LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
“belajar adalah proes perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap
pada diri siswa dan perubahan siswa dengan lingkungan sekitar. Dengan
proses belajar yang dilakukan oleh siswa maka siswa dinilai mampu
mmerubah tingkah laku nya sendiri. Samidi (2017:5) Moh. Uzer Usman &
banyak bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik . sebagai
sebagai suatu kesatuan kegiatan disekolah yang diajarkan oleh guru di dalarn
kelas.
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
Menurut Slameto (2010:2), "belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
sesoorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
lingkungannya.
2003 :13) “ Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme
secara eksternal. Artinya belajar akan terjadi saat peserta didik dapat
belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
adalah cara yang sengaja dilakukan atau dirancang agar peserta didik belajar.
proses belajar dalam diri peserta didik, berikut beberapa pendapat lain terkait
pengertian pembelajaran:
yang dilakukan oleh pendidik agar proses belajar pada diri, peserta didik.
secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
yang berbeda.
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang
yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62)
adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan
peserta didik untuk mencapai tujuan dari belajar itu sendiri. Jadi terdapat
tiga aspek penting dalam pembelajaran yaitu: peserta didik, proses belajar
sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi artinya skill, science atau
membangun. Oleh karena itu istilah teknologi tidak hanya terbatas pada
makna penggunaan alat-alat atau mesin yang canggih saja, akan tetapi
produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari
suatu sistem. Dalam BI, teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai
manusia selanjutnya.
matahari/bulan.
kehidupan modern.
komunikasi.
aspek, yaitu:
informasi.
dan komunikasi menjadi mata pelajaran yang diwajibkan ada pada setiap
perkembangan.
2. Perangkat Lunak
2. Pembelajaran Konstruktivisme
A. Pengertian Konstruktivisme
(Muslich, 2007:44).
sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit)
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan
tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa
B. Tujuan Konstruktivisme
siswa guna menanamkan konsep yang benar, dan (3) sebagai proses mengubah
konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan mungkin salah (Karfi, dkk,
(Thobroni, 2015:95).
khusus, diperlukan penggunaan metode yang tepat yang sesuai dengan materi
yang akan diajarkan. Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus
menggunakan metode yang tepat agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus dapat memilih metode
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu,
C. Langkah-Langkah Konstruktivisme
awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing
seharihari oleh peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan
tersebut.
guru. Secara keseluruhan dalam hidup ini akan terpenuhi rasa keingintahuan
3. Tahap ketiga, peserta didik melakukan penjelasan dan solusi yang didasarkan
sedang dipelajari.
yang berkatian dengan isu-isu dalam lingkungan peserta didik tersebut (Yager
dalam Lapono, dkk, 2008: 3-28) Berdasarkan uraian di atas maka dapat
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Guru juga memberikan arahan
dikuasai sebelumnya.
dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepada peserta didik. Artinya, bahwa
didik tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap di isi dengan berbagai
memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh guru, dengan kata lain peserta didik lebih
didorong untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan
suatu cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh guru dalam
Metode adalah cara yang fungsinya adalah alat untuk mencapai tujuan,
makin baik metode makin baik pula pencapaian tujuan.Salah satu faktor yang
Oleh karena itu seorang guru dapat memiliki dan melaksanakan metode
yang tepat dalam menyampaikan materi pengajaran sehingga suasana kelas akan
(Abimanyu,2008:22).
melaksanakan dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja
authentik. Jadi, pembelajaran ini berlandaskan teori belajar sosial, kognitif, dan
Jadi ciri model ini adalah kerja kelompok yang didasarkan pada
penyelidikan dan penemuan melalui struktur tugas, ada ganjaran kelompok, dan
penilaian yang otentik secara fleksibel, demonstrasi, dan berpusat pada siswa.
3. Mode Pembelajaran Project Base Learning
pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Project based
learning (PjBL) merupakan strategi dalam belajar mengajar yang melibatkan siswa
membutuhkan penguasaan dari berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya
penyelesaiannya. Proyek yang dibuat dapat merupakan proyek dari satu guru, atau
proyek bersama dari beberapa guru yang mengasuh pelajaran yang berbeda. Siswa
didasarkan pada teori konstruktivisme dan merupakan pembelajaran siswa aktif. Proses
pembelajaran melaluui project based learning memungkinkan guru untuk “belajar dari
Based Learning (PjBL) menurut Instarani adalah : “Sebuah model atau pendekatan
kegiatan yang kompleks fokus pembelajaran terletak pada konsep konsep dan prinsip
prinsip inti dari suatu disiplin studi, yang melibatkan pembelajar dalam investigasi
pemecahan masalah dan kegiatan tugas tugas bermakna yang lain, memberi
mereka sendiri, dan mecapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Jadi, model
pemberian tugas kepada semua peserta didik untuk dikerjakan secara individual atau
secara kelompok, yang dimana peserta didik dituntut untuk mengamati, membaca dan
meneliti.
