikan formal, informal maupun dalam lingkungan non formal.
 Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau dapat
pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses
belajar pada diri siswa
 Pengertian mengajar diatas mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai
organisator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik terdapat didalam
kelas maupun di luar kelas.
 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikemukakan bahwa mengajar merupakan suatu perbuatan
yang memerlukan tanggung jawab moral, maka berhasilnya pendidikan siswa secara formal terletak
pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas mengajar
 Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik tetapi sederhana. Dikatakan
unik karena berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa dan guru yang mengajar serta
bertalian erat dengan manusia di dalam masyarakat. Dikatakan sederhana karena mengajar
dilaksanakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari dan mudah dihayati oleh siapa pun.
 3. HAKIKAT PEMBELAJARAN
Pembelajran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga
terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan
lingkungan agar menunjung terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Hakikat pembelajaran menurut berbagai para ahli, diantaranya:
 Menurut Hernawan(2013:9), “pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses
komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan peserta didik, maupun
antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
 Menurut Briggs (1992) “pembelajran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi
peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan”.
 Menurut Winkel (1991) “pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa”.
Ada 9 prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai beriluit:
 Menarik perhatian yaitu hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang lucu,
aneh, kontradiksi atau kompleks
 Meyampaikan tujuan pembelajaran yaitu memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah
selesai megikuti pelajaran
 Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari
 Meyampaikan materi pelajaran
 Memberikan bimbingan belajar yaitu melalui pertanyaan-pertanyaan
 Memperoleh kinerja/ penampilan siswa yaitu siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari
 Memberikan balikan yaitu memberitahu seberapa jauh ketepatan penampilan siswa
 Menilai hasil belajar yaitu memberikan tes/tugas
 Memperkuat retensi dan transfer belajar yaitu merangsang kemampuan mengingat-ingat dan menstransfer
dengan memberikan rangkuman.
B Definisi Belajar, Mengajar dan Pembelajaran

