Di Susun Oleh:
Kelompok 1 (satu)
Bonatua Sihombing (5181121004)
Aprin J Pandiangan (5182121002)
Ahda Sabila (5191121004)
Albert Liston Pakpahan (5193321004)
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Drs. Abdul Murad, M.Pd
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
[1]
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.[2]
Tiori Kognitif pada hakikatnya adalah tiori yang menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami barbagai pengalamannya
sehingga mengandung makna bagi manusia tersebut. Tiori kognitif menekankan
peranan struktur ingatan dan pengetahuan atau schemata terhadap proses
penerimaan, pemerosesan penyimpanan, pemanggilan kembali informasi yang telah
ada didalam skemata, atau tidak dapat memanggil kembali skemata yang ada di pusat
memori atau lupa, bagi kognitivisme balajar bukan sekedar menjelaskan kegiatan yang
berkaitan dengan latihan dan penguatan atau reward, seperti yang menjadi fokos
pembicaraan pada pendekatan behavioristisme.[3]
B. RUMUSAN MASALAH
Dari rumasan masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana Model Pembelajaran Behavioristik ?
2. Bagaimana model Pengajaran Kognitivistik ?
3. Bagaimana model Pengajaran Konstruktivistik ?
C. TUJUAN
1. Memenuhi persyaratan perkuliahan pada mata kulyah Pengmbangan Model
Pembelajaran
2. Dapat mengetahui bagaimana Model Pembelajaran Behavioristik
3. Dapat mengetahui Model Pengajaran Kognitivistik
4. Dapat mengetahui bagaimana model Pengajaran Konstruktivistik
D. SISMATIKA PENULISAN
Adapun sistimatika penulisan dalam makalah ini adalah :
1. BAB. I, berisikan tentang Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
sistimatika penulisan
2. BAB II, berisakan tentang pembahasan
3. BAB III, berisikan tentang kesimpulan dan saran
4. Daftar pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
Cara dan Strategi yang Tepat Untuk Menerapkan Metode Pembelajaran Kognitif
5. Tahap Evaluation
Tahap Evaluation atau evaluasi adalah tahap mengevaluasi dari data atau
kesimpulan yang di dapat dalam tahap Analysis untuk dilihat kebenarannya atau
kebetulannya bila peserta didik memiliki kesalahan-kesalahan yang dilakukan saat
menganalisis atau mungkin kesalahan data saat menganalisis maka yang berhak
membenarkan atau meluruskan kembali adalah pendidik. Tahap-tahap rangkaian
dalam Evaluation ini hampir sama dalam tahap pada Analysis.
6. Tahap Creation
Dalam tahap ini peserta didik haruslah berperan aktif dan berperan penuh,
sementara pendidik hanya sebagai pemantau saja. Pertama kali yang harus dilakukan
peserta didik dalam tahap ini adalah menyampaikan proyek atau kasus, selanjutnya
adalah evaluasi dari proyek atau kasus yang telah disampaikan tadi. Yang menjadi
dasar dalam tahap Creation ini adalah memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.
Selanjutnya adalah inovasi proyek atau kasus dalam hal ini peserta didik haruslah
membuat sebuah inovasi yang baru dari hal yang ada. Inovasi dalam hal ini bukan
berarti membuat sebuah hal yang baru namun inovasi adalah membuat suatu kelebihan
dari sebuah kekurangan yang dimiliki oleh hal tersebut. Setelah melakukan inovasi hal
yang harus dilakukan peserta didik adalah melaporkan hasil dari proyek atau kasus
yang telah dikerjakan kepada peserta didik lain atau kepada pendidik. Jangan lupa juga
berikan sebuah penutup dan pembuka saat di tahap ini.
C. MODEL PEMBELAJARAN KONSTUKTIVISTIK
Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa.
Dalam banyak contoh, masalah style Anda mengajar mungkin akan menjadi
relevan dengan selera untuk para siswa, dan mereka akan mendekatinya, merasakan
keterkaitannya kepada kehidupan mereka.
Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama
Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang
menyeluruh/utuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai dengan
bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang "menyeluruh/utuh."
Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela memberi alasan
mereka.
Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering
mengancam banyak siswa. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas
yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang
guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik
dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus betul-betul "masuk" dan ”sibuk” ikut
mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui
petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan.
