PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar (central basic) yang dapat
membawa perubahan terhadap manusia. Perubahan tersebut sifatnya bertahap dan
memerlukan waktu yang cukup lama. Telah banyak perkembangan dan kemajuan di segala
bidang yang disebabkan oleh adanya pendidikan. Dengan demikian adanya pendidikan dapat
mengubah suatu keadaan (negara, bangsa bahkan perorangan) menjadi kondisi kehidupan
yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, sikap
dan keterampilan, sehingga dapat dikembangkan di lingkungan masyarakat untuk
kepentingan masyarakat itu sendiri termasuk juga kepentingan dirinya sendiri. Mengingat
begitu pentingnya pendidikan, maka sudah sepatutnya apabila berbagai lembaga pendidikan
dari waktu ke waktu senantiasa meningkatkan peranannya, termasuk dalam peningkatan mutu
pembelajarannya. Upaya peningkatan mutu pembelajaran di setiap jenjang dan satuan
pendidikan pada saat ini terus-menerus diupayakan. Khusus untuk guru yang secara internal
terlibat langsung dalam pembelajaran di sekolah harus berusaha mencari terobosan-terobosan
baru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajarannya yang bercirikan sebagaimana
dikemukakan Toro (Irianto, 2009:40-41) , yaitu sebagai berikut.
1. Peserta didik memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas belajar sesuai
dengan tujuan dan sasaran pendidikan, sehingga memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan (kompetensi);
2. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan lingkungan khususnya dunia kerja
(relevansi);
3. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga dapat melakukan
sesuatu untuk keperluan hidupnya dalam rangka penyesuaian diri dengan perubahan
yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat (fleksibilitas);
4. Hasil pendidikan tidak mengakibatkan adanya pemborosan ekonomi maupun
pemborosan sosial (efisiensi), dapat menghasilkan sesuatu yang produktif (berdaya
hasil), memberikan kepastian/jaminan mutu, dapat dipertanggungjawabkan, bernilai
tinggi, dapat merespon kebutuhan masyarakat, dapat dimanfaatkan dalam waktu
relatif lama serta berseni.
Untuk itulah jelas bahwa peningkatkan mutu pembelajaran menuntut peran, fungsi,
tugas dan tanggung jawab secara khusus dari guru agar senantiasa memikirkan upaya-upaya
atau terobosan-terobosan baru secara konkrit, sehingga mutu pembelajaran di sekolah dapat
lebih meningkat. Permasalahan-permasalahan yang ditemui berdasarkan observasi penulis
terhadap peran guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran berhubungan dengan masih
adanya guru yang memiliki kualifikasi pendidikan kurang, sikap profesionalisme guru dalam
melaksanakan tugas masih rendah, persiapan guru untuk melaksanakan pengajaran yang
kurang mantap, masih sering terdapatnya rentang perolehan nilai siswa yang cukup jauh
dalam setiap mata pelajaran, masih terdapatnya siswa yang memiliki nilai merah untuk mata
pelajaran tertentu, kurangnya memanfaatkan media dan sumber belajar dan masih rendahnya
sikap inovatif serta kreativitas mengajar guru.
Sehubungan dengan peran dan fungsi guru dalam pembelajaran, maka diperlukan
adanya usaha dari guru untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya tersebut. Peranan guru
tersebut akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai
interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf sekolah atau bahkan
dengan kepala sekolah. Dari berbagai kegiatan interaksi, maka kegiatan pembelajaran dapat
dipandang sebagai sentral bagi peranannya, mengingat disadari atau tidak bahwa sebagian
waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk penggarapan pembelajaran di dalam kelas
dan berinteraksi dengan siswa. Beberapa fungsi guru menurut Zen (2010:69-70) sehubungan
dengan tugasnya selaku pengajar dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa selain kepala sekolah hal yang tidak kalah
pentingnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah peran, fungsi dan
tanggung jawab guru, mengingat guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan
dengan peserta didik dalam melaksanakan PBM, sehingga pada akhirnya out put pendidikan
dapat dirasakan oleh masyarakat. Keadaan tersebut dapat terlaksana apabila ditunjang dengan
adanya upaya peningkatan kemampuan guru dalam mengelola dan berperan langsung dalam
mengajar serta mendidik para siswanya. Guru merupakan pelaksana terdepan pendidikan
anak-anak di sekolah. Oleh karena itu berhasil tidaknya upaya peningkatan mutu pendidikan
banyak ditentukan juga oleh kemampuan yang ada pada guru dalam mengemban tugas pokok
sehari-harinya yaitu pengelolaan pembelajaran di sekolah. Adapun peran dan fungsi guru
dalam meningkatkan mutu pendidikan menurut Usman (2004:6-9) meliputi:
Sebagai wujud nyata dari guru untuk meningkatkan kompetensi pribadi yang
menunjang terhadap peningkatan peran dan fungsi guru tersebut, maka usaha-usaha konkrit
yang dapat dilakukan antara lain: guru sebagai demonstrator: mengetahui kurikulum
pembelajaran secara keseluruhan, membaca dan mempelajari materi yang akan diajarkan,
melatih diri di depan cermin atau rekan sejawat mengenai cara menyampaikan materi yang
baik serta mengetahui dan mempelajari cara memperagakan hal-hal yang diajarkannya secara
didaktis, guru sebagai pengelola kelas: mengetahui dan memahami aspek-aspek yang
berhubungan dengan psikologis siswa, mengetahui latar belakang, sifat, sikap, perilaku dan
kemauan siswa yang berhubungan dengan pembelajaran serta mengetahui cara-cara
memberikan sanksi dan memotivasi siswa yang diarahkan kepada tujuan pembelajaran, guru
sebagai mediator dan fasilitator : mengetahui, memahami dan berketerampilan dalam
menggunakan media pengajaran serta mampu berpikir kritis untuk memanfaatkan lingkungan
sebagai media pembelajaran bagi siswa dan guru sebagai evaluator: mampu menyusun alat
evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa,
menilai diri sendiri (self evaluation) untuk mengukur keberhasilan dalam menyampaikan
materi pelajaran atau melalui rekan sejawat serta mampu melakukan penilaian terhadap hasil
prestasi belajar siswa, sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekurangan dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Semua kegiatan tersebut dapat diperoleh guru dalam bentuk
wadah pembinaan profesional, pendidikan dan pelatihan serta peningkatan kompetensi secara
pribadi atau pendidikan lanjutan.
1. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang tenaga kependidikan
harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan;
2. Persyaratan psychis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami gangguan jiwa
ataupun kelainan;
3. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi
kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas
dan jabatannya.
4. Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki sikap susila
yang tinggi; serta
5. Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dari
lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang memberikan bekal guna menunaikan
tugas dan kewajibannya sebagai pendidik.
Dengan demikian syarat-syarat tersebut dapat ditelaah bahwa syarat yang terakhir
yang bersifat khusus dan hanya dilakukan secara khusus pula. Selanjutnya untuk
merealisasikan peningkatan mutu oleh guru berdasarkan peran, fungsi dan tanggung
jawabnya tentunya guru akan dihadapkan terhadap sejumlah permasalahan antara lain:
karakteristik siswa yang berbeda, media pembelajaran yang relatif terbatas, kurangnya
pemahaman terhadap aspek psikologis dan latar belakang siswa serta kurangnya koordinasi
antara guru dengan orang tua siswa. Oleh karena itu dengan adanya permasalahan tersebut
akan menyebabkan guru tidak optimal dalam meningkatkan mutu pendidikan, sehingga guru
perlu bekerja sama dengan kepala sekolah dan masyarakat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan gambar tersebut dapat ditelaah bahwa untuk mencapai mutu pembelajaran
terlebih dahulu guru harus membekali diri dengan sejumlah kompetensi dalam bidang
pengajaran baik yang dilakukan oleh diri sendiri maupun bantuan kepala sekolah. Kegiatan
pembekalan tersebut dilakukan secara kontinyu seiring dengan perkembangan dan tuntutan
kebutuhan dunia pendidikan, sehingga pada akhirnya akan membentuk sikap lebih
profesional dari guru itu sendiri. Agar kegiatan pembekalan lebih efektif langkah yang perlu
dilakukan adalah dengan terlebih dahulu menganalisis permasalahan-permasalahan yang
dihadapi guru serta kebutuhannya sehubungan dengan pelaksanaan tugas mengajar di
sekolah. Kegiatan analisis ini penting dilakukan, sehingga pembekalan lebih berarti dan
sesuai dengan kebutuhan guru. Jika sikap profesional telah dimiliki, maka secara otomatis
mutu pembelajaran akan dicapai secara optimal yang ditandai oleh prestasi belajar siswa
meningkat, lulusan mampu bersaing dengan sekolah lain dan presentase lulusan banyak
diterima di sekolah unggulan.
PENUTUP
B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membahas 2 materi pokok yaitu tentang 1) metoda pembelajaran; dan 2)
Kriteria pemilihan metode pembelajaran. Materi pokok metode pembelajaran terdiri dari 2
sub materi yaitu (1) pengertian, dan fungsi pendekatan, strategi dan metode; (2) macam-
macam metode pembelajaran. Materi pokok kriteria pemilihan metode pembelajaran terdiri
dari 2 sub materi yaitu (1) Pentingnya pemilihan metode pembelajaran; (2) Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran.
C. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan peserta mampu memahami konsep
dasar pendekatan, strategi dan metoda, macammacam metode pembelajaran, pentingnya
pemilihan metoda pembelajaran serta factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metoda
pembelajaran.
METODE PEMBELAJARAN
A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat:
1. Menjelaskan perbedaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran berdasarkan
pengertian dan fungsinya,
2. Mendeskripsikan macam-macam metode pembelajaran;
B. URAIAN
1. Pengertian dan fungsi pendekatan, strategi dan metode
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4)
teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan
dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan
tentang penggunaan istilah tersebut
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak
titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil
perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling
efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik
pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip
pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi
pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of
operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”
(Wina Senjaya (2008). Pendekatan, strategi dan dan metode merupakan tiga hal yang saling
terkait satu sama lain. Pendekatan (approach),menurut T. Raka Joni (1991), menunjukan cara
umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak, ibarat
seorang yang memakai kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar.
Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan lingkungan kelihatan kehijauhijauan dan
seterusnya. Menurut Wina Sanjaya (2007), pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan ini juga digunakan oleh Fred
Percival dan Henry Ellington (1984) untuk menyebut pendekatan yang berorientasi pada
lembaga/pendidik dan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. Rpy Killen (1998)
mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada
pendidik (Teacher center approach), dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik
(student-center approach). Pendekatan akan menjadi pedoman atau orientasi dalam pemilihan
komponen kegiatan pembelajaran lainnya terutama strategi dan metode pembelajaran.
Strategi pembelajaran menurut JR. David (1976), diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut, ada dua hal penting terkait dengan strategi pembelajaran yaitu;
a. Rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metoda dan pemanfaatan
berbagai sumberdaya/kekuatan dalam pembelajaran
b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan Ini artinya, sebelum menentukan strategi harus
dirumuskan terlebih dahulu tujuan yang jelas, dan dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan
merupakan roh dalam mengimplementasikan strategi. Untuk mengimplementasikan strategi
tersebut perlu disusun dalam rangkaian kegiatan nyata atau cara yang digunakan agar tujuan
yang telah ditentukan dapat dicapai secara optimal. Cara untuk merealisasikan strategi
tersebut disebut metode.