 Arti belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis memiliki arti “berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah
kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
 Belajar menurut Baharuddin dan Esa (2009: 11) merupakan proses manusia untuk mencapai
berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
akhir hayat.
 Pengertian belajar menurut Oemar Hamalik (2001 : 27) adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan.
 Menurut Slameto (2003:13) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
 Bagi Hilgard dalam Wina Sanjaya (2005: 89) belajar itu adalah proses perubahan perilaku sebagai
 Pengertian belajar menurut Pujiriyanto (2012: 4) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi seseorang dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Interaksi ini membentuk
pengalaman belajar yang juga akan berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan.
 Sedangkan menurut Syaiful dan Aswan (1997: 11) belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan
belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai
proses dan hasil belajar, ke semuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar
adalah perubahan.
 Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat
indra dan pengalamannya. Oleh sebab itu, apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah
laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah,
maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna (Maswan dan Khoirul Muslimin, 2011: 218).
 Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara sesorang dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa
sesorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin
disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya (Azhar
Arsyad, 2011: 1).
 Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan
dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses
memberikan bimbingan/ bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar (Nana
Sudjana, 1991: 29)
 Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah
dipahami, karena bila ada yang belajar sudah tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula
sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Menurut Maswan dan Khoirul
Muslimin (2011: 219) mengajar adalah memberi pelajaran kepada seseorang (peserta didik) dengan
 Nasution (1982:8) mengemukakan bahwa mengajar adalah segenap aktivitas kompleks yang dilakukan
guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan
anak sehingga terjadi proses belajar.
 Usman (1994:3) berpendapat bahwa mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar
atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar.
 Sedangkan Hamalik (2001:44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai : (1) menyampaikan
pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha mengorganisasi
lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada
murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses
membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
 Simpulan pengertian mengajar menurut beberapa ahli tersebut adalah memberikan pelajaran sebaik-
baiknya kepada seseorang agar mereka memperoleh sebuah pengalaman sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki setiap individu tersebut, maka dari itu mengajar juga harus memperhatikan perbedaan tingkat
kemampuan yang dimiliki setiap individu karena mereka mempunyai kemampuan potensial seperti bakat
dan inteligensi yang berbeda.
 Simpulan dari hakikat belajar-mengajar diatas adalah belajar mengajar merupakan proses yang dilakukan antara pendidik
dan peserta didik, dimana kegiatan tersebut bernilai edukatif yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan potensi
peserta didik, maka dari itu pendidik diharapkan mampu mendesain pembelajaran yang inovatif bagi peserta didiknya.
 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 17) tertulis kata pembelajaran berasal dari kata ajar. Ajar artinya petunjuk yang
diberikan kepada orang lain supaya diketahui, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau mahkluk
hidup belajar.
 Tiwan (2010: 256) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dalam dunia pendidikan memegang peranan penting dalam
keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM). Strategi pembelajaran akan membawa hasil yang baik apabila diterapkan
menurut karakteristik dari materi yang diajarkan dan subyek yang belajar. Jika metode pembelajaran yang diterapkan sesuai
dan dapat diterima oleh mahasiswa, maka mahasiswa akan tekun, rajin, antusias dalam pembelajaran, sehingga dapat
memahami, menguasai materi pembelajaran dan diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran
 Menurut Sanjaya dalam Jamil Suprihatiningrum (2014: 76) mengemukakan kata pembelajaran adalah terjemahan dari
instruction, yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media,
seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya sehingga semua itu mendorong terjadinya
perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai
fasilitator dalam belajar mengajar.
 Pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik.
Pembelajaran berupa serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
memengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal.
 Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan
yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Strategi belajar mengajar tidak hanya
terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket
pengajarannya
 Simpulan dari pengertian proses pembelajaran menurut para ahli di atas adalah merupakan serangkaian
kegiatan yang berfungsi untuk memudahkan peserta didik dalam belajar, yang tidak hanya melibatkan
lingkungan tempat yang digunakan tetapi juga melibatkan metode, media, dan peralatan yang diperlukan
untuk menyampaikan informasi.
 Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang kemudian diikuti dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, standar proses pembelajaran harus
meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien
C. Ciri-ciri Belajar, Mengajar dan
Pembelajaran
 1. CIRI-CIRI BELAJAR
 Ciri-ciri belajar menurut Surya (1997) dalam Rusman. 2015:13-16) Surya menyampaikan bahwa
terdapat 8 ciri-ciri dari belajar.
1) Perubahan yang didasari dan disengaja (intensional)
2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinu)
3) Perubahan yang fungsional
4) Perubahan yang bersifat positif
5) Perubahan bersifat aktif
6) Perubahan yang bersifat permanen
7) Perubahan yang terjadi berarah atau bertujuan
8) Perubahan perilaku secara keseluruhan
 2. CIRI-CIRI BELAJAR, MENGAJAR
 Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk peserta didik dalam suatu perkembangan
tertentu. Inikah yang dimaksud kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan
peserta didik sebagai pusat perhatian. Tujuan yang telah ditentukan sebelumnya tersebut dapat
dijadikan pedoman bagi pendidik untuk menentukan sasaran pembelajaran sehingga setelah peserta
didik mempelajari pokok bahasan yang diajarkan, mereka dapat memiliki kemampuan.
 Ada suatu prosedur (Jalannya Interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu
ada prosedur atau langkah-langkah sistematik dan relevan
 Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi khusus. Dalam hal ini materi
harus di desain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan, sudah barang tentu dalam hal
ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen peserta didik yang
merupakan sentral.
 Pendidik dalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai
pembimbing, pendidik harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi yang kondusif.
 Kegiatan belajar mengajar membutuhkan kedisiplinan Disiplin dalam kegiatan belajar
mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut
ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak pendidik maupun peserta didik dengan sadar
 Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas
(Kelompok Peserta didik) batas waktu mejadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan.
Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
 Evaluasi dari seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi adalah bagian penting yang tidak
bisa diabaikan, setelah pendidik melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
 3. Ciri-ciri belajar mengajar
 Pembelajaran memiliki ciri-ciri serta karakteristik tersendiri yang membuatnya berbeda dengan
sistem lainnya.

 Ciri-ciri pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.

2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.

3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.

