Anda di halaman 1dari 46

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

Konsep - konsep yang digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian

ini meliputi : (1) hakikat belajar dan pembelajaran, (2) pembelajaran

konstruktivisme, (3) model pembelajaran project base learning, (4) minat

belajar pada siswa.

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang sangat mendasar dalam

penyelenggaraan pendidikan. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan

tergantung bagaimana proses belajar yang telah ditempuh siswa. dalam

berbagai jenjang pendidikan. Secara psikologis, belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Fontana,

“belajar adalah proes perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap

sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan menurut Pidarta, belajar

merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil

pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan


bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu

mengomunikasikanya kepada orang lain.

Belajar pada dasarnya merupakan perubahan tingkah laku

pada diri siswa dan perubahan siswa dengan lingkungan sekitar. Dengan

proses belajar yang dilakukan oleh siswa maka siswa dinilai mampu

mmerubah tingkah laku nya sendiri. Samidi (2017:5) Moh. Uzer Usman &

Lilis Setiawati (1993:4) mengemukakan bahwa : “ Belajar dapat diartikan

sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dengan individu dan lingkungannya sehingga

mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkunganya “.

Kamus besar Bahasa Indonesia ( dalam Perawati 2014:8 )

mendefinisikan bahwa belajar berasal dari kata ajar yang berarti

petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Sedangkan

belajar artinya berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

terciptanya tujuan pendidikan. Indikator keberhasilan tujuan pendidikan

banyak bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik . sebagai

peserta didik. Belajar merupkan proses perubahan tingkah laku. Namun

kenyataan yang dipahami sebagian besar masyarakat belajar sering,diartikan

sebagai suatu kesatuan kegiatan disekolah yang diajarkan oleh guru di dalarn

kelas.

Pengertian belajar sangat luas, bukan hanya interaksi yang terjadi

didalam kelas, tetapi interaksi diluar sekolah termasuk belajar. Berikut


beberapa definisi belajar menurut para ahli dengan berbagai sudut pandang.

Menurut pengertian secfra psikologis, belajar merupakan

suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Slameto (2010:2), "belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

sesoorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalary interaksi dengan

lingkungannya.

Menurut Skinner (Sagala, Syaiful, 20A3 il) "belajar adalah suatu

proses adaptasi atau penyesuaiantingkah laku yang berlangsung secara

progressif' Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne (Sagala, Syaifirl

2003 :13) “ Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme

berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman."

Berbeda pendapat yang dikemukakan oleh Vygostky

(Slavin,2005 :36-38) bahwa : Belajar merupakan interaksi sosial peserta didik

dengan ' lingkungan sekitarnya, meliputi lingkungan secara intemal maupun

secara eksternal. Artinya belajar akan terjadi saat peserta didik dapat

menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut

masih dalam jangkauan kemampuannya dalam memecahkan masalah secara

mandiri dan memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau

pemecahan masalah dengan teman sebayanya.


Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan aspek pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam

interaksi dengan lingkungannya. Ruang' lingkup belajar tidak hanya proses

perubahan tingkah laku saja, belajar merupakan suatu proses hubungan

interaksi yang dilakukan oleh seseorang dengan lingkungannya serta belajar

merupakan usaha pemecahan masalah yang dilalrukan perseorangan atau

lebih baik secara mandiri atau melalui bimbingan orang lain.

Dari beberapa pengertian terkait belajar dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja dari individu.

Dimana kegiatan tersebut merupakan interaksi yang dilakukan individu

dengan lingkungannya dan hasil dari interaksi tersebut adalah perubahan

tingkah laku yang bersifat pemanen atau tetap.

1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu cara atau proses atau perbuatan

yang dapat menjadikan seseorang belajar.dengan kata lain pembelajaran

adalah cara yang sengaja dilakukan atau dirancang agar peserta didik belajar.

Menurut Sadiman, dkk pembelajaran diartikan sebagai usaha-

usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi

proses belajar dalam diri peserta didik, berikut beberapa pendapat lain terkait
pengertian pembelajaran:

a. Menurut Miarso, Pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan

dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam

kondisi tertentu. Dengan demikian, inti pembelajaran adalah segala upaya

yang dilakukan oleh pendidik agar proses belajar pada diri, peserta didik.

Menurut Warsito kegiatan belajar pada para peserta didiknya.

b. Menurut Fontana, “Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan

yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang

secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik

dalam diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat

eksternal dan bersifat rekayasa perilaku”.

c. Dalam UU No. 2 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20,

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu

dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan

sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran

adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta

dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai


pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi

yang berbeda.

Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi

kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang

yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62)

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran

adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar.

Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61)

adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola

untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,

pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru.

Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui

kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,


motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan

lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam

pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan

menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar

dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah

laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan

didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative

lama dan karena adanya usaha.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran,

kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang

dirancang khusus untuk menciptakan suasanan belajar yang sesuai dengan

peserta didik untuk mencapai tujuan dari belajar itu sendiri. Jadi terdapat

tiga aspek penting dalam pembelajaran yaitu: peserta didik, proses belajar

dan suasana belajar itu sendiri.

1.3 Pembelajaran Teknologi Informatika dan Komunikasi ( TIK )

A. Konsep Dasar Teknologi Informatika dan Komunikasi ( TIK )

Teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang berarti

systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis,

sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi artinya skill, science atau

keahlian, keterampilan, ilmu. Kata teknologi secara harfiah berasal dari


bahasa latin yaitu texere yang mempunyai arti menyusun atau

membangun. Oleh karena itu istilah teknologi tidak hanya terbatas pada

makna penggunaan alat-alat atau mesin yang canggih saja, akan tetapi

maknanya lebih luas.

Menurut Miarso (2015: 64), Teknologi adalah proses yang

meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau

menghasilkan suatu produk, produk yang dihasilkan tidak terpisah dari

produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari

suatu sistem. Dalam BI, teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai

tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan serta keseluruhan sarana untuk

menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan hidup

manusia selanjutnya.

1) Branch of Information, yaitu informasi yang dapat dipahami apabila

informasi sebelumnya telah dipahami. Misalnya kalau kita membaca

glosarium atau indeks pada sebuah buku.

2) Stick of Information, yaitu komponen informasi yang sederhana dari

cabang informasi. Bentuk informasi ini biasanya berupa pengayaan

pengetahuan, kedudukannya hanya sebagai pelengkap terhadap

informasi yang ada.

3) Bud of Information, yaitu komponen informasi yang sifatnya semi

mikro, namun keberadaannya sangat dibutuhkan, sehingga pada

waktu mendatang informasi ini akan berkembang dan dicari orang,

misalnya informasi tentang multiple intelligence, hypnoteaching,


kurikulum masa depan, pembelajaran abad ke-21, dan lainnya.