Prinsip 4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan siswa.
Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu
awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya
Prinsip 5; Nilai hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.
Geser atau ubah peniaian itu harus benar-benar sedang menilai apa yang benar-
benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan jangan sekali-kai menilai itu
dalam kebiasaan skor yang diperoleh seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi Anda
bisa bervariasi, kadang-kadang optimis, periang, namun sesekali bisa pesimis, sedih,
maupun marah. Namun peru diingat marahnya seorang guru dalam kerangka sedang
mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah mengekspresikan kekesalan.
1. Kelebihan
a. Menjadikan siswa berfikir tentang pengetahuan baru, bias menyeesaikan masalah, dan
bias berfikir dan membuat keputusan
b. Menjadikan siswa paham dengan materi yang disampaikan
c. Siswa mempunyai nilai tambah yang lebih yaitu bisa mengingat materi yang
disampaikan karena siswa sendiri yang aktif
d. Meletih untuk berinteraksi social seperti dengan teman kelompok, dan guru
e. Karena siswa terlibat secara terus, mereka akan paham, ingat, yakin dan berinteraksi
dengan lingkungannya, maka mereka akan berasa meningkatkan belajar untuk
membina pengetahuan baru.
2. Kelemahan
Kekurangan atau kelemahan dalam suatu penerapan metode pembelajaran
tergantung pada guru sebagai pelaksana metode. Pada metode kontruktivisme guru
berperan hanya sebagai pendukung bukan sebagai hal utama. Fokus konstruktivisme
hanya ketika proses pembelajaran itu terjadi.
A. Langkah-langkah Konstruktivisme
Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari
aspek-aspek siswa, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari
pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah
dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan
akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar
lebih dipandang dari segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada
fakta-fakta yang terlepas-lepas.
2. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang
akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa
itu sendiri.
3. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar
proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk
membentuk pengetahuannya sebdiri.
4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan
belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala
sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan
untuk membantu pembentukan tersebut.
5. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,
kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
BAB III
KESIMPULAN
Cara dan Strategi yang Tepat Untuk Menerapkan Metode Pembelajaran Kognitif
1. Dalam tahap Remembering
2. Tahap Understanding
3. Tahap Aplication
4. Tahap Analysis
5. Tahap Evaluation
6. Tahap Creation
D. MODEL PEMBELAJARAN KONSTUKTIVISTIK
DAFTAR PUSTAKA
Jamaris, martinis, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, ( yayasan penamas
Murni, Jakarta 2010)
Joyce Bruce, Weil Marsha, dan Calhoun Emily, Models of Teaching, Pustaka belajar, 2009.
- See more at: http://charis7512.blogspot.com/2013/05/makalah-cara-atau-strategi-
metode.html#sthash.86tgkHS0.dpuf
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Biggs, J.B & Collis, K.F. (1982). Evaluating the Quality of Learning: the SOLO Taxonomy. New
York: Academic Press
Sekolah Dasar, Teori Belajar Behavioristik, Kognitif dan Kontruktivisme, (Online), (http://sekolah-
dasar.blogspot.com/teori-belajar-behavioristik-kognitif/), diakses pada 22 April 2013
- See more at: http://charis7512.blogspot.com/2013/05/makalah-cara-atau-strategi-
metode.html#sthash.86tgkHS0.dpuf
Drost S.J.J. 2006. Dari KBK (Kurikulum Bertujuan Kompetensi) sampai MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah): Esai-esai Pendidikan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Halaman 3-8.
Glasersfeld, Von. 1988. Cognition, Construction of Knowledge, and Teaching. Washington DC :
National Science Foundation.
Grupta, A. 2008. Construction and Peer Collaboration in Elementary Mathematics Education: The
Connection to Estimology. Eurasia Journal of Mathematics, vol 4, no.4,381-386.
Mujis dan Reynold. 2008. Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Piaget, J.1973. The Child and Reality (W.Mays, Trans). London : Routledge dan Kegan Paul.
Slavin, R.E. 1994. Education Psychology: Theory and Practice (4 th Edition). Boston:Allyn and
Bacon.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Wadsworth, Piaget’s.1989. Theory of Cognitive and Affective Development (4 th.) New York :
Logman.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Bigraf Publishing.