4. Pelaksanaan terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil.


D. Prinsip Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran

 1. Prinsip Belajar
 Prinsip belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara siswa dengan guru agar siswa
mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan juga, prinsip belajar
dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara guru dan siswa.
 Ada beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, Berikut ini adalah contoh prinsip-prinsipnya:
 Prinsip Kesiapan,
 Prinsip Motivasi
 Prinsip Persepsi
 Prinsip Tujuan
 Prinsip Perbedaan Individual
 Prinsip Transfer dan Retensi
 Prinsip Kesiapan,
 Prinsip Motivasi
 Prinsip Persepsi
 Prinsip Tujuan
 Prinsip Perbedaan Individual
 Prinsip Transfer dan Retensi
 2. PRINSIP MENGAJAR
Tentu, teman-teman pendidik sudah mengetahui bahwa mengajar adalah suatu seni. Seni yang semua
pendidik pun juga butuh untuk terus belajar. Ya, belajar untuk mengajar. Sebagai pendidik, kita perlu sekali
untuk meningkatkan kapasitas cara mengajar dan juga belajar berbagai teknik-teknik mengajar yang baru,
agar kita mampu membuat pekerjaan kita menjadi lebih mudah dan lebih menyenangkan. Kuncinya adalah
teman-teman pendidik perlu mengetahui beberapa prinsip dasar dalam mengajar.
Berikut ini, ada 10 prinsip dasar dalam mengajar yang perlu teman-teman pendidik ketahui:
1. Menguasai Isi Pembelajaran/ Pengajaran
6. Melibatkan Siswa Dalam Pembelajaran
2. Utamakan Susunan yang Sistematis 7. Menguasai Psikologis Siswa
8. Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup, Menarik,
3. Banyak Menggunakan Contoh Kehidupan
dan Bervariasi
4. Mampu Menggunakan Bentuk Cerita 9. Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan
5. Melibatkan Panca Indra Peserta Didik 10.Mengenal dengan Jelas Sasaran Dalam
Pembelajaran
 3. PRINSIP PEMBELAJARAN
 Prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran
tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah.
 Perhatian dan MotivasiPerhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Tanpa adanya
perhatian tidak mungkin terjadi belajar
 Keaktifan, Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus
diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energi sendiri dan dapat menjadi
aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan mencerna
adalah peserta didik sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru
hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.
 Keterlibatan Langsung/Pengalaman, Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung
begitu juga peserta didik.
 Pengulangan, Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali
paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap,
mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya.
 Tantangan, Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan,
karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal
menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan
kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.
 Balikan dan Penguatan, Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan,
ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didik akan belajar
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik
 Perbedaan Individual, Peserta didik merupakan makhluk individu yang unik yang mempunyai ciri
khas masing-masing. seperti berbeda minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda
pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya
E. Teori Belajar, Mengajar dan Pembelajaran

 Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

 Selain itu, anak-anak mungkin lebih mencari hal yang dianggap cocok untuk
bisa menyampaikan materi atau ilmu dengan cara yang tidak membosankan
yakni dengan metode belajar yang berbeda. Selain penjelasan diatas, berikut
ini teori belajar yang dikutip menurut para ahli
 Teori menurut Winkel, menurutnya belajar merupakan aktivitas mental
ataupun psikis yang berlangsung baik di lingkungan dengan interaksi yang
aktif. Selain itu belajar diharuskan atau menghasilkan perubahan yang
secara langsung ataupun tidak langsung dalam peribadi yang
melakukannya. Dalam belajar akan ada hasil perubahan dalam sisi apapun,
terutama untuk anak-anak yang baru mengenal.
 Teori menurut Bower (1987;150) Bower berpendapat bahwa dengan Belajar
kita dapat menunjukan adanya perubahan yang relatif dalam perilaku yang
terjadi karena adanya beberapa pengalaman yang telah dialami dan juga
latihan yang sudah dilakukan dalam waktu sebelumnya. Bower juga
menjelaskan bahwa “Learning is a cognitive process” yang artinya Belajar
adalah suatu proses kognitif. Disini Bower menjelaskan proses merupakan hal
yang lebih penting dibandingkan hasil dari belajar itu sendiri.
 Teori Menurut Moh. Surya, beliau berpendapat dengan Belajar merupakan
sebuah proses usaha yang telah dilakukan oleh masing-masing individu untuk
bisa memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan. Selain itu belajar sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Bagi Moh. Surya, belajar kembali
pada masing-masing personalnya untuk mau belajar dan mengerti hasil yang
bisa didapat dari belajar itu sendiri
 Teori menurut Jerome S.Bruner. Bruner mengungkapkan bahwa belajar
merupakan bagaimana orang tersebut untuk memilah, memilih, mempertahankan,
dan mentransformasikan informasi dengan cara yang lebih aktif. Menurut Bruner
selama kegiatan belajar berlangsung akan lebih baik jika siswa dibiarkan untuk
menemukan sendiri apa penyebap dan makna dari berbagai hal yang mereka
pelajari, sehingga teori “menyuapi” ilmu tidak ia gunakan dalam belajar. Pasalnya
siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan
masalah sehingga mereka terlatih untuk bisa menghadapi masalah. Dengan cara
tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa
mereka sendiri.
 Teori menurut David Ausubel. David mengungkapkan bahwa dengan teori belajar bermakna,
maka belajar bisa diklasifikasikan menjadi dua dimensi, diantaranya adalah :