pembelajaran yang berfokus pada aktivitas peserta didik untuk dapat memahami suatu
prinsip dan konsep dengan melakukan penelitian yang mendalam tentang suatu masalah
dan kemudian mencari solusi yang relevan secara mandiri atau berkelompok, serta hasil
dari pembelajaran ini adalah produk.
karakteristik penting Project based learning, yaitu, Fokus pada permasalahan untuk
proyek direncanakan oleh siswa dan proyek harus bersifat realistis. Project based
percobaan, dan 5) menjalin hubungan dengan orang lain dengan maksud memperoleh
adalah:
a) Melibatkan siswa dalam permasalahan dunia nyata yang kompleks, yang membuat
siswa dapat mendefiniskan isu atau permasalahan yang bermakna bagi mereka.
kepada peserta didik untuk belajar dan melatih keterampilan interpersonal ketika
e) Mencakup aktivitas refleksi yang mengarahkan siswa untuk berfikir kritis tentang
berfokus pada aktivitas peserta didik untuk dapat memahami suatu konsep dan prinsip
dengan melakukan analisa yang mendalam tentang suatu masalah dan mencari solusi
yang relevan dengan belajar secara mandiri serta hasil dari Model pembelajaran ini
adalah produk. Peserta didik juga harus fokus pada penyelesaian masalah atau
pertanyaan yang memandu mereka untuk memahami konsep dan prinsip yang terkait
dengan proyek.
lama dan juga dapat memerlukan penguasaan beberapa materi pada mata pelajaran yang
proyek, menganalisis sketsa atau rancangan proyek jika diminta oleh kelompok,
mengurus kebutuhan kerja sama yang mungkin diperlukan, dan sebagiannya, namun
oleh peserta didik. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang kosep dan
Menurut Sani Abdullah Ridwan, Penerapan Project based learning harus dimulai
sebagai berikut :
pendidikan nasional, ii) tujuan belajar sesuai dengan kompetensi masa depan, iii)
dipamerkan disekolah. Setiap kelompok perlu diminta menyusun jadwal kerja yang
f) Mengevaluasikan sumber daya dan material yang akan digunakan. Guru perlu
apakah perlu digunakan kamera video untuk merekam pengerjaan proyek dan
bagaimana memperoleh peralatan tersebut. Informasi apa yang perlu diakses oleh
g) Menentukan cara evaluasi yang akan digunakan. Guru perlu merencanakan metode
dan instrumen evaluasi untuk menilai setiap siswa yang bekerja dalam kelompok.
berikut:
a. Memperoleh ide : Ide membuat proyek dapat diperoleh dari internet atau
berdiskusi dengan teman sejawat, namun harus tetap terkait dengan kurikulum
yang ditetapkan.
b. Merancang proyek : Guru menetapkan apa yang harus dipelajari oleh peserta
membuat proyek, serta memahami hal-hal apa yang dapat dipelajari selama
membuat proyek. Guru juga dapat merancang penilaian proses dan produk
proyek yang akan dikerjakan oleh peserta didik. Tahapan yang dapat dilakukan
d. Membuat proyek : Untuk peserta didik kelas rendah, guru dapat menunjukkan
contoh proyek yang sudah dibuat, sedangkan untuk kelas tinggi, guru
melaksanakan pameran produk yang telah dibuat oleh peserta didik. Bahkan
peserta didik.
c) Meningkatkan kolaborasi
d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber
menyelesaikan masalah.
harus disediakan.
informasi
adalah kecenderungan subjek yang mantap untuk merasa tertarik pada bidang
studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.
Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1995:57)
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jika ada siswa
minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang berhubungan
semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang
dari gurunya, temannya, orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
lingkungannya.
yang akan berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga perubahan itu
akan terjadi dengan yang sebaik-baiknya untuk merubah sesuatu dari sesuatu
adalah suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap
suatu situasi. Gagne (1997), seperti yang dikutip oleh Dahar (1993:76)
bagian-bagian dan inti dari belajar bukan mengulangi hal-hal yang harus
kondisi eksternal penyajian stimuli yang secara sengaja diatur oleh guru
dikontrol. Teori pieget menyatakan jika seseorang akan mengikuti pola dan
hierkis. Empat jenjang yang dilalui adalah jenjang sensorimotorik (umur 0-2),
jenjang operasional konkrit (umur 6/7-11/12 tahun), jenjang formal (umur 17-
18). Teori J. Bruner menyatakan untuk mengajar sesuatu dalam belajar, tidak
Sutikno, 2008:9).
mencapai tujuan dan yang dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di
perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan perubahan itu dilakukan lewat
kegiatan, atau usaha yang disengaja. Dan inti dari belajar melalui pengalaman
atau latihan.
belajar akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui
sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula
suatu keinginan yang didasari rasa ketertaikan yang ceria, dan senang
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya Slameto (1995: 57)
usman Effendi dan Juhaya S.Praja (1989:72) berpendapat bahwa minat itu
success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu sebab success
2) Perhatian
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang
dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius
dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa
memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.