Metode (method),menurut Fred Percival dan Henry Ellington (1984) adalah cara yang
umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau mempraktikkan teori yang
telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Tardif dalam Muhibbin Syah (1995) menjelaskan bahwa metode diartikan sebagai cara yang
berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta
didik. Berdasarkan pendapat diatas menunjukkan bahwa metode pembelajaran adalah cara
memproses kegiatan belajar supaya peserta didik dapat berinteraksi secara aktif sehingga
terjadi perubahan pada dirinya sesuai dengan tujuan belajar yang direncanakan. Metode
belajar sebagai alat berkomunikasi dalam proses belajar merupakan unsur penting yang
mempengaruhi pencapaian tujuan belajar. Dengan metode belajar akan tertuntun proses
belajar, akan terbangkit perhatian dan minat peserta didik, akan tercipta interaksi belajar atau
akan terjadi proses perubahan individu peserta didik, sesuai dengan tujuan belajar yang
direncanakan.
Oleh karena itu penentuan metode dalam suatu kegiatan pembelajaran, sangat berpengaruh
terhadap terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga kegiatan
pembelajaran (instructional activities) dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam
memfasilitasi peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam konteks kondisi pembelajaran yang menyenangkan itu, Ivor K Davies (1981)
menegaskan bahwa suatu kegiatan pembelajaran tidak selalu menjamin orang (baca: peserta
didik) akan dapat belajar. Hal ini menunjukkan bahwa sebaik apapun seorang pendidik dalam
merancang/mendesain suatu program pembelajaran, kiranya tidak akan dapat secara optimal
mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan, apabila tidak didukung oleh
pemilihan sekaligus penggunaan metode secara tepat.
Dengan demikian metode memiliki fungsi (1) penuntun dalam penyampaian atau
pembahasan isi atau pesan belajar; (2) pembangkit perhatian dan minat belajar peserta didik;
(3) pencipta peluang berinteraksi bagi peserta didik; (4) pemroses perubahan individu peserta
didik; (4) pencipta iklim belajar yang menyenangkan dan mendukung proses belajar.
2. Macam-macam metode pembelajaran
Terlaksananya proses pembelajaran, mencerminkan kondisi yang direncanakan oleh
pendidik dengan memanfaatkan berbagai metode, media, dan sumber belajar terpilih dalam
tahapan kegiatan pembelajaran yang sistematis. Banyak ragam metode yang dapat digunakan
pendidik dalam merancang proses pembelajaran. Setiap metode memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, sehingga tidak ada satupun metode yang paling baik untuk
suatu materi tertentu.
Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran.
a. Metode ceramah
1) Pengertian
Metode ceramah sebagai suatu cara penyajian materi pelajaran dengan lisan (verbal).
Medianya berupa suara dan gaya pendidik (penceramah). Untuk itu peserta didik (audience)
dituntut memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik. Dalam pelaksanaannya, metode
ceramah mempersyaratkan, antara lain:
a) Pendidik (penceramah) hendaknya memiliki keterampilan menjelaskan dengan bahasa,
suara, gaya, dan sikap yang baik serta menarik.
b) Peserta didik (audience) hendaknya memiliki keterampilan/kemampuan mendengarkan
yang baik. Setiap orang dapat mendengar asal tidak tuli, tetapi belum tentu dapat
mendengarkan, apalagi mendengarkan dengan baik dan benar. Mendengarkan yang baik dan
benar terjadi manakala indera pendengaran kita menangkap getaran suara yang berisikan
pesan-pesantentang sesuatu (baca: materi pelajaran), maka bersamaan dengan itu pula kita
berpikir.
c) Ceramah akan berhasil, apabila antara penceramah dengan audience berada pada tingkat
pemahaman yang sama tentang materi yang diceramahkan.
Menurut Mc Leish dalam Davies (1986), keberhasilan ceramah bergantung pada
harapan peserta didik. Apabila peserta didik menyukainya, ceramah akan berfaedah, tetapi
jika peserta didik tidak menyukai, ceramah akan gagal.
Lebih lanjut dikatakan oleh Davies bahwa ceramah akan berhasil secara optimal dalam tiga
situasi, yaitu untuk mencapai:
a) kompetensi kognitif tingkat rendah dan peserta didik dalam kelas jumlahnya banyak;
b) kompetensi kognitif tingkat tinggi dengan materi pelajaran yang baru; dan
c) kompetensi afektif, apabila penceramah/pendidik mampu menarik perhatian
pendengar/peserta didik dengan antusiasnya dan menumbuhkan daya
imajinasinya.
2) Kelebihan dan kekurangan metode ceramah
Kelebihan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran antara lain;
a) Dalam waktu singkat, pendidik dapat menyajikan materi pelajaran yang banyak kepada
sejumlah peserta didik secara serentak;
b) Melatih kemampuan peserta didik dalam mendengarkan secara tepat, kritis dan penuh
penghayatan sehingga memungkinkan mereka dapat mendengarkan dengan
baik dan benar;
c) Memungkinkan terjadinya penguatan(reinforcement), baik dari pendidik maupun peserta
didik. Pendidik memberikan penguatan kepada peserta didik yang
mendengarkan ceramahnya melalui kehangatan, humor, ilustrasi, penghayat¬an, kelogisan,
dan perhatian. Dengan penguatan ini akan memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi yang disajikan secara lebih mendalam dan meluas melalui pemanfaatan sumbersumber
lain. Sedangkan peserta didik memberikan penguatan kepada pendidiknya melalui pemusatan
perhatian yang ditunjukkan selama ceramah.
d) Memungkinkan pendidik untuk mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman pendidik
sendiri atau peserta didik dalam kehidupan nyata. Sehingga peserta didik memperoleh
wawasan yang luas tentang suatu materi pelajaran dan pada gilirannya akan merangsang
tumbuhnya daya imajinasinya.
e) Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran
yang disajikan dan mengantarkan penggunaan metode lainnya. menghapalkan semua sifat
materi pelajaran sebagai fakta
b) Komunikasi yang terjadi hanya satu arah sehingga cenderung menimbulkan salah tafsir
tentang istilah tertentu (verbalisme)
c) Tidak semua pendidik memiliki keterampilan berbicara dengan gaya bahasa, suara dan
sikap yang baik sehingga dapat menarik perhatian peserta didik, apalagi dapat merangsang
semangat dan menumbuhkan daya imajinasi mereka
d) Tidak segera dapat diketahui umpan balik (feed back) tentang materi pelajaran yang telah
disajikan
e) Pelaksanaan ceramah yang lebih dari 20 menit akan memudarkan perhatian peserta didik
sehingga proses pembelajaran terkesan menjemukan
f) Materi pelajaran yang disajikan dengan ceramah hanya mampu diingat oleh peserta didik
dalam jangka waktu yang singkat sehingga tidak membantu peserta didik mengorganisasikan
materi dalam ingatannya untuk jangka waktu yang panjang dan pada gilirannya akan
mengurangi kreativitas mereka.
b. Metode Demonstrasi
1) Pengertian
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan. (Muhibbin Syah, 2000). Sedang menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000), metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara
kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Manfaat psikologis paedagogis
dari metode demonstrasi ini adalah :
a) Perhatian peserta didik dapat lebih dipusatkan.
b) Proses belajar peserta didik lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta didik
(Daradjat, 1985).
d. Metode Simulasi
1) Pengertian
Metode simulasi adalah suatu cara belajar mengajar yang berorientasi pada
penghayatan dan ketrampilan mengaktualisasi atau mempraktekkannya dalam situasi tiruan
sesuai dengan tujuan belajarnya.
2) Kekurangan dan Kelebihan Metode Simulasi
Kelebihan
a) Peserta didik dapat menampilkan kemampuan atau ketrampilannya.
b) Peserta didik dapat mengembangkan penalaran, kreativitas dan introspeksi untuk
perbaikan kemampuannya.
c) Dapat memberikan penghayatan terhadap situasi sebenarnya
d) Kegiatan belajarnya akan lebih menarik
Kekurangan
a) Membutuhkan persiapan
b) Kadangkala tidak mudah meniru situasi mirip sesungguhnya yang dapat menarik minat
semua peserta didik
c) Penyesuaian terhadap peran-peran orang lain membutuhkan ketrampilan dan kemampuan
intelektual tertentu.
d) Memerlukan waktu relatif lebih lama.
3) Langkah-langkah Menggunakan Metode Simulasi
a) Persiapan
Menetapkan topic atau masalah yang akan dibahas, serta tujuan yang hendak dicapai
Memberi gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan
Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi
Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya khususnya yang terlibat dalam
pemeranan simulasi
b) Tahap Pelaksanaan
Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
Peserta lainnya mengikuti dengan penuh perhatian
Memberikan bantuan pada pemeran yang mengalami kesulitan
Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak, hal ini bertujuan untuk mendorong
peserta berfikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang
disimulasikan
c) Menutup simulasi
Melakukan diskusi terkait jalannya simulasi dan materi cerita yang disimulasikan
Merumuskan kesimpulan
e. Metode Diskusi
2) Pengertian
Metode diskusi adalah suatu cara belajar yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melakukan pembahasan-pembahasan tentang suatu topik belajar sehingga
ditemukan formulasi, pendapat, pandangan, atau pemikiran agar tercapai tujuan belajar yang
ditetapkan. Metode diskusi dalam proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dalam bentuk :
a) Diskusi kelompok (Group Discussion), yaitu suatu bentuk diskusi yang dilakukan oleh
peserta didik dalam beberapa kelompok kecil untuk membahas topik
tertentu. Topik bahasan bagi tiap kelompok dapat sama tetapi dapat juga berbeda.
b) Diskusi pleno, yaitu bentuk diskusi yang diikuti oleh semua peserta didik dari suatu
kegiatan belajar untuk membahas topik tertentu.
3) Kekurangan dan Kelebihan metoda Diskusi
Kelebihan
a) Peserta didik akan berperan aktif secara individu ataupun secara kelompok.
b) Peserta didik dapat mengembangkan daya penalaran, kreativitas, pandangan atau
pemikirannya
c) Terjadi saling belajar, saling menghargai pendapat dan kerja sama diantara peserta didik.
d) Tumbuh kompetisi sehat diantara peserta didik
e) Akan terjadi dinamika dan intensitas belajar
f) Adakalanya muncul ide baru, gagasan baru maupun pandangan baru tentang topik tertentu.
Kekurangan metode Diskusi
a) Jika dilaksanakan dalam diskusi kelompok, maka memerlukan bahan, tempat, media
belajar dan fasilitator yang lebih banyak.
b) Adakalanya pembicaraan didominasi oleh seseorang atau kelompok tertentu yang lebih
menguasai isinya.
c) Adakalanya cenderung menyimpang atau membengkak isi pembicaraan dari topik diskusi.
d) Adakalanya proses diskusi mengalami kelambanan jika wawasan warga belajar rendah
tentang topik diskusi atau jika terjadi perbedaan pendapat yang
tajam dan sulit dipadukan.
e) Memerlukan waktu yang relatif lebih panjang
4) Langkah-langkah Menggunakan Metode Diskusi
a) Persiapan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai
Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang ingin dicapai
Menetapkan masalah yang akan dibahas
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi,
misalnya ruangkelas dengan segala fasilitasnya dan lain-lain
b) Tahap Pelaksanaan
Memeriksa persiapan yang dianggap mempengaruhi kelancaran diskusi
Memberi pengarahan sebelum melaksanakan diskusi, misalnya menyampaikan tujuan
diskusi
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan
Memberi kesempatan kepada semua peserta untuk mengeluarkan pendapatnya
Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas
c) Menutup diskusi
Membuat pokok-pokok bahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi
Mereview jalannya diskusi dengan menerima pendapat dari seluruh peserta sebagai
umpan balik untuk perbaikan selanjutnya
f. Metode Percobaan
1) Pengertian
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000). Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan
tempat tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar yang
mengajak peserta didik melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati
prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan
ke kelas dan dievaluasi oleh pendidik
2) Kekurangan dan Kelebihan Metode Percobaan
Kelebihan
a) Metode ini dapat membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata
pendidik atau buku.
b) Peserta didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru
dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan
a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap peserta didik berkesempatan
mengadakan ekperimen.
b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, peserta didik harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran.
c) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidangbidang ilmu dan teknologi.