 Dimensi yang berkaitan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada
siswa melalui penerimaan atau penemuan sehingga siswa lebih aktif, atau

 Dimensi yang menyangkut tentang cara siswa untuk mengabaikan informasi pada beberapa
struktur yang ada, khususnya struktur kognitif diantaranya adalah fakta, konsep, dan
generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa.
 Teori belajar menurut Thorndike, menurutnya Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan

respon.Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal

lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan, Peserta didik

ketika belajar yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/ tindakan. Jadi perubahan tingkah laku

akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak

dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat

menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula

dengan teori koneksionisme (Slavin,2000)

 Ada tiga hokum belajar yang utama, menurut Thorndike, yaitu (1) hokum efek; (2) Hukum latihan dan (3)

hokum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hokum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat

memperkuat respon.
 Teori menurut Edwin Guthrie, Azas belajar Guthrie yang utama adalah hokum kontiguiti. Yaitu

gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan , pada wktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell,Gredler, 1991). Guither juga menggunakan variable
hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karna
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang
dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang
dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon
bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin
diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan pentng dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
 Teori menurut Gagne. Gagne mengembangkan teori belajarnya berdasarkan asumsi bahwa
pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan akibat dari belajar serta belajar
merupakan proses yang sifatnya kompleks. Berdasarkan asumsi tersebut, Gagne (1979, hlm.
43) mendefinisikan belajar sebagai seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan
untuk memperoleh kapasitas yang baru.

 Stimulus dari lingkungan merupakan faktor eksternal yang dapat dimodifikasi sedemikian
sehingga menunjang proses kognitif individu yang belajar. Sedangkan proses kognitif
merupakan suatu proses dalam diri individu yang belajar sebagai prasyarat bagi terciptanya
kondisi belajar. Proses kognitif ini bersama kondisi internal lainnya berinteraksi dengan
kondisi eksternal untuk menghasilkan suatu performasi sebagai hasil belajar.
 Teori belajar menurut Clark hull. Clark Hull juga menggunakan variable hubungan

antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi,
semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutaman untuk menjaga agar organisme tetap
bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatkan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan
kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia,sehingga stimulus (stimulus dorong) dalam belajarpun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam
teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell,Gradler,1991)

 
 Teori menurut Piaget. Piaget dalam (Suyono & Hariyanto, 2017, hlm. 83) berpendapat
bahwa Setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang
teratur. Proses berpikir anak merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari
fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak. Pada suatu tahap perkembangan tertentu
akan muncul struktur kognitif tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap
bergantung kepada pencapaian tehapan sebelumnya.

 Apa yang diungkapkan oleh PIaget tersebut kemudian disebut dengan teori
perkembangan kognitif, yang sering disebut pula teori perkembangan intelektual, atau
teori perkembangan mental. Teori ini berkenaan dengan kesiapan siswa untuk belajar
yang dikemas dalam tahap-tahap perkembangan intelektual.

Anda mungkin juga menyukai