Anda di halaman 1dari 9

A.

Hakiakat Belajar dan Pembelajaran


Howard L. Kingsley dalam Dantes (1997) mengemukakan bahwa 'belajar adalah suatu
proses bukan produk. Proses dimana sifat dan tingkah laku ditimbulkan dan diubah melalui
praktek dan latihan‟. Hilgard dalam Nasution (1997:35) mengatakan bahwa belajar adalah
„proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari
perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan‟. Jauhari (2000:75)
mengatakan bahwa belajar adalah „proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan
secara sadar, aktif, dinamis, sistematis, berkesinambungan, integrativ dan tujuan yang jelas‟.
Fontana dalam Khoir (1991) memusatkan belajar dalam tiga hal, yaitu belajar adalah
mengubah tingkah laku, perubahan adalah hasil dari pengalaman, dan perubahan terjadi
dalam perilaku individu. Jadi, pada hakekatnya belajar adalah segala proses atau uasaha
yang dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integrative untuk menciptakan
perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah kesempurnaan hidup. Skinner dalam
Syamsudin (2000) berpendapat bahwa proses belajar melibatkan tiga tahapan yaitu adanya
rangsangan, lahirnya perilaku dan adanya penguatan. Munsterberg dan Taylor dalam
Nasution (2000:50) mengadakan penelitian ilmiah tentang cara-cara belajar yang baik, dari
517 cara belajar yang baik, ada beberapa point yang sangat penting, diantaranya :
1. Keadaan jasmani yang sehat
2. Keadaan sosial dan ekonomi yang stabil
3. Keadaan mental yang optimis
4. Menggunakan waktu yang sebaik-baiknya
5. Membuat catatan
Dalam menuju kesempurnaan hidup, belajar tidak lepas dari keseluruhan aspek pribadi
manusia. Ada beberapa macam-macam aktifitas dalam belajar yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Menggunakan panca indra untuk mengindra dan mengamati yang merupakan kegiatan
belajar yang paling mendasar dan telah dilakukan sejak awal kehidupan manusia.
2. Membaca merupakan kegiatan belajar yang paling penting dan utama dalam belajar.
3. Mencatat dan menulis point-point penting dari yang telah diamati dan dibaca sangat
diperlukan untuk memperkuat ingatan dan mudah direproduksi kembali.
4. Mengingat dan menghafal adalah cara mudah untuk menyimpan kesan-kesan dalam
memori.
5. Berfikir dan berimajinasi akan mampu melahirkan banyak karya yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
6. Bertanya dan berkonsultasi tentang sesuatu yang belum diketahui merupakan kegiatan
belajar yang harus dibiasakan.
7. Latihan dan mempraktekan sesuatu yang telah dipelajari akan mampu menciptakan
perubahan dalam dirinya.
8. Menghayati pengalaman, karena pengalaman adalah guru terbaik.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan
tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun
mempunyai konotasi yang berbeda.Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik
menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang
membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasionalpasal1
ayat 20dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011:61) adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya
meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi
kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang
ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam
pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator
suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,
dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu
yang relative lama dan karena adanya usaha.

● Keberhasilan Belajar Dan Pembelajaran


Belajar merupakan peningkatan dan perubahan kemampuan kognitif, apektif, dan
psikomotorik kearah yang lebih baik lagi. Keberhasilan belajar siswa merupakan akibat dari
tindakan dari sebuah pembelajaran yang tidak lepas dari peran aktif guru dan siswa itu
sendiri dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dimyati dan Mujiono dalam Sukaesih
(2002:22) mengenai rekayasa pembelajaran menyebutkan bahwa :
1. Guru melakukan rekayasa pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kurikulum yang
berlaku.
2. Siswa harus mempunyai kepribadian, pengalaman, dan tujuan
3. Guru menyusun desain intruksional untuk membelajarkan siswa.
4. Guru menyediakan kegiatan belajar mengajar siswa.
5. Guru mengajar di kelas dengan maksud membelajarkan siswa dengan menggunakan asas
pendidikan dan teori belajar.
6. Siswa mengalami proses belajar dalam meningkatkan kemampuannya.
7. Dari suatu proses belajar siswa suatu hasil belajar.

Dengan belajar, seharusnya siswa dapat berubah menjadi lebih baik. Perubahan-
perubahan yang terjadi dari hasil belajar harus mengacu kepada kesadaran, niat, tujuan
belajar, berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan perubahan positif dalam
moralitas, mental, pengetahuan,dan keterampilan siswa (Jauhari, 2000:78). Hal itu akan
terwujud bila didukung oleh empat hal, yaitu :
1. Memiliki kemauan dan kesiapan untuk belajar. Hal ini berkaitan dengan niat dan motivasi
siswa.
2. Adanya keinginan untuk berprstasi. Hal ini berkaitan dengan semangat dan etos belajar
siswa.
3. Memiliki kemampuan dan tradisi intelektual positif yang berkaitan dengan kecerdasan,
sikap, dan perilaku dalam belajar.
4. Berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang berhubungan dengan kondisi
fisik dan psikis.