4) Leaf of Information, yaitu merupakan informasi pelindung untuk

menjelaskan kondisi dan situasi ketika informasi itu muncul ke

permukaan, seperti informasi tentang prakiraan cuaca, perkiraan

kemarau panjang, dan perkiraan terjadinya gempa atau gerhana

matahari/bulan.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada hakikatnya telah

menjadi satu bahan bangunan penting dalam perkembangan

kehidupan modern.

TIK adalah semua teknologi yang berhubungan dengan

pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran,

pemindahan dan penyajian informasi. Sehingga, dari definisi tersebut

penerapan TIK di lingkungan pendidikan mencakup semua

perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur

komputer maupun komunikasi.

B. Hakikat Teknologi Informatika

Secara umum Lucas (2000) menguaraikan definisi teknologi

informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses

dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis, mikro komputer,

komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak pemroses

transaksi, perangkat lunak lembar kerja (worksheet), peralatan komunikasi


dan jaringan yang merupakan contoh teknologi informasi.

C. Hakikat Teknologi Informatika dan Komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada hakikatnya telah

menjadi satu bahan bangunan penting dalam perkembangan kehidupan

modern. TIK adalah semua teknologi yang berhubungan dengan

pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran,

pemindahan dan penyajian informasi. Sehingga, dari definisi tersebut

penerapan TIK di lingkungan pendidikan mencakup semua perangkat keras,

perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur komputer maupun

komunikasi.

D. Ruang Lingkup TIK

Menurut Pusat Kurikulum Kemendiknas, TIK mencakup dua

aspek, yaitu:

1. Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan

proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengolaan

informasi.

2. Teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan

penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari

perangkat yang satu ke lainnya.


E. Mata Pelajaran TIK

Perkembangan TIK dalam dunia pendidikan direspon oleh

Kementerian Pendidikan Nasional dengan memasukan kurikulum yang

bernuansa pengenalan seluk beluk teknologi informasi dan komunikasi,

terutama pada jenjang pendidikan menengah (sedangkan pada pendidikan

dasar masuk dalam muatan lokal).

Pada jenjang pendidikan dasar dan Menengah, teknologi informasi

dan komunikasi menjadi mata pelajaran yang diwajibkan ada pada setiap

sekolah. Mata pelajaran TIK pada dasarnya dimaksudkan untuk

mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya

perkembangan.

TIK merupakan perangkat teknologi yang membantu ataupun

memudahkan manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan

demikian, selain sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, teknologi

informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk merevitalisasi proses

belajar yang pada akhirnya dapat mengadaptasikan peserta didik dengan

lingkungan dan dunia kerja.

F. Ruang Lingkup Mata Pelajaran TIK

Ruang lingkup mata pelajaran TIK meliputi aspek-aspek sebagai berikut:


1. Perangkat Keras

Sebagai perangkat keras (hardware) dalam teknologi informasi,

komputer memiliki sejumlah komponen.

2. Perangkat Lunak

Perangkat lunak (software) adalah seperangkat instruksi akan diberikan

untuk mengendalikan perangkat keras komputer. Perangkat lunak dapat

dikelompokan menjadi program aplikasi dan program sistem.

G. Tujuan Mata Pelajaran TIK

Secara umum, tujuan adanya teknologi informasi dan komunikasi

adalah untuk menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan

seseorang dengan cara memahami alat teknologi informasi dan

komunikasi, mengenal istilah-istilah yang digunakan pada teknologi

informasi dan komunikasi, menyadari keunggulan dan keterbatasan alat

teknologi informasi dan komunikasi, serta dapat menggunakan alat

teknologi informasi dan komunikasi secara optimal.

Dilihat dari beberapa aspek, pelajaran TIK bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Pada aspek kognitif, dapat mengetahui, mengenal, atau memahami

teknologi informasi dan komunikasi. Meningkatkan pengetahuan dan

minat peserta didik pada teknologi, serta meningkatkan kemampuan


berpikir ilmiah sekaligus persiapan untuk pendidikan, pekerjaan, dan

peran masyarakat pada masa yang akan datang.

2. Pada aspek afektif, dapat bersikap kritis, kreatif, apresiatif, dan

mandiri dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

3. Pada aspek psikomotor, dapat terampil memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk proses pembelajaran dan dalam

kehidupan sehari- hari.

2. Pembelajaran Konstruktivisme

A. Pengertian Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang

berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat

pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu

sendiri pula (Abimanyu, 2008: 22). Pembelajaran yang berciri konstruktivisme

menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif

berdasarkan pengetahuan terdahulu dan pengalaman belajar yang bermakna

(Muslich, 2007:44).

Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan

terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan

kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan

bantuan fasilitas orang lain. Manusia untuk belajar menemukan sendiri

kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal yang diperlukan guna


mengembangkan dirinya (Thobroni, 2015:91). Konstruktivisme (construktism)

merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, pengetahuan dibangun

sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit)

dan tidak dengan tiba-tiba (Sagala, 2007: 88).

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa

pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap

untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan

itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan

memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan

bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di

benak mereka sendiri.

Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep serta kaidah yang siap

dipraktikkan. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan

tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa

perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna

bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.

B. Tujuan Konstruktivisme

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran konstruktivisme yaitu (1)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada

benda-benda konkrit ataupun model artifisial, (2) memperhatikan konsepsi awal

siswa guna menanamkan konsep yang benar, dan (3) sebagai proses mengubah
konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan mungkin salah (Karfi, dkk,

2002:6). Tujuan konstruktivisme yaitu: 1) Mengembangkan kemampuan siswa

untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyanya 2) Membantu

siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap

3) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri

(Thobroni, 2015:95).

Berdasarkan uraian di atas maka untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, baik dalam tujuan intruksional umum maupun tujuan intruksional

khusus, diperlukan penggunaan metode yang tepat yang sesuai dengan materi

yang akan diajarkan. Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus

menggunakan metode yang tepat agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus dapat memilih metode

yang benar-benar sesuai dan mampu meningkatkan motivasi serta pemahaman

siswa dalam mengikuti pelajaran dan menerima pelajaran.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang

lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu,

maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

C. Langkah-Langkah Konstruktivisme

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan


konstruktivisme, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pertama, peserta didik didorong agar mengemukakan pengetahuan

awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing

dengan pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering dijumpai

seharihari oleh peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan

dibahas. Selanjutnya, peserta didik diberi kesempatan untuk

mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemhamannya tentang konsep

tersebut.

2. Tahap kedua, peserta didik diberi kesempatan untuk menyelidiki dan

menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan

penginterprestasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh

guru. Secara keseluruhan dalam hidup ini akan terpenuhi rasa keingintahuan

peserta didik tentang fenomena dalam lingkungannya.