Elizabeth B.Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak
sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut.
b) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai
pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya
meskipun suasana sedang hujan.
c) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang meskipun
diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang
lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena
berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas
minat mereka.
d) Minat yang terbentuk sejak kecil / masa kanak-kanak sering terbawa seumur
hidup karena minat membawa kepuasan. Minat menjadi guru yang telah
membentuk sejak kecil sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi
kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak
akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila
minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai
mati (Abdul Wahid, 1998:109-110).
The Liang Gie (1998:28) mengemukakan fungsi dalam minat belajar bahwa
minat merupakan salah satu faktor untuk meraih sukses dalam belajar yaitu minat
melahirkan perhatian yang serta merta. Minat memudahkan terciptanya
konsentrasi, minat mencegah gangguan perhatian di luar, minat memperkuat
melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, minat memperkecil kebosanan belajar
dalam diri sendiri.
Menurut Jhon Adams yang dikutif The Liang Gie (1998:29) mengatakan
bahwa jika seseorang telah memiliki minat studi, maka saat itulah perhatiannya
tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Semakin besar minat seseorang,
maka akan semakin besar derajat spontanitas perhatiannya. Pendapat senada juga
dikemukakan oleh Ahmad Tafsir (1992: 24) bahwa minat telah muncul maka
perhatian akan mengikutinya. Tetapi sama dengan minat perhatian mudah sekali
hilang.
Dalam hubungan ini Donald Leired The Liang Gie (1998:30) menjelaskan
bahwa gangguan-gangguan perhatian seringkali disebabkan oleh sikap bathin
karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. Kalau seseorang berminat kecil
bahaya akan diganggu perhatiannya.
a. Perhatian
b. Kemauan
c. Kebutuhan
Faktor internal dari dalam yang dapat mempengaruhi minat belajar dapat
berupa perkembangan kejiwaan siswa. Andi Mappiare (1982:83) mengatakan
bahwa terdapat perbedaan yang besar antara objek minat remaja putera dengan
objek remaja puteri. Misalnya dalam bentuk-bentuk permainan, pekerjaan yang
ditekuninya, pengisian waktu luang dan sebagainya. Dengan demikian, pendapat
Andi Mappiare ini memberikan pengertian bahwa minat belajar dipengaruhi oleh
jenis kelamin.
Dalam hal ini Slameto (1995: 54) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang
dapat mempengaruhi minat belajar, yakni faktor jasmani, faktor psikologis dan
faktor kelelahan.
Faktor jasmani kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau
hal sehat, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Cacat tubuh, yang
berarti sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh atau badan seperti buta, tuli, patah kaki, patah tangan dan lain-lain.
Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa keadaan jasmani, rohani dan
kelelahan itu mempengaruhi minat seseorang terhadap sesuatu. Begitu pula pada
belajar, ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi minat seseorang untuk belajar
sesuatu mata pelajaran. Agar siswa memiliki minat belajar yang baik haruslah
ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik pula.
Menurut Slameto (1995:66) mengatakan bahwa di dalam relasi (guru
dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai berusaha mempelajari sebaik-
baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya jika siswa membenci gurunya, ia
segan untuk mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibat pelajarannya
tidak maju.
Minat berpengaruh besar terhadap belajar bahan pelajaran, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar,
ia tidak memperoleh kepuasan dari belajar itu. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan
belajar (Slameto, 1995:57).
1. Pertama, Rezeki, R.D, Nurhayati, N.D & Mulyani, S (2015) : Hasil penelitian
menunjukan bahwa (1) prestasi belajar siswa, dari hasil prestasi belajar kognitif pada
siklus I sebesar 41,67% meningkat menjadi 77,78% pada siklus II. (2) Prestasi belajar
aspek afektif pada siklus I sebesar 58,33% meningkat menjadi 80, 55% pada siklus II.
(3) terjadi peningkatan aktifitas belajar dilihat dari persentase ketercapaian aktivitas
belajar siswa pada siklus I sebesar 77,78% kemudian meningkat menjadi 83,33% pada
siklus II. Kesimpulannya adalah metode Project Based Learning berpengaruh positif
terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.