3) Langkah-langkah Menggunakan Metode Diskusi
a) Memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen
b) Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu peserta didik dengan eksperimen
c) Sebelum eksperimen di laksanakan terlebih dahulu pendidik harus menetapkan:
Alat-alat apa yang diperlukan
Langkah-langkah apa yang harus ditempuh
Hal-hal apa yang harus dicatat
Variabel-variabel mana yang harus dikontrol
d) Setelah eksperimen pendidik harus menentukan apakah follow-up (tindak lanjut)
eksperimen contohnya :
Mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut
Mengadakan tanya jawab tentang proses
Melaksanakan teks untuk menguji pengertian peserta didik
k. Metode Inquiry
1) Pengertian
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk
menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik
sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Inquiry pada dasarnya adalah cara
menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode
ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik
memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan
kritis. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu,
terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila
peserta didik melakukan semua kegiatan di atas berarti peserta didik sedang melakukan
inquiry.
2) Kekurangan dan Kelebihan Metode Inquiry
Kekurangan
a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada peserta didik, sehingga
peserta didik dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih
baik.
b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c) Mendorong peserta didik untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur,
obyektif, dan terbuka.
d) Mendorong peserta didik untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h) Memberi kebebasan peserta didik untuk belajar sendiri.
i) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.
j) Dapat memberikan waktu kepada peserta didik secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Kelebihan
Agak kesulitan untuk mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik
a) Terkadang memerlukan waktu yang panjang dalam mengimplementasi-kannya
b) Sulit dalam merencanakan pembelajaran , oleh karena itu terbentur dengan kebiasaan
peserta didik dalam belajar
3) Langkah-langkah Menggunakan Metode Inquiri
Membina suasana yang responsif diantara peserta didik.
Mengemukakan permasalahan untuk di inkuiri (ditemukan) melalui cerita, film, gambar,
dan sebagianya.
Mengajukan pertanyaan ke arah mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan
dari cerita dan gambar.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, pertanyaan yang diajukan
bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah
tersebut.
Merumuskan hipotesis/ perkiraan yang merupakan jawaban dari peryataan tersebut.
Perkiraan jawaban ini akan terlihat tidaknya setelah pengumpulan data dan
pembuktian atas data. Peserta didik mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut.
Pendidik membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.
Menguji hipotesis, pendidik mengajukan petanyaan yang bersifat meminta data untuk
pembuktian hipotesis.
Pengambilan kesimpulan perumusan kesimpulan ini dilakukan pendidik dan peserta didik
(Piaget dalam Ida, 2005: 55).
l. Metode Drill
1) Pengertian
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar yang mengajak peserta
didik ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu,
bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh
latihan keterampilan membuat tas dari mote/pernik-pernik.
2) Kelebihan dan Kekurangan Metoda Drill
Kelebihan
a) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat
dan menggunakan alat-alat.
b) Dapat untuk memperoleh’w kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan
a) Menghambat bakat dan inisiatif peserta didik karena peserta didik lebih banyak dibawa
kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang
monoton dan mudah membosankan
3) Langkah-langkah Menggunakan Metode Drill
Peserta didik terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan secara teori, sesuai dengan
bahan ajar yang akan diterapkan dengan metode
pembelajaran drill.
Pendidik memberikan contoh latihan soal sebelum diberikannya latihan tentang materi
pembelajaran yang telah diberikan.
Pendidik memberikan latihan soal-soal tentang materi yang telah diberikan, kemudian
dilakukan oleh peserta didik, dengan bimbingan pendidik.
Pendidik mengoreksi dan membetulkan kesalahankesalahan latihan yang dilakukan oleh
peserta didik.
Peserta didik diharuskan mengulang kembali latihan untuk mencapai gerakan otomatis
yang benar.
Pengulangan yang ketiga kalinya atau terakhir, pendidik melakukan evaluasi hasil belajar
peserta didik, dengan lembar tes. Evaluasi dilakukan pada saat melakukan kegiatan yang
ketiga kalinya.
m. Metode Karyawisata
1) Pengertian
Suatu cara penyajian materi pelajaran dengan membawa peserta didik untuk
mengunjungi objek di luar sekolah. Hal ini ditempuh karena objek yang akan dipelajari tidak
memungkinkan untuk di bawa ke dalam kelas, misal terlalu besar dan berat, berbahaya, akan
berubah bentuk bila berpindah tempat, objek tersebut memang tidak, dapat dipindahkan dan
sebagainya.
Agar karyawisata berhasil, ada beberapa kriteria untuk menentukan objeknya, antara lain:
objek berhubungan dengan topik yang dipelajari dan dapat merangsang topik baru
Sebaiknya pengikut karyawisata tidak dibatasi hanya peserta didik saja, tetapi boleh
mengajak keluarga atau temannya, asal mengikuti aturan main yang ditetapkan
Hendaknya diperhitungkan jarak antara lokasi objek dengan sekolah, waktu, energi, dan
biayanya
Jika dipandang perlu untuk satu objek dapat dikunjungi lebih dari satu kali asal peserta
didiknya yang berlainan
Hendaknya dipilih pemandu yang memahami lokasi/objek yang menjadi tujuan
karyawisata.
2) Kelebihan dan kekurangan metode karyawisata
Kelebihan metode karyawisata
a) Agar tumbuh dan berkembang pengalaman dan moral kelompok secara umum, (kerja
sama, tanggung jawab, disiplin, tenggang rasa dan sebagai¬nya) melalui
rangsangan terhadap topik, objek, proses, dan tempat.
b) Peserta didik akan memperoleh serangkaian pengalaman (teori dan praktik) yang berguna
bagi perkembangan kepribadiannya
c) Menanamkan rasa cinta pada lingkungan sekitar
d) Peserta didik akan memperoleh kesempatan untuk memadukan materi dari berbagai mata
pelajaran pada objek karyawisata.
Kekurangan metode karyawisata
a) Membutuhkan biaya yang lebih besar
b) Perlu persiapan dan perencanaan yang matang
c) Perlu koordinasi dengan dengan pendidik bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang
tindih
3) Langkah-langkah Menggunakan Metode Karyawisata
a) Persiapan
Merencanakan dan menetapkan tujuan perjalanan karyawisata.
Menetapkan lamanya waktu karyawisata.
Menetapkan banyaknya peserta didik yang ikut karyawisata.
Menghitung biaya dan transportasi.
Mengadakan surveu ke objek yang akan dituju.
Memilih cara memperoleh data.
b) Tahap Pelaksanaan
Peserta mengamati objek yang sedang dipelajari.
Mengadakan tanya jawab tentang objek.
Menutup diskusi
c) Tindak lanjut
Mendiskusikan hasil belajar dan melaporkan hasil kunjungan untuk dibahas bersama
C. LATIHAN
1. Jelaskan perbedaan pendekatan, strategi dan metode berdasarkan pengertiannya!
2. Jelaskan perbedaan pendekatan, strategi, dan metode berdasarkan fungsinya!
3. Deskripsikan metode-metode berikut berdasarkan pengertian, kelebihan dan
kekurangannya
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Pemecahan masalah
d. Demonstrasi
e. Simulasi
D. RANGKUMAN
1. Pendekatan adalah titik tolak atau titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran
2. Strategi adalah sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3. Metode adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian
materi pelajaran kepada peserta didik
4. Macam-macam metode pembelajaran yang dapat digunakan pada pendidikan non formal
diantaranya ceramah, diskusi, kerja kelompok, demonstrasi, simulasi, inquiry, karyawisata,
drill, metode penemuan, metode pemecahan masalah, metode
resitasi, metode pengalaman lapangan, dan metode percobaan. Setiap metode memiliki
kelebihan dan kekurangan masingmasing.
5. Tidak ada metode yang dianggap paling cocok untuk suatu kegiatan pembelajaran, setiap
metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
E. EVALUASI
1. Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan yang nyata untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah…
a. Pendekatan
b. Strategi
c. Metoda
d. Teknik
2. Rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu disebut…
a. Pendekatan Pembelajaran
b. Strategi Pembelajaran
c. Metode Pembelajaran
d. Teknik Pembelajaran
3. Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran disebut…
a. Pendekatan
b. Strategi
c. Metoda
d. Teknik
4. Metoda yang dapat menguatkan kerjasama antar peserta didik adalah….
a. Diskusi
b. Kerja kelompok
c. Demonstrasi
d. Ceramah
5. Bahan pengetahuan yang bersifat prosedur untuk sasaran anak usia dini,sebaiknya
menggunakan metoda sebagai berikut, kecuali:
a. Demonstrasi
b. Ceramah
c. Pemberian tugas
d. Resitasi
6. Penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran memiliki kelebihan, yaitu:
A. Membuat peserta didik aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya
B. Mendorong perkembangan kemampuan dalam memikirkan dan melakukan sesuatu tanpa
bantuan pihak lain
C. Dapat memberikan penghayatan terhadap situasi sebenarnya
D. Setiap peserta didik dilatih untuk mengemukakan gagasan/pendapatnya
7. Kelemahan penggunaan metode curah pendapat, yaitu:
A. Peserta didik cenderung beranggapan bahwa setiap jawaban pasti diterima
B. Selalu memerlukan sarana dan prasarana praktek
C. Proses pembelajaran didominasi oleh guru.
D. Sulit untuk diterapkan di kelas besar
8. Metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara melatih peserta didik tentang kegiatan –
kegiatan tertentu secara berulang-ulang dengan materi yang sama adalah
A. Metoda Resitasi
B. Metoda Drill
C. Metoda Simulasi
D. Metoda Percobaan
9. Cara pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dan bersifat implementatif disebut…
A. Pendekatan pembelajaran
B. Strategi pembelajaran
C. Metoda Pembelajaran
D. Teknik Pembelajaran
10.Berikut ini bukan merupakan kedudukan metoda menurut Syaiful Djamarah dkk, adalah:
A. Alat untuk mencapai tujuan
B. Motivasi ekstrinsik
C. Alat pembangkit motivasi belajar
D. Penunjang keberhasilan system belajar mengajar
F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Setelah Anda mempelajari materi pada modul ini, bagaimana pengaruh modul ini
terhadap kompetensi anda dalam memahami dan menggunakan metode pembelajaran pada
kegiatan pembelajaran, serta apa saran anda terhadap materi ini dalam rangka
penyempurnaan materi pembelajaran dalam modul ini?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
1. Apa yang Anda pahami setelah mempelajari materi ini ?
..-------------------------------------------------------------------------------------------
-
2. Pengalaman penting apa yang Anda peroleh setelah mempelajari materi ini ?
--------------------------------------------------------------------------------------------
3. Apa manfaat materi ini terhadap tugas Anda sebagai pamong belajar dalam melakukan
analisis dan menentukan prioritas kebutuhan belajar belajar?
4. Sebagai tindak lanjut, Anda sebagai pamong belajar dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar tentunya harus mampu memilih dan mempraktekkan pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran. Tugas Anda adalah mencoba membuat rancangan kegiatan
pembelajaran pada suatu program PAUD dan Dikmas dengan menggunakan metoda
tertentu !
Bab 4 Prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pem-bentukkan pribadi manusia.
Pendidikan merupakan kegiatan universal yang ada dalam kehidupan manusia, di manapun di
dunia terdapat masyarakat, di sanalah terdapat pendidikan. Salah satu aspek penting dalam
pendidikan adalah proses pembelajaran. Aspek ini seringkali memang menjadi fokus penting
dalam pendidikan. Namun demikian, pembelajaran yang selama ini sudah dan sedang
dilakukan, belum menyentuh substansi serta harapan yang ingin dicapai.