3. Tahap ketiga, peserta didik melakukan penjelasan dan solusi yang didasarkan

pada hasil observasi peserta didik, ditambah dengan penguatan guru.

Selanjutnya peserta didik membangun pemahaman baru tentang konsep yang

sedang dipelajari.

4. Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik dapat mengaplikasikan pemahaman

konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun pemunculan masalahmasalah

yang berkatian dengan isu-isu dalam lingkungan peserta didik tersebut (Yager

dalam Lapono, dkk, 2008: 3-28) Berdasarkan uraian di atas maka dapat

dikatakan bahwa tahapantahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan


konstruktivisme pada dasarnya merupakan upaya untuk memaksimalkan

potensi yang dimiliki siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Guru juga memberikan arahan

atau solusi yang tepat dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

D. Keunggulan Pendekatan Konstruktivisme

Terdapat kekhususan pandangan tentang belajar dalam teori belajar

konstruktivisme apabila dibandingkan dengan teori belajar behaviorisme dan

kognitivisme. Teori behaviorisme lebih memperhatikan tingkah laku yang

teramati, dan teori belajar kognitivisme lebih memperhatikan tingkah laku

belajar dalam memproses informasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari

peserta didik tanpa mempertimbangkan pengetahuan atau informasi yang telah

dikuasai sebelumnya.

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat

dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepada peserta didik. Artinya, bahwa

peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya

berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya, dengan kata lain peserta

didik tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap di isi dengan berbagai

ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

Pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih

memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah

diperintahkan dan dilakukan oleh guru, dengan kata lain peserta didik lebih
didorong untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan

asimilasi dan akomodasi (Lapono, 2008: 28).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah

suatu cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh guru dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Kelangsungan proses pembelajaran di sekolah

ditentukan juga oleh banyaknya faktor yang mendukung dalam pencapaian

tujuan yang diharapkan.

Metode adalah cara yang fungsinya adalah alat untuk mencapai tujuan,

makin baik metode makin baik pula pencapaian tujuan.Salah satu faktor yang

menentukan adalah bagaimana seorang guru mengadakan interaksi dalam proses

pembelajaran di kelas, dengan menggunakan metode yang tepat, akan membuat

pemahaman siswa terhadap materi pengajaran secara baik dan optimal.

Oleh karena itu seorang guru dapat memiliki dan melaksanakan metode

yang tepat dalam menyampaikan materi pengajaran sehingga suasana kelas akan

hidup dan menimbulkan motivasi belajar pada siswa.

E. Penerapan Konstruktivisme di Kelas

Secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan

konstruktivisme di dalam kelas adalah sebagai berikut :

a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri


pengalaman dan keterampilan barunya.

b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d) Ciptakan “Masyarakat Belajar” (belajar dalam kelompok -kelompok)

(Abimanyu,2008:22).

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, jika

menerapkan tujuh komponen kontekstual dalam pembelajarannya, dan untuk

melaksanakan dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja

dan kelas yang bagaimana keadaan.

Pendekatan konstruktivisme mengarahkan siswa mengkontruksi gagasan

masing-masing, lalu menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajari (inquiri).

Model ini juga membentuk komunitas belajar dengan berbagai bentuk

memberikan kesempatan untuk merefleksi seluruh materi, dan ada penilaian

authentik. Jadi, pembelajaran ini berlandaskan teori belajar sosial, kognitif, dan

konstruktif untuk memperoleh hasil belajar berupa keterampilan akademik,

inquiry dan sosial.

Jadi ciri model ini adalah kerja kelompok yang didasarkan pada

penyelidikan dan penemuan melalui struktur tugas, ada ganjaran kelompok, dan

penilaian yang otentik secara fleksibel, demonstrasi, dan berpusat pada siswa.
3. Mode Pembelajaran Project Base Learning

A. Pengertian Mode Pembelajaran Project Base Learning

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah model

pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Project based

learning (PjBL) merupakan strategi dalam belajar mengajar yang melibatkan siswa

untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan

masyarakat atau lingkungan itu sendiri.

Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang kompleks dan

membutuhkan penguasaan dari berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya

penyelesaiannya. Proyek yang dibuat dapat merupakan proyek dari satu guru, atau

proyek bersama dari beberapa guru yang mengasuh pelajaran yang berbeda. Siswa

dilatih untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada, kemudian

melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi, dan penilaian dalam

mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang dikaji.

Pembelajaran ini dapat memungkinkan siswa untuk mengembangkan

kreativitasnya dalam membuat dan merancang proyek yang nantinya dapat

dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan. Pembelajaran berbasis proyek

didasarkan pada teori konstruktivisme dan merupakan pembelajaran siswa aktif. Proses

pembelajaran melaluui project based learning memungkinkan guru untuk “belajar dari

siswa” dan “belajar bersama siswa”.


Pembelajaran melalui project based learning juga dapat digunakan sebagai sebuah

metode belajar untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat

perencanaan, berkomunikasi, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan Project

Based Learning (PjBL) menurut Instarani adalah : “Sebuah model atau pendekatan

pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan

kegiatan yang kompleks fokus pembelajaran terletak pada konsep konsep dan prinsip

prinsip inti dari suatu disiplin studi, yang melibatkan pembelajar dalam investigasi

pemecahan masalah dan kegiatan tugas tugas bermakna yang lain, memberi

kesempatan pembelajar untuk bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan

mereka sendiri, dan mecapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Jadi, model

proyek merupakan salah satu teknik pemberian pengalaman belajar dengan

menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara

bersama-sama atau berkelompok”.

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan kegiatan

pemberian tugas kepada semua peserta didik untuk dikerjakan secara individual atau

secara kelompok, yang dimana peserta didik dituntut untuk mengamati, membaca dan

meneliti.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan kegiatan dalam

pembelajaran yang berfokus pada aktivitas peserta didik untuk dapat memahami suatu

prinsip dan konsep dengan melakukan penelitian yang mendalam tentang suatu masalah

dan kemudian mencari solusi yang relevan secara mandiri atau berkelompok, serta hasil
dari pembelajaran ini adalah produk.

B. Karakteristik Project Base Learning

Berdasarkan hasil review tentang Project based learning, dikemukakan beberapa

karakteristik penting Project based learning, yaitu, Fokus pada permasalahan untuk

penguasan konsep penting dalam pelajaran.

Pembuatan proyek melibatkan siswa dalam melakukan investigasi konstruktif,

proyek direncanakan oleh siswa dan proyek harus bersifat realistis. Project based

learning memungkinkan siswa melakukan aktivitas belajar saintifik berupa kegiatan :

1) melakukan pengamatan, 2) bertanya, 3) menalar, 4) melakukan penyelidikan atau

percobaan, dan 5) menjalin hubungan dengan orang lain dengan maksud memperoleh

informasi atau data.