2. Kedua, Penelitian mengenai metode Project Based Learning juga dilakukan oleh
Maulidyah Alawiyah, Sudarti, Trapsilo Prihandono (2015). Nilai post-test digunakan
sebagai data hasil belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas
kontrol, disamping itu, hasil uji independent t-sample menunjukkan bahwa nilai sig.
0,000 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
3. Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Abelia Luthfita Roufah dengan judul penelitian
Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Project Based Learning
( PjBL ) Berbantuan Media Powerpoint Pada Siswa Kelas IV Sd Negeri Ngrambitan
Semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016. Pada kondisi pra siklus diketahui bahwa rata-
rata keaktifan siswa sebesar 60,15% dari 23 siswa 13 mencapai KKM, 10 siswa belum
mencapai KKM. Kondisi tersebut meningkat setelah diberikan tindakan. Pada
pertemuan 1 siklus I nilai keaktifan siswa sebesar 63,77%. Kemudian pada pertemuan
2 siklus I terjadi peningkatan menjadi 71,74%. Peningkatan juga terlihat pada siklus II,
setelah dilakukan refleksi dan evaluasi maka dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus I. Pada pertemuan 1 siklus II diperoleh
nilai aktivasi siswa sebesar 80% dan meningkat pada pertemuan 2 siklus II yakni
menjadi 87,68%. Hal tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa mengalami
peningkatan baik dari siklus I hingga siklus II. Pada siklus II mencapai 100%
ketuntasan.
4. Keempat, Lian Pujiatun dengan jusul penelitian penerapan pembelajaran Project Based
Learning dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas dan hasil
belajar siswa kelas V SD N 03 Kalimanggis Kec. Kaloran kabupaten temanggung
semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Siklus I siswa yang mencapai 22ontrol22n 70%
atau 14 siswa dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan pada siklus II siswa
yang mencapai 22ontrol22n 90% atau 18 siswa dalam kategori tinggi dan sangat
tinggi. Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 03 Kalimanggis dari pra siklus, siklus I
hingga siklus II juga mengalami peningkatan. Hasil belajar saat prasiklus mencapai
30% atau 6 siswa mendapat nilai diatas KKM 68 dengan kata lain tuntas. Dan pada
siklus I siswa yang tuntas naik menjadi 65% atau 13 siswa. Sedangkan pada siklus II
menjadi 85% atau 17 siswa nilainya berada diatas KKM atau tuntas.
5. Kelima, Ivo Aulia Putri Yanti (2013) yang berjudul “Implementasi model Project
Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam
(Penelitian tindakan kelas pada siswa ke kelas IV di SDN 2 Cibodas). Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa model project based learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada siswa kelas IV SDN 2 Cibodas mengalami peningkatkan yakni dari
siklus I dengan prosentase 79, 31 sedangkan pada siklus II ketutansan sebesar 85,79.
C. Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa membaca buku teks pelajaran yang
memuat banyak kalimat. Konteks kalimat dalam jumlah yang banyak tentu akan
membuat siswa menjadi jenuh dan kurang memahami isi bacaan dengan baik.
Komponen penting dalam pembelajaran yakni adalah guru. Guru memiliki peranan yang
sangat penting dalam membuat suasana belajar menjadi jauh lebih menarik dan juga
menyenangkan yang dapat membantu siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan baik dan aktif. Melihat kenyataan ini diperlukan adanya model pembelajaran
yang mampu meningkatkan kemampuan anak yang akan berdampak kepada hasil
belajar.
Model pembelajaran yang diajarkan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dan
materi yang akan diajarkan dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam
proses pengajaran tersebut. Dengan adanya model pembelajaran yang baik dan sesuai
maka siswa tidak akan merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
(X) (Y)
Variabel Bebas Variabel Terikat
Keterangan :
X = Pengaruh Model project based learning
Y= Minat Belajar
Minat Belajar pada peserta didik. Dengan demikian untuk meningkatkan Minat
Belajar TIK peserta didik diajarkan dengan model project based learning (PjBL).
Suatu proses pembelajaran dikatakan baik apabila peserta didik menguasai materi dan
didik sekaligus peserta didik dapat menemukan sendiri konsep-konsep, dan dapat
model pembelajaran berbasis proyek. Dapat dilihat kerangka pikir dalam penelitian
ini yaitu :
Bagan 2.2 Kerangka Pikir
MATERI TIK
Kelas VII B
Kelas VII A
TES HASIL
BELAJAR
MINAT
BELAJAR
ANAK
D. Hipotesis
memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisa dan interpretasi data. Dengan
pembelajaran Project Based Learning sebagai variabel (x) dan Minat Belajar TIK
Ho : Tidak terdapat pengaruh minat belajar siswa dengan model Project Based
Ha : Terdapat pengaruh minat belajar siswa dengan model Project Based Learning