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh unsur-unsur belajar, baik unsur luar maupun
unsur dalam. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Unsur luar
a. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembapan udara berpengaruh dalam proses
dan hasil belajar.
b. Lingkungan social baik yang berwujud manusia maupun yang lainnya berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar.
c. Instrumental yang terdiri dari kurikulum, program, sarana dan prasaran, serta guru
sebagai pendidik.
2. Unsur dalam ( kondisi individu )
a. Kondisi fisiologis dan panca indra terutama pendengaran dan penglihatan.
b. Kondisi psikologis yang terdiri atas minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
keterampilan kognitif. (Nasution,1994)

B. PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Ada banyak sekali teorti dan prinsip belajar yang dikemukakan olehh para ahli yang satu
dengan yang  lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam
upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi
guru dalam upaya meningkatkan cara mengajarnya. Adapun prinsip-prinsip Belajar dan
Pembelajaran yaitu :

1. Perhatian dan Motivasi


Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajr pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi
belajar (Gage dan Barliner, 1984 : 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada
siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan
Barliner, 1984 : 372).
“Motivation is the concept we use when describe the force action on or within
organism to initiate and direct behavior””. Demikian menurut H.L Petri (Petri, Herbert
L, 1983:3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai
tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa
siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil
belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang
pengetahuan, nilai-nilai dan keterampian.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat
eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman dan sebaginya.
Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik adalah
tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang
siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin
memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan Motif ekstrinsik adalah tenaga
pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya,
sebagai contoh, siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki
pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar.
2. Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif,
dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak
mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “Law of
exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan.
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu
beraneka ragam, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai pada
kegiatan psikis yang susah untuk kita amati. Kegiatan fisik dapat berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh
kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan maslaah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Dalam Belajar yang menggunakan pengalaman langsung, siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia juga harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh Jhon Dewey
dengan “Learning by doing”. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok,
dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru kapasitasnya hanya
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan sebagai keterlibatan fisik
semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional,
keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan,
dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan juga
pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barang kali yang paling
tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya pengamat,
menanggap, mengingat, menghayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya
pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan
mengadakan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
5. Tantangan
Dari teori Medan yang dikemukakan oleh Kurt Lwewin, bahwa siswa dalam
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi
belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat
hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi
hambatan tersebut dengan mempelajari bahan belajar tersebut.apabila hambatan itu
telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan
baru dan tujuan yang baru pula, demikian seterusnya.
Agar anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka
bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi oleh siswa dalam bahan
belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang
banyak mengandung maslaah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya. Pelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan
siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep dan generalisasi tersebut.
Penggunaan metode eksperimen, inquiry, discovery juga memberikan tantangan
bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif
maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk
memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6. Umpan Balik dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan umpan bailk dan penguatan terutama
ditekankan oleh teori belajar Operant Conditionong dari B.F. Skinner. Kalau pada
teori Conditionong yang diberikan kondisi adalah stimulusnya, maka pada Operant
Conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Siswa akan belajar lebih
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi
hasil yang baik, akan merupakan umpan balik  yang menyenangkan dan berpengaruh
baik untuk usaha belajar selanjutnya.
Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang
menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain
penguatan positif ataupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Barliner,
1984:272).Sebagai contoh siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh dan
mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, maka nilai yang baik akan mendorong
anak untuk belajar lebih giat lagi. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang
jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Karena takut tidak naik
kelas, maka anak tersebut terdorong untuk belajar lebih giat lagi.
Dalam hal ini nilai buruk dan rasa takut akan mendorong anak tersebut untuk
belajar lebih giat. Inilah yang disebut dengan penguatan negatif dan di sini siswa
mencoba untuk menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan. Format sajian
dapat berupa tagnya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya
merupakan cara belajar terjadinya umpan balik dan penguatan. 
7. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individu. Umumnya proses pembelajaran di kelas
dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan yang rata-rata, kebiasaan
yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran yang klasikal yang mengabaikan perbedaan individu dapat
diperbaiki dengan berbagai cara. Antara lain dengan penggunaan metode atau strategi
belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan kemampuan siswa dapat
terlayani. Juga penggunaan media instruksional akan membantu melayani perbedaan-
perbedaan siswa dalam cara belajar. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran
klasikal adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran
bagi siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang
kurang. Disamping itu dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan
minat dan kemampuan siswa, sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun
kurang akan merasakan berhasil dalam di dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyanti ,dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. 2002 Rineka Cipta & Departemen
Pendidikan & Kebudayaan.

Syaifuddin Iskandar, DR, M.Pd,  Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2008
Universitas Samawa

Anda mungkin juga menyukai