Beberapa keutamaan yang diperoleh dengan menerapkan Project based learning

adalah:

a) Melibatkan siswa dalam permasalahan dunia nyata yang kompleks, yang membuat

siswa dapat mendefiniskan isu atau permasalahan yang bermakna bagi mereka.

b) Membutuhkan proses inkuiri, penelitian, keterampilan merencanakan, berfikir

kritis, dan keterampilan menyelesaikan masalah upaya membuat proyek.

c) Melibatkan siswa dalam belajar menerapkan pengetahuan dan keterampilan dengan

konteks yang bervariasi ketika bekerja membuat proyek. Memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk belajar dan melatih keterampilan interpersonal ketika

bekerja sama dalam kelompok.


d) Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih keterampilan yang dibutuhkan

untuk hidup dan bekerja (mengalokasikan waktu, bertanggung jawab, belajar

melalui pengalaman, dan sebagainya)

e) Mencakup aktivitas refleksi yang mengarahkan siswa untuk berfikir kritis tentang

pengalaman dan menghubungkan pengalaman tersebut pada standar belajar

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model

pembelajaran Project Based Learning (berbasis proyek) adalah pembelajaran yang

berfokus pada aktivitas peserta didik untuk dapat memahami suatu konsep dan prinsip

dengan melakukan analisa yang mendalam tentang suatu masalah dan mencari solusi

yang relevan dengan belajar secara mandiri serta hasil dari Model pembelajaran ini

adalah produk. Peserta didik juga harus fokus pada penyelesaian masalah atau

pertanyaan yang memandu mereka untuk memahami konsep dan prinsip yang terkait

dengan proyek.

Masing-masing kelompok belajar akan mengajukan proyek yang berbeda untuk

menyelesaikan permasalahan yang ditemui. Pembuatan proyek mungkin berlangsung

lama dan juga dapat memerlukan penguasaan beberapa materi pada mata pelajaran yang

berbeda. Guru berperan membantu peserta didik dalam merencanakan pengerjaan

proyek, menganalisis sketsa atau rancangan proyek jika diminta oleh kelompok,

mengurus kebutuhan kerja sama yang mungkin diperlukan, dan sebagiannya, namun

tidak memberikan arahan tentang bagaimana menyelesaikan proyek yang direncanakan

oleh peserta didik. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang kosep dan

prinsip merupakan sasaran yang dikehendaki dalam melibatkan mereka mengerjakan


sebuah proyek.

C. Langkah-langkah Model Project Based Learning

Menurut Sani Abdullah Ridwan, Penerapan Project based learning harus dimulai

dari perencanaan pembelajaran yang memadai, yakni dengan mengikuti tahapan

sebagai berikut :

a) Menentukan materi proyek, yakni menetapkan misi proyek berdasarkan

permasalahan yang diidenfikasikan. Guru perlu menentukan misi proyek.

b) Menentukan tujuan proyek, yakni menganalisis keterkaitan misi proyek dengan

kurikulum yang digunakan, kemudian menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai

dengan kurikulum tersebut. Tujuan yang perlu dipertimbangkan adalah: i) tujuan

pendidikan nasional, ii) tujuan belajar sesuai dengan kompetensi masa depan, iii)

tujuan kurikulum sesuai mata pelajaran.

c) Mengidentifikasi keterampilan dan pengetahuan awal siswa yang dibutuhkan untuk

melaksanakan proyek. Guru harus mengevaluasi apakah semua siswa memiliki

kemampuan yang memadai untuk melaksanakan proyek dan menetapkan strategi

untuk mengatasi kendala yang ditemukan.

d) Menentukan kelompok belajar, guru perlu mempertimbangkan jumlah anggota

kelompok yang akan melaksanakan proyek berdasarkan beban kerja dan

kemampuan (kemampuan, waktu, dan biaya) untuk menyelesaikan proyek. Oleh

sebab itu, pemilihan anggota kelompok belajar perlu dilakukan berdasarkan

kemampuan setiap siswa. Kelompok belajar juga dapat melibatkan anggota

masyarakat sebagai anggota kelompok belajar. Setiap kelompok perlu memilih


ketua kelompok dan menentukan peran masing-masing anggota kelompok

e) Menentukan jadwal pelaksanaan proyek. Guru perlu mennetukan tenggat atau

waktu akhir untuk melaporkan proyek. Proyek dapat dipaparkan dikelas,

dipamerkan disekolah. Setiap kelompok perlu diminta menyusun jadwal kerja yang

perlu disepakati, terutama dalam menetapkan jadwal untuk menyampaikan tahapan

kemajuan yang diharapkan.

f) Mengevaluasikan sumber daya dan material yang akan digunakan. Guru perlu

mengevaluasi rencana penggunaan fasilitas untuk pelaksanaan proyek. Misalnya:

apakah perlu digunakan kamera video untuk merekam pengerjaan proyek dan

bagaimana memperoleh peralatan tersebut. Informasi apa yang perlu diakses oleh

siswa untuk mengerjakan proyek.

g) Menentukan cara evaluasi yang akan digunakan. Guru perlu merencanakan metode

dan instrumen evaluasi untuk menilai setiap siswa yang bekerja dalam kelompok.

Menurut Kamdi W, Penerapan Project based learning harus dimulai dari

perencanaan pembelajaran yang memadai, yakni dengan mengikuti tahapan sebagai

berikut:

a. Memperoleh ide : Ide membuat proyek dapat diperoleh dari internet atau

berdiskusi dengan teman sejawat, namun harus tetap terkait dengan kurikulum

yang ditetapkan.

b. Merancang proyek : Guru menetapkan apa yang harus dipelajari oleh peserta

didik dengan mengerjakan proyek. Sebaiknya guru membuat proyek terlebih

dahulu untuk mengetahui kesukaran dan waktu yang diperlukan dalam

membuat proyek, serta memahami hal-hal apa yang dapat dipelajari selama
membuat proyek. Guru juga dapat merancang penilaian proses dan produk

selama proses perancangang.

c. Menyetel proyek : Menyetel proyek, maksudnya adalah membicarakan rencana

proyek yang akan dikerjakan oleh peserta didik. Tahapan yang dapat dilakukan

adalah: - Menyajikan rencana pembuatan proyek - Memperkenalkan proyek -

Diskusi untuk klarifikasi

d. Membuat proyek : Untuk peserta didik kelas rendah, guru dapat menunjukkan

contoh proyek yang sudah dibuat, sedangkan untuk kelas tinggi, guru

menetapkan harapan yang dikehendaki terhadap proyek yang dibuat. Guru

perlu memonitor kemajuan peserta didik dalam mengerjakan proyek.

e. Memamerkan proyek : Kelompok guru perlu menetapkan waktu untuk

melaksanakan pameran produk yang telah dibuat oleh peserta didik. Bahkan

sekolah perlu menggordinasikan hasil pameran dengan mengundang orang tua

peserta didik.

D. Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning

Menurut Rusman, model pembelajaran project based learning mempunyai

beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai berikut:

1. Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning

a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar

b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

c) Meningkatkan kolaborasi
d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber

e) Pendekatan proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan

siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai

dengan dunia nyata

f) Pembelajaran berbasis proyek melibatkan para siswa untuk belajar

mengambil informasi, dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki

kemudian di implementasikan dengan dunia nyata

g) Membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan

2. Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning

a) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk

menyelesaikan masalah.

b) Memerlukan biaya yang cukup banyak dan banyak peralatan yang

harus disediakan.

c) Memerlukan banyak peralatan

d) Masalah bagi siswa yang memiliki kelemahan dalam mencari

informasi

4. Konsep Minat Belajar Siswa

1. Pengertian Minat Belajar Siswa

Menurut W.S.Winkel (1996:105) memberikan rumusan bahwa minat

adalah kecenderungan subjek yang mantap untuk merasa tertarik pada bidang

studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.
Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1995:57)

bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang

diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jika ada siswa

yang kurang berminat terhadap belajar, maka diusahakan agar ia mempunyai

minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang berhubungan

dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari.

Dari pernyataan di atas minat sangat erat hubungannya dengan belajar,

belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak

semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang

mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran, dikarenakan pengaruh

dari gurunya, temannya, orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi

kewajiban dan tanggung jawab sekolah untuk menyediakan situasi dan

kondisi yang bisa merangsang minat siswa terhadap belajar.

Slameto (2003:2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Perubahan belajar yang dialami melalui suatu pengalaman maka akan

berdampak sesuatu yang berbeda dari yang sebelumnya melalui interaksi

yang akan berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga perubahan itu
akan terjadi dengan yang sebaik-baiknya untuk merubah sesuatu dari sesuatu

yang akan dikerjakan hingga berkelanjutan.

Menurut Hilgar (1962) dalam Suyono dan Hariyanto (2011:12) belajar

adalah suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap

suatu situasi. Gagne (1997), seperti yang dikutip oleh Dahar (1993:76)

menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses mencari ilmu yangterjadi

dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga

terjadi perubahan dalam diri.

Dari keterangan di atas bahwa dengan belajar akan terjadinya suatu

perubahan. Perubahan itu berdasarkan latihan, dan mencari ilmu terhadap

respon-respon yang diterima serta pengalaman - pengalaman selama belajar.

Adapun-adapun dari teori-teori belajar adalah teori gestalt,

menyatakan belajar harus dimulai dari keseluruhan. Baru kemudian kepada

bagian-bagian dan inti dari belajar bukan mengulangi hal-hal yang harus

dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh pemahaman. Teori R.Gagne

menyatakan belajar terjadi dengan adanya kondisi tertentu kondisi internal

yang menyangkut kesiapan siswa apa yang telah dipelajari sebelumnya,

kondisi eksternal penyajian stimuli yang secara sengaja diatur oleh guru

belajar tersebut memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang perlu diatur dan

dikontrol. Teori pieget menyatakan jika seseorang akan mengikuti pola dan

tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai umurnya. Penjenjangan ini bersifat

hierkis. Empat jenjang yang dilalui adalah jenjang sensorimotorik (umur 0-2),
jenjang operasional konkrit (umur 6/7-11/12 tahun), jenjang formal (umur 17-

18). Teori J. Bruner menyatakan untuk mengajar sesuatu dalam belajar, tidak

perlu ditunggu sampai anak mencapai suatu tahap perkembangan kognitif

seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang dipelajari

dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya (M. Sobry

Sutikno, 2008:9).

Purseful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk

mencapai tujuan dan yang dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di

dalam situasi belajar-mengajar di sekolah (Slameto, 2003:15).

Dari pengertian di atas bahwa belajar itu menimbulkan suatu

perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan perubahan itu dilakukan lewat

kegiatan, atau usaha yang disengaja. Dan inti dari belajar melalui pengalaman

atau latihan.

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G (1989:68) bahwa minat

belajar akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui

sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula

pengetahuan dan bidang minat belajar yang diinginkan.

Jadi dari pengertian di atas yang dimaksud dengan minat belajar

adalah seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti :

gairah, kemauan, perasaan tertarik menarik, yang melakukan proses

perubahan tingkah laku, melalui berbagai kegiatan yang meliputi


memberikan pengalaman dan pengetahuan, yang dengan kata lain, minat

belajar itu mempunyai ketergantungan yang pada perhatian, kemauan

ketertarikan, dan partisipasi aktif yang menuangkan gagasannya dalam hal

suatu keinginan yang didasari rasa ketertaikan yang ceria, dan senang

dirasakan sehingga terjadinya motivasi.

2. Indikator Minat Belajar

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran

yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar

dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya Slameto (1995: 57)

usman Effendi dan Juhaya S.Praja (1989:72) berpendapat bahwa minat itu

dapat ditimbulkan dengan cara sebagai berikut :

a. Membangkitkan suatu kebutuhan misalnya, kebutuhan untuk menghargai

keindahan, untuk mendapatkan penghargaan dan sebagainya.

b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau

c. Memberikan kesempatan mendapat hasil yang baik“Nothing succes like ".

success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu sebab success

akan memberikan rasa puas.

Dari kenyataan tersebut bahwa minat dengan mendapatkan hasil yang


baik maka akan terasa puas dengan apa yang dirasakan dan membuat
keinginannya itu menjadi takjub dan menyenagkan terasa senang dan bahagia.
Dan kebahagian itu adalah sesuatu yang kegiatan menyenangkan. Selanjutnya,
untuk akan memperoleh ukuran dan data minat belajar siswa, kunci pokoknya
adalah dalam mengetahui indikatornya. Indikator minat belajar itu terdiri dari
perbuatan, perhatian dan perasaan senang.
1) Partisipasi / Perbuatan

Minat yang telah muncul diikuti oleh tercurahnya, perhatian pada


kegiatan belajar mengajar dengan sendirinya telah membawa murid
kesuasana partisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar (Ahmad Tafsir,
1992:24).

Berdasarkan pengertian di atas minat yang berpartisipasi aktif karena


adanyasuatu perhatian yang sangat dominan bagi kemampuan rangsangan
terhadap respon yang dirasakan maka hasilnya akan tertuju dari respon itu.

2) Perhatian

Perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam


hubungannya dengan pemulihan rangsangan yang datang dari
lingkungannya Slameto (1996:183) mengemukakan bahwa istilah perhatian
dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula minat momentan, yaitu
perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari.

Konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dalam


minatnya terhadap belajar. Siswa yang berperasaan tidak senang dalam
belajar dan tidak berminat dalam materi pelajaran akan mengalami kesulitan
dalam memusatkan tenaga, dan energinya. Sebaliknya siswa yang
berperasaan senang dan berminat akan mudah berkonsentrasi dalam belajar.
Senada dengan pendapat di atas Agus Sujanto (1991:89) menyatakan bahwa
perhatian adalah konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan,
pengertian dan sebagainya. Dengan mengenyampingkan yang lain dari pada
itu.

Berdasarkan pernyataan di atas perhatian dengan konsentrasi adalah


suatu hal yang berkaitan dimana kondisi fisik potensi dan kemamapuan
saling bekerja dengan suatu hal kegiatan yang sedang dilaksanakan melalui
berdasarkan kemampuan yang akan dituangkan melalui potensi-potensi
sehingga akan menghasilkan suatu aktifitas baru menjadi suatu satu tujuan.
3) Perasaan Senang

Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa yang sedikit banyak yang


bersifat subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak
bergantung pada perangsang dan alat-alat indra Agus Sujanto (1991:75)
sementara itu Kartini Kartono (1996:87) menyebut perasaan dengan istilah
rencana. Maka merasa itu adalah kemampuan untuk menghayati perasaan
atau rencana. Rencana itu bergantung kepada (a) isi-isi kesadaran, (b)
kepribadian, (c) kondisi psikisnya. Ringkasnya, rencana ini merupakan
reaksi-reaksi rasa dari segenap organisme psiko fisik manusia.

W.S.Winkel (1996:187) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan


perasaan di sini, adalah perasaan momentan dan intensional.Momentan
berarti bahwa perasaan pada saat-saat tertentu, intensional;berarti bahwa
reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang atau situasi
tertentu.Apabila situasi berubah, maka perasaan berganti pula sehingga
perasaan momentan dan intensional dapat digolongkan ke dalam perasaan
tidak senang. Antara minat dan berperasaan senang terdapat hubungan
timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang berperasaan
tidak senang juga akan kurang berminat dan sebaliknya.

Dari pernyataan tersebut indikator minat belajar dengan adanya


perhatian yang memusatkan partisipasi dan aktif dalam kegiatan belajar dan
menimbulkan perasaan yang menghasilkan situasi yang senang. Dari situasi
yang berubah akan tetapi kalau situasinya berubah dengan tidak senang
maka berubah menjadi tidak senang dan tidak termotivasi.

3. Langkah-langkah Menimbulkan Minat Belajar

Adapun beberapa langkah-langkah untuk menimbulkan minat belajar


siswa menurut Sudarmono (1994) adalah :

a. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai.

b. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu.


c. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar.

d. Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar.

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang
dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius
dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa
memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.
Elizabeth B.Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak
sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut.

a) Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh anak yang


berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang
berprestasi, sedang anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-
citanya menjadi dokter.

b) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai
pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya
meskipun suasana sedang hujan.

c) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang meskipun
diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang
lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena
berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas
minat mereka.

d) Minat yang terbentuk sejak kecil / masa kanak-kanak sering terbawa seumur
hidup karena minat membawa kepuasan. Minat menjadi guru yang telah
membentuk sejak kecil sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi
kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak
akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila
minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai
mati (Abdul Wahid, 1998:109-110).

Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai


peranan dalam melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya
pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar The Liang Gie
(2004:57) , oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka
siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, sebab tidak ada daya
tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia
akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah
kegiatan belajar.

The Liang Gie (1998:28) mengemukakan fungsi dalam minat belajar bahwa
minat merupakan salah satu faktor untuk meraih sukses dalam belajar yaitu minat
melahirkan perhatian yang serta merta. Minat memudahkan terciptanya
konsentrasi, minat mencegah gangguan perhatian di luar, minat memperkuat
melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, minat memperkecil kebosanan belajar
dalam diri sendiri.

Menurut Jhon Adams yang dikutif The Liang Gie (1998:29) mengatakan
bahwa jika seseorang telah memiliki minat studi, maka saat itulah perhatiannya
tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Semakin besar minat seseorang,
maka akan semakin besar derajat spontanitas perhatiannya. Pendapat senada juga
dikemukakan oleh Ahmad Tafsir (1992: 24) bahwa minat telah muncul maka
perhatian akan mengikutinya. Tetapi sama dengan minat perhatian mudah sekali
hilang.

Pendapat di atas memberikan gambaran tentang eratnya kaitan antara minat


dan perhatian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
perhatian didasari dengan suatunya keinginan maka perhatian akan menimbulkan
suatu minat dari rasa ketertarikan yang dapat diperoleh melalui suatu hal yang
menarik. Sehingga dalam suatu minat dapat ditingkatkan.

Menurut Winkel (1996:183) bahwa konsentrasi merupakan pemusatan


tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu objek dalam hal ini, peristiwa
belajar mengajar di kelas konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan kemauan dan
hasrat untuk belajar namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan
siswa dan minat dalam belajar.
Pendapat-pendapat di atas memberi gambaran bahwa tanpa minat
konsentrasi terhadap pelajaran sulit dipertahankan. Minat mencegah gangguan
perhatian di luar minat studi mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber
luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau
sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain,
kalau minat studinya kecil.

Dalam hubungan ini Donald Leired The Liang Gie (1998:30) menjelaskan
bahwa gangguan-gangguan perhatian seringkali disebabkan oleh sikap bathin
karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. Kalau seseorang berminat kecil
bahaya akan diganggu perhatiannya.

Dari pernyataan di atas minat adalah memperkuat melekatnya bahan


pelajaran dalam ingatan. Bertalian erat dengan konsentrasi, terhadap pelajaran ialah
daya mengingat bahan pelajaran.

Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang berulang-ulang dihafal mudah


terlupakan, apabila tanpa minat The Liang Gie (1998:30) anak yang mempunyai
minat dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat kata-kata, memiliki
kemampuan, membedakan dan memiliki perkembangan bahasa lisan dan kosakata
yang memadai.