Pembelajaran yang di-lakukan hanya merupakan pembelajaran asal-asalan yang tidak
mempunyai dasar pijakan yang kuat, sehingga pembelajaran tidak memenuhi harapan, dan
menghasilkan output dengan mutu yang tidak baik pula, maka dibutuhkan perinsip belajar
dan
pembelajaran agar senantiasa menjadi pedoman bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam
mendesain proses pembelajaran yang efektif.
Prinsip ini membuat suatu gambaran dari miniature problematika ke-hidupan yang
akan dihadapi oleh peserta didik dan guru sebagai pengajar. Berangkat dari sebuah
pengalaman yang dimainkan dan dilakukan oleh para ahli belajar dan pembelajaran. Akan
menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami prinsip pembelajaran proses
pem-belajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Disinilah sejatinya peran seorang
pendidik untuk memilih peran-peran penting yang sekiranya akan ketika mengajar didepan
peserta didik.
Secara umum kita bisa memahami prinsip-prinsip apa yang akan kita gunakan apabila
sebagai guru yang mengajarkan tentang Pen-didikan Agama Islam untuk menerapkan prinsip
tersebut, Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang berbagai prinsip belajar dan pem-
belajaran.
PEMBAHASAN
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak
dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, Anda sebagai guru
perlu mempelajari prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran yang dapat membimbing aktivitas
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip belajar dan pembelajaran
diharapkan menentukan langkah demi langkah pro bisa memberi arah prioritasprioritas dalam
tindakan guru.
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap
batasbatas kemungkinan dalam pembelajaran dalam melaksanakan pengajaran, pengetahuan
dan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran dapat membantu guru dalam memilih tindakan
yang tepat. Selain itu dengan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran ia memiliki dan
mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar peserta didik
secara efektif dan efesien.
a. Prinsip-Prinsip Belajar danPembelajaran
I. Implikasi
1. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar Bagi Peserta didik
Melihat prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran di atas, peserta didik sebagai subyek
pem-belajaran tidak boleh mengabaikannya begitu saja. Karena peserta didik sebagai motor
utama “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan berhasil jika menyadari
implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap dirinya.
a. Perhatian dan Motivasi
Dalam rangka pen-capaian tujuan pembelajaran peserta didik dituntut untuk
memberikan perhatian terhadap semua rangsangan. Adanya tuntutan tersebut seyogyanya
mendorong peserta didik memiliki perhatian terhadap segala pesan yang terimanya.
Pesanpesan yang diterima dalam pembelajaran adalah yang dapat merangsang indranya.
Dengan demikian, peserta didik diharapkan selalu melatih indranya dan belajar untuk
memperhatikan rangsang-an yang muncul dalam proses pembelajaran. Karena peningkatan
minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi.25 Sebagai contoh dalam
proses pem-belajaran peserta didik harus betulbetul dapat berkonsentrasi dalam
mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep-konsep yang diterimanya, mengamati
secara cermat
gerakan yang dilakukan oleh guru dan sebagainya. Itu semua untuk membangkitkan motivasi
belajarnya, karena tanpa perhatian seperti itu peserta didik tidak dapat menerima pelajaran
secara maksimal.
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi peserta didik adalah disadarinya oleh
peserta didik bahwa motivasi belajar yang ada pada dirinya harus dibangkitkan dan
dikembangkan secara terus-menerus. Hal ini dapat dicapai dengan mengetahui tujuan belajar
yang hendak dicapai, termasuk menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang
lain, harus mempunyai rencana tentang tujuan dia belajar dan kapan harus menyelesaikan
jenjang pendidikan yang sedang dijalaninya dan lain sebagainya.
b. Keaktifan
Peserta didik sebagai sentral dalam belajar, maka sebagai konsekuensinya aktivitas
peserta didik merupakan syarat berlangsungnya proses pembelajaran. Aktivitas peserta didik
dalam hal ini baik secara fisik maupun intelektual dan emosional harus aktif. Jadi, tidak ada
gunanya guru melakukan pem-belajaran jika peserta didiknya pasif saja. Sebab para peserta
didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
Sebagai implikasi prinsip keaktifan bagi peserta didik terbentuk perilaku-perilaku untuk
mencari sumber informasi yang di-butuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin me-
ngetahui segala percobaan yang di-lakukan di laboratorium, membuat tugas-tugas yang
diberikan oleh guru dan sebagainya. Proses selanjutnya terjalin keterlibatan langsung peserta
didik dalam pembelajaran.
c. Keterlibatan Langsung
Tempat seorang peserta didik dalam kelas tidak dapat tergantikan oleh orang lain.
Oleh karena itu, keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pem-belajaran mutlak
adanya. Sebagai implikasinya peserta didik dituntut untuk mengerjakan sendiri tugas belajar
yang diberikan oleh gurunya. Dengan keterlibatan ini mereka akan mendapat pengalaman.
Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung adalah
segala kegiatan yang dilakukan di sekolah apakah itu berbentuk intrakurikuler ataukah
ekstrakurikuler. Meskipun kegiatan tersebut tidak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan
pada diri peserta didik, namun dengan keterlibatan ini diharapkan dapat mewujudkan
keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
d. Pengulangan
Istilah yang masih dapat dipertahankan dalam proses pem-belajaran adalah tujuh kali
satu (7x1) lebih baik daripada satu kali tujuh (1x7). Pernyataan ini masih sangat di-butuhkan
walaupun dalam era teknologi yang serba canggih. Sebagai implikasi dari prinsip
pengulangan bagi peserta didik adalah kesadaran peserta didik untuk bersedia melakukan
sesuatu secara berulang-ulang. Diharapkan dengan kesadaran ini peserta didik merasa tidak
pernah bosan dalam mengerjakan sesuatu walaupun telah di-lakukan secara berulang-ulang.
Adapun kegiatan yang merupakan implikasi dari prinsip pe-ngulangan seperti menghafal
surah pendek dalam al-qur’an, menghafal perkalian, rumusrumus, menghafal nama-nama
latin tumbuhan ataupun tahun-tahun masehi dan hijrih.28 karakteristik yang berbeda-beda.
Adanya perbedaan ini seharusnya membuat setiap peserta didik menyadari bahwa dirinya
berbeda dengan teman-nya, hal ini akan membantu diri peserta didik dalam menentukan cara
belajarnya sendiri. Sebagai implikasi dari prinsip perbedaan individual bagi peserta didik
adalah me-nentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar dan sebagainya.
f. Tantangan
Sesuatu yang menantang kadang mengasyikkan, seperti halnya peserta didik apabila
diberikan tugas untuk mencari sendiri tentu akan lebih termotivasi untuk belajar. Peserta
didik merasa tertantang dengan pencarian tersebut. Kegiatan ini diharapkan bisa mem-buat
peserta didik lebih giat belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Sebagai
implikasi dari prinsip tantangan bagi peserta didik adalah tuntutan untuk memiliki kesadaran
pada diri peserta didik bahwa akan adanya kebutuhan untuk memperoleh, mem-proses dan
mengolah pesan.30 Peserta didik juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap
sesuatu yang dihadapinya. Adapun bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip
tantangan ini adalah melakukan eksprimen, melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri
atau mencari pemecahan suatu masalah.
b. Keaktifan
Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik, memberikan peluang
dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi guru secara optimal. Peran guru
mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing peserta didik berarti mengubah
peran guru, yaitu menjamin bahwa setiap peserta didik memperoleh pengetahu-an dan
keterampilan di dalam kondisi yang ada. Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang
diberikan oleh guru akan menuntut peserta didik selalu aktif mencari, memperoleh dan
mengolah bahan belajarnya.
c. Keterlibatan Langsung
Sudah dijelaskan di awal bahwa keterlibatan langsung peserta didik bukan hanya
secara fisik karena itu tidak menjamin keaktifan belajar. Guru harus pandai-pandai me-
rancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat terlibat langsung bukan
saja secara fisik tetapi juga mental emosional serta intelektual peserta didik. Selain itu,
implikasi dari adanya prinsip ini bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak bukan
saja sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai manajer/ pengelola kegiatan yang mampu
mengarahkan, membimbing dan memotivasi peserta didik ke arah tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
d. Pengulangan
Jika guru mampu memilihkan bahan yang membutuhkan peng-ulangan dan yang tidak
membutuhkan peng-ulangan maka guru telah melakukan implikasi dari prinsip pengulangan.
Karena tidak semua bahan pembelajaran itu membutuhkan peng-ulangan. Pengulangan
terutama dibutuhkan oleh bahanbahan pembelajaran yang harus dihafalkan tanpa ada
kesalahan sedikit pun, termasuk bahan yang membutuhkan latihan-latihan.
e. Perbedaan Individual
Guru menghadapi peserta didik secara klasikal dalam kelas tentunya harus
mempertimbangkan latar belakang atau karakteristik masing-masing peserta didik. Jadi, guru
harus dapat melayani peserta didik-nya sesuai karakteristik mereka orang per orang.
f. Tantangan
Tantangan sebagai salah satu prinsip pembelajaran yang dapat mengantar peserta
didik mencapai tujuannya. Sehingga guru harus merancang kegiatan pembelajaran dalam
bentuk kegiatan, bahan dan media yang dapat memberi tantangan kepada peserta didik untuk
lebih bersemangat dengan tantangan itu.
PENUTUP
Prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran secara umum terdiri atas perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, perbedaan individual, tantangan,
balikan dan penguatan. Implikasi dari prinsip-prinsip belajar bagi peserta didik merupakan
perilaku-perilaku yang seharusnya dengan penuh kesadaran dilakukan oleh peserta didik
dalam kegiatan belajar agar proses pembelajaran benar-benar dapat membuahkan hasil yang
diharapkan.
Implikasi dari prinsip-prinsip pembelajaran bagi guru adalah perlakuanperlakuan yang
dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran yang merupakan aksi yang diharapkan
mendapat reaksi dari peserta didik sehingga pembelajaran berlangsung sebagaimana
mestinya.
Bab 5 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Belajar merupakan kegiatan manusia untuk merubah dirinya dari ketidak
tahuan menjadi tahu, dari ke samaran menjadi jelas. Kegiatan belajar yang dilakukan manusia
itu berlangsung terus menerus, sepanjang hayat, di dalam sekolah maupun diluar sekolah,
dibimbing atau tidak. Premis ini diperkuat oleh kenyataan bahwa manusia adalah makhluk
yang dinamis, bukan makhluk yang statis.
Tentunya dalam proses pelaksanaan belajar tidak akan terlepas dari pengaruh –
pengaruh yang datang sebagai stimulus yang dapat merangsang cepat atau lambatnya bahkan
berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar. Maka dalam makalah ini kami menyajikan
faktor – faktor yang mempengaruhi dalam belajar.
B. Tujuan Pembahasan
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan pembahasan makalah ini memenuhi tugas mata Psikologi
Pendidikan
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan pembahasan makalah ini :
a. Agar para mahasiswa calon guru dapat mengetahui faktor – faktor yang
berpengaruh pada proses belajar.
b. Agar para mahasiswa calon guru dapat mengetahui faktor – faktor yang
berpengaruh pada pembelajaran serta implikasinya dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses belajar
Secara global faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar dapat kita bedakan
kepada tiga macam, yaitu: (1) Faktor internal (2) Faktor eksternal (3) Faktor pendekatan
belajar.
1. Faktor internal
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan
rohani siswa. faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu aspek
fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniyah).
a. Aspek fisiologis
1) Nutrisi harus cukup, karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan
kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, cepat
mengantuk, cepat lelah dan sebagainya.
2) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu, misalnya pilek,
influenza, sakit gigi, batuk dan sebagainya.
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas
dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniyah siswa
yang pada umumnya dipandang lebih essensial adalah tingkat kecerdasan/intelegensi siswa,
sikap siswa, bakat siswa dan motivasi siswa.
1) Intelegensi siswa
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak diragukan lagi, sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,
semakin rendah kemampuan intelegensi siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk
memperoleh sukses.
2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara relatif tetap terhadap objek orang,
barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang
positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik
bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negataf siswa terhadap guru dan mata
pelajaran tertentu, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau kepada mata pelajaran
tertentu, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
3) Bakat siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya
setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip
dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas
(superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut talented child, yaitu anak berbakat.
4) Minat siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Rober, minat tidak termasuk istilah
populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal
lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
5) Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia ataupun
hewan, yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasok saja (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi terbagi dua macam,
yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut termasuk motivasi instrinsik. Termasuk motivasi
ekstrinsi adalah pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang tua
dan guru.
Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa adalah guru, para staf
administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga, teman-teman sepermainan, orang
tua, dan keluarga. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar menjadi
pendorong siswa. Begitu juga kondisi masyarakat di lingkungan yang bersih dan rapi, sifat-
sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketenangan keluarga dan demografi keluarga
(letak rumah), semuanya dapat menjadi pendorong dalam kegiatan belajar siswa.
b. Lingkungan non-sosial
Faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi
atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers berpendapat bahwa belajar seperti pagi hari
lebih efektif dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Menurut penelitian beberapa ahli
gaya belajar (learning style), hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu secara mutlak,
tetapi bergantung pada waktu yang cocok dengan kesiapan siswa.
Rangkuman
Teori Belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. teori behaviorisme
merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner. Kemudian teori ini
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behaviorisme. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang
dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Bab VII: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF
1.7 Rangkuman
Teori kognitif, dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitif, teori
ini berbeda dengan behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan
manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons. Psikologi Gestalt
dipandang sebagai anak dari aliran strukturalisme, pada tahun 1912 sebagai
reaksi terhadap aliran strukturalisme dalam psikologi (structural psychology)
yaitu sistem psikologi yaitu sistem psikologi yang dikaitkan dengan William
Max Wundt (1832-1920). Bapak Psikologi eksperimen dan Edward Bradferd
Titchner. Aliran structural ini memandang pengalaman manusia dari sudut
pengalaman pribadi. Sedangkan psikologi Gestalt memandang kejiwaan
manusia terkait kepada pengamatan yang berwujud kepada menyeluruh.
(Sagala, : 45)
Teori belajar Gestalt (Gestalt Theory) ini lahir di Jerman tahun 1912
dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang
meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatannya ia
menyesalkan penggunaan metode menghafal akademis. Sumbangnya ini
diikuti tokoh-tokoh lainnya adalah Wolfgang Kohler (1887-1959) yang
meneliti tentang “insight” pada simpanse yaitu mengenai mentalitas
Simpanse (ape) di pulau Canary yang memperkembangkan psikologi
Gestalt. Pandangnnya ini bertentangan dengan pandangan Thorndike
mengenai belajar, yang menganggap sebagai proses “trial and error”.
BAB VIII TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
1.8 Rangkuman
Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi
dirinya. Aplikasi dalam teori ini, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya sebagai fasilitator. Teori humanisme ini
cocok untuk diterapkan pada materimateri pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi
humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
BAB X: TEORI PENGOLAHAN INFORMASI DAN APLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN
Pengolahan informasi bukan nama dari sebuah teori tunggal tetapi sebuah
nama generik yang diaplikasikan pada perspektif-perspektif teoritis yang berkenaan dengan
serangkaian dan pelaksanaan peristiwa kognitif. Berbagai penelitian tentang pengolahan
informasi telah dilakukan oleh berbagai peneliti, mereka mengeksplorasi pembelajaran,
memori, pemecahan masalah, persepsi visual dan auditori, perkembangan kognitif dan
kecerdasan buatan. Penelitian-penelitian tersebut dimaksudkan agar mampu memberi
kontribusi positif dalam perkembangan dunia pendidikan.
Para teoritis pengolahan informasi meragukan gagasan yang menjadi ciri
khas teori behaviorisme bahwa pembelajaran merupakan pembentukan asosiasi antara
stimulus-stimulus dan respon-respon. Mereka tidak menolak gagasan tentang asosiasi dengan
alasan bahwa asosiasi yang terbentuk antara potongan- potongan pengetahuan membantu
penguasaan dan penyimpanan potongan- potongan tersebut dalam memori. Para teoritis ini
tidak banyak memperhatikan kondisi-kondisi eksternal, mereka lebih memfokuskan pada
proses-proses internal (mental) yang menjadi pembatas antara stimulus dan respons. Peserta
didik merupakan pencari yang aktif dan pemroses informasi. Berbeda dengan teori behavioris
yang menyatakan bahwa orang memberikan respon ketika terdapat stimulus yang datang
kepada mereka, para teoritis pengolahan informasi berpendapat bahwa orang menyeleksi dan
memerhatikan aspek-aspek dari lingkungan, mentransformasi dan mengulang informasi,
menghubungkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang yang telah diperoleh
sebelumya, dan mengorganisasi pengetahuan untuk membuatnya bermakna dan dapat
dipahami (Mayer, 1996).
Tulisan ini akan memfokuskan masalah pada: bagaimana sistem
pengolahan informasi dalam proses pembelajaran?. Sehingga seorang guru tidak hanya
sekedar menjelaskan atau menyampaikan materinya saja tetapi juga mempertimbangkan
kemampuan anak untuk menerima, mengelolah dan menyimpan pengetahuan yang berupa
informasi yang disampaikan oleh guru.
Fase-fase Pembelajaran
Pengajaran merupakan sekumpulan peristiwa eksternal yang dirancang
untuk memfasilitasi proses pembelajaran internal. Persiapan untuk belajar
mencakup aktivitas-aktivitas pembelajaran pendahuluan. Schunk (2012)
menguraikan fase-fase dalam pembelajaran sebanyak sembilan item sebagai berikut:
No Fase Peristiwa pengajaran
1 Memerhatikan Menyampaikan pada siswa dalam kelas bahwa pelajaran akan dimulai.
2 Harapan
Menyampaikan tentang tujuan dari pembelajaran, serta tipe dan kualitas prestasi belajar yang
diharapkan.
3 Penarikan Meminta siswa untuk mengingat konsep-konsep dan aturan-aturan subordinat.
4 Persepsi selektif Menyajikan contoh-contoh dari konsep-konsep dan aturan-aturan yang
baru.
5 Pengkodean semantik
Memberikan tanda-tanda yang berkaitan dengan bagaimana menyimpan informasi dalam
memori.
6 Penarikan dan pemberian responmMeminta siswa untuk mengaplikasikan konsep atau
aturan terhadap contoh-contoh
baru.
7 Penguatan Mengonfirmasikan keakiratan dari pembelajaran siswa.
8 Pemberian tanda untuk penarikan
Memberikan kuis pendek dari materi-materi
yang baru.
9 Generalisasibilitas Memberikan ulasan-ulasan khusus.
Selama masa memerhatikan, siswa memfokuskan perhatian pada stimulus-
stimulus yang relevan dengan materi-materi yang akan dipelajari (audio visual, materi
tertulis, perilaku-perilaku yang dicontohkan guru). Harapannya mengarahkan siswa kepada
tujuan (mempelajari keterampilan motorik, mempelajari pengurangan bilangan pecahan,
menguasai struktur bahasa). Pada tahap penarikan informasi yang relevan dari LTM, siswa
mengaktifkan bagian- bagian yang relevan dengan topik yang dipelajari (Gagne & Dick,
1983). Fase-fase pembelajaran utama adalah penguasaan dan praktik. Persepsi selektif
bermakna bahwa register-register sensorik mengenali karakteristik stimulus yang relevan dan
mentransfernya ke WM. Sedangkan pengkodean semantik adalah proses dimana pengetahuan
yang baru ditransfer ke LTM. Pada tahap penarikan dan pemberian respons yang
menunjukkan pembelajaran. Penguatan mengacu pada umpan balik yang mengkonfirmasi
keakuratan dari respons siswa dan memberikan informasi perbaidkan ketika diperlukan.
Fase-fase transfer pembelajaran mencakup pemberian tanda untuk penarikan dan
generalisasibilitas. Dalam pemberian tanda untuk penarikan, siswa menerima tanda-tanda
yang mengisyaratkan bahwa pengetahuan yang sebelumnya dapat diterapkan dalam situasi
tersebut. Generalisasibilitas ditingkatkan dengand memberi siswa kesempatan untuk
mempraktikkan keterampilan-keterampila dengan muatan materi yang berbeda-beda dan
dengan situasi-situasi yang berbeda.
Muatan Kognitif
Sistem pengolahan informasi hanya dapat menangani beberapa pengolahan sekaligus.
Jika terlalu banyak stimulus yang datang secara bersamaan, para pengamatnya akan
kehilangan banyak dari stimulus tersebut karena kapasitas perhatian mereka yang terbatas.
Kapasitas WM yang terbatas disebabkan oleh pengolahan informasi membutuhkan waktu dan
melibatkan banyak proses kognitif, setiap saat hanya ada sejumlah informasi yang dapat
tersimpan dalam
WM, ditransfer ke LTM, diulang, dan seterusnya.
Teori muatan kognitif memperhitungkan keterbatasan-keterbatasan pengolahan ini
dalam rancangan rencana pelajaran (Mayer, 2008). Muatan kognitif atau tuntutan-tuntutan
terhadap sistem pengolahan informasi terbagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah muatan
kognitif intrinsik, tergantung pada karakter-karakter informasi yang tidak dapat diubah yang
akan dipelajari dan hanya akan mudah dicapai jika siswa mendapatkan sebuah skema kognitif
yang efektif untuk mengolah informasi. Tipe kedua adalah muatan kognitif ekstrinsik
disebabkan oleh cara bagaimana materi-materi disajikan atau oleh aktivitas-
aktivitas yang perlu dimiliki oleh siswa (Bruning et al., 2004).
C. Simpulan
Teori-teori pengolahan informasi memfokuskan studi pada perhatian, persepsi,
pengkodean, penyimpanan dan penarikan pengetahuan. Pengolahan informasi telah
dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan dalam komunikasi, teknologi komputer dan neurosains.
Informasi memasuki WM kemudian ia tersimpan melalui pengulangan dan dihubungkan
dengan informasi-informasi yang terkait dengan LTM. Informasi dapat dikodekan untuk
disimpan dalam LTM. Pengkodean difasilitasi melalui organisasi, penjelasan, kebermaknaan,
dan hubungan-hubungan dengan skema- skema. LTM diorganisasikan berdasarkan isi, dan
informasi dilintas referensikan dengan isi yang terkait.
Sistem pengolahan informasi hanya dapat menangani beberapa pengolahan
sekaligus. Jika terlalu banyak stimulus yang datang secara bersamaan, para pengamatnya
akan kehilangan banyak dari stimulus tersebut karena kapasitas perhatian mereka yang
terbatas. Kapasitas WM yang terbatas disebabkan oleh pengolahan informasi membutuhkan
waktu dan melibatkan banyak proses kognitif, setiap saat hanya ada sejumlah informasi yang
dapat tersimpan dalam WM, ditransfer ke LTM, diulang, dan seterusnya.