Pendapat di atas menunjukkan terhadap belajar memiliki peranan


memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. Minat
memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri. Segala sesuatu yang
menjemukan, membosankan, sepele, dan terus menerus berlangsung secara
otomatis tidak akan bisa memikat perhatian Kartini Kartono (1996:31) pendapat
senada dikemukakan oleh The Liang Gie (1998:31) bahwa kejemuan melakukan
sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam diri
seseorang dari pada bersumber pada hal-hal di luar dirinya. Oleh karena itu,
penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya bisa terlaksana
dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat belajar dan kemudian
meningkatkan minat itu sebesar-besarnya.
4. Unsur-unsur Yang Menimbulkan Minat Belajar

Reber dalam Syah (1995:136) mengemukakan bahwa minat mempunyai


ketergantungan pada faktor internal seperti perhatian, kemauan dan kebutuhan.
Unsur-unsur inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berikut uraian dari
beberapa komponen minat tersebut.

a. Perhatian

Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan


hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut
Suryabrata (2007:14) perhatian dalam belajar yaitu pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktivitas seseorang yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan
objek belajar. Siswa yang aktifitas belajarnya disertai dengan perhatian yang
intensif akan lebih sukses, serta prestasinya akan lebih tinggi. Aktivitas yang
disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan
lebih tinggi. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan
perhatian yang besar. Ia tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi
aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang siswa yang mempunyai perhatian
terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai
yang bagus yaitu dengan belajar.
Maka dari itu sesuai pernyataan di atas erat hubungan suatu perhatian
dengan berusaha keras untuk memeperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar
yang akan berpengaruh dari apa yang diinginkan yang ditujukan sehingga dari
harapan yang dicitakan menjadikan suatu kenyataan yang baik dan dirasakan
puas dengan yang dilakukan dalam pencapaian yang dengan diinginkan.

b. Kemauan

Kemauan yaitu kondisi dimana seorang siswa cenderung untuk


melakukan suatu aktifitas tanpa adanya paksaan. Siswa yang memiliki keinginan
yang kuat untuk mempelajari suatu hal, maka dia akan berusaha untuk mencari
pengetahuan yang lebih terhadap sesuatu itu. Kondisi inilah yang menyebabkan
adanya aktifitas belajar. Jika sejak awal siswa tidak ada kemauan untuk
belajar, maka sulit baginya untuk memulai aktifitas belajar tersebut.

Dari pernyataan di atas aktifitas belajar terhadap kemauan adalah dengan


suka melakukan latihan dari latihan akan menumbuhkan suatu peningkatan yang
terlakasan melalui respon-respon keinginan dengan berusaha sebaik-baiknya
sehingga kemauan akan didapatkan.

c. Kebutuhan

Menurut Suryabrata (2007:70) kebutuhan motif yaitu keadaan dalam diri


pribadi seorang siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas- aktifitas
tertentu guna mencapai suatu tujuan. Kebutuhan ini hanya dapat dirasakan
sendiri oleh seorang individu. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada
yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang
mendorong seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologi
yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah
termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam
rentangan waktu tertentu.

Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang


tidak mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu
tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang
tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena
itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan minatnya sejauh apa
yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

Dari kenyataan tersebut motivasi merupakan dasar penggerak yang


mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia dapat melakukan kegiatan-
kegiatannya itu dengan termotivasi karena adanya factor pendorong sehingga
dalam melakukan pekerjaan akan menjadikan sesuatu kekuatan sebagai daya
penguat dalam kegiatan yang dilakukan sehingga proses kebutuhan akan
berjalan dengan mudah.
5. Faktor-faktor Yang Dapat Menimbulkan Minat Dalam Belajar

Faktor internal dari dalam yang dapat mempengaruhi minat belajar dapat
berupa perkembangan kejiwaan siswa. Andi Mappiare (1982:83) mengatakan
bahwa terdapat perbedaan yang besar antara objek minat remaja putera dengan
objek remaja puteri. Misalnya dalam bentuk-bentuk permainan, pekerjaan yang
ditekuninya, pengisian waktu luang dan sebagainya. Dengan demikian, pendapat
Andi Mappiare ini memberikan pengertian bahwa minat belajar dipengaruhi oleh
jenis kelamin.

Dalam hal ini Slameto (1995: 54) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang
dapat mempengaruhi minat belajar, yakni faktor jasmani, faktor psikologis dan
faktor kelelahan.

Faktor jasmani kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau
hal sehat, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Cacat tubuh, yang
berarti sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh atau badan seperti buta, tuli, patah kaki, patah tangan dan lain-lain.

Faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke


dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor itu adalah
intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan dan kesiapan.

Faktor kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi


dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam
tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan.

Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa keadaan jasmani, rohani dan
kelelahan itu mempengaruhi minat seseorang terhadap sesuatu. Begitu pula pada
belajar, ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi minat seseorang untuk belajar
sesuatu mata pelajaran. Agar siswa memiliki minat belajar yang baik haruslah
ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik pula.
Menurut Slameto (1995:66) mengatakan bahwa di dalam relasi (guru
dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai berusaha mempelajari sebaik-
baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya jika siswa membenci gurunya, ia
segan untuk mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibat pelajarannya
tidak maju.

Minat berpengaruh besar terhadap belajar bahan pelajaran, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar,
ia tidak memperoleh kepuasan dari belajar itu. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan
belajar (Slameto, 1995:57).

Bahan pelajaran sebagaimana yang dikatakan Nana Sudjana (1995:67)


adalah isi yang diberikan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Melalui bahan pelajaran ini siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran. Dengan
perkataan lain tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan
pelajaran.

Media pengajaran yang dipergunakan guru bermanfaat sekali guna


memperjelas materi yang akan disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya
verbalitas, karena dengan adanya media pengajaran menarik pehatian siswa
sehingga menimbulkan rasa senang dalam belajar. Sehubungan dengan hal tersebut
Nana Sudjana (1995:5) mengatakan bahwa alat peraga atau media dalam mengajar
memegang peranan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Selain
itu juga, dengan alat peraga atau media bahan dapat mudah dipahami oleh siswa.

Lingkungan siswa akan berminat terhadap suatu pelajaran, jika ia berada


dalam suatu situasi atau lingkungan yang mendorong tumbuhnya minat tersebut.
Sebagaimana dikatakan Slameto (1995:7) bahwa tempat belajar hendaknya tenang,
jangan diganggu oleh perangsang-perangsang dari sekitar, karena untuk belajar
diperlukan konsentrasi.

Dari kenyataan tersebut faktor yang dapat menumbuhkan minat dalam


belajar adalah dimana siswa berada dalam lingkungan yang termotivasi tersebut
serta terhadap ketertarikan untuk memperhatikan kegiatan belajar secara langsung
dengan motivasi terhadap perhatian dan kesungguhan sehingga memperoleh
kepuasaan yang diperolehnya dengan adanya suatu minat belajar.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian mengenai model pembelajaran Project Based Learning bukanlah


penelitian yang pertama melainkan sudah ada beberapa penelitian mengenai model
pembelajaran tersebut. Peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan metode Project Based Learning terhadap minat belajar siswa pada
mata pelajaran TIK kelas VII SMP N 3 Muara Bungo. Beberapa hasil penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut :

1. Pertama, Rezeki, R.D, Nurhayati, N.D & Mulyani, S (2015) : Hasil penelitian
menunjukan bahwa (1) prestasi belajar siswa, dari hasil prestasi belajar kognitif pada
siklus I sebesar 41,67% meningkat menjadi 77,78% pada siklus II. (2) Prestasi belajar
aspek afektif pada siklus I sebesar 58,33% meningkat menjadi 80, 55% pada siklus II.
(3) terjadi peningkatan aktifitas belajar dilihat dari persentase ketercapaian aktivitas
belajar siswa pada siklus I sebesar 77,78% kemudian meningkat menjadi 83,33% pada
siklus II. Kesimpulannya adalah metode Project Based Learning berpengaruh positif
terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.

2. Kedua, Penelitian mengenai metode Project Based Learning juga dilakukan oleh
Maulidyah Alawiyah, Sudarti, Trapsilo Prihandono (2015). Nilai post-test digunakan
sebagai data hasil belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas
kontrol, disamping itu, hasil uji independent t-sample menunjukkan bahwa nilai sig.
0,000 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

3. Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Abelia Luthfita Roufah dengan judul penelitian
Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Project Based Learning
( PjBL ) Berbantuan Media Powerpoint Pada Siswa Kelas IV Sd Negeri Ngrambitan
Semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016. Pada kondisi pra siklus diketahui bahwa rata-
rata keaktifan siswa sebesar 60,15% dari 23 siswa 13 mencapai KKM, 10 siswa belum
mencapai KKM. Kondisi tersebut meningkat setelah diberikan tindakan. Pada
pertemuan 1 siklus I nilai keaktifan siswa sebesar 63,77%. Kemudian pada pertemuan
2 siklus I terjadi peningkatan menjadi 71,74%. Peningkatan juga terlihat pada siklus II,
setelah dilakukan refleksi dan evaluasi maka dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus I. Pada pertemuan 1 siklus II diperoleh
nilai aktivasi siswa sebesar 80% dan meningkat pada pertemuan 2 siklus II yakni
menjadi 87,68%. Hal tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa mengalami
peningkatan baik dari siklus I hingga siklus II. Pada siklus II mencapai 100%
ketuntasan.

4. Keempat, Lian Pujiatun dengan jusul penelitian penerapan pembelajaran Project Based
Learning dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas dan hasil
belajar siswa kelas V SD N 03 Kalimanggis Kec. Kaloran kabupaten temanggung
semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Siklus I siswa yang mencapai 22ontrol22n 70%
atau 14 siswa dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan pada siklus II siswa
yang mencapai 22ontrol22n 90% atau 18 siswa dalam kategori tinggi dan sangat
tinggi. Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 03 Kalimanggis dari pra siklus, siklus I
hingga siklus II juga mengalami peningkatan. Hasil belajar saat prasiklus mencapai
30% atau 6 siswa mendapat nilai diatas KKM 68 dengan kata lain tuntas. Dan pada
siklus I siswa yang tuntas naik menjadi 65% atau 13 siswa. Sedangkan pada siklus II
menjadi 85% atau 17 siswa nilainya berada diatas KKM atau tuntas.

5. Kelima, Ivo Aulia Putri Yanti (2013) yang berjudul “Implementasi model Project
Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam
(Penelitian tindakan kelas pada siswa ke kelas IV di SDN 2 Cibodas). Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa model project based learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada siswa kelas IV SDN 2 Cibodas mengalami peningkatkan yakni dari
siklus I dengan prosentase 79, 31 sedangkan pada siklus II ketutansan sebesar 85,79.

Kesimpulan dari beberapa penelitian menunjukan bahwa metode project based


learnig telah dibuktikan secara empirik berbagai pengaruhnya. Antara lain berpengaruh
positif terhadap aktivitas belajar , minat dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini
peneliti akan meneliti pengaruh model pembelajaran Project Based Learning terhadap
minat belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas VII SMP N 3 Muara Bungo.

C. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa membaca buku teks pelajaran yang
memuat banyak kalimat. Konteks kalimat dalam jumlah yang banyak tentu akan
membuat siswa menjadi jenuh dan kurang memahami isi bacaan dengan baik.
Komponen penting dalam pembelajaran yakni adalah guru. Guru memiliki peranan yang
sangat penting dalam membuat suasana belajar menjadi jauh lebih menarik dan juga
menyenangkan yang dapat membantu siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan baik dan aktif. Melihat kenyataan ini diperlukan adanya model pembelajaran
yang mampu meningkatkan kemampuan anak yang akan berdampak kepada hasil
belajar.

Model pembelajaran yang diajarkan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dan
materi yang akan diajarkan dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam
proses pengajaran tersebut. Dengan adanya model pembelajaran yang baik dan sesuai
maka siswa tidak akan merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dalam proses


pembelajaran, akan berguna untuk membantu siswa belajar dengan model yang lebih
bervariasi sehingga pembelajaran yang berlangsung didalam kelas tidak membosankan
bagi peserta didik.
Untuk menggambarkan alur pemikiran disini peneliti dapat menggambarkan

melalui diagram pikir:

Bagan 2.1 Variabel bebas dan variabel terikat

Pengaruh Model PjBL Minat Belajar TIK

(X) (Y)
Variabel Bebas Variabel Terikat

Keterangan :
X = Pengaruh Model project based learning

Y= Minat Belajar

Berdasarkan kerangka tersebut akan dibuktikan apakah penerapan model

pembelajaran project based learning (PjBL) dapat memberikan pengaruh terhadap

Minat Belajar pada peserta didik. Dengan demikian untuk meningkatkan Minat

Belajar TIK peserta didik diajarkan dengan model project based learning (PjBL).

Suatu proses pembelajaran dikatakan baik apabila peserta didik menguasai materi dan

menyelesaikan soal-soal yang disampaikan guru.

Model project based learning (PjBL) mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang efektif, yang memberikan pengalaman langsung kepada peserta

didik sekaligus peserta didik dapat menemukan sendiri konsep-konsep, dan dapat

mengembangkan penguasaan materi TIK

Pembelajaran yang diharapkan dapat memenuhi tuntutan tersebut adalah

model pembelajaran berbasis proyek. Dapat dilihat kerangka pikir dalam penelitian

ini yaitu :
Bagan 2.2 Kerangka Pikir

MATERI TIK

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

( Project Based ( Konvesional )


Learning )

Kelas VII B
Kelas VII A

TES HASIL
BELAJAR

MINAT
BELAJAR
ANAK

D. Hipotesis

Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan, sebab hipotesis akan

memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisa dan interpretasi data. Dengan

menyusun hipotesis, peneliti akan lebih mudah menjalankan atau melakukan


penelitian. Di dalam penelitian ini dilandasi oleh dua variabel yaitu, model

pembelajaran Project Based Learning sebagai variabel (x) dan Minat Belajar TIK

sebagai variabel (y)

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh minat belajar siswa dengan model Project Based

Learning siswa kelas VII SMP N 3 Muara Bungo

Ha : Terdapat pengaruh minat belajar siswa dengan model Project Based Learning

siswa kelas VII SMP N 3 Muara Bungo

Anda mungkin juga menyukai