Teori-teori pengolahan informasi menekankan transformasi dan aliran
informasi melalui sistem kognitif. Penting bahwa informasi disajikan sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menghubungkan informasi yang baru dengan informasi yang telah
mereka ketahui, dan bahwa mereka memahami penggunaan- penggunaan dari pengetahuan
tersebut. Tulisan ini mengharapkan agar pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga
pembelajaran tersebut berkembang dari pengetahuan yang telah ada dan dapat dipahami
dengan jelas oleh siswa. Guru juga sebaiknya menyediakan organisator-organisator pengantar
dan tanda-tanda yang dapat digunakan siswa untuk mengingat informasi ketika
diperlukan dan untuk meminimalkan muatan kognitif.
BAB XI: Pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran
PENDAHULUAN
Dalam kaitannya dengan belajar, Miarso memberikan penjelasan bahwa belajar
merupakan suatu kegiatan baik dengan bimbingan tenaga pengajar maupun dengan usahanya
sendiri. Kehadiran tenaga pengajar dalam kegiatan belajar dimaksudkan agar belajar lebih
lancar, lebih mudah, lebih menyenangkan, dan lebih berhasil.1 Sedangkan bagi peserta didik,
belajar pada dasarnya untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap di mana saja,
kapan saja, dan dengan apa saja, sebab sumber belajar terdapat di mana saja dan ada
bermacam beragam jenisnya. Dengan terjadinya interaksi antara proses belajar. Kualitas
interaksi peserta didik dengan sumber belajar berpengaruh sekali terhadap hasil belajar. Maka
dengan demikian ada perbedaan yang sangat besar antara peserta didik yang memiliki
intensitas tinggi dalam pemanfaatan sumber belajar dengan peserta didik yang memiliki
intensitas rendah dalam pemanfatan sumber belajar rendah dalam meraih hasil belajarnya.
Duffy dan Jonassen mengtakan bahwa pemanfaatan berbagai sumber belajar
merupakan upaya pemecahan masalah belajar. Sedangkan peran teknologi pendidikan
sebagai pemecahan masalah belajar dapat terjadi dalam bentuk sumber belajar yang
dirancang, dipilih dan/atau dimanfaatkan untuk keperluan belajar. Sumber-sumber belajar
tersebut diidentifikasikan sebagai pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar.2 Dari Seels dan
Richey menjelaskan bahwa teknologi pendidikan dicirikan dengan pemanfaatan sumber
belajar seluas mungkin untuk kebutuhan belajar dan dalam upaya untuk mendapat hasil
belajar yang maksimal, maka sumber belajar tersebut perlu dikembangkan dan dikelola
secara sistematik, baik, dan fungsional.
Menurut Percival dan Ellington bahwa dalam pembelajaran model konvensional, dan
dari sekian banyak sumber belajar yang ada, ternyata hanya buku teks yang merupakan
sumber belajar yang dimanfaatkan selain tenaga pengajar itu sendiri. Sedangkan menganai
sumber belajar yang beraneka ragam pada umumnya belum dimanfaatkan secara maksimal.
Di negara kita dapat ditemukan bahwa penggunaan bahan ajar dan buku teks dalam
pembelajaran sangat dominan bila dibandingkan dengan sumber belajar seperti perpustakaan,
laboratorium, studi lapangan, slide, internet, komputer, dan Iainnya. Walaupun begitu, pada
masa sekarang penggunaan komputer dalam pembelajaran sudah menunjukkan adanya
peningkatan yang berarti.
Dari Mclsaac dan Gunawardena menjelaskan bahwa Sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan pembelajaran sangat beraneka ragam jenis dan bentuknya.
Sumber belajar tersebut bukan hanya dalam bentuk bahan cetakan seperti buku teks akan
tetapi pebelajar dapat memanfaatkan sumber belajar yang lain seperti radio pendidikan,
televisi, komputer, e-mail, video interaktif, komunikasi satelit, dan teknologi komputer
multimedia dalam upaya meningkatkan interaksi dan terjadinya umpan balik dengan
peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan tenaga
pengajar sebagai salah satu sumber, tetapi mencakup interaksi dengan semua sumber belajar
yang memungkinkan dipergunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan
pengetahuan dan ketarampilan tentang strategi, menganalisis, memilih, dan memanfaatkan
sumber belajar oleh tenaga pengajar pada umumnya belum memadai. Maka dengan demikian
tentang bagaimana cara tenaga pengajar dan peserta didik memanfaatkan sumber belajar yang
ada dalam upaya memperluas wawasan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran.
Sumber belajar menurut Dageng adalah segala sesuatu yang berwujud benda dan
orang yang dapat menunjang belajar sehingga mencakup semua sumber yang mungkin dapat
dimanfaatkan oleh tenaga pengajar agar terjadi perilaku belajar. Sedangkan menurut
Januszewski dan Molenda sumber belajar adalah semua sumber termasuk pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan latar yang dapat dipergunakan peserta didik baik secara sendirisendiri
maupun dalam bentuk gabungan untuk menfasilitasi kegiatan belajar dan meningkatkan
kinerja belajar. Sejalan dengan pendapat itu, Seels dan Richey menjelaskan bahwa sumber
belajar adalah segala sumber pendukung untuk kegiatan belajar, termasuk sistem pendukung
dan materi serta lingkungan pembelajaran. Sumber belajar bukan hanya alat dan materi yang
dipergunakan dalam pembelajaran, tetapi juga meliputi orang, anggaran, dan fasilitas.
Sumber belajar bisa termasuk apa saja yang tersedia untuk membantu seseorang belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah semua
sumber seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang dimanfaatkan peserta didik
sebagai sumber untuk kegiatan belajar dan dapat meningkatkan kualitas belajarnya. Dari
Percival dan Ellington menjelaskan sumber belajar dari sisi pembuatann adalah seperangkat
bahan atau situasi belajar yang dengan sengaja atau tidak sengaja diciptakan agar peserta
didik secara individual dan atau secara bersama-sama dapat belajar. Jadi pada dasarnya
sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga pengajar
dan peserta didik, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan untuk kepentingan
kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, mudah dan
menyenangkan untuk kelangsungan pembelajaran. Dalam hal dengan ruang lingkup sumber
belajar, Miarso menetapkan seperi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Kegiatan
belajar dapat dilaksanakan di mana saja, di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di tempat
ibadah, dan di masyarakat luas. Selain itu, belajar juga dapat dilakukan dengan rangsangan
dari dalam diri sendiri pembelajar (internal) dan dari apa dan siapa saja di luar diri
pembelajar (eksternal).10 Sependapat dengan itu, berikut ini klasifikasi sumber belajar
menurut Seels dan Richey sebagai berikut: (1) Pesan yang merupakan informasi yang
disampaikan oleh komponen yang lain, biasanya berupa ide, makna, dan fakta. Berkaitan
dengan konteks pembelajaran, pesan ini terkait dengan isi bidang studi dan akan dikelola dan
direkonstruksikan kembali oleh pebelajar. Orang: orang tertentu yang terlibat dalam
penyimpanan dan atau penyaluran pesan; (2) Bahan yang merupakan kelompok alat yang
sering disebut dengan perangkat lunak. Dalam hal ini bahan berfungsi menyimpan pesan
sebelum disalurkan dengan menggunakan alat yang telah dirancang. Bahan yaitu segala
sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dan Iain-Iain yang dapat
digunakan untuk belajar; (3) Alat yang merupakan alat yang sering disebut perangkat keras.
Berkaitan dengan alat ini dipergunakan untuk mengeluarkan pesan yang tersimpan dalam
bahan. Alat juga merupakan benda-benda yang berbentuk fisik yang sering disebut dengan
perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan bahan pembelajaran.
Sumber belajar tersebut, seperti komputer, OHP, kamera, radio, televisi, film bingkai,
tape recorder, dan VCD/DVD; (4) Teknik yang merupakan prosedur baku atau pedoman
langkahlangkah dalam penyampaian pesan. Dalam hal ini dapat dengan kata lain, teknik
adalah cara atau prosedur yang digunakan orang dalam kegiatan pembelajaran untuk tercapai
tujuan pembelajaran; dan (5) Latar yang merupakan lingkungan di mana pesan
ditransmisikan. Lingkungan adalah tempat di mana saja seseorang dapat melakukan belajar
atau proses perubahan tingkah laku maka dikategorikan sebagai sumber belajar, misalnya
perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan
lain sebagainya.
Dari uraian di atas, dapat diklasifikasikan bahwa sumber belajar ada yang berbasis
manusia, sumber belajar berbasis cetakan, sumber belajar berbasis visual, sumber belajar
berbasis audio-visual, dan sumber belajar berbasis komputer. Dalam hubungannya dengan
fungsi sumber belajar, Morrison dan Kemp mengatakan bahwa sumber belajar yang ada agar
dapat difungsikan dan dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya dalam pembelajaran. Berikut ini
fungsi dari sumber belajar untuk: (1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran, melalui: (a)
mempercepat laju belajar dan membantu pengajar untuk menggunakan waktu secara lebih
baik, (b) mengurangi beban guru/dosen dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah belajar murid/mahasiswa; (2) Memberikan
kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, melalui: (a) mengurangi kontrol
guru/dosen yang kaku dan tradisional, (b) memberikan kesempatan kepada murid/mahasiswa
untuk belajar sesuai dengan kemampuannya; (3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah
terhadap pengajaran, melalui: (a) perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis,
(b) pengembangan bahan pembelajaran berbasis penelitian; (4) Lebih memantapkan
pembelajaran, melalui: (a) peningkatkan kemampuan manusia dalam penggunaan berbagai
media komunikasi, (b) penyajian data dan informasi secara lebih konkrit; (5) Memungkinkan
belajar secara seketika, melalui (a) pengurang jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat
verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit. (b memberikan pengetahuan yang
bersifat langsung; dan (6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, terutama
dengan adanya media massa, melalui: (a) pemanfaatan secara bersama yang lebih oleh luas
tenaga tentang kejadian-kejadian yang langka, (b) penyajian informasi yang mampu
menembus batas
geografis.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar berbasis sumber belajar dapat
memberikan beberapa keuntungan kepada peserta didik, seperti: (1) Memungkinkan untuk
menemukan bakat terpendam pada diri seseorang yang selama ini tidak tampak, (2)
Memungkinkan pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar menjadi mudah diserap
dan lebih siap diterapkan, dan (3) Seseorang dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan
dengan waktunya yang tersedia.
PENUTUP
Beraneka ragam sumber belajar yang cenderung dimanfaatkan pada satuan
pendidikan seperti sumber belajar orang, bentuk sumber belajar yang cenderung
dimanfaatkan
adalah tenaga pengajar dalam melaksanakan pembelajaran, teman sejawat, laboran, dan
tenaga pengajar tamu; sumber belajar pesan, bentuk sumber belajar yang dominan
dimanfaatkan adalah ide, fakta, makna yang terkait dengan isi perkuliahan; sumber belajar
bahan, bentuk sumber belajar yang cenderung dimanfaatkan adalah buku, makalah, papan,
peta, globe, film, gambar-gambar, diagram, majalah, jurnal, dan surat kabar; sumber belajar
latar, bentuk sumber belajar yang cenderung dimanfaatkan adalah perpustakaan,
laboratorium,
dan taman sekolah; sumber belajar teknik, bentuk sumber belajar yang dominan
dimanfaatkan
adalah ceramah, ceramah bervariasi, diskusi, pembelajaran terprogram, pembelajaran
individual, pembelajaran kelompok, simulasi, permainan, studi eksplorasi, studi lapahgan,
tanya jawab, dan pemberian tugas; Sedangkan sumber belajar alat yang cenderung
dimanfaatkan adalah komputer, LCD, OHP, kamera, radio, televisi, dan tape recorder.
Ada berbagai beberapa pola interaksi dalam pemanfaatan sumber belajar di lembaga
pendidikan, seperti pola tradisional pasif, pola tradisional aktif, pola interaksi multi arah, dan
pola interaksi mandiri. Pola tradisonal pasif adalah pola interaksi pemelajar dengan sumber
belajar dosen, di mana dosen dijadikan sebagai satu-satunya sumber belajar, tidak ada upaya
tenaga pengajar mencari sumber belajar lain di luar dirinya (tenaga pengajar). Pola tradisional
aktif adalah pola interaksi tenaga pengajar dengan sumber belajar, di mana peserta didik
menjadikan tenaga pengajar sebagai sumber belajar utama, memang sudah ada upaya untuk
menemukan sumber belajar lain secara parsial untuk melengkapi pesan-pesan yang diperoleh
dari tenaga pengajar. Pola interaksi berbagai arah ini, adalah pola interaksi antara peserta
didik dengan berbagai sumber belajar dan dimana peserta didik menempatkan seluruh
sumber belajar dalam posisi setingkat. Pola interaksi mandiri adalah pola interaksi peserta
didik dengan sumber belajar di mana peserta didik aktif berinteraksi secara mandiri dengan
sumber belajar tanpa kontrol dari tenaga pengajarnya.
Bahwa ada kecenderungan pemanfaatan berbagai sumber belajar pada satuan
pendidikan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor ekternal
(lingkungan). Faktor-faktor internal yang berpengaruh dominan adalah kesadaran, semangat,
minat, kemampuan, dan kenyamanan dalam diri pengguna. Sedangkan faktor-faktor
eksternal yang berpengaruh adalah ketersediaan sumber belajar yang bervariasi, sumber
belajar kuantitas, kemudahan akses terhadap sumber belajar, proses pembelajaran, ruang,
sumber daya manusia, serta tradisi dan sistem yang sedang berlaku di sekolag/ lembaga
pendidkkan. Pendidik dan peserta didik pada satuan pendidikan memandang bahwa
ketersediaan sumber belajar di satuan pendidikan tertentu masih sangat terbatas. Keterbatasan
tersebut dirasakan pada beberapa aspek seperti aspek kualitas dan kuatitas sumber belajar,
aspek variasi sumber belajar, aspek kemudahan akses terhadap sumber belajar, aspek bentuk
dan jenis sumber belajar yang benar-benar tersedia.
BAB XII: Pengembangan Tes Evaluasi
A. Domain Kognitif
Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan
intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan
memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkat yaitu:
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan adalah
tingkatan tujuan kognitif yang paling rendah. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan
untuk mengingat informasi yang sudah diplajarinya atau (recall), seperti misalnya mengingat
tokoh proklamator Indonesia, mengingat tanggal dan tahun sumpah pemuda, mengingat
bunyi
teori relativitas, dan lain sebagainya. Pengetahuan mengingat fakta semacam ini sangat
bermanfaat dab sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih penting berikutnya.
Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar
mengingat fakta, akan tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan,
menafsirkan, atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan
pemahaman ini bisa pemahaman terjemahanterjemahan, pemahaman menafsirkan atau pun
pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman menerjemahkan yakni kesanggupan untuk menjelaskan
makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan kalimat, sandi, dan lain
sebagainya. Pemahaman menafsirkan sesuatu, contohnya menafsirkan grafik; sedangkan
pemahaman ekstrapolasi, yakni kemampuan untuk melihat dibalik yang tersirat atau tersurat.
Penerapan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi lagi tingkatannya dibanding dengan
pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dngan kemampuan mengaplikasikan
suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumusrumus, dalil, hukum, konsep,
ide dan lain sbagainya ke dalam situasi baru yang kongrit. Perilaku yang berkenaan dengan
kemampuan penerapan ini, misalnya kemampuan memecahkan suatu persoalan dengan
mengunakan rumus, dalil, atau hukum tertentu.
Di sini tampak jelas, bahwa seseorang akan dapat menguasai kemampuan
menerapkan manakala didukung oleh kemampuan mengingat dan memahami fakta atau
konsep tertentu. Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan itu.
Analisis merupakan tujuan pembeljaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan
dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasau kemampuan memahami dan menerapkan.
Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu, biasanya analisis
diperuntukkan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas. Sentesis
adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang
bermakna, seperti merumuskan
thema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sistesis
merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis mampu menguraikan menjadi
bagianbagian, maka sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur atau bagian-bagian
menjadi ssuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis, merupakan kemampuan
dasar untuk dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru.
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini
berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau
kriteria
tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan
dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu, misalkan memberikan keputusan
bahwa sesuatu yang diamati itu baik, buruk, indah, jelek, dan lain sebagainya. Untuk dapat
memiliki kemampuan memberikan penilaian dibutuhkan kemampuan-kemampuan
sebelumnya. Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama ,yaitu pengetahuan,pemahaman,dan
aplikasi dikatakan tujuan kognitif tingkat rendah; sedangkan tiga tingkatan berikutnya, yaitu
analisis, sintesis, dan evaluasi dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi. Dikatakan
tujuan tingkat rendah, oleh karena tujuan kognitif ini hanya sebatas kemampuan untuk
mengingat, mengungkapkan apa yang diingat serta menerapkan sesuai dengan aturan-aturan
tertentu yang sifatnya pasti; sedangkan tujuan kognitif tingkat tinggi seperti menganalisis
dan mensintesis bukan saja hanya berupa kemampuan mengingat, akan tetapi di dalamnya
termasuk kemampuan berkreasi dan kmampuan mencipta. Oleh karenanya, tujuan ini sifatnya
lebih kompleks dari hanya sekedar mengingat.
Klasifikasi tujuan seperti yang telah diuraikan di atas sifatnya berjenjang, artinya
setiap tujuan yang ada di bawahnya merupakan prasyarat untuk tujuan berikutnya. Oleh
sebab itu, tujuan yang berhubungan dengan pengetahuan atau kemampuan mengungkapkan
merupakan tujuan yang paling rendah; sedangkan kemampuan mengevaluasi dalam aspek
kognitif merupakan tujuan tertinggi.
B. Domain Afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi. Domain ini
merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya seseorang
hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah memiliki
kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut Keathwohl dan kawan-kawan (1964), dalam
bukunya Taxonomy Education of Objectives: Affective Domain, domain afektif memiliki
tingkatan yaitu: Penerimaan, respon, menghargai. Penerimaan adalah sikap kesadaran atau
kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Sesorang
memiliki prhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu manakala mereka memiliki
kesadaran tentang gejala, kondisi, atau objek yang ada, kemudian mereka juga menunjukkan
kerelaan untuk menerima, bersedia untuk memperhatikan gejala, atau kondisi yang
diamatinya itu yang pada akhirnya mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala
perhatiannya terhadap objek itu.
Merespon atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan tertntu seperti kemauan untuk menyelsaikan tugas tepat waktu, kemauan
untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu orang lain, dan lain
sebagainya. Responding biasanya diawali dengan diam-diam kemudian dilakukan dngan
sungguh-sungguh dan kesadaran setelah itu baru respon dilakukan dengan penuh
kegembiraan dan kepuasan.
Menghargai, tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau
kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu. Menghargai terdiri dari penerimaan
suatu nilai dengan kenyakinan tertentu, seperti menrima akan adanya kebebasan atau
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan; mengutamakan suatu nilai seperti memiliki
kenyakinan akan
kebnaran suatu ajaran tertentu; serta komitmen akan kebenaran yang diyakininya dengan
aktifitas.
Mengorganisasi/mengatur diri, tujuan yang berhubungan dengan pengembangan nilai
ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas
nilainilai itu. Tujuan ini terdiri dari mengkonseptualisasi nilai, yaitu memahamiunsur-unsur
abstrak dari suatu nilai yang telah dimiliki dengan nilai-nilai yang datang kemudian; serta
mengorganisasi suatu sistem nilai, yaitu mengembangkan suatu sistem nilai yang saling
berhubungan yang konsisten dan bulat termasuk nilai-nilai yang lepas-lepas.
Karakterisasi nilai atau pola hidup, tujuan yang berkenaan dengan mengadakan
sintesis dan internalisasi sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-
nilai yang dibangunnya itu dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan pedoman
dalam bertindak dan berperilaku.
C. Domain PsikomotorikKETEPATAN
Domain psikomotorik meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syarat dan otot
badan. Aspk ini sering berhubungan dengan bidang studi yang lebih banyak menekankan
kepada gerakan-gerakan atau keterampilan, misalnya seni lukis, musik, pendidikan jasmani
dan olah raga, atau mungkin pendidikan agama yangberkaitan dengan bahasan tentang
gerakan-gerakan tertentu, termasuk juga pelajaran bahasa. Domain psikomotorik
adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada
lima tingkatan yang termasuk ke dalam domain ini: keterampilan meniru, menggunakan,
ketepatan, merangkaikan dan keterampilan naturalisasi.
Dengan bahasa lain ketiga domain itu (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dapat
digambarkan dalam “3H”, yaitu: “Head” (Kepala) atau pengembangan bidang intelektual
(kognitif),”Heart” (hati), yaitu pengembangan sikap (afektif) dan “Hand” (tangan) atau
pengembangan keterampilan (psikomotorik). Ketiga kawasan pembelajaran (3 H) ini
terintegrasi dalam satu pembelajaran yang saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga
domain ini juga dalam hasil evaluasi pembelajaran juga saling melengkapi satu sama lain.
Sehingga setiap aspek dalam domain ini mampu merubah cara belajar siswa dalam
meningkatkan
evaluasi belajarnya ke arah yang lebih baik dan kondusif. Sebagaimana gambar 4 di bawah
ini:
Tes Evaluasi Pembelajaran. Tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang
diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan
kecakapan mereka, satu dengan yang lain. Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud
dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam
rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab), atau perintah
perintah (yang harus dikerjakan) oleh tester, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari
hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi terter; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh tester
lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes,
yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap pesrta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh pserta didik setelah merka
menmpuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan
dapat diketahui sudah seberapa jauh program pngajaran yang telah ditentukan, telah dapat
dicapai.
Penggolongan Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan,
tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
Penggolongan
Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembangan/Kemajuan Belajar
Peserta Didik. Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur
perkembangan belajar pserta didik, tes dapat dibedakan menjadi 6 (enam) golongan, yaitu: 1)
Tes Seleksi, 2) Tes Awal, 3) Tes Akhir, 4) Tes Diagnostik, 5) Tes Formatif dan 6) Tes
Sumatif.
1) Tes Seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian saringan” atau “ujian masuk”. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk
memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang
mengikuti tes.
Materi tes pada tes seleksi ini merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program
pendidikan yang akan diikuti oleh calon. Sesuai dengan sifatnya, yaitu menyeleksi atau
melakukan penyaringan, maka matri tes seleksi terdiri atas butir-butir soal yang cukup sulit,
sehingga hanya calon-calon yang tergolong memiliki kemampuan tinggi sajalah yang
dimungkinkan dapat menjawab butir-butir soal tes dengan betul. Tes seleksi dapat
dilaksanakan secara lisan, secara tertulis, dengan tes perbuatan, dan dapat pula dilaksanakan
dengan mengkombinasikan ketiga tes tersebut secara serempak.
Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang
memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sbagai peserta tes
yang lulus dan
dapat diterima sebagai siswa baru, sedangkan mereka yang dipandang kurang memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan, dinyatakan tidak lulus dan karnanya tidak dapat diterima
sbagai siswa baru.
2) Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan
telah
dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum
bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat
yang mudah-mudah. Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan pada
bahan-bahan penting yang seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik
sebelum pelajaran diberikan kepada mereka. Sebagai contoh, sebelum mereka diberi
pelajaran
pendidikan agama Islam, terlebih dahulu dites pengetahuan tentang rukun Islam, rukun Iman,
nama-nama rasul Allah, namanama kitab suci yang dibawa oleh masing-masing rasul Allah,
nama-nama malaikat berikut tugas mereka masing-masing, dan sebagainya. Contoh lainnya,
sebelum siswa diberi pelajaran mate-matika, terlebih dahulu dites pengetahuannya dalam hal
perkalian, pembagian, pengkuadratan, mencari akar dan sebagainya. Tes awal dapat
dilaksanakan baik secara tertulis atau secara lisan. Setelah tes awal itu berakhir maka sebagai
tindak lanjutnya adalah: (a) jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes
sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka matri yang telah ditanyakan dalam tes
awal itu tidak akan diajarkan lagi, (b) jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru
sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh
para peserta didik tersebut.
3) Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post test. Tes Akhir dilaksanakan dngan tujuan
untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat
dikuasai
dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Isi atau materi tes akhir ini adalah bahan-
bahan
pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada para peserta didik, dan
biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal. Dengan cara demikian
maka akan
dapat diketahui apakah hasil tes akhir lebih baik sama, ataukah lebih jelek dari pada hasil tes
awal. Jika hasil tes akhir itu lebih baik dari pada tes awal, maka dapat diartikan
bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya.
4) Tes Diagnostik
Tes diagnostik (diagnostic test) adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan
secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jnis-jnis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik
itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan (terapi) yang tepat. Tes
diagnostik juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “apakah peserta didik
sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat
menerima pengetahuan selanjutnya?”. Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada
umumny ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit
untuk dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis,
perbuatan
atau kombinasi dari ketiganya. Sesuai dengan nama tes itu sendiri (diagnose= pemeriksaan),
maka jika hasil “pemeriksaan” itu menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik
yang sedang diperiksa itu termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar
mereka dapat memperbaiki tingkat penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu.
4) Tes Formatif
Tes formatif (Formative test) adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan
pengajaran yang
telah ditentukan) setlah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Perlu diketahui bahwa istilah formatif itu berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”.
Tes formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program penmgajaran yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau sub pokok bahasan berakhir atau dapat
diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “Ulangan
Harian.” Materi dari tes formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran
yang telah diajarkan. Butir-butir soalnya terdiri atas butir-butir soal, baik yang termasuk
kategori muda pun termasuk kategori sukar. Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah
diketahuinya hasil tes formatif adalah:
a) Jika materi yang diteskan itu telkah dikuasai dngan baik, maka pembelajaran dilanjutkan
dengan pokok bahasan yang baru.
b) Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok
bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum
dikuasai oleh peserta didik.
6) Tes Sumatif
Tes sumatif (summative test) adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah, tes ini dikenal dengan
istilah “Ulangan Umum” atau “EBTA” (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), di mana hasilnya
digunakan untuk mengisi nilai raport atau mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif ini pada
umumnya disusun atas dasar materi pelajaran yang telah diberikan selama satu catur wulan
atau satu semster. Dengan demikian materi tes sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang
materi tes formatif.
Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis agar semua siswa memperoleh soal yang
sama. Butir-butir yang dikemukakan dalam tes sumtif ini pada umumnya juga lebih sulit atau
lebih berat dari pada butir-butir soal tes formatif. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif
adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah
mereka
menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan:
a) Kedudukan dari masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
b) Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program
pengajaran berikutnya (yang lebih tinggi)
c) Kemajuan peserta didik, untuk diinformasikan ke dalam pihak orangtua, petugas
bimbingan dan konseling, lembaga-lembaga pendidikan lainnya, atau pasaran kerja, yang
tertuang dalam bentuk raport atau surat tanda tamat belajar.
Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin
diungkap
Ditilik dari aspek kejiwaan yang ingin diungkap tes setidak-tidaknya dapat dibedakan
menjadi lima golongan, yaitu:
1) Tes intelegensi (intellegency test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2) Tes kemampuan (aptitude test), yaitu test yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki testee.
3) Tes sikap (attitude test), yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individuindividu maupun objek-objek
tertentu.
4) Tes kepribadian (personality test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap
ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara
berpakaian, nada suara, hobi, atau kesenangan, dan lain-lain.
5) Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievement
test), yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi
belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat
dipergunakan atau prosedur (yang dapat ditempuh) dalam rangka pengukuran dan pnilaian
hasil belajar, yang berbentuk tugas dan serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-
pertanyaan atau soal-soal) yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan
oleh testee, sehingga (berdasar atas data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran itu) dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi belajar testee; nilai mana
dapat dibandingkan
dengan nilai-nilai standar tertentu, atau dapat pula dibandingkan dengan nilai-nilai yang
berhasil dicapai oleh testee lainnya.”
Penggolongan Lain-lain
Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
1) Tes individual (individual test), yakni tes di mana testee hanya berhadapan dengan satu
orang tester saja, dan;
2) Tes kelompok (group test), yakni tes di mana tester berhadapan dngan lebih dari satu orang
testee.
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelsaikan tes, tes dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Power test, yakni di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut tidak dibatasi, dan;
2) Speed test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut dibatasi.
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam
bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis,
dan;
2) Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa
ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi
respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan
tertentu.
Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes
dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Tes tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes di mana tester dalam mengajukan butir-
butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secata tertulis dan testee memberikan jawabannya
juga secara tertulis.
2) Tes lisan (non pencil and paper test), yakni tes di mana tester di dalam mengajukan
pertanyaan-pertayaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawaban
secara lisan penuh.
b. Tes objektif
1. Tes benar-salah (true-false)
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir
soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang benar
dan ada yang salah.
Petunjuk penyusunan tes benar-salah adalah
a) Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk
mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b) Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-BS-B-S
atau SS-BB-SS-BB-SS.
c) Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.Contoh:
B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
d) Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
e) Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang
dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan
sebagainya.
2. Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu dari
beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini
adalah soal bentuk benar salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan
atau menyalahkan setiap item dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya
sebanyak tiga atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang
akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).
3. Menjodohkan (Matching test)
Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam
seri jawaban.
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching
ialah:
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching testhendaknya tidak lebih dari sepuluh soal
(item). Sebab pertanyaanpertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga
kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu.
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang
lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya
mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih menggunakan pikirannya.
c. Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan
pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
4. Tes isian (complection test)
Complection test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau
tes melengkapi. Complection test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya
yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah merupakan
pengertian yang kita minta dari murid.
Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a) Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu jawaban yang
kelihatan logis.
b) Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan.
c) Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d) Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat
kosong.
e) Jangan mulai dengan tempat kosong.
1. Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan istilah prinsip
komprehensif (comprehensive). Dengan prinsip komprehensif dimaksudkan di sini bahwa
evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut
dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh.
Harus senantiasa diingat bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak boleh dilakukan secara
terpisah-pisah atau sepotong potong, melainkan harus dilaksanakan scara utuh dan
menyeluruh. Dengan kata lain, evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek
yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada
diri peserta anak didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati. Dalam hubungan ini,
evaluasi hasil belajar di sampingdapat mengungkap aspek proses berpikir (cognitive domain)
juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective
domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang melekat pada diri masing-
masing individu peserta anak didik. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, maka Evaluasi hasil belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu
hendaknya bukan hanyamengungkap pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran agama
Islam, melainkan juga harus dapat mengungkap sudah sejauh mana peserta didik dapat
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam tersebut dalam kehidupan mereka sehari-
hari.
Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat, utuh menyeluruh akan diperolh
bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan
subjek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.
2. Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas (continuity).
Dengan prinsip kesinambungan dimaksudkan di sini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik
adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari
waktu ke waktu. Dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanaakan secara teratur, terencana
dan terjadwal itu maka dimungkinkan bagi evaluator untuk memperoleh informasi yang dapat
memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik, sjak dari awal
mula mngikuti program pendidikan sampai pada saat-saat mereka mngakhiri program
pendidikan yang mereka tempuh itu. Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara
berkesinambungan itu juga dimaksudkan agar pihak evaluator (guru, dosen, dll) dapat
memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau
merumuskan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu diambil untuk masa-masa selanjutnya, agar tujuan
pengajaran sebagaimana telah dirumuskan pada Tujuan Intruksional Khusus (TIK) dapat
dicapai dengan sebaik-baiknya.
3. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas (objectivity) mengandung makna, bahwa evaluasi hasil belajar
dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang
sifatnya subjektif. Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar, seorang
evaluator harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar, menurut keadaan yang senyatanya,
tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang brsifat subjektif. Prinsip ketiga ini sangat
penting, sebab apabila dalam melakukan evaluasi unsur-unsur subjektif menyelinap
masuk ke dalamnya, akan dapat menodai kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri.
Evaluasi pembelajaran adalah adalah keseluruhan kegiatan baik berupa pengukuran
maupun penilaian (pengukuran data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa
setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Evaluasi pembelajaran juga diartikan sebagai evaluasi terhadap proses belajar
mengajar. Secara sistematik, evaluasi pembelajaran, yang mencakup komponen input, yakni
perilaku
awal siswa, komponen input instrumental yakni kemampuan profesional guru/ tenaga
kependidikan, komponen kurikulum (program studi, metode, media), komponen administratif
(alat, waktu dan dana), komponen proses ialah perosedur pelaksanaan pembelajaran,
komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran,
dalam hal ini perhatian ditujukan hanya pada evaluasi terhadap komponen proses dalam
kaitannyad dengan komponen input istrumental.
E. Rangkuman
Evaluasi merupakan suatu proses untuk merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat beberapa alternatif dalam
mengambil keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau
penilaian merupakan suatu proses yang sengaja dilaksanakan untuk memeperoleh informasi
atau data;
berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat keputusan. Dimana informasi data yang
dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang
direncanakan.
Dari pengertian di atas maka tujuan evaluasi bisa berbeda dengan tujuan dari ujian.
Secara sederhana evalusi digunakan untuk memeperbaiki sistem dengan cara memberi
penilaian berdasarkan data yang diambil dari suatu atau sekelompok objek. Sedangkan ujian
dapat dilakukan tanpa ada tujuan untuk memeperbaiki nilai. Ujian juga dapat dilakukan
hanya untuk menyaring dan menentukan kelas dari kumpulan objek.
Evaluasi juga memiliki fungsi dalam proses belajar mengajar yaitu, pertama tes
formatif dimana dilaksanakan di tengah program pembelajaran digunakan sebagai umpan
balik atau feed back baik siswa atau guru. Berdasarkan hasil tes, guru bisa menilai
kemampuan siswanya dan dijadikan bahan perbaikan melalui kegiatan pembelajaran
selanjutnya, sedangkan siswa bisa mengetahui materi pelajaran yang belum dikuasai untuk
bahan perbaikan . Kedua tes diagnostic bertujuan mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk
melakukan perbaikan. Dengan demikian harus lebih dahulu disajikan tes formatif untuk
mengetahui ada atau tidaknya bagian yang belum dikuasai oleh siswa. Ketiga, tes sumatif, tes
ini dilakukan setelah satuan program pembelajaran dilakukan atau setelah materi pelajaran
selesai dalam kurun waktu satu semester.
Tujuan utama tes ini untuk menentukan nilai yang menggambarkan keberhasilan
siswa setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga bisa
ditentukan kedudukan siswa di kelas, mengikuti program pembelajaran sebagai bahan
informasi kepada pihak yang bersangkutan. Keempat, tes penempatan, siswa bisa di
tempatkan
di kelompok yang sesuai dengan tingkatan pengetahuan yang dimiliki maka digunakan suatu
tes.
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes,
yaitu :
a. sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan
dapat di ketahui sudah beberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat
dicapai.
F. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis tes.
3. Buatlah contoh tes, pre-tes 10 soal
4. Coba anda jelaskan perbedaan tes formatif dan sumatif dan buatlah contohnya masing-
masing 10